• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Trikoma Daun Rumput Gajah

Hasil pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 300 kali (Gambar 2), jenis trikoma pada tepi daun rumput gajah yaitu glandular dengan tipe rambut sengat. Trikoma rambut sengat terdiri dari sel tunggal yang panjang dengan bagian bawah lebar dan bagian atas runcing. Trikoma glandular mampu menghasilkan metabolit sekunder berupa histamin dan asetilkolin yang beracun dan menyebabkan gatal (Agustin, 2018). Trikoma pada daun tanaman berguna untuk melindungi tanaman dari serangga yang ditentukan oleh adanya kelenjar, kerapatan panjang, bentuk, dan ketegakan trikoma (Dewi, Hindun, & Wahyuni, 2016).

Gambar 2. Bentuk trikoma pada tepi daun rumput gajah perlakuan buku batang atas. A. Trikoma tepi daun dosis 0 Gy; B. Trikoma tepi daun dosis 10 Gy; C. Trikoma tepi daun dosis 20 Gy; D. Trikoma tepi daun dosis 30 Gy; E. Trikoma tepi daun dosis 40 Gy; F. Trikoma tepi daun dosis 50 Gy

Iradiasi sinar gamma mampu mempengaruhi kerapatan panjang trikoma tepi daun rumput gajah (Gambar 2). Perlakuan dosis 40 Gy (Gambar 2E) memiliki kerapatan yang sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Secara umum, perlakuan lainnya memiliki jarak yang rapat antar trikoma. Perlakuan 40 Gy tampak memiliki jarak antar trikoma yang lebih renggang, sedangkan perlakuan lainnya (Gambar 2B, 2C, 2D, dan 2F) memiliki jarak antar trikoma yang lebih rapat

A. B. C.

D. E. F.

25

dibandingkan dengan kontrol. Jarak trikoma yang renggang berpotensi untuk serangga menyerang tanaman karena trikoma yang renggang tidak menutupi permukaan organ tanaman (Ilahi, Isda, & Rosmaina, 2018).

Buku batang tengah memiliki jenis trikoma yang sama dengan buku batang atas, yaitu trikoma glandular rambut sengat. Berdasarkan kerapatannya iradiasi sinar gamma dengan dosis 30 Gy (Gambar 3D) memiliki jarak trikoma yang lebih rapat beraturan dan pendek dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 10 Gy, 40 Gy, dan 50 Gy (Gambar 3B, 3E, dan 3F) memiliki trikoma yang rapat namun tidak beraturan dibandingkan dengan kontrol (Gambar 3A). Perlakuan yang menunjukkan perbedaan dengan kontrol yaitu dengan dosis 20 Gy (Gambar 3C) yang memiliki jarak antar trikoma yang renggang tidak beraturan. Perbedaan kerapatan trikoma diindikasikan karena iradiasi sinar gamma mampu mengubah kadar dan struktur tanaman secara acak (Sari et al., 2018).

Gambar 3. Bentuk trikoma pada tepi daun rumput gajah perlakuan buku batang tengah. A. Trikoma tepi daun dosis 0 Gy; B. Trikoma tepi daun dosis 10 Gy; C. Trikoma tepi daun dosis 20 Gy; D. Trikoma tepi daun dosis 30 Gy; E. Trikoma tepi daun dosis 40 Gy; F. Trikoma tepi daun dosis 50 Gy

Perlakuan dengan dosis 30 Gy pada buku batang tengah menunjukkan trikoma berukuran kecil dan rapat. Radiasi menyebabkan perubahan pada trikoma yang merupakan derivat dari epidermis dengan kerapatan dan ukuran yang berbeda.

Struktur trikoma yang rapat dan berukuran kecil menyebabkan permukaan daun

A. B. C.

D. E. F.

26

semakin halus. Tekstur daun yang halus dapat memudahkan pencernaan pada hewan ruminansia. Struktur fisik dari tanaman dapat menentukan laju degradasi oleh mikroorganisme rumen. Laju degredasi pakan berbanding lurus dengan tersedianya substrat yang difermentasikan. Tekstur pakan yang semakin halus akan mempercepat laju degredasi dalam saluran pencernaan sehingga waktu untuk mikroorganisme rumen melakukan fermentasi zat pakan akan semakin sedikit (Wati, Achmadi, & Pangestu, 2012).

Gambar 4. Bentuk trikoma pada tepi daun rumput gajah perlakuan buku batang bawah. A. Trikoma tepi daun dosis 30 Gy; B. Trikoma tepi daun dosis 10 Gy; C. Trikoma tepi daun dosis 20 Gy; D. Trikoma tepi daun dosis 0 Gy; E. Trikoma tepi daun dosis 40 Gy; F. Trikoma tepi daun dosis 50 Gy

Hasil iradisi sinar gamma mampu mempengaruhi kerapatan antar trikoma pada buku batang bawah (Gambar 4). Trikoma hasil iradiasi dengan dosis 40 Gy dan 50 Gy (Gambar 4E dan 4F) memiliki kerapatan yang lebih renggang dibandingan dengan perlakuan kontrol (Gambar 4A). Trikoma hasil iradiasi dengan dosis 10 Gy, 20 Gy, dan 30 Gy (Gambar 4B, 4C, dan 4D) berdasarkan hasil pengamatan tampak sama dengan perlakuan kontrol (Gambar 4A). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada dosis 40 Gy dan 50 Gy mampu menghasilkan tanaman mutan terhadap kerapatan trikoma tepi daun rumput gajah. Mutasi induksi dengan dosis tertentu mampu memperoleh perubahan sifat (mutan). Semakin tinggi

A. B. C.

D. E. F.

27

dosis iradiasi mempengaruhi ketahanan hidup dari tanaman semakin rendah (Ngurah & Antha, 2016).

28 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kadar protein kasar tertinggi pada generasi MV2 terjadi pada perlakuan buku tengah dosis 50 Gy, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

2. Perlakuan buku batang atas dosis 30 Gy optimal untuk memperoleh karakter tunas terbanyak dan perlakuan buku batang bawah dosis 30 Gy optimal memperoleh daun yang panjang pada generasi MV1. Perlakuan buku batang atas dosis 10 Gy optimal memperoleh tunas terbanyak pada generasi MV2.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini belum diperoleh kadar protein kasar tertinggi rumput gajah yang stabil karena termasuk dalam generasi awal, sehingga disarankan untuk melanjutkan penelitian dengan perlakuan yang sama hingga ditemukan kadar protein kasar dan karakter agronomi yang stabil.

29 DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. T. (2018). Pengaruh emisi kendaraan bermotor terhadap kerapatan trikoma pada daun angsana (Pterocarpus indicus willd) sebagai tanaman pelindung jalan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung.

Aisyah, S.I., Aswidinnoor, H., & Saefuddin, A. (2009). Induksi mutasi pada stek pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui iradiasi sinar gamma.

Jurnal Agron Indonesia, 4(2), 62–70.

Alfariatna, L., Kusmiyati, F., & Anwar, S. (2018). Karakter fisiologi dan pendugaan heritabilitas tanaman M1 bawang merah (Allium ascalonicum L.) hasil induksi iradiasi sinar gamma. Journal of Agro Complex, 2(1), 19–28.

Alwi, M. (2009). Pembentukan tanaman cabai haploid melalui induksi ginogenesis dengan menggunakan serbuk sari yang diradiasi sinar gamma. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 37(2), 123–129.

Amir, L., Sari, A. P., & Jumadi, O. (2012). Ketersediaan nitrogen tanah dan pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) yang diperlakukan dengan pemberian pupuk kompos azolla. Sainsmat, 1(2), 167–180.

Broertjes, C. & Van, H.A.M. (1988). Applied mutation branding for vegetatively propagated crops. Elsevier. Amsterdam.

Cahyo, F. A., & Dinarti, D. (2015). Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan protocorm like bodies anggrek dendrobium lasianthera (JJ.

Smith) secara in vitro. Jurnal Hortikultura Indonesia, 6(3), 177–186.

Cook, B.G., Pengelly, B.C., Brown, S.D., Donnelly, J.L., Eagles, D.A., Franco, M.A., Hanson, J., Mullen, B.F., Patridge, L.J., Peters, M., & Schultze-Kraft, R (2010). Tropical forages: an interactive selection tool. CSIRO, Brisbane.

Dewi, A.K., & Dwimahyani, A. (2013). Pengaruh Radiasi Gamma Terhadap Perubahan Morfologi Pertumbuhan Stek Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Majalah ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 4(2), 89–102.

Dewi, V. P., Hindun, I., & Wahyuni, S. (2016). Studi trikoma daun pada famili Solanaceae sebagai sumber belajar biologi. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 1(2), 209–218.

Devy, L. & Sastra, D.R. (2006). Pengaruh radiasi sinar gamma terhadap kultur in vitro tanaman jahe. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 8(1), 7–14.

Fathul, F., Liman, N., Purwaningsih, P., & Tantalo, S. (2013). Pengetahuan pakam dan formulasi ransum. Fakultas Pertanian. Lampung.

30

Hafiizh, E.A & Ermayanti, T.M. (2014). Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan tunas kultur in vitro Pennisetum purpureum. Prosiding Seminar Nasional LIPI.

Hameed, A., Shah, T. M., Atta, B. M., Haq, M. A., & Sayed, H. (2008). Gamma irradiation effects on seed germination and growth, protein content, peroxidase and protease activity, lipid peroxidation in desi and kabuli chickpea. Pakistan Journal of Botany, 40(3), 1033–1041.

Handayati, W. (2013). Perkembangan pemuliaan mutasi tanaman hias di indonesia advancement of mutation breeding on ornamental plants in Indonesia. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 9(1), 67–80.

Hauze, V., Tran, G., Giger-Reverdin, S., & Lebas, F.

https://www.feedipedia.org/node/395 diakses pada 9 Maret 2019.

Ilahi, R. N. K., Isda, M. N., & Rosmaina, R. (2018). Morfologi permukaan daun tanaman terung (Solanum melongena L.) sebagai respons terhadap cekaman kekeringan. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 11(1), 41–48.

Istanti, N. W., Nabila, R. A., & Listyawati, S. (2018). Aktivitas hipokolesterolemik beras hitam (Oryza sativa L.) hasil pemuliaan dengan sinar gamma. Prosiding Seminar Nasional APISORA, 54-59.

Laksmita, A. P., Suedy, S. W. A., & Parman, S. (2018). Pengaruh pemberian pupuk nanosilica terhadap pertumbuhan dan kadar serat kasar tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) sebagai bahan pakan ternak. Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 3(1), 29–38.

Mcllory, R.J. (1977). Pengantar budidaya padang rumput tropika. Pradnya Paramita. Jakarta.

Mustami, M.K. (2013). Genetika. Universitas Islam Negeri Alaudin. Makassar.

NFL Titans. https://www.official-nfltitans.com/pengertian-dan-siklus-metabolisme-nitrogen/ diakses pada 21 Januari 2020.

Ngurah, G., & Antha, I. G. (2016). Efek induksi mutasi radiasi gamma 60CO pada pertumbuhan fisiologis tanaman tomat (Lycopersicon esculentum L.). Jurnal Keselamatan Radiasi Dan Lingkungan, 1(2), 5–11.

Parastiti, D. A., Kusdiyantini, E., Hastuti, E. D., Hapsari, B., & Ermayanti, T.M.

(2015). Pertumbuhan tunas Tacca leontopetaloides L. hasil mikropropagasi setelah pemberian radiasi sinar gamma co 60 dan hormon tumbuh yang berbeda. Jurnal Biologi, 4(4), 37–46.

Pardal, S.J. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2014/05/teknik-mutasi-untuk-pemuliaan-tanaman/ diakses pada 9 Maret 2019.

Pertamawati. (2010). Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara in vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1), 31–37

31

Purba, K.R., Bayu, E.S., & Nuriadi, I. (2013) Induksi mutasi radiasi sinar gamma pada beberapa varietas kedelai hitam (Glycine max L. Merill). Jurnal Online Agroteknologi, 1(2), 154–165.

Purbajanti, E.D. (2013). Rumput dan legum sebagai hijauan makanan ternak.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Putra, W.A.A.P., Adi, P.I.G.B., Wirawan, I.W., Sumardani, N.L.G., & Suberata, I.W. (2014). Respons rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) terhadap aplikasi pupuk urea, kotoran ayam, dan kotoran sapi sebagai sumber nitrogen (N). Majalah Ilmiah Peternakan, 17(2), 41–45.

Rahman, Q. K., & Aisyah, S. I. (2018). Induksi mutasi fisik pada paku bintik (Microsorum punctatum) melalui iradiasi sinar gamma. Buletin Agrohorti, 6(3), 422-429.

Ramadan, V. R., Kendarini, N., & Sumeru, A. (2014). Kajian pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis). 4(3), 180–186.

Rohyani, I.S., Aryani, E., & Suripto, S. (2015). Potensi nilai gizi tumbuhan pangan lokal Pulau Lombok sebagai basis penguatan ketahanan pangan nasional.

Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan, 1(1), 43–47

Rustiyana, E., Liman, L., & Fathul, F. (2016). Pengaruh substitusi rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan pelepah daun sawit terhadap kecernaan protein kasar dan kecernaan serat kasar pada kambing. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(2), 161–165.

Sari, B. L., Rahayu, D. P., Rohdiana, D., Nurlita, S., & Sahara, P. S. (2018).

Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap kadar flavonoid dan tanin total teh putih (Camellia sinensis L.) dan benalu teh (Scurulla atropurpurea BL.

Dans). Jurnal Kefarmasian Indonesia, 8(1), 1–9.

Setiawan, R.B., Khumaida, N., & Dinarti, D. (2015). Induksi mutasi kalus embriogenik gandum (Triticum aestivum L.) melalui iradiasi sinar gamma untuk toleransi suhu tinggi. Jurnal Agron Indonesia, 43(1), 36–44.

Setiawan, S. & Wahyudi, A. (2014). Pengaruh giberelin terhadap pertumbuhan beberapa varietas lada untuk penyediaan benih secara cepat. Bul. Litro, 25(2), 111–118.

Sirait, J. (2017). Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv . Mott) sebagai hijauan pakan untuk ruminansia. Wartazoa, 27(4), 167–176.

Sobrizal. (2008). Mutasi induksi untuk mereduksi tinggi tanaman padi galur KI 237.

Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 4(2), 99–108.

Soedjono, S. (2003). Aplikasi mutasi induksi dan variasi somaklonal dalam pemuliaan tanaman. Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 70–78.

32

Suci, C.W., & Heddy, S. (2018). Pengaruh intensitas cahaya terhadap keragaan tanaman puring (Codiaeum variegetum), 6(1), 161–169.

Susilawati, M. (2015). Perancangan percobaan. Universitas Udayana. Denpasar.

Sutapa, G.N., & Kasmawan, I.G.A. (2016). The induction mutation effects of 60 co gamma radiation on physiological growth of tomato. Jurnal Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. 1(2), 5–11.

Suwarno, A., Habibah, N.A., & Herlina, L. (2013). Respon pertumbuhan planlet anggrek Phalaeonopsis amabilis L. var. Jawa Candiochid akibat radiasi sinar gamma. Unnes Journal of Life Science, 2(2), 78–84.

Syaifudin, M. (2005). Indikator biokimia sel terhadap radiasi pengion. Buletin Alara, 6(3), 125–131.

Syukur, M., Sujiprihati, S., & Yunianti, N.

http://muhsyukur.staf.ipb.ac.id/2010/06/01/teknik-pemuliaan-tanaman/

diakses pada 9 Maret 2019.

Togatorop, E. R., Aisyah, S. I., Rizal, M., & Damanik, M. (2016). Pengaruh mutasi fisik iradiasi sinar gamma terhadap keragaman genetik dan penampilan Coleus blumei. Jurnal Hortikultura Indonesia, 7(3), 187–194.

Utami, E.S.W., Soemardi, I., Taryono, T., & Semiarti, E. (2007). Sintesis protein selama embriogenesis somatik anggrek bulan Phalaenopsis amabilis (L.).

Biodiversitas, 8(3), 188–191.

Wati, N.E., Achmadi, J., & Pangestu, E. (2012). Degradasi nutrien bahan pakan limbah pertanian dalam rumen kambing secara in sacco. Animal Agriculture Journal, 1(1), 485–495.

Wati, R., Sumarsono, S., & Surahwanto, S. (2012). Kadar protein kasar dan serat kasar eceng gondok sebagai sumber daya pakan di perairan yang mendapat limbah kotoran itik. Journal of Chemical Information and Modeling, 1(1), 181–191.

33 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian Denah penelitian pada MV1

Keterangan: U1 (ulangan 1); U2 (ulangan 2); U3 (ulangan 3); B1 (buku batang atas); B1D0 (buku batang atas kontrol); B1D1 (buku batang atas + 10 Gy); B1D2 (buku batang atas + 20 Gy); B1D3 (buku batang atas + 30 Gy); B1D4 (buku batang atas + 40 Gy); B1D5 (buku batang atas + 50 Gy); B2D0 (buku batang tengah kontrol); B2D1 (buku batang tengah + 10 Gy); B2D2 (buku batang tengah + 20 Gy); B2D3 (buku batang tengah + 30 Gy); B2D4 (buku batang tengah + 40 Gy); B2D5 (buku batang tengah + 50 Gy);

B3D0 (buku batang bawah kontrol); B3D1 (buku batang bawah + 10 Gy); B3D2 (buku batang bawah + 20 Gy); B3D3 (buku batang bawah + 30 Gy); B3D4 (buku batang

Keterangan: U1 (ulangan 1); U2 (ulangan 2); U3 (ulangan 3); B1 (buku batang atas); B1D0 (buku batang atas kontrol); B1D1 (buku batang atas + 10 Gy); B1D2 (buku batang atas + 20 Gy); B1D3 (buku batang atas + 30 Gy); B1D4 (buku batang atas + 40 Gy); B1D5 (buku batang atas + 50 Gy); B2D0 (buku batang tengah kontrol); B2D1 (buku batang tengah + 10 Gy); B2D2 (buku batang tengah + 20 Gy); B2D3 (buku batang tengah + 30 Gy); B2D4 (buku batang tengah + 40 Gy); B2D5 (buku batang tengah + 50 Gy);

B3D0 (buku batang bawah kontrol); B3D1 (buku batang bawah + 10 Gy); B3D2 (buku batang bawah + 20 Gy); B3D3 (buku batang bawah + 30 Gy); B3D4 (buku batang bawah + 40 Gy); B3D5 (buku batang bawah + 50 Gy)

34

Lampiran 2. Analisis ragam kadar protein kasar rumput gajah pada MV2

SK JK DB KT F Sig.

Kelompok 451,08 2 225,54 82,46 0,00*

Dosis (A) 16,89 5 3,38 1,24 0,31

Buku Batang (B) 0,65 2 0,32 0,12 0,89

(A) * (B) 20,22 10 2,02 0,74 0,68

Galat 93,00 34 2,74

Total 581,84 53

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

35

Lampiran 3. Analisis ragam karakter agronomi rumput gajah Tinggi tanaman MV1

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

Jumlah daun MV2

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

Jumlah tunas MV1

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

36

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

Panjang daun MV1

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

Panjang daun MV2

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

37

Lebar daun MV2

SK JK DB KT F Sig.

Kelompok 7,36 2 3,68 21,99 0,00*

Dosis (A) 1,24 5 0,25 1,49 0,22

Buku Batang (B) 1,05 2 0,52 3,12 0,06

(A) * (B) 1,68 10 0,17 1,004 0,46

Galat 5,69 34 0,17

Total 17,01 53

Keterangan: *: Berpengaruh nyata pada uji F 5%

38

Lampiran 4. Uji lanjut Duncan perlakuan dosis terhadap karakter agronomi rumput gajah

Keterangan: Superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%; D0 (dosis 10 Gy); D1 (dosis 10 Gy); D2 (dosis 20 Gy); D3

Keterangan: Superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%; D0 (dosis 10 Gy); D1 (dosis 10 Gy); D2 (dosis 20 Gy); D3 (dosis 30 Gy); D4 (dosis 40 Gy); D5 (dosis 50 Gy)

39

Lampiran 5. Uji lanjut Duncan perlakuan buku batang terhadap karakter agronomi rumput gajah

Perlakuan buku batang pada MV1 Perlakuan

Keterangan: Superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%; B1 (buku batang atas); B2 (buku batang tengah); B3 (buku batang bawah

Perlakuan buku batang pada MV2

Keterangan: Superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%; B1 (buku batang atas); B2 (buku batang tengah); B3 (buku

Dokumen terkait