• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KADAR PROTEIN KASAR DAN KARAKTER AGRONOMI TANAMAN RUMPUT GAJAH

(Pennisetum purpureum Schumach.) MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA PADA MV1 DAN MV2

MANHALUSH INTAN SHAFIFI

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M / 1441 H

(2)

ii

PENINGKATAN KADAR PROTEIN KASAR DAN KARAKTER AGRONOMI TANAMAN RUMPUT GAJAH

(Pennisetum purpureum Schumach.) MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA PADA MV1 DAN MV2

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

MANHALUSH INTAN SHAFIFI 11150950000062

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020M / 1441 H

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi ABSTRAK

Manhalush Intan Shafifi. Peningkatan Kadar Protein Kasar dan Karakter Agronomi Tanaman Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach.) melalui Iradiasi Sinar Gamma pada MV1 dan MV2. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Dibimbing oleh Dasumiati dan Marina Yuniawati Maryono.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach.) memiliki kadar protein kasar 6,26%. Ternak ruminansia membutuhkan protein kasar 10-15%. Cara alternatif untuk meningkatkan kadar protein kasar dapat dilakukan dengan metode mutasi induksi menggunakan sinar gamma. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar protein kasar tanaman dan memperoleh karakter agronomi tanaman yang unggul. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok factorial. Faktor pertama adalah iradiasi dosis dengan taraf dosis 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 Gy. Faktor kedua adalah buku batang, yaitu buku batang atas, tengah, dan bawah. Hasil peningkatan protein kasar tertinggi terjadi pada perlakuan buku tengah dosis 50 Gy yaitu sebesar 12,19%. Hasil berpengaruh nyata terjadi pada karakter agronomi jumlah tunas dan panjang daun. Hasil berpengaruh nyata pada generasi kedua terjadi pada karakter agronomi jumlah tunas. Kesimpulan dari penelitian yaitu peningkatan kadar protein kasar tertinggi terjadi pada buku tengah dosis 50 Gy, namun hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Jumlah tunas terbanyak pada generasi pertama terjadi pada interaksi buku atas dosis 30 Gy dan panjang daun tertinggi terjadi pada interaksi buku bawah dosis 30 Gy.

Perlakuan buku atas dosis 10 Gy mampu memperoleh karakter jumlah tunas yang banyak pada generasi kedua.

Kata kunci: Iradiasi; Karakter agronomi; Pennisetum purpureum Schumach.;

Protein kasar

(7)

vii ABSTRACT

Manhalush Intan Shafifi. Increase crude protein contents and agronomic characters of elephant grass (Pennisetum purpureum Schumach.) through Gamma Irradiation in MV1 and MV2. Undergraduate Thesis. Departement of Biologi. Faculty of Science and Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. Advised by Dasumiati and Marina Yuniawati Maryono.

Elephant grass (Pennisetum purpureum Schumach.) had crude protein 6,26%.

Ruminant animal need 10-15% crude protein. An alternative way to increase the crude protein with induction by used gamma ray irradiation. The purpose of this research were to increase the crude protein content and get superior agronomic characters of the plant. The experimental design used a random block design. The first factor was irradiation dose with level dose 0, 10, 20, 30, 40, and 50 Gy. The second factor was the nodes, upper node, middle node, and lower node. The result of crude protein was the highest increase occurred in the middle node with dosage of 50 Gy in the amount of 12,19%. The significant result occurred in agronomic characters of total of shoots and leaf length in the first generation. The significant result occurred im agronomic characters of total of shoots in the second generation.

The conclusion were that highest increase of crude protein occurred on the middle node dose of 50 Gy, however these result were not significantly different from other treatments. The highest shoots in the first generation occurred on the interaction of upper node dose of 30 Gy and the longest leaves occurred on the interaction of under node dose of 30 Gy. The interaction of upper node dose of 10 Gy was able to obtain the most shoots in the second generation.

Keywords: Agronomic characters; Crude protein; Irradiation; Pennisetum purpureum Schumach.

(8)

viii KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kadar Protein Kasar dan Karakter Agronomi Tanaman Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach.) melalui Iradiasi Sinar Gamma pada MV1 dan MV2”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallalahu A’layhi Wassalam sebagai suri tauladan dan pembawa petunjuk bagi umat manusia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta sebagai dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.

2. Dr. Priyanti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji seminar proposal yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.

3. Narti Fitriana, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Dasumiati, M.Si sebagai dosen pembimbing I atas segala kesempatan, ilmu, waktu, bimbingan, dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis.

5. Marina Yuniawati Maryono, M.Si sebagai dosen pembimbing II atas segala kesempatan, ilmu, waktu, bimbingan, dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis.

6. Etyn Yunita, M.Si sebagai dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis.

7. Ir. Junaidi, M.Si sebagai dosen penguji seminar proposal dan seminar hasil yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

8. Ardian Khairiah, M.Si sebagai dosen penguji seminar hasil yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

9. Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR BATAN) yang telah memberikan kesempatan penelitian kepada penulis.

(9)

ix

10. Dr. Irawan Sugoro, M.Si sebagai kepala bidang pertanian atas kesempatan dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis

11. Deudeu Lasmawati sebagai penanggung jawab laboratorium pangan yang telah membantu penulis dalam analisis protein.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan seluruh pihak khususnya bidang biologi.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Hipotesis Penelitian ... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 2

1.5. Manfaat Penelitian ... 2

1.6. Kerangka Berpikir ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Hijauan Pakan Ruminansia ... 4

2.2. Pemuliaan Tanaman ... 4

2.3. Mutasi Induksi pada Organ Vegetatif Tanaman ... 6

2.4. Metabolisme Nitrogen ... 7

2.5. Sintesis Protein ... 8

BAB III. METODE PENELITIAN ... 9

3.1. Waktu dan Tempat... 9

3.2. Alat dan Bahan ... 9

3.3. Rancangan Percobaan ... 9

3.4. Cara Kerja ... 10

3.5. Pemeliharaan Tanaman ... 10

3.6. Parameter Penelitian ... 11

3.7. Analisis Data... 12

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Kadar dan Persentase Peningkatan Protein Kasar Rumput Gajah ... 13

4.2. Karakter Agronomi Rumput Gajah pada MV1 ... 16

4.3. Karakter Agronomi Rumput Gajah pada MV2 ... 19

4.4. Trikoma Daun Rumput Gajah ... 24

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 33

(11)

xi DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.

Kadar Protein Kasar pada MV2 Hasil Iradiasi Sinar Gamma……..

14 Tabel 2. Persentase Peningkatan Kadar Protein Kasar Rumput Gajah pada

MV2……… 15

Tabel 3. Rata-Rata Karakter Agronomi pada MV1 Hasil Iradiasi Sinar

Gamma……….. 17

Tabel 4. Rata-Rata Karakter Agronomi pada MV2 Hasil Iradiasi Sinar Gamma……… 21

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian……… 3 Gambar 2. Bentuk Trikoma Daun Rumput Gajah Perlakuan Buku Batang

Atas………... 24

Gambar 3. Bentuk Trikoma Daun Rumput Gajah Perlakuan Buku Batang

Tengah……….. 25

Gambar 4. Bentuk Trikoma Daun Rumput Gajah Perlakuan Buku Batang

Bawah………... 26

(13)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Denah Penelitian……… 33 Lampiran 2. Analisis Ragam Kadar Protein Kasar Rumput Gajah…………. 34 Lampiran 3. Analisis Ragam Karakter Agronomi Rumput Gajah………….. 35 Lampiran 4. Uji Lanjut Duncan Perlakuan Dosis terhadap Karakter

Agronomi Rumput Gajah………... 38 Lampiran 5. Uji Lanjut Duncan Perlakuan Buku Batang terhadap Karakter

Agronomi Rumput Gajah……… 39

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan utama hewan ternak ruminansia berupa hijauan (Rustiyana, Liman,

& Fathul, 2016). Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach.) menjadi salah satu jenis hijauan yang banyak dimanfaatkan oleh peternak. Rumput gajah memiliki kadar nutrisi berupa protein kasar 6,26%, lemak 2,06%, serat kasar 32,60%, abu 9,12%. BETN 41,82%, kalsium 0,46%, dan fosfor 0,37%. Secara kualitas, kadar protein rumput gajah kondisi segar kurang memenuhi kebutuhan ruminansia karena kadar protein kasar yang dibutuhkan ruminansia sebesar 10 – 15% (Fathul, Liman, Purwaningsih, & Tantalo, 2013).

Pakan yang baik secara kualitas harus mengandung protein yang cukup karena berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak. Perbaikan sifat tanaman dengan kualitas unggul dapat dilakukan dengan pemuliaan tanaman yang mengaplikasikan metode mutasi induksi melalui iradiasi sinar gamma. Peningkatan kadar protein kasar dapat terjadi jika nitrogen terinduksi sinar gamma masuk ke dalam rantai polipeptida (Alfariatna, Kusmiyati, & Anwar, 2018). Gen memberikan perintah untuk membentuk protein melalui proses transkripsi (Mustami, 2013).

Stek batang menjadi salah satu cara memperbanyak tanaman untuk menghasilkan bibit yang seragam. Pemilihan bagian batang yang digunakan akan mempengaruhi percepatan pertumbuhan tanaman dengan menggunakan bagian yang berbeda. Pertumbuhan antar batang disebabkan karena kadar auksin dan nitrogen yang berbeda dari masing-masing bagian batang (Ramadan, Kendarini, &

Sumeru, 2014). Menurut penelitian Hafiizh & Ermayanti (2014), pemuliaan tanaman pada rumput gajah untuk pertumbuhan tunas kultur in vitro memberikan hasil optimal pada dosis 30 Gy. Hal ini karena dosis yang tepat dapat mempertahankan daya hidup tunas.

Penelitian tentang peningkatan kadar protein kasar tanaman rumput gajah melalui iradiasi sinar gamma belum pernah dilakukan, sehingga perlu dilakukan

(15)

2

dengan harapan dapat memberikan manfaat untuk merakit varietas rumput gajah yang memiliki kadar protein kasar tinggi dan karakter agronomi unggul.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah diperoleh peningkatan kadar protein kasar pada tanaman rumput gajah generasi MV2 hasil iradiasi sinar gamma?

2. Apakah diperoleh karakter agronomi dengan tunas banyak serta daun yang panjang, lebar, dan banyak pada tanaman rumput gajah generasi MV1 dan MV2 hasil iradiasi sinar gamma?

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kadar protein kasar pada tanaman rumput gajah generasi MV2 hasil iradiasi sinar gamma dapat diperoleh.

2. Karakter agronomi dengan tunas banyak serta daun yang panjang, lebar, dan banyak pada tanaman rumput gajah generasi MV1 dan MV2 hasil iradiasi sinar gamma dapat diperoleh.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kadar protein kasar pada tanaman rumput gajah generasi MV2 hasil iradiasi sinar gamma.

2. Memperoleh karakter agronomi dengan tunas banyak serta daun yang panjang, lebar, dan banyak pada tanaman rumput gajah generasi MV1 dan MV2 hasil iradiasi sinar gamma.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi bermanfaat yang dapat menunjang pihak-pihak terkait yang berupaya untuk merakit varietas rumput gajah yang memiliki kadar protein kasar tinggi dan karakter agronomi unggul.

(16)

3

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah:

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach.) sebagai hijauan pakan ruminansia

Kadar protein kasar tanaman rumput gajah 6,26%

Peningkatan kadar protein kasar tanaman rumput gajah

Mutasi induksi dengan iradiasi sinar gamma Sapi membutuhkan protein kasar sebesar 10% -

15%

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian peningkatan kadar protein kasar tanaman rumput gajah melalui iradiasi sinar gamma.

Kadar protein kasar rumput gajah

meningkat

Karakter agronomi rumput gajah unggul

(17)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hijauan Pakan Ruminansia

Hijaun pakan adalah tanaman pakan yang berasal dari rumput dan legum yang diambil hijauannya untuk pakan. Hijauan pakan dapat diukur jumlahnya sebagai produksi hijauan sama dengan hasil kumulatif panen dalam satu tahun.

Hijauan pakan dapat bermanfaat digunakan sebagai pakan oleh hewan ternak, termasuk ruminansia. Penanaman hijauan pakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan, upaya konservasi lahan, dan menghasilkan keuntungan (Purbadjanti, 2013).

Hijauan pakan memiliki nilai nutrisi yang penting bagi ternak ruminansia.

Hijauan mengandung protein kasar, lemak, serat kasar, dan mineral. Tanaman pakan dapat disebut baik bagi ternak ruminansia apabila mengandung protein kasar yang tinggi. Pertumbuhan tanaman rumput dan legum dipengaruhi oleh faktor tumbuh seperti hara, air, dan iklim. Unsur hara dan air dapat diperoleh tanaman dari tanah. Tanah menjadi penyokong hidup tanaman sebagai penyedia tunjangan mekanis agar tanaman dapat tegak dan kokoh. Iklim mempengaruhi pertumbuhan tanaman hijauan pakan. Konservasi hijauan pakan perlu dilakukan pada daerah tropis. Hal ini karena daerah tropis memiliki dua musim berbeda. Hijauan pakan akan berlimpah pada musim penghujan, namun akan berkurang saat musim kemarau (Sirait, 2017).

2.2. Pemuliaan Tanaman

Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan paduan antara seni dan ilmu pengetahuan untuk merakit keragaman genetik dari populasi tanaman tertentu menjadi tanaman baru dengan sifat yang lebih unggul (Syukur, Sujiprihati, &

Yunianti, 2010). Tujuan lain dari pemuliaan tanaman yaitu mengembangkan varietas yang lebih baik pada lahan pertanian baru, mengembangkan varietas baru yang tahan terhadap penyakit dan hama, memperbaiki sifat agronomik dan hortikultur, dan peningkatan kualitas tanaman. Pemuliaan tanaman dapat dilakukan secara konvensional ataupun modern. Pemuliaan tanaman secara konvensional

(18)

5

dapat dilakukan dengan cara persilangan antar spesies, varietas, atau genera dengan sifat yang diinginkan. Pemuliaan dengan persilangan dapat dilakukan pada tanaman berbunga, berbiji, dan berbuah untuk memperoleh keturunan. Pemuliaan tanaman secara modern dapat dilakukan dengan menggunakan mutasi induksi. Mutasi induksi dapat diterapkan pada tanaman yang tidak dapat diperbaiki dengan cara persilangan (Soedjono, 2003).

Mutasi terbagi menjadi dua, yaitu mutasi secara alami dan buatan. Mutasi alami berasal dapat berasal dari sinar matahari. Mutasi alami memiliki peluang sangat kecil untuk menciptakan keragaman. Mutasi buatan terbagi menjadi dua, yaitu dengan menggunakan mutagen kimia dan fisik. Mutasi induksi dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia seperti EMS (ethylene methane sulfonate), NMU (nitrosomethyl urea), NTG (nitrosoguanidine) atau mutagen fisik seperti sinar gamma, sinar X, dan sinar neutron (Aisyah, Aswidinnoor, &

Saefuddin, 2009).

Pemuliaan tanaman dengan mutasi induksi berkembang seiring dengan perkembangan bioteknologi. Mutasi induksi menjadi metode dalam pemuliaan tanaman yang menjanjikan, khususnya bagi tanaman yang berkembangbiak secara vegetatif. Mutasi induksi di Indonesia mulai diterapkan pada tahun 1967 setelah berdirinya instalasi sinar CO60 di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Pasar Jumat (Soedjono, 2003). Penerapan pemuliaan tanaman di Indonesia beberapa diantaranya yaitu pada tanaman padi galur KI 237 (Sobrizal, 2008), anyelir (Aisyah et al., 2009), kedelai hitam (Purba, Bayu, & Nuriadi, 2013), gandum (Setiawan, Khumaida, & Dinarti, 2015).

Pengembangan variasi pada tanaman rumput gajah dilakukan untuk mendapatkan keragaman genetik sehingga memperoleh kadar protein kasar yang tinggi. Keragaman dapat dilakukan dengan cara mutasi fisik dengan menggunakan iradiasi sinar gamma. Mutasi dengan iradiasi sinar gamma pada bagian vegetatif tanaman memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan dengan mutagen kimia. Hal ini karena rendahnya daya serap jaringan vegetatif tanaman terhadap cairan kimia (Broertjes & Van, 1988).

(19)

6

2.3. Mutasi Induksi pada Organ Vegetatif Tanaman

Teknik mutasi induksi merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan keragaman tanaman sehingga dapat menghasilkan varietas baru yang unggul. Pada generasi kedua (MV2) apabila sel mutan mampu bertahan, hal ini berarti sel normal akan menghilang dan sifat tanaman akan mengikuti sel mutan tersebut (Aisyah et al., 2009). Tanaman yang diberi perlakuan mutasi induksi secara langsung akan terjadi khimera pada sel tanaman (Soedjono, 2003). Tanaman mutan dengan kondisi yang telah stabil dapat dilepas sebagai varietas baru yang unggul setelah melewati beberapa tahap seleksi dan uji. Seleksi tanaman dilakukan minimal hingga generasi keempat atau kelima (Handayati, 2013).

Menurut Soedjono (2003), pemberian dosis iradiasi untuk memperoleh mutan tergantung pada jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, dan bahan yang akan dimutasi. Rumput gajah merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2.000 m dpl dan dapat tumbuh baik pada kondisi cahaya penuh dengan suhu 25-40°C (Hauze, Tran, Giger-Reverdin, & Lebas, 2016). Tanaman rumput gajah dapat dikembangbiakan secara vegetatif melalui stek. Dosis iradiasi maksimum yang dapat diberikan kepada tanaman rumput gajah yaitu 50 Gy. Dosis iradiasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena enzim yang merangsang pertumbuhan menjadi tidak aktif (Hafiizh & Ermayanti, 2014), sedangkan dosis iradiasi yang rendah umumnya dapat mempertahankan daya hidup tunas tanaman (Soedjono, 2003).

Sinar radioaktif jika mengenai jaringan tanaman akan menimbulkan ionisasi molekul air. kemudian akan mengoksidasi gula dalam DNA sehingga rangkaian nukleotidanya akan putus. Radiasi ada yang langsung menyebabkan basa nukleotida menjadi lepas, rusak, atau berubah susunan molekulnya, sehingga menghambat replikasi dan transkripsinya serta mengakibatkan tidak dihasilkannya asam amino karena tidak terbaca pada waktu translasi. Radiasi ionisasi yang terserap ke dalam material biologis akan beraksi secara langsung terhadap target sel kritis atau secara tidak langsung melalui pembangkitan metabolit yang dapat memodifikasi komponen-komponen sel penting (Sari, Rahayu, Rohdiana, Nurlita,

& Sahara, 2018).

(20)

7

Radiasi juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam komposisi basa dan juga putusnya rantai DNA. Efek radiasi terhadap basa lebih penting dan berperan secara langsung dalam proses mutasi gen, seperti terjadinya substitusi, penambahan atau hilangnya basa dalam molekul DNA. Radiasi juga dapat menginduksi perubahan struktur kromosom, yaitu terjadinya pematahan kromosom. Pada dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya delesi, dan semakin tinggi dosisnya akan terjadi duplikasi, inversi, atau translokasi kromosom (Devy &

Sastra, 2006).

2.4. Metabolisme Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur yang dominan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan nutrisi termasuk protein. Protein merupakan makronutrisi berupa senyawa asam amino yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme dalam tubuh makhluk hidup. Protein pada tanaman terbentuk dari proses anabolisme yang dirombak pada tanaman melalui proses katabolisme.

Protein pada tumbuhan dapat dilihat dari adanya kandungan nitrogen.

Pembentukan protein pada tanaman memerlukan adanya nitrogen dan apabila kekurangan nitrogen dapat diartikan sebagai kekurangan protein (Rohyani, Aryanti,

& Suripto, 2015).

Metabolisme nitrogen diawali dari siklus yang dimulai dari aktivitas mikroorganisme pemfiksasi nitrogen yang mampu mengikat gas nitrogen bebas di udara menjadi senyawa yang larut dalam air dan dapat digunakan dalam kegiatan biologis. Siklus metabolisme nitrogen tersebut diawali dengan mereduksi gas nitrogen pada udara (N2) menjadi NH4+ dengan bantuan enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh mikroorganisme penambat nitrogen seperti Rhizobium (NFL Titans, 2015).

Bakteri penambat nitrogen masuk melalui rambut-rambut akar dan menetap dalam akar dan membentuk bintil pada akar. Bakteri menggunakan enzim nitrogenase untuk mengikat nitrogen di udara dan merubahnya menjadi amonia dan asetylen menjadi ethylen. Gen yang mengatur proses pengikatan yaitu gen nif (nitrogen – fixation).

(21)

8

2.5. Sintesis Protein

Sintesis protein adalah proses individu sel membentuk protein spesifik untuk tujuan dan fungsi yang spesifik. Proses ini melibatkan DNA (deoxyribonucleic acid), RNA (ribonucleic acid), dan enzim. Sintesis protein terdiri dari 2 proses yaitu transkripsi dan translasi. Transkripsi bertujuan untuk membuat salinan RNA dari untaian gen di DNA. RNA menyalin informasi yang dibutuhkan untuk membentuk polipeptida.

Transkripsi terdiri dari 3 proses yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. Pada proses inisiasi promoter (untai DNA) mengikat RNA polymerase. Setelah terikat, RNA polimerase memisahkan untaian ganda DNA dan menyediakan cetakan untaian tunggal untuk ditranskripsi. Pada proses elongasi RNA polimerase keluar dari nukleotida, membuat sebuah untai dari 5′ ke 3′. RNA membawa informasi yang sama dari untaian DNA non-tamplate. Proses terminasi berlangsung saat terminator memberikan sinyal bahwa transkripsi RNA telah selesai dan RNA polimerase melepaskan hasil transkripsi RNA.

Proses translasi berlangsung saat sel ‘membaca’ informasi pada messenger RNA (mRNA) dan menggunakannya untuk membentuk protein. Terdapat 2 jenis molekul yang memiliki peran penting dalam translasi, yaitu tRNA dan ribosom.

Transfer RNA (tRNA) menghubungkan kodon mRNA ke asam amino yang dikoding. Ribosom merupakan organel sel pembentuk protein. Ribosom mempunyai 2 subunit, yang besar dan yang kecil. Ribosom menyediakan set slot di mana tRNA bisa menemukan kodon yang sesuai dengan cetakan mRNA dan mengirimkan asam aminonya.

Proses dari translasi adalah inisiasi, elongasi, dan terminasi. Pada proses inisiasi, ribosom merakit di sekitar mRNA untuk dibaca dan tRNA pertama yang membawa asam amino metionin (yang cocok dengan start codon, AUG). Pada proses elongasi, rantai asam amino diperpanjang dan mRNA. Proses terminasi adalah proses saat rantai polipeptida dilepaskan. Proses ini dimulai ketika stop codon (UAG, UAA, atau UGA) memasuki ribosom, membuat rantai polipeptida terpisah dari tRNA dan lepas keluar dari ribosom. Polipeptida yang terbentuk kemudian bergabung dengan polipeptida lain untuk dapat berfungsi sebagai protein.

(22)

9 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Oktober 2019 berlokasi di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR BATAN), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.

Kondisi iklim daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan selama penelitian berlangsung memiliki kisaran temperatur 21 – 35˚C dengan kelembaban relatif 40 – 95 %. Intensitas cahaya saat penelitian yaitu 40000 – 44400 lux.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah Iradiator Panorama Serbaguna (IRPASENA) dengan sumber cobalt-60, gunting stek tanaman, bak plastik dengan ukuran 38 cm

× 31,5 cm × 11 cm, mikroskop digital, gunting daun, oven, grinder, timbangan analitik, digester OPSIS, destilator OPSIS liquidline, titrator titraline 5000, tabung reaksi, hot plate, labu erlenmeyer, pipet tetes, penggaris, meteran, alat tulis, label, dan kamera.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah batang rumput gajah yang berasal dari koleksi PAIR BATAN, tanah ultisol, dan pupuk kandang. Bahan kimia yang digunakan dalam analisis kadar protein kasar yaitu HCl 0,02 N, H2SO4

97%, selenium mix 1 g, H3BO3 5%, dan NaOH 40%.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah iradiasi sinar gamma yang terdiri dari 6 taraf dosis yaitu 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 Gy. Faktor kedua adalah 3 bagian buku batang pada tanaman rumput gajah yaitu buku batang atas, tengah, dan bawah Setiap perlakuan terdiri dari 6 individu tanaman dan diulang sebanyak 3 kali dengan denah penelitian pada lampiran 1. Penelitian dilakukan dari generasi satu (MV1) hingga generasi dua (MV2).

(23)

10

3.4. Cara Kerja

Materi tanaman rumput gajah yang berasal dari koleksi PAIR BATAN dipersiapkan sebelum dilakukan iradiasi sinar gamma. Hal ini bertujuan untuk menstabilkan kondisi tanaman pra iradiasi. Materi yang digunakan terdiri dari buku batang atas, buku batang tengah, dan buku batang bawah tanaman rumput gajah.

Buku batang tersebut diambil dari bagian terbawah tanaman. Buku batang tanaman rumput gajah dipotong dengan menggunakan gunting stek dengan panjang 20 cm dan ditanam 5 cm ke dalam tanah ultisol dalam bak plastik berukuran 38 cm × 31,5 cm × 11 cm selama 14 hari. Tanah ultisol yang digunakan merupakan tanah ultisol yang telah dikelola oleh pihak BATAN. Tanaman yang bertahan hidup diambil dari tanah kemudian diiradiasi menggunakan iradiator panorama serbaguna dengan dosis 10, 20, 30, 40, dan 50 Gy. Tanaman yang tidak diiradiasi dijadikan sebagai kontrol tetua.

Pasca iradiasi, tanaman rumput gajah ditanam dalam bak plastik berukuran 38 cm × 31,5 cm × 11 cm menggunakan media tanah ultisol. Tanaman rumput gajah sebagai generasi pertama (MV1) ditanam dengan jarak 10 cm. Tanaman ditanam hingga 16 minggu. Sebagai generasi kedua (MV2), tanaman yang dapat bertahan hidup dipotong 20 cm dari titik awal pertumbuhan tunas menggunakan gunting stek, kemudian ditanam selama 16 minggu di lahan berukuran 15 m × 15 m dengan jarak 30 cm.

3.5. Pemeliharaan Tanaman

Tanaman dipelihara dengan cara disiram 2 kali dalam 1 hari, yaitu pagi dan sore. Gulma yang berada di sekitar tanaman dilakukan penyiangan setiap hari.

Tanah yang digunakan digemburkan setiap 1 minggu 1 kali dengan tujuan untuk meratakan unsur hara pada tanah. Tanaman dipupuk menggunakan pupuk kandang setiap 4 minggu satu kali sebagai sumber unsur hara dalam proses pertumbuhan tanaman.

(24)

11

3.6. Parameter Penelitian

Parameter pada penelitian ini adalah:

1. Tinggi tanaman (cm): tinggi tanaman diukur menggunakan meteran mulai dari permukaan tanah hingga pucuk daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada minggu akhir generasi pertama dan kedua.

2. Panjang daun (cm): panjang daun diukur menggunakan meteran mulai dari titik tumbuh daun pada tunas hingga pucuk daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada minggu akhir generasi pertama dan kedua.

3. Lebar daun (cm): lebar daun diukur menggunakan penggaris pada bagian tengah daun mulai dari kiri hingga kanan daun. Pengukuran dilakukan pada minggu akhir generasi pertama dan kedua.

4. Jumlah daun: jumlah daun yang muncul dari setiap tunas dihitung. Jumlah daun dihitung pada minggu akhir generasi pertama dan kedua.

5. Jumlah tunas: jumlah tunas yang muncul dari setiap buku tanaman dihitung.

Jumlah tunas dihitung pada minggu akhir generasi pertama dan kedua.

6. Bentuk trikoma: bentuk trikoma diamati menggunakan mikroskop digital dan disetarakan dengan bentuk trikoma pada tanaman kontrol. Bentuk trikoma diamati pada minggu akhir generasi dua.

7. Kadar protein kasar: metode yang digunakan dalam menentukan kadar protein kasar pada tanaman rumput gajah adalah metode Kjeldahl. Sampel yang digunakan berasal dari generasi kedua (MV2). Bagian tanaman yang digunakan yaitu seluruh daun dan batang muda. Sampel kemudian dicacah menggunakan gunting hingga berukuran 5 cm. Sampel dicampur hingga homogen dan dioven dengan suhu 60°C selama 3 hari. Sampel yang sudah kering dihaluskan menggunakan grinder, kemudian ditimbang 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Sampel dalam tabung reaksi ditambahkan 1 g selenium mix dan 12 ml H2SO4. Sampel kemudian didestruksi selama 100 menit dengan suhu 400⁰C. Tahap selanjutnya yaitu sampel didestilasi menggunakan 30 ml H3BO3 5% yang telah ditambahkan metil merah dan larutan NaOH 40% sebanyak 50 ml. Tahap akhir yaitu sampel dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan

(25)

12

perubahan warna menjadi merah muda. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi dicatat.

Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus

Kadar Protein Kasar = V x N x 14,008 x 6,25

massa sampel (mg) x 100%

Keterangan: V: Volume titrasi

N: Normalitas larutan HCl

3.7. Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA menggunakan program IBM SPSS Statistik 22. Jika hasil yang didapat berbeda nyata (P<0,05), maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%.

Koefisien keragaman (KK) menurut Susilawati (2015) dihitung dengan menggunakan rumus:

KK=√KTG

γij x 100%

Keterangan: KTG : Kuadrat tengah galat γij : rata-rata seluruh perlakuan

(26)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar dan Persentase Peningkatan Protein Kasar Rumput Gajah pada MV2

Perlakuan iradiasi dosis dan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 2) terhadap kadar protein kasar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan iradiasi dosis dan buku batang tanaman menghasilkan kadar protein yang relatif sama. Efek radiasi yang dihasilkan belum mempengaruhi proses fisiologi secara nyata karena tanaman rumput gajah masih berada pada tahap generasi awal. Menurut (Handayati, 2013), pemuliaan tanaman pada generasi awal (MV2) secara genetik belum diperoleh mutan yang stabil.

Iradiasi sinar gamma mampu mengganggu proses sintesis protein, keseimbangan hormon, dan aktivitas enzim (Suwarno, Habibah, & Herlina, 2013).

Buku batang tidak mempengaruhi kadar protein kasar karena kandungan nitrogen pada setiap bagian buku relatif sama. Menurut Wati, Sumarsono, &

Surahwanto (2012), peningkatan kadar protein kasar pada tanaman terjadi seiring dengan peningkatan unsur nitrogen karena nitrogen digunakan sebagai pembentuk protein. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi unsur nitrogen adalah kondisi tanah. Tanah yang telah tercampur dengan pupuk organik mengandung nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang telah mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi (Amir, Sari, & Jumadi, 2012).

Interaksi iradiasi dosis dengan buku batang tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 2) terhadap kandungan protein kasar tanaman dengan koefisien keragaman 10,90%. Hal ini berarti bahwa interaksi perlakuan menghasilkan kadar protein kasar yang relatif sama (Tabel 1). Paparan iradiasi sinar gamma pada dosis yang diberikan belum optimal dalam mengubah struktur gen pada hormon tanaman yang berpengaruh pada kadar protein kasar. Menurut Istanti, Nabila, & Listyawati (2018), perlakuan iradiasi dosis yang optimal dapat menyebabkan peningkatan kadar protein kasar tanaman. Hal ini dapat digunakan untuk peningkatan nilai gizi yang diperlukan ternak ruminansia.

(27)

14

Tabel 1. Kadar protein kasar rumput gajah pada MV2 hasil iradiasi sinar gamma

Perlakuan Kadar Protein Kasar (%)

B1D0 16,20

B1D1 14,51

B1D2 15,41

B1D3 15,87

B1D4 13,76

B1D5 15,68

B2D0 15,34

B2D1 14,24

B2D2 14,41

B2D3 14,24

B2D4 14,60

B2D5 17,21

B3D0 15,77

B3D1 15,92

B3D2 15,37

B3D3 14,86

B3D4 14,53

B3D5 15,01

KK (%) 10,90

Keterangan: B1 (buku atas); B2 (buku tengah); B3 (buku bawah); D0 (dosis 0 Gy); D1 (Dosis 10 Gy); D2 (dosis 20 Gy); D3 (dosis 30 Gy); D4 (dosis 40 Gy); D5 (dosis 50 Gy)

Radikal OH dari H2O dapat menyebabkan kerusakan pada DNA tanaman.

Sisa kadar H2O berguna untuk membantu proses radiasi berlangsung karena molekul air yang terpapar sinar iradiasi mampu membentuk senyawa radikal yang dapat mengubah struktur DNA. Iradiasi sinar gamma memiliki sifat acak sehingga mampu mempengaruhi kadar senyawa aktif (Sari et al., 2018).

Peningkatan kadar protein kasar dapat terjadi jika nitrogen terinduksi sinar gamma masuk ke dalam rantai polipeptida yang disandi oleh genom inti yang terdapat di dalam sel (Alfariatna, Kusmiyati, & Anwar, 2018). Informasi di dalam gen ditentukan oleh rangkaian nukleotida pada DNA. Gen memberikan perintah untuk membentuk protein melalui proses transkripsi. Transkripsi menghasilkan mRNA, tRNA, dan rRNA. Peran rRNA terdapat dalam penyusunan ribosom dan tRNA membawa asam amino yang sesuai dengan informasi dalam mRNA. Gen RNA tersebut kemudian digabungkan dengan protein-protein sebagai proses sintesis protein (Mustami, 2013).

(28)

15

Interaksi iradiasi dosis dan buku batang menunjukkan hasil persentase meningkat dan menurun terhadap perlakuan kontrol (Tabel 2). Perlakuan buku tengah dengan dosis 50 Gy menghasilkan peningkatan persentase tertinggi yaitu 12,19%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan B2D5 berpotensi menghasilkan protein tinggi stabil pada generasi selanjutnya. Persentase yang mengalami penurunan terjadi pada hampir pada seluruh perlakuan. Hal ini memungkinkan saat proses seleksi perlakuan yang mengalami penurunan tidak terseleksi untuk menghasilkan kadar protein kasar yang tinggi.

Tabel 2. Persentase peningkatan kadar protein kasar rumput gajah pada MV2

Keterangan: B1 (buku atas); B2 (buku tengah); B3 (buku bawah); D1 (Dosis 10 Gy); D2 (dosis 20 Gy); D3 (dosis 30 Gy); D4 (dosis 40 Gy); D5 (dosis 50 Gy)

Persentase peningkatan kadar protein diperoleh hasil yang acak karena iradiasi sinar gamma bersifat acak (Sari et al., 2018). Persentase yang meningkat dibandingkan dengan kontrol tetua berpotensi menjadi karakter rumput gajah yang unggul saat generasi selanjutnya diturunkan. Persentase yang mengalami penurunan dibandingkan dengan kontrol tetua berarti bahwa interaksi perlakuan tidak bekerja secara sinergis dalam menghasilkan kualitas rumput gajah unggul.

Hasil interaksi yang mengalami penurunan tidak digunakan pada saat proses seleksi.

Perlakuan Kadar Protein Kasar (%)

B1D1 -10,43 ± 0,96

B1D2 -4,88 ± 0,96

B1D3 -2,04 ± 0,96

B1D4 -15,06 ± 0,96

B1D5 -3,21 ± 0,96

B2D1 -7,17 ± 0,96

B2D2 -6,06 ± 0,96

B2D3 -7,17 ± 0,96

B2D4 -4,82 ± 0,96

B2D5 12,19 ± 0,96

B3D1 0,95 ± 0,96

B3D2 -2,54 ± 0,96

B3D3 -5,77 ± 0,96

B3D4 -7,86 ± 0,96

B3D5 -4,82 ± 0,96

(29)

16

4.2. Karakter Agronomi Rumput Gajah pada MV1

Perlakuan iradiasi dosis dan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap tinggi tanaman. Iradiasi dosis tidak berpengaruh nyata karena dosis yang diberikan tidak optimal. Hal yang sama terjadi pada perlakuan buku batang dengan jaringan meristem apikal yang relatif sama, sehingga iradiasi dosis tidak mempengaruhi gen pada jaringan meristem yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Devy & Sastra (2006), mutasi dapat terjadi apabila adanya perubahan urutan nukleotida dan kromosom yang mengakibatkan terjadinya perubahan fenotip tanaman.

Interaksi iradiasi dosis dengan buku batang menunjukkan hasil tinggi tanaman yang relatif sama dengan koefisien keragaman 13,90% (Tabel 3). Hal ini karena sinar gamma yang ditembakkan di batang tanaman tidak menyebabkan terjadinya mutasi pada gen, kromosom, ataupun mutasi di luar inti tanaman.

Karakter mutan yang diharapkan pada setiap jenis tanaman memerlukan dosis iradiasi yang berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan orientasi dosis menggunakan dosis yang lebih tinggi agar dapat mengubah susunan gen dalam jaringan meristematik tanaman.

Menurut Alwi (2009), dosis iradiasi yang tepat dapat merangsang pertumbuhan tinggi tanaman karena terjadi percepatan pembelahan sel akibat gen- gen yang responsif terstimulsi secara langsung melalui iradiasi sinar gamma.

Pemberian dosis yang tinggi dapat menyebabkan DNA pada sel tanaman mengalami kerusakan akibat dari tingginya energi radiasi yang menghasilkan radikal bebas. Dosis iradiasi yang rendah menyebabkan tidak terjadinya perubahan pada DNA (Dewi & Dwimahyani, 2013).

Perlakuan iradiasi dosis dan buku batang tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap jumlah daun. Hal ini berarti bahwa iradiasi dosis tidak mempengaruhi sintesis hormon auksin yang berguna untuk pertambahan jumlah daun. Menurut Setiawan & Wahyudi (2014), hormon auksin pada jaringan meristem apikal akan memacu pertumbuhan daun. Auksin akan menstimulasi pembelahan dan pemanjangan sel.

(30)

17

Perlakuan interaksi iradiasi dosis dengan buku batang menunjukkan hasil jumlah daun yang relatif sama dengan koefisien keragaman 16,19% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa genetik tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Tabel 3. Rata-rata karakter agronomi rumput gajah pada MV1 hasil iradiasi sinar gamma

Perlakuan

Tinggi Tanaman

(cm)

Jumlah Daun

Jumlah Tunas

Panjang Daun (cm)

Lebar Daun (cm)

B1D0 129,73 6,86 8,33cde 61,87a 1,92

B1D1 139,99 7,36 8,67de 54,090abc 2,05

B1D2 139,76 7,17 8,67de 64,37abc 2,17

B1D3 120,81 6,65 10,67e 64,76abc 2,25

B1D4 146,22 7,17 4,67abcd 77,33cd 2,25

B1D5 142,00 8,00 2,00a 75,88bcd 2,55

B2D0 124,10 6,99 5,67abcd 63,51ab 2,13

B2D1 132,68 6,33 4,00abc 69,490abc 2,09

B2D2 148,35 7,68 6,00abcd 77,27cd 2,37

B2D3 148,42 7,28 4,33abcd 61,88a 2,18

B2D4 144,75 6,84 5,00abcd 65,75abc 1,98

B2D5 140,75 6,33 4,00abc 67,50abc 2,50

B3D0 128,79 6,88 7,67bcde 57,71a 2,29

B3D1 140,67 7,92 3,67ab 72,917bcd 2,49

B3D2 137,32 7,63 3,00a 66,63abc 2,50

B3D3 168,25 9,37 8,67de 85,22d 2,66

B3D4 138,63 8,00 4,00abc 69,38abc 2,54

B3D5 111,19 7,42 4,00abc 60,42a 2,13

KK (%) 13,90 16,19 39,36 9,83 16,97

Keterangan: Superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%; B1 (buku atas); B2 (buku tengah); B3 (buku bawah); D0 (dosis 0 Gy); D1 (Dosis 10 Gy); D2 (dosis 20 Gy); D3 (dosis 30 Gy); D4 (dosis 40 Gy); D5 (dosis 50 Gy)

Menurut Suwarno et al. (2013), kecepatan munculnya daun dapat dipengaruhi oleh pencahayaan, kelembaban, dan suhu lingkungan. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan secara terkontrol menyebabkan xilem menyerap unsur hara yang sama sehingga jumlah daun yang dihasilkan relatif sama.

Perlakuan iradiasi dosis dan buku batang menunjukkan pengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) terhadap jumlah tunas. Dosis iradiasi yang mampu

(31)

18

menghasilkan pertumbuhan tunas tertinggi terdapat pada dosis 30 Gy (Lampiran 4).

Hal ini berarti bahwa dosis 30 Gy mampu menginduksi hormon sitokinin pada sel yang berperan dalam pertumbuhan tunas. Hormon sitokinin yang terstimulasi karena perubahan susunan gen menyebabkan jaringan meristematik mengalami pembelahan dengan cepat (Laksmita, Suedy, & Parman, 2018).

Perlakuan buku batang tanaman menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) terhadap pertumbuhan tunas. Hasil pertumbuhan tunas terbanyak terjadi pada buku batang atas (Lampiran 5). Hal ini berarti bahwa stek tanaman dengan menggunakan buku batang atas mampu memperbanyak tunas karena memiliki jaringan meristem yang aktif melakukan pembelahan sel. Jaringan penyusun buku atas terdiri dari sel-sel embrional, artinya sel tersebut aktif mengalami pembelahan terutama pada kondisi tertentu (Laksmita et al., 2018).

Perlakuan interaksi keduanya berpengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) terhadap jumlah tunas dengan koefisien keragaman 39,36%. Jumlah tunas terbanyak terdapat pada perlakuan B1D3 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa iradiasi dosis mampu bersinergi dengan buku batang untuk menghasilkan tunas terbanyak. Iradiasi dosis mampu mengubah susunan gen pada jaringan meristem interkalar untuk melakukan pembelahan sel.

Iradiasi dosis berpengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) terhadap panjang daun rumput gajah. Dosis 40 Gy menunjukkan panjang daun tertinggi (Lampiran 4). Pada dosis 50 Gy panjang daun menjadi lebih rendah. Hal ini karena dosis iradiasi yang terlalu tinggi menyebabkan terhambatnya pembelahan dan diferensiasi sel.

Menurut Suwarno et al. (2013), paparan iradiasi yang diberikan pada organ vegatatif tanaman dengan dosis yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan daun. Iradiasi juga dapat menginduksi perubahan struktur kromosom dengan terjadinya pematahan kromosom. Dosis rendah dapat menyebabkan terjadinya delesi, sedangkan semakin tinggi dosis dapat menyebabkan duplikasi, inversi, atau translokasi kromosom (Devy & Sastra, 2006).

Interaksi iradiasi dosis dan buku batang menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) terhadap panjang daun dengan koefisien keragaman 9,83%. Hal ini berarti bahwa iradiasi dosis dengan buku batang mampu berinteraksi

(32)

19

secara sinergis. Daun terpanjang dihasilkan pada perlakuan interaksi B3D3 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa buku batang bawah dengan dosis 30 Gy mampu menghasilkan panjang daun optimal karena paparan sinar gamma mampu menginduksi susunan gen pada organ daun yang mempengaruhi hormon auksin sehingga terjadi pemanjangan sel daun. Menurut Suwarno et al. (2013), iradiasi sinar gamma dapat menganggu keseimbangan hormon yang menyebabkan terjadinya mutasi, sehingga terjadi perubahan ukuran daun.

Perlakuan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap lebar daun. Hal ini karena pertumbuhan daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu intensitas cahaya. Intensitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis untuk mendukung pertumbuhan ukuran daun.

Menurut Suci & Heddy (2018), hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman melalui jaringan floem dan akan digunakan tanaman untuk mengaktifkan pertumbuhan daun sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung optimal.

Perlakuan iradiasi dosis serta interaksinya dengan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3; Tabel 3) terhadap lebar daun dengan koefisien keragaman 16,97%. Hal ini berarti bahwa dosis iradiasi yang digunakan tidak mengubah bahan genetik yang mempengaruhi karakter lebar daun. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Sutapa & Kasmawan (2016), yang menunjukkan bahwa pada tanaman tomat hasil iradiasi juga tidak berpengaruh nyata terhadap karakter lebar daun tomat. Pemberian dosis agar mampu memperoleh karakter tanaman mutan bergantung dengan jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, dan materi genetik yang akan dimutasi. Menurut Rahman &

Aisyah (2018), setiap spesies atau klon tanaman yang diberikan paparan iradiasi dapat memberikan respon yang berbeda karena tingkat sensitivitas yang dimiliki juga berbeda.

4.3. Karakter Agronomi Rumput Gajah pada MV2

Pengaruh iradiasi dosis dan buku batang tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap tinggi tanaman. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada tinggi tanaman MV1. Hal ini menunjukkan bahwa hingga generasi dua efek radiasi tidak mempengaruhi gen untuk mensintesis hormon auksin yang berperan

(33)

20

dalam pemanjangan dan pembelahan sel. Menurut Parastiti, Kusdiyantini, Hastuti, Hapsari, & Ermayanti (2015), auksin pada tanaman dapat mendorong terjadinya pemanjangan sel melalui perenggangan dinding sel akibat dari paparan radiasi.

Struktur sel yang renggang memungkinkan terjadinya absorbsi air dan tersimpannya deposit berupa komponen penyusun organel dan dinding sel yang lebih banyak sehingga terjadi pemanjangan sel.

Interaksi iradiasi dosis dan buku batang tidak berpengaruh nyata (P>0,05;

Lampiran 3) terhadap tinggi tanaman rumput gajah dengan koefisien keragaman 14,57% (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa dosis iradiasi sinar gamma yang dipaparkan melalui buku batang tanaman tidak optimal sehingga tidak mempengaruhi sel-sel meristem pada batang. Menurut Parastiti et al. (2015), iradiasi sinar gamma dapat menstimulasi pertumbuhan sel-sel meristem pada ujung batang dengan cara cepat mengembang sampai batas tertentu sehingga dapat menghasilkan perubahan pada tinggi tanaman.

Iradiasi dosis menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) terhadap jumlah daun. Hal ini menunjukkan bahwa efek radiasi yang dipaparkan melalui buku batang baru terjadi pada generasi dua. Jumlah daun terbanyak terdapat pada dosis 30 Gy. Dosis 30 Gy mampu mengaktifkan gen yang mempengaruhi hormon sitokinin untuk pembentukan organ daun. Menurut Devy & Sastra (2006), iradiasi dosis dapat mengubah keseimbangan hormon sitokinin. Pembelahan sel akan terstimulasi oleh hormon sitokinin melalui peningkatan laju sintesis protein.

Penggunaan dosis iradiasi dapat mengaktifkan gen untuk melakukan proses transkripsi mRNA. Sintesis mRNA dari DNA telah menunjukkan pola kode susunan asam amino yang akan membentuk protein tertentu melalui proses translasi, sehingga dapat mensintesis hormon pertumbuhan (Parastiti et al., 2015).

Buku batang tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap jumlah daun karena sintesis klorofil daun pada jaringan batang tanaman berasal dari aktivitas fotosintesis dengan kondisi intensitas cahaya yang sama. Hal ini berarti bahwa faktor lingkungan yang sama akan menunjukkan hasil yang relatif sama.

Menurut Pertamawati (2010), laju fotosintesis dapat berjalan optimal apabila tanaman terpapar banyak cahaya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis menuju mesofil sebagai tempat terjadinya fotosintesis. Karbon dioksida yang semakin

(34)

21

banyak di udara maka semakin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.

Tabel 4. Rata-rata karakter agronomi rumput gajah pada MV2 hasil iradiasi sinar gamma

Perlakuan

Tinggi Tanaman

(cm)

Jumlah

Daun Jumlah Tunas Panjang Daun (cm)

Lebar Daun (cm)

B1D0 198,21 11,16 15,33abcd 91,74 3,12

B1D1 184,28 17,31 39,67e 90,22 3,07

B1D2 203,80 13,64 22,00cd 100,77 3,38

B1D3 213,25 13,77 13,33abcd 102,29 3,29

B1D4 217,99 11,53 19,00bcd 101,39 3,37

B1D5 197,37 11,28 14,00abcd 97,70 3,23

B2D0 212,83 12,07 12,00abcd 104,43 3,16

B2D1 204,42 7,52 6,67ab 103,52 3,02

B2D2 196,31 10,62 17,33abcd 96,46 3,35

B2D3 177,82 14,54 8,67abc 95,49 2,74

B2D4 192,51 10,46 16,50abcd 99,46 2,81

B2D5 184,92 9,33 5,33a 96,50 2,33

B3D0 183,26 11,99 21,00cd 98,34 2,88

B3D1 224,64 11,47 10,67abcd 107,19 3,43

B3D2 215,03 12,17 10,67abcd 106,46 3,13

B3D3 207,31 15,49 23,33d 93,18 3,05

B3D4 189,56 10,26 13,67abcd 91,68 3,17

B3D5 183,46 9,12 8,67abc 96,64 2,83

KK (%) 14,57 23,38 44,66 8,66 13,30

Keterangan: Superskrip yang sama pada kolom menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%; B1 (buku atas); B2 (buku tengah); B3 (buku bawah); D0 (dosis 0 Gy); D1 (Dosis 10 Gy); D2 (dosis 20 Gy); D3 (dosis 30 Gy); D4 (dosis 40 Gy); D5 (dosis 50 Gy)

Perlakuan interaksi iradiasi dosis dan buku batang tidak menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap jumlah daun dengan koefisien keragaman 23.38%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma belum mampu mengubah genetik tanaman. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga iradiasi dosis yang diinteraksikan dengan buku batang menunjukkan jumlah daun yang relatif sama (Tabel 4). Menurut Suwarno et al.

(35)

22

(2013), kecepatan munculnya daun dapat dipengaruhi oleh pencahayaan, kelembaban, dan suhu lingkungan. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan secara terkontrol menyebabkan xilem menyerap unsur hara yang sama sehingga jumlah daun yang dihasilkan relatif sama.

Perlakuan buku batang menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P<0,05;

Lampiran 3) terhadap jumlah tunas. Hormon sitokinin pada setiap buku batang tanaman memiliki efektivitas yang berbeda dalam menginduksi pertumbuhan tunas.

Jumlah tunas paling banyak dihasilkan berasal dari buku batang atas (Lampiran 5).

Hal ini karena pada buku batang atas memiliki sel-sel meristem yang aktif melakukan pembelahan sel sehingga mampu menstimulasi pertumbuhan tunas.

Menurut Parastiti et al. (2015), kumpulan sel–sel meristem akan membentuk jaringan meristematik dan kemudian membentuk organ, sehingga dapat meningkatkan jumlah tunas.

Iradiasi dosis tidak menunjukkan hasil berpengaruh nyata (P>0,05;

Lampiran 3) apabila tidak diinteraksikan dengan buku batang tanaman. Iradiasi dosis berpengaruh nyata (P<0,05; Lampiran 3) jika diinteraksikan dengan buku batang tanaman dengan koefisien keragaman 44,66%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa iradiasi dosis mampu bersinergi dengan buku batang tanaman.

Interaksi terbaik untuk menghasilkan jumlah tunas terbanyak terdapat pada perlakuan B1D1 (Tabel 4). Hal ini berarti bahwa iradiasi dosis 10 Gy dengan buku batang atas optimal dalam pertumbuhan tunas. Dosis 10 Gy mampu mengubah susunan gen pada jaringan meristem yang terdapat pada buku batang atas. Dosis iradiasi yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan tunas, karena iradiasi dapat menyebabkan enzim pertunasan menjadi terhambat (Hameed, Shah, Atta, Haq, & Sayed, 2008).

Perlakuan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap panjang daun. Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan kandungan nitrogen akibat proses radiasi memberikan pertumbuhan daun relatif sama. Unsur nitrogen berperan dalam pembentukan protein. Radiasi menyebabkan perubahan komposisi kimia pada DNA tanaman sehingga dapat mengubah protein yang disintesis. Perubahan protein menyebabkan perubahan

(36)

23

pada proses metabolise di dalam sel tanaman sehingga mengakibatkan perubahan fenotip tanaman (Syaifudin, 2005).

Iradiasi dosis dan interaksinya dengan buku batang menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap panjang daun dengan koefisien keragaman 8,66%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa efek paparan sinar gamma masih berdampak pada generasi dua. Panjang daun mengalami peristiwa mutasi balik, yaitu gen normal mampu bersaing dengan gen mutan pada tanaman.

Menurut Togatorop, Aisyah, Rizal, & Damanik (2016), mutasi balik terjadi pada tanaman teriradiasi, namun tidak bertahan lama karena sel-sel mutan berkompetisi dengan sel-sel normal. Mutasi induksi menggunakan mutagen fisika berupa sinar gamma memungkinkan terjadinya perubahan pada seluruh organ tanaman, termasuk daun (Cahyo & Dinarti, 2015).

Perlakuan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap lebar daun. Hasil yang sama juga diperoleh pada MV1. Lebar daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu intensitas cahaya.

Intensitas cahaya yang diberikan saat penelitian sama, sehingga diperoleh hasil lebar daun yang relatif sama. Intensitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis untuk mendukung pertumbuhan ukuran daun. Menurut Suci & Heddy (2018), hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman melalui jaringan floem dan akan digunakan tanaman untuk mengaktifkan pertumbuhan daun sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung optimal.

Perlakuan iradiasi dosis serta interaksinya dengan buku batang menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata (P>0,05; Lampiran 3) terhadap karakter lebar daun dengan koefisien keragaman 13,30%. Hal ini berarti bahwa iradiasi tidak mengubah susunan DNA pada sel-sel meristematik untuk menstimulasi pertumbuhan lebar daun. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Sutapa & Kasmawan (2016), yang menunjukkan bahwa pada tanaman tomat hasil iradiasi juga tidak berpengaruh nyata terhadap karakter lebar daun tomat.

Pemberian dosis agar mampu memperoleh karakter tanaman mutan bergantung dengan jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran, dan materi genetik yang akan dimutasi.

Spesies tanaman yang diberikan paparan sinar gamma dapat memberikan respon

(37)

24

yang berbeda karena tingkat sensitivitas yang dimiliki juga berbeda (Rahman &

Aisyah, 2018).

4.4. Trikoma Daun Rumput Gajah

Hasil pengamatan dengan mikroskop pada perbesaran 300 kali (Gambar 2), jenis trikoma pada tepi daun rumput gajah yaitu glandular dengan tipe rambut sengat. Trikoma rambut sengat terdiri dari sel tunggal yang panjang dengan bagian bawah lebar dan bagian atas runcing. Trikoma glandular mampu menghasilkan metabolit sekunder berupa histamin dan asetilkolin yang beracun dan menyebabkan gatal (Agustin, 2018). Trikoma pada daun tanaman berguna untuk melindungi tanaman dari serangga yang ditentukan oleh adanya kelenjar, kerapatan panjang, bentuk, dan ketegakan trikoma (Dewi, Hindun, & Wahyuni, 2016).

Gambar 2. Bentuk trikoma pada tepi daun rumput gajah perlakuan buku batang atas. A. Trikoma tepi daun dosis 0 Gy; B. Trikoma tepi daun dosis 10 Gy; C. Trikoma tepi daun dosis 20 Gy; D. Trikoma tepi daun dosis 30 Gy; E. Trikoma tepi daun dosis 40 Gy; F. Trikoma tepi daun dosis 50 Gy

Iradiasi sinar gamma mampu mempengaruhi kerapatan panjang trikoma tepi daun rumput gajah (Gambar 2). Perlakuan dosis 40 Gy (Gambar 2E) memiliki kerapatan yang sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Secara umum, perlakuan lainnya memiliki jarak yang rapat antar trikoma. Perlakuan 40 Gy tampak memiliki jarak antar trikoma yang lebih renggang, sedangkan perlakuan lainnya (Gambar 2B, 2C, 2D, dan 2F) memiliki jarak antar trikoma yang lebih rapat

A. B. C.

D. E. F.

(38)

25

dibandingkan dengan kontrol. Jarak trikoma yang renggang berpotensi untuk serangga menyerang tanaman karena trikoma yang renggang tidak menutupi permukaan organ tanaman (Ilahi, Isda, & Rosmaina, 2018).

Buku batang tengah memiliki jenis trikoma yang sama dengan buku batang atas, yaitu trikoma glandular rambut sengat. Berdasarkan kerapatannya iradiasi sinar gamma dengan dosis 30 Gy (Gambar 3D) memiliki jarak trikoma yang lebih rapat beraturan dan pendek dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 10 Gy, 40 Gy, dan 50 Gy (Gambar 3B, 3E, dan 3F) memiliki trikoma yang rapat namun tidak beraturan dibandingkan dengan kontrol (Gambar 3A). Perlakuan yang menunjukkan perbedaan dengan kontrol yaitu dengan dosis 20 Gy (Gambar 3C) yang memiliki jarak antar trikoma yang renggang tidak beraturan. Perbedaan kerapatan trikoma diindikasikan karena iradiasi sinar gamma mampu mengubah kadar dan struktur tanaman secara acak (Sari et al., 2018).

Gambar 3. Bentuk trikoma pada tepi daun rumput gajah perlakuan buku batang tengah. A. Trikoma tepi daun dosis 0 Gy; B. Trikoma tepi daun dosis 10 Gy; C. Trikoma tepi daun dosis 20 Gy; D. Trikoma tepi daun dosis 30 Gy; E. Trikoma tepi daun dosis 40 Gy; F. Trikoma tepi daun dosis 50 Gy

Perlakuan dengan dosis 30 Gy pada buku batang tengah menunjukkan trikoma berukuran kecil dan rapat. Radiasi menyebabkan perubahan pada trikoma yang merupakan derivat dari epidermis dengan kerapatan dan ukuran yang berbeda.

Struktur trikoma yang rapat dan berukuran kecil menyebabkan permukaan daun

A. B. C.

D. E. F.

(39)

26

semakin halus. Tekstur daun yang halus dapat memudahkan pencernaan pada hewan ruminansia. Struktur fisik dari tanaman dapat menentukan laju degradasi oleh mikroorganisme rumen. Laju degredasi pakan berbanding lurus dengan tersedianya substrat yang difermentasikan. Tekstur pakan yang semakin halus akan mempercepat laju degredasi dalam saluran pencernaan sehingga waktu untuk mikroorganisme rumen melakukan fermentasi zat pakan akan semakin sedikit (Wati, Achmadi, & Pangestu, 2012).

Gambar 4. Bentuk trikoma pada tepi daun rumput gajah perlakuan buku batang bawah. A. Trikoma tepi daun dosis 30 Gy; B. Trikoma tepi daun dosis 10 Gy; C. Trikoma tepi daun dosis 20 Gy; D. Trikoma tepi daun dosis 0 Gy; E. Trikoma tepi daun dosis 40 Gy; F. Trikoma tepi daun dosis 50 Gy

Hasil iradisi sinar gamma mampu mempengaruhi kerapatan antar trikoma pada buku batang bawah (Gambar 4). Trikoma hasil iradiasi dengan dosis 40 Gy dan 50 Gy (Gambar 4E dan 4F) memiliki kerapatan yang lebih renggang dibandingan dengan perlakuan kontrol (Gambar 4A). Trikoma hasil iradiasi dengan dosis 10 Gy, 20 Gy, dan 30 Gy (Gambar 4B, 4C, dan 4D) berdasarkan hasil pengamatan tampak sama dengan perlakuan kontrol (Gambar 4A). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada dosis 40 Gy dan 50 Gy mampu menghasilkan tanaman mutan terhadap kerapatan trikoma tepi daun rumput gajah. Mutasi induksi dengan dosis tertentu mampu memperoleh perubahan sifat (mutan). Semakin tinggi

A. B. C.

D. E. F.

(40)

27

dosis iradiasi mempengaruhi ketahanan hidup dari tanaman semakin rendah (Ngurah & Antha, 2016).

(41)

28 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Peningkatan kadar protein kasar tertinggi pada generasi MV2 terjadi pada perlakuan buku tengah dosis 50 Gy, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

2. Perlakuan buku batang atas dosis 30 Gy optimal untuk memperoleh karakter tunas terbanyak dan perlakuan buku batang bawah dosis 30 Gy optimal memperoleh daun yang panjang pada generasi MV1. Perlakuan buku batang atas dosis 10 Gy optimal memperoleh tunas terbanyak pada generasi MV2.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini belum diperoleh kadar protein kasar tertinggi rumput gajah yang stabil karena termasuk dalam generasi awal, sehingga disarankan untuk melanjutkan penelitian dengan perlakuan yang sama hingga ditemukan kadar protein kasar dan karakter agronomi yang stabil.

(42)

29 DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. T. (2018). Pengaruh emisi kendaraan bermotor terhadap kerapatan trikoma pada daun angsana (Pterocarpus indicus willd) sebagai tanaman pelindung jalan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Raden Intan. Lampung.

Aisyah, S.I., Aswidinnoor, H., & Saefuddin, A. (2009). Induksi mutasi pada stek pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) melalui iradiasi sinar gamma.

Jurnal Agron Indonesia, 4(2), 62–70.

Alfariatna, L., Kusmiyati, F., & Anwar, S. (2018). Karakter fisiologi dan pendugaan heritabilitas tanaman M1 bawang merah (Allium ascalonicum L.) hasil induksi iradiasi sinar gamma. Journal of Agro Complex, 2(1), 19–28.

Alwi, M. (2009). Pembentukan tanaman cabai haploid melalui induksi ginogenesis dengan menggunakan serbuk sari yang diradiasi sinar gamma. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 37(2), 123–129.

Amir, L., Sari, A. P., & Jumadi, O. (2012). Ketersediaan nitrogen tanah dan pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) yang diperlakukan dengan pemberian pupuk kompos azolla. Sainsmat, 1(2), 167–180.

Broertjes, C. & Van, H.A.M. (1988). Applied mutation branding for vegetatively propagated crops. Elsevier. Amsterdam.

Cahyo, F. A., & Dinarti, D. (2015). Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan protocorm like bodies anggrek dendrobium lasianthera (JJ.

Smith) secara in vitro. Jurnal Hortikultura Indonesia, 6(3), 177–186.

Cook, B.G., Pengelly, B.C., Brown, S.D., Donnelly, J.L., Eagles, D.A., Franco, M.A., Hanson, J., Mullen, B.F., Patridge, L.J., Peters, M., & Schultze-Kraft, R (2010). Tropical forages: an interactive selection tool. CSIRO, Brisbane.

Dewi, A.K., & Dwimahyani, A. (2013). Pengaruh Radiasi Gamma Terhadap Perubahan Morfologi Pertumbuhan Stek Tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Majalah ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, 4(2), 89–102.

Dewi, V. P., Hindun, I., & Wahyuni, S. (2016). Studi trikoma daun pada famili Solanaceae sebagai sumber belajar biologi. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 1(2), 209–218.

Devy, L. & Sastra, D.R. (2006). Pengaruh radiasi sinar gamma terhadap kultur in vitro tanaman jahe. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 8(1), 7–14.

Fathul, F., Liman, N., Purwaningsih, P., & Tantalo, S. (2013). Pengetahuan pakam dan formulasi ransum. Fakultas Pertanian. Lampung.

(43)

30

Hafiizh, E.A & Ermayanti, T.M. (2014). Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan tunas kultur in vitro Pennisetum purpureum. Prosiding Seminar Nasional LIPI.

Hameed, A., Shah, T. M., Atta, B. M., Haq, M. A., & Sayed, H. (2008). Gamma irradiation effects on seed germination and growth, protein content, peroxidase and protease activity, lipid peroxidation in desi and kabuli chickpea. Pakistan Journal of Botany, 40(3), 1033–1041.

Handayati, W. (2013). Perkembangan pemuliaan mutasi tanaman hias di indonesia advancement of mutation breeding on ornamental plants in Indonesia. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 9(1), 67–80.

Hauze, V., Tran, G., Giger-Reverdin, S., & Lebas, F.

https://www.feedipedia.org/node/395 diakses pada 9 Maret 2019.

Ilahi, R. N. K., Isda, M. N., & Rosmaina, R. (2018). Morfologi permukaan daun tanaman terung (Solanum melongena L.) sebagai respons terhadap cekaman kekeringan. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 11(1), 41–48.

Istanti, N. W., Nabila, R. A., & Listyawati, S. (2018). Aktivitas hipokolesterolemik beras hitam (Oryza sativa L.) hasil pemuliaan dengan sinar gamma. Prosiding Seminar Nasional APISORA, 54-59.

Laksmita, A. P., Suedy, S. W. A., & Parman, S. (2018). Pengaruh pemberian pupuk nanosilica terhadap pertumbuhan dan kadar serat kasar tanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.) sebagai bahan pakan ternak. Buletin Anatomi Dan Fisiologi, 3(1), 29–38.

Mcllory, R.J. (1977). Pengantar budidaya padang rumput tropika. Pradnya Paramita. Jakarta.

Mustami, M.K. (2013). Genetika. Universitas Islam Negeri Alaudin. Makassar.

NFL Titans. https://www.official-nfltitans.com/pengertian-dan-siklus- metabolisme-nitrogen/ diakses pada 21 Januari 2020.

Ngurah, G., & Antha, I. G. (2016). Efek induksi mutasi radiasi gamma 60CO pada pertumbuhan fisiologis tanaman tomat (Lycopersicon esculentum L.). Jurnal Keselamatan Radiasi Dan Lingkungan, 1(2), 5–11.

Parastiti, D. A., Kusdiyantini, E., Hastuti, E. D., Hapsari, B., & Ermayanti, T.M.

(2015). Pertumbuhan tunas Tacca leontopetaloides L. hasil mikropropagasi setelah pemberian radiasi sinar gamma co 60 dan hormon tumbuh yang berbeda. Jurnal Biologi, 4(4), 37–46.

Pardal, S.J. http://biogen.litbang.pertanian.go.id/2014/05/teknik-mutasi-untuk- pemuliaan-tanaman/ diakses pada 9 Maret 2019.

Pertamawati. (2010). Pengaruh fotosintesis terhadap pertumbuhan tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dalam lingkungan fotoautotrof secara in vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 12(1), 31–37

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala karena rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

Oleh karena itu, penulis menilai sangat relavan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Sosial, Budaya, Pribadi dan Psikologis terhadap Keputusan

Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta‟ala, atas segala rahmat, nikmat serta karunia yang diberikan oleh-Nya sehingga Penulis berkesempatan untuk

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta‟ala, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, taufik, hidayah dan juga inayah- Nya sehingga penulis

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Alhamdulillah, segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

dengan γ adalah ground shear strain, K g adalah indeks kerentanan seismik, dan 10 -6 ditetapkan untuk memperkirakan nilai strain pada satuan 10 -6 di lapisan tanah