• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan remaja berkaitan dengan resiko TRIAD Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu Seksualitas, , HIV dan AIDS, NAPZA.

1. Seksualitas

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan senggama (Purwoastuti, 2015).

Menurut Hidayat (1997), ruang lingkup seksualitas terbagi atas hal-hal berikut: a. Seksualitas biologis

Komponen yang mengandung beberapa ciri dasar seks yang terlihat pada individu yang bersangkutan (kromosom, hormon, serta ciri seks primer dan sekunder). Ciri seks primer timbul sejak lahir, yaitu alat kelamin luar (genetalia eksterna) dan alat kelamin dalam (genetalia interna). Ciri seks sekunder timbul saat

seorang meningkat dewasa, misalnya timbul bulu-bulu badan di tempat tertentu (ketiak, dada); berkembangnya payudara perempuan, dan perubahan suara laki-laki. b. Identitas seksual

Identitas seksual adalah konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya laki-laki atau perempuan. Identitas seksual dalam bentuknya banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan tokoh yang sangat penting (orangtua).

c. Identitas gender

Identitas gender adalah penghayatan perasaan kelaki-lakian atau keperempuanan yang dinyatakan dalam bentuk perilaku sebagai laki-laki atau perempuan dalam lingkungan budayanya. Identitas budaya merupakan interaksi antara faktor fisik dan psikoseksual. Interaksi yang harmonis diantara kedua faktor ini akan menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-laki.

d. Perilaku seksual

Perilaku seksual yaitu orientasi seksual dari seorang individu, yang merupakan interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku gender. Tingkah laku seksual didasari oleh dorongan seksual untuk mencari dan memperoleh kepuasan seksual, yaitu orgasmus. Tingkah laku gender adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim di luar tingkah laku seksual. Perilaku seksual itu mulai tampak setelah anak menjadi remaja (Kusmiran, 2012).

Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang

b. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/ pendidikan formal yang cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya. c. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan, dan perkembangan di

segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia (Kumalasari, 2012). Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.

Akibat hubungan seks pranikah : a. Bagi remaja :

1. Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan.

2. Menambah risiko tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti : gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma akuminata, HIV/AIDS.

3. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan.

4. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan).

5. Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja.

6. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat. b. Bagi keluarga

1.Menimbulkan aib keluarga

2.Menambah beban ekonomi keluarga

3.Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya (ejekan).

c. Bagi masyarakat

1.Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun 2.Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

3.Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun (Marmi, 2014).

2. HIV dan AIDS

HIV (human immunodeficiency virus) menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama

limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.

AIDS (acquired immuno deficiency syndrome) merupakan kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Purwoastuti, 2015).

Cara penularan HIV/ AIDS diantaranya sebagai berikut : a. Melalui hubungan seksual

Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra seksualnya (pria ke wanita, wanita ke pria, pria ke pria) melalui hubungan seksual tanpa pengaman (kondom). Jalur ini dapat dicegah dengan cara :

1) Abstinence : tidak berhubungan seksual. 2) Be faithful: saling setia dengan satu pasangan.

3) Condom : selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. 4) Drug : tidak menggunakan obat-obat terlarang.

b. Parental (produk darah)

Penularan dapat terjadi melalui transfer darah atau produk darah, atau penggunaan alat-alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum tato, tindik, dan sebagainya. jalur ini dapat dicegah dengan cara:

1) Memastikan bahwa darah yang diterima pada saat transfusi tidak mengandung HIV

2) Memastikan bahwa peralatan (jarum suntik, jarum tato, tindik) telah disterilkan dan apabila memungkinkan gunakan peralatan yang sekali buang.

c. Perinatal

Penularan melalui ibu kepada anaknya. Ini bisa terjadi saat anak masih berada dalam kandungan, ketika dalam proses lahir atau sesudah lahir. Kemungkinan ibu pengidap HIV melahirkan bayi HIV positif adalah 15-39%. Seorang bayi yang baru lahir akan membawa antibodi ibunya, begitupun kemungkinan positif dan negatifnya si bayi tertular HIV adalah tergantung dari seberapa parah tahapan perkembangan AIDS pada diri sang ibu. Sebaiknya lakukan tes darah sebelum hamil. Kelompok yang beresiko terkena HIV adalah :

1) Wanita dan laki-laki yang selalu berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual.

2) Wanita dan laki-laki pekerja seks.

3) Melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti melalui anal dan mulut, homoseksual dan biseksual.

4) Penyalahgunaan obat-obatan melalui suntikan secara bergantian (Kusmiran, 2012).

3. NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu : opoid, alkohol, ekstasi,

ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat.

Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lainnya. Penggunaan NAPZA ini beresiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Marmi, 2014).

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008, menunjukkan bahwa jumlah pengguna NAPZA sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404. dimana 51.986 dari total total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055 (BKKBN, 2012).

a. Jenis-Jenis Narkoba 1) Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-undang No. 22 Tahun 1997).

1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfin dan kokain serta campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut diatas.

2) Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-undang No.5 Tahun 1977). Zat-zat yang termasuk psikotropika adalah sedatin (pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Sabu-sabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dan sebagainya.

3) Bahan Adiktif

Bahan adiktif yaitu bahan-bahan ilmiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain dapat mengganggu sistem saraf pusat, menimbulkan efek ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakau). Zat yang termasuk adiktif antara lain alkohol yang mengandung etil etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anastetik jika aromanya diisap, seperti lem/perekat, aseton, eter, dan sebagainya (Kumalasari, 2012).

Efek yang ditimbulkan dari narkoba diantaranya : a. Depresan

Efek obat yaitu dengan menekan sistem-sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian.

b. Stimulan

Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Jenis stimultan antara lain kafein, kokain, amfetamin, dan metamfetamin. Contoh sekarang yang sering dipakai adalah sabu-sabu dan ekstasi.

c. Halusinogen

Efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi (melihat sesuatu/ mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada). Para pemakai menjadi psikopat (mudah curiga). Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti Lycergic Alis Diethylamide (LSD) dan yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja (Kumalasari, 2012)

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat bergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Organ tubuh yang secara fisiologis dipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak dan sumsum

tulang belakang), organ vital (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera. Secara umum, pengaruh narkoba adalah dapat memengaruhi organ tubuh secara sitemik (Kusmiran, 2012).

Gangguan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan narkoba antara lain sebagai berikut :

a. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti : kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf perifer.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti : infeksi akut pada jantung dan gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penahanan (abses), alergi, dan eksem.

d. Gangguan pada paru-paru, seperti : penekanan fungsi saluran pernapasan, kesulitan bernapas, pengerasan jaringan paru-paru.

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, dan sulit tidur.

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenore (tidak haid).

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi overdosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Overdosis bisa menyebabkan kematian.

Dampak psikis yang terjadi akibat penyalahgunaan narkoba diantaranya : a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, dan penuh curiga. c. Agitasi, menjadi ganas, dan tingkah laku yang brutal.

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal, dan tertekan.

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

Dampak sosial juga dapat terjadi akibat penyalahgunaan narkoba, meliputi: a. Gangguan mental, antisosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan. b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Kumalasari, 2012).

2.6 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.’

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Sintesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Wawan, 2010).

2.7 Sikap

Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhan, yakni: “An individual’s attitude is syndrome

of response consistency with regard to object”. Jadi dapat dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejal dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu : 1. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. (Wawan, 2011). Seperti halnya

pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil (antenatal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu mendengarkan penyuluhan tentang antenatal care di lingkungannya.

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2010).

Dokumen terkait