• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R) 2.1.1 Pengertian PIK R

PIK R adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup (life skills), gender dan keterampilan advokasi dan KIE. Keberadaan dan peranan PIK R dilingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk memperoleh informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. (BKKBN, 2012).

2.1.2 Kebijakan dan Strategi 1. Kebijakan

a. Pembentukan dan pengembangan PIK R b. Peningkatan kualitas pengelola

c. Menyiapkan PIK R yang ramah remaja (youth friendly)

d. Penigkatan komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja dalan pengelolaan PIK R

(2)

2. Strategi

a. Melakukan advokasi tentang penumbuhan dan pengembangan PIK R b. Melakukan promosi dan sosialisasi tentang PIK R

c. Menyediakan dukungan dan anggaran bagi kegiatan PIK R, baik dari dana APBN, APBD, maupun dari sumber dana lainnya

d. Melaksanakan pelatihan, orientasi, magang dan studi banding bagi SDM pengelola PIK R

e. Mengembangkan materi subtansi PIK R sesuai dinamika remaja f. Mengembangkan kegiatan yang menarik minat remaja

g. Memilih dan mengembangkan PIK R unggulan

h. Memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pendukung PIK R i. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berjenjang 2.1.3 Kegiatan-kegiatan dari Pengelolaan PIK R

1. Membentuk PIK R

Pembentuan PIK R di lingkungan komuitas remaja untuk memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR, life sklls, Gender, Advokasi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).

(3)

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK R yang ramah remaja sehingga para remaja akan memperoleh informasi yang menarik minat remaja yang bercirikan dari, oleh dan untuk remaja. 3. Melakukan advokasi

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari penentu kebijakan terhadap kelancaran dan keberlangsungan PIK R.

4. Melakukan promosi dan sosialisasi PIK R

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan keberadaan PIK R kepada semua pihak yang terkait dalam rangka memperluas akses dan pengembangan dukungan serta jaringan PIK R.

5. Menyiapkan dan memberdayakan SDM pengelola PIK R

Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan dan memberdayakan SDM (Pengelola, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya) baik untuk PIK R yang baru tumbuh maupun mengganti SDM yang sudah tidak aktif lagi dengan berbagai sebab (regenerasi) untuk keberlangsungan PIK R.

6. Menyiapkan dan memberdayakan SDM pengelola program GenRe

(4)

7. Dukungan sumber dana PIK R

Kegiatan ini bertujun untuk mendukung biaya operasional PIK R secara rutin melalui pengembangan kegiatan ekonomi produktif, penggalangan dana baik yang bersumber dari APBN dan APBD maupun sumber lainnya yang tidak mengikat. 8. Melaksanakan konsultasi dan fasilitasi dalam pengelolaan PIK R

Kegiatan ini bertujuan untuk mencari cara-cara pemecahan masalah yang terkait dengan pengelolaan dan pelaksanaan PIK R yang tidak bisa dipecahkan oleh pengelola.

9. Pemberian penghargaan bagi PIK R unggulan

Kegiatan ini bertujuan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai oleh PIK R dalam pengelolaan, pelayanan dan kegiatan yang dilaksanakan.

10. Administrasi, Pencatatan, dan Pelaporan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan tertib administrasi dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan dan pelayanan yang diberikan oleh PIK R, meliputi SDM, sarana, prasarana, dan metode.

2.1.4 Mekanisme Pengelolaan PIK R

Pengelolaan PIK R dilaksanakan melalui langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :

1. Membentuk PIK R

Langkah-langkah pembentukan PIK R meliputi :

(5)

1) Pentingnya pembentukan PIK R 2) Menyepakati pembentukan PIK R

b. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/ persetujuan dengan pimpinan setempat (Kepala Sekolah, Kepala Desa, TOMA/TOGA, ketua jurusan, dan lainnya) tentang rencana pembentukan PIK R

c. Menyusun nama dan struktur pengurus PIK R

d. Menyusun program kegiatan yang akan dilakukan sesuai indikator PIK R Tahap Tumbuh sebagai berikut :

1) Materi khusus yang dikuasai oleh Pengelola/ Pendidik Sebaya (PS) : a) 8 Fungi Keluarga

b) Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) c) TRIAD KRR

d) Keterampilan hidup (life skills) 2) Kegiatan yang dilakukan :

a) Di dalam lingkungan PIK R

b) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam PIK R

c) Menggunakan media cetak (majalah dinding, leaflet, poster, dan lain-lain)

d) Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin 3) Sarana, prasarana, dan SDM :

a) Ada ruang Sekretariat

(6)

c) Struktur organisasi pengurus minimal yang terdiri dari Pembina, Ketua, Sekretariat, Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta minimal 2 orang Pendidik Sebaya (PS)

d) Minimal 2 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/ orientasi tentang subtansi Program GenRe (8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR, dan Keterampilan Hidup)

4) Jaringan dan Kemitraan :

a) PIK R Tahap Tumbuh harus memiliki kerjasama dengan stakeholder dilingkungannya, misalnya :

1. Lurah/ Kades dan TOMA untuk PIK R jalur kemasyarakatan 2. TOGA untuk PIK R jalur keagamaan

3. Kepala sekolah untuk PIK R jalur sekolah umum/agama

4. Puskesmas/ Pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis

b) PIK R tahap tumbuh harus menjalin kemitraan dengan Mitra Kerja (Organisasi Kepemudaan, Orgaisasi Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Profesi dan Kesiswaan).

(7)

2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas PIK R

a. Untuk meningkatkan kualitas PIK R dari Tahap Tumbuh menuju Tahap Tegak harus telah memenuhi indikator sebagai berikut :Materi khusus yang dikuasi oleh Pengelola/ Pendidik Sebaya (PS)/ Konselor Sebaya (KS) :

a) 8 Fungsi Keluarga

b) Pendewasan Usia Perkawinan (PUP) c) TRIAD KRR

d) Keterampilan hidup (Life Skills) e) Ketarampilan advokasi dan KIE 1) Kegiatan yang dilakukan

a) Di dalam dan di luar PIK R dengan bentuk aktifitas pemberian informasi baik di dalam PIK maupun di lur PIK R misalnya melalui dialog interaktif di radio dan TV, penyuluhan dan pembinaan, konseling, penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain, pameran, pentas seni, dan lain-lain

b) Menggunakan media cetak dalam penyampaian informasi atau isi pesan program GenRe misalnya melalui majalah dinding, leaflet, poster, dan elektronik misalnya radio, televise, dan website.

c) Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin

(8)

studi banding, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan kesenian dan olah raga, lomba-lomba, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya.

2) Sarana, Prasarana dan SDM :

a) Ada ruang sekretariat dan ruang konseling

b) Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm

c) Struktur pengurus minimal terdiri dari : Pembina, Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta minimal 4 orang Pendidik Sebaya dan 2 orang Kenselor Sebaya

d) 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/ orientasi tentang substansi Program GenRe (8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR dan Keterampilan Hidup, Keterampilan advokasi dan KIE)

e) 2 orang Konselor Sebaya yang sudah dlatih tentang materi pengetahuan dasar konseling

f) Lokasi di komunitas remaja mudah diakses dan disukai oleh remaja 3) Jaringan dan Kemitraan :

a) PIK R Tahap Tumbuh harus memiliki kerjasama dengan stakeholderdilingkungannya, misalnya :

1. Lurah/ Kades dan TOMA untuk PIK R jalur kemasyarakatan 2. TOGA untuk PIK R jalur keagamaan

(9)

4. Puskesmas/ Pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis

a) Memperoleh pembinaan dan fasilitasi, antara laian oleh Pemprov/Pemkab/Pemkot, Kepala Sekolah, TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, dan lain-lain.

b) Memiliki Mitra Kerja antara lain dengan Organisasi Profesi, Organisasi Kepemudaan, Organisasi Keagamaan, dan Kesiswaan.

b. Untuk meningkatkan kualitas PIK R dari Tahap Tegak menuju Tahap Tegar harus telah memenuhi indikator sebagai berikut :

1) Materi khusus yang dikuasi oleh Pengelola, Pendidik Sebaya (PS) dan Konselor Sebaya (KS) :

a) 8 Fungsi Keluarga

b) Pendewasan Usia Perkawinan (PUP) c) TRIAD KRR

d) Keterampilan hidup (Life Skills) e) Ketarampilan advokasi dan KIE

f) Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK R (misal : gender) 2) Kegiatan yang dilakukan

(10)

penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain, pameran, pentas seni, dan lain-lain

b) Menggunakan media cetak misalnya majalah dinding, leaflet, poster, dan elektronik misalnya radio, televise, dan website

c) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk datang ke PIK R misalnya jambore remaja, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah film, bimbingan belajar siswa, studi banding, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan kesenian dan olah raga, lomba-lomba, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya. Melakukan pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja (pemeriksaan gigi, konsultasi kecantikan, konsultasi gizi)

d) Terlibat dalam kegiatan sosial misalnya pelayanan kesehatan, kebersihan lingkungan dan kampanye Perilaku Hidup Berwawasan Kependudukan (PHBK) lain-lain.

e) Melakukan pencatatan dan pelaporan. 3) Sarana, Prasarana dan SDM :

a) Ada ruang seketariat, ruang konseling, dan ruang pertemuan b) Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm

(11)

d) 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/ orientasi tentang substansi Program GenRe (8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan, TRIAD KRR dan Keterampilan Hidup, Keterampilan advokasi dan KIE dan pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK R misalnya gender

e) 4 orang Konselor Sebaya yang sudah dlatih tentang materi pengetahuan dasar konseling

f) Lokasi di komunitas remaja mudah diakses dan disukai oleh remaja g) Memiliki hotline/sms konseling

h) Memiliki perpustakaan

i) Memiliki sarana dan prasarana jaringan internet serta akses terhadap jejaring sosial (Facebook, Twitter, dan lainnya)

4) Jaringan :

a) PIK R Tahap Tumbuh harus memiliki kerjasama dengan stakeholder dilingkungannya, misalnya :

1. Lurah/ Kades dan TOMA untuk PIK R jalur kemasyarakatan 2. TOGA untuk PIK R jalur keagamaan

3. Kepala sekolah untuk PIK R jalur sekolah umum/agama

4. Puskesmas/ Pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis b) Memiliki Mitra Kerja antara lain dengan Organisasi Profesi, Organisasi

(12)

c) PIK R Tegar sudah mempunyai PIK R binaan (Tumbuh/Tegak)

d) Kegiatan PIK R telah terintegrasi dengan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR)

2.2 Metode Simulasi Permainan

2.2.1 Definisi Simulasi Permainan

Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk pelaksanaan ialah : peer-teaching, sosiodrama, psikodrama, simulasi game, role playing(Roestiyah, 2012).

Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemaian yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Setiap permainan harus mempunyai empat komponen utama yaitu :

1. Adanya pemain (pemain-pemain);

2. Adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi 3. Adanya aturan-aturan main, dan

4. Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai (Sadiman, 2005).

(13)

1. Meningkatkan akselarasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik pembelajar, kemampuan pembelajar ditingkatkan dalam keterampilan berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya;

2. Menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkan;

3. Menggunakan pengalaman perannya dalam simulasi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi;

4. Memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan batin tertentu;

5. Menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati

6. Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya.

2.2.2 Kelebihan Simulasi Permainan

1. Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa menanggung kerugian;

2. Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada pembelajar secar langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam lingkungan yang sesungguhnya;

(14)

4. Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu; 5. Dapat meningkatkan motivasi pembelajar;

6. Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek tidak memadai;

7. Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat dilakukan dalam situasi nyata;

8. Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan berdasarkan kemungkinan yang muncul

9. Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian. 2.2.3 Kekurangan Simulasi Permainan

1. Kurang efektif menyampaikan informasi umum;

2. Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif bila dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil;

3. Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

4. Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya; 5. Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi

(15)

2.3 Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe a) Tujuan

Untuk memahami tentang program kependudukan dan keluarga berencana pada umumnya dan subtansi program GenRe pada khususnya antara lain : Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), life skills, Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (Seksualitas, Napza, HIV/AIDS), melalui subtansi permainan ular tangga GenRe, yang dimulai dari kotak start hingga mencapai kotak finish (kotak juara).

b) Pemain

Dapat dimainkan oleh 2-4 kelompok dimana masing-masing kelompok minimal 2-4 orang.

c) Kelengkapan permaianan :

1. 1 buah lembar permainan ular tangga GenRe 2. 4 buah poin GenRe

3. 1 buah Dadu/ kubus GenRe 4. 1 set kartu kasus

d) Cara Bermain

1. Sebelum memulai permainan terlebih dahulu membuat kesepakatan tentang :

a. Menentukan kelompok dan anggota kelompok.

(16)

c. Menentukan hadiah yang akan diberikan untuk pemenang (bisa dengan jabat tangan sebagai ucapan selamat menjadi pemenang atau berupa barang yang murah meriah).

2. Lembar permainan ular tangga GenRe terdiri dari 36 buah kotak, yang masing-masing kotak terdapat gambar atau instruksi yang berbeda-beda. 3. Setiap kelompok memilih satu poin

4. Untuk menentukan urutan giliran, pemain dari tiap kelompok melempar dadu/kubus GenRe. Pemain yang berhasil melempar dadu/ kubus GenRe dengan angka yang paling besar mendapat giliran pertama.

5. Letakkan poin di kotak start, lempar dadu/ kubus GenRe. Lalu langkahkan poin ke kotak selanjutnya sesuai dengan angka yang dihasilkan dari lemparan dadu/kubus GenRe.

6. Kelompok pertama yang mencapai finish adalah pemenangnya. Pemenang akan mendapatkan ucapan selamat atau hadiah dari kelompok yang kalah.

2.4 Remaja

2.4.1 Definisi Remaja

(17)

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin, menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009)

Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun

2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual

3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak menuju masa dewasa (Kusmiran, 2012).

2.4.2 Tahapan Remaja

Tumbuh kembang remaja menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :

1. Masa remaja awal atau dini (early adolescence); umur 11-13 tahun.

Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence); umur 14-16 tahun.

(18)

3. Masa remaja lanjut (late adolescence) ; umur 17-20 tahun.

Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.

Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki (Marmi, 2014).

2.4.3 Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut :

1. Tanda-tanda seks primer

Tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan organ seks. Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Remaja laki-laki

(19)

antara 10-15 tahun. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi perlu dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki.

b. Remaja wanita

Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun.Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lama menstruasi 2-7 hari.

2. Tanda- tanda Seks Sekunder

Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut : a. Remaja Laki-laki

1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar 2) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul

menyempit

3) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki 4) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi 5) Tumbuh jakun, suara menjadi besar

6) Penis dan buah zakar membesar

(20)

9) Produksi keringat menjadi lebih banyak b. Remaja wanita

1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kakai bertambah besar 2) Pinggul lebar, bulat, dan membesar

3) Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina 4) Tulang-tulangwajah mulai memanjang dan membesar

5) Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjul, serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat

6) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif

7) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai

8) Suara menjadi semakin penuh dan semakin merdu (Kumalasari, 2012). 2.4.4 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja

Perubahan –perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah sebagai berikut :

1) Perubahan emosi

(21)

tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri, terlebih sebelum menstruasi.

b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung sehingga mudah terjadi perkelahian/ tawuran pada anak laki-laki, suka mencari perhatian, dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

2) Perubahan intelegensi

a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal yang baru, sehingga muncul perilaku ingin

mecoba-coba.

Perilaku ingin coba-coba merupakan hal penting bagi kesehatan reproduksi remaja. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya. Berikut adalalah beberapa permasalahan prioritas terkait perilaku remaja yang ingin mencoba hal baru :

a. Kehamilan yang tidak dikehendaki akan menjurus pada aborsi tidak aman dan komplikasinya

b. Kehamilan dan persalinan usia muda akan menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi (2-4 kali lebih berisiko dari masa usia subur)

(22)

e. Tindak kekerasan seksual, sperti pemerkosaan, pelecehan, dan transaksi seks komersial.

Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mecoba-coba dalam bidang seks merupakan hal yang sangat rawan, karena akan membawa akibat yang sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja wanita (Kumalasari, 2012).

2.5 TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA)

Permasalahan remaja berkaitan dengan resiko TRIAD Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu Seksualitas, , HIV dan AIDS, NAPZA.

1. Seksualitas

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan senggama (Purwoastuti, 2015).

Menurut Hidayat (1997), ruang lingkup seksualitas terbagi atas hal-hal berikut: a. Seksualitas biologis

(23)

seorang meningkat dewasa, misalnya timbul bulu-bulu badan di tempat tertentu (ketiak, dada); berkembangnya payudara perempuan, dan perubahan suara laki-laki. b. Identitas seksual

Identitas seksual adalah konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya laki-laki atau perempuan. Identitas seksual dalam bentuknya banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan tokoh yang sangat penting (orangtua).

c. Identitas gender

Identitas gender adalah penghayatan perasaan kelaki-lakian atau keperempuanan yang dinyatakan dalam bentuk perilaku sebagai laki-laki atau perempuan dalam lingkungan budayanya. Identitas budaya merupakan interaksi antara faktor fisik dan psikoseksual. Interaksi yang harmonis diantara kedua faktor ini akan menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-laki.

d. Perilaku seksual

(24)

Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah sebagai berikut :

a. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang

b. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/ pendidikan formal yang cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya. c. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan, dan perkembangan di

segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia (Kumalasari, 2012). Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.

Akibat hubungan seks pranikah : a. Bagi remaja :

1. Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan.

(25)

3. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan.

4. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan).

5. Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja.

6. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat. b. Bagi keluarga

1.Menimbulkan aib keluarga

2.Menambah beban ekonomi keluarga

3.Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di lingkungannya (ejekan).

c. Bagi masyarakat

1.Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun 2.Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

3.Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun (Marmi, 2014).

2. HIV dan AIDS

(26)

limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit.

AIDS (acquired immuno deficiency syndrome) merupakan kumpulan gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Purwoastuti, 2015).

Cara penularan HIV/ AIDS diantaranya sebagai berikut : a. Melalui hubungan seksual

Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra seksualnya (pria ke wanita, wanita ke pria, pria ke pria) melalui hubungan seksual tanpa pengaman (kondom). Jalur ini dapat dicegah dengan cara :

1) Abstinence : tidak berhubungan seksual. 2) Be faithful: saling setia dengan satu pasangan.

3) Condom : selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. 4) Drug : tidak menggunakan obat-obat terlarang.

b. Parental (produk darah)

(27)

1) Memastikan bahwa darah yang diterima pada saat transfusi tidak mengandung HIV

2) Memastikan bahwa peralatan (jarum suntik, jarum tato, tindik) telah disterilkan dan apabila memungkinkan gunakan peralatan yang sekali buang.

c. Perinatal

Penularan melalui ibu kepada anaknya. Ini bisa terjadi saat anak masih berada dalam kandungan, ketika dalam proses lahir atau sesudah lahir. Kemungkinan ibu pengidap HIV melahirkan bayi HIV positif adalah 15-39%. Seorang bayi yang baru lahir akan membawa antibodi ibunya, begitupun kemungkinan positif dan negatifnya si bayi tertular HIV adalah tergantung dari seberapa parah tahapan perkembangan AIDS pada diri sang ibu. Sebaiknya lakukan tes darah sebelum hamil. Kelompok yang beresiko terkena HIV adalah :

1) Wanita dan laki-laki yang selalu berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual.

2) Wanita dan laki-laki pekerja seks.

3) Melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti melalui anal dan mulut, homoseksual dan biseksual.

4) Penyalahgunaan obat-obatan melalui suntikan secara bergantian (Kusmiran, 2012).

3. NAPZA

(28)

ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat.

Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lainnya. Penggunaan NAPZA ini beresiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Marmi, 2014).

Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008, menunjukkan bahwa jumlah pengguna NAPZA sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404. dimana 51.986 dari total total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24 tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055 (BKKBN, 2012).

a. Jenis-Jenis Narkoba 1) Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-undang No. 22 Tahun 1997).

(29)

1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfin dan kokain serta campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut diatas.

2) Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-undang No.5 Tahun 1977). Zat-zat yang termasuk psikotropika adalah sedatin (pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Sabu-sabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dan sebagainya.

3) Bahan Adiktif

(30)

Efek yang ditimbulkan dari narkoba diantaranya : a. Depresan

Efek obat yaitu dengan menekan sistem-sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian.

b. Stimulan

Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Jenis stimultan antara lain kafein, kokain, amfetamin, dan metamfetamin. Contoh sekarang yang sering dipakai adalah sabu-sabu dan ekstasi.

c. Halusinogen

Efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi (melihat sesuatu/ mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada). Para pemakai menjadi psikopat (mudah curiga). Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti Lycergic Alis Diethylamide (LSD) dan yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja (Kumalasari, 2012)

(31)

tulang belakang), organ vital (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera. Secara umum, pengaruh narkoba adalah dapat memengaruhi organ tubuh secara sitemik (Kusmiran, 2012).

Gangguan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan narkoba antara lain sebagai berikut :

a. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti : kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf perifer.

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti : infeksi akut pada jantung dan gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penahanan (abses), alergi, dan eksem.

d. Gangguan pada paru-paru, seperti : penekanan fungsi saluran pernapasan, kesulitan bernapas, pengerasan jaringan paru-paru.

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, dan sulit tidur.

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

(32)

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi overdosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Overdosis bisa menyebabkan kematian.

Dampak psikis yang terjadi akibat penyalahgunaan narkoba diantaranya : a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.

b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, dan penuh curiga. c. Agitasi, menjadi ganas, dan tingkah laku yang brutal.

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal, dan tertekan.

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

Dampak sosial juga dapat terjadi akibat penyalahgunaan narkoba, meliputi: a. Gangguan mental, antisosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan. b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Kumalasari, 2012).

2.6 Pengetahuan

(33)

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.’

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

(34)

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analisis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Sintesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Wawan, 2010).

2.7 Sikap

(35)

of response consistency with regard to object”. Jadi dapat dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejal dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu : 1. Komponen kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif

(36)

pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil (antenatal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu mendengarkan penyuluhan tentang antenatal care di lingkungannya.

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab

(37)

2.8 Landasan Teori

Kegiatan PIK R adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe, yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling yang salah satunya meliputi tentang TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS, serta NAPZA). Kegiatan PIK R yang dilakukan di lingkungan sekolah salah satunya adalah simulasi permainan ular tangga. Disini permainan ular tangga diberikan kepada siswa/siswi yang bukan merupakan anggota PIK R melalui peran pendidik sebaya.

Pengetahuan dan sikap siswa/i tidak terlepas dari informasi yang diterima dalam berbagai sumber informasi. Berdasarkan teori Stimulus Organisme (SOR) perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (Stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (source) misalnya kredibilitas kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seorang atau kelompok (Notoatmodjo, 2010).

(38)

2.9 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pre test Post test

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan dan Sikap

remaja tentang TRIAD KRR( seksualitas, HIV dan AIDS, serta

NAPZA)

Pengetahuan dan Sikap remaja tentang TRIAD KRR( seksualitas, HIV dan AIDS, serta

NAPZA) Intervensi Kegiatan

PIK R dengan simulasi permainan

Gambar

Gambar 2.1 Teori SOR
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Membersihkan kawasan tapak bina sebelum kerja dimulakan dan selepas kerja siap dijalankan daripada rumput-rumput, semak samun, belukar, tunggul kayu, tumbuhan liar termasuk

Surat kuasa pendebetan/penarikan dana atas beban Rekening Milik Bendahara Umum Negara di Bank Indonesia yang telah diterbitkan dengan menggunakan format yang iiOak sesuai

Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan yang memberikan jasa untuk menghubungkan dana dari pihak

Dari 12 sampel Mahasiswa FIK UNY setelah melakukan latihan sirkuit (circuit training) diperoleh hasil sebanyak 6 atlet yang daya tahan aerobiknya (VO₂Max)

Jika peraturan daerah telah diubah lebih dari satu, pasal I memuat, selain mengikuti ketentuan pada nomor 154 pada huruf , juga tahun dan nomor dari peraturan daerah perubahan yang

Contoh konkrit hak Presiden sebagai kepala Negara harus mendapat persetujuan maupun pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat maupun Mahkamah Agung, hal ini diatur

Sound card adalah perangkat yang dipasang berjalan pada sistim computer,kartu suara mengontror seluruh audio pada computer,dan berfungsi sebagai prosecor audio

Pada tindak direktif penutur melakukan tindak ujaran agar mitra tutur (disingkat Mt) melakukan sesuatu. Hal itu berlaku pula pada tindak direktif yang dilakukan