• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG

MEMPENGARUHI JUMLAH KASUS TUBERKULOSIS (TBC) DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2018 MENGGUNAKAN

PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION (GWNBR)

SKRIPSI

Lely Wahyuni 11140940000022

PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

(2)

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KASUS TUBERKULOSIS (TBC) DI PROVINSI JAWA BARAT

TAHUN 2018 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION (GWNBR)

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Matematika (S. Mat)

Oleh : Lely Wahyuni NIM 11140940000022

PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

(3)

ii

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 4 Mei 2021

Lely Wahyuni

11140940000022

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

(5)

iv

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan, untuk Ayah dan Mama tercinta

yang tak kenal lelah selalu mendoakan dan menyemangati serta memberikan cinta dan kasih sayangnya Serta untuk kedua adikku tersayang, Alwi dan Ilham

yang selalu memberi dukungan dan semangat.

MOTTO

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.

Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah

telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”

(QS. At-Talaq:2-3)

(6)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Jumlah Kasus Tuberkulosis (TBC) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Menggunakan Pendekatan Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR)”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, karena berkat beliaulah kita dapat keluar dari zaman kegelapan hingga ke zaman terang benderang seperti saat ini, dan semoga kita senantiasa mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad SAW kelak diakhirat. Aamiin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menyadari mendapat banyak dukungan, bantuan, bimbingan, kerjasama serta saran dari beberapa pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Eny.Stud., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Suma’inna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Irma Fauziah, M.Sc., selaku Sekretaris Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Nina Fitriyati, M. Kom., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Madona

Yunita Wijaya, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas

pengarahan, bimbingan, saran dan membantu peneliti selama melakukan

penyusunan skripsi ini.

(7)

vi 5. Ibu Dr. Suma’inna, M.Si, selaku Penguji I dan Bapak Mahmudi, M.Si, selaku Penguji II, terima kasih atas kritik dan sarannya kepada peneliti selama melakukan seminar hasil skripsi dan sidang skripsi.

6. Seluruh Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Matematika yang telah memberikan ilmu-ilmunya dan pengalaman yang bermanfaat kepada peneliti.

7. Kedua orang tua peneliti, Ayah Awaludin Lubis dan Mama Nurmaiyah Siregar yang selalu memberikan do’a, semangat dan dukungan baik moril maupun materiil serta cinta, kasih sayang, nasehat dan motivasi kepada peneliti.

8. Kedua adik peneliti, Ihsan Alwi Lubis dan Ilham Alam Syah Lubis yang selalu memberikan semangat, dukungan serta do’a kepada peneliti serta selalu ada dan siap memberikan bantuan saat peneliti membutuhkan.

9. Etek Nur Asiah Siregar, Zaskia Khairunnisa Hasibuan, Nisa Permata Suci Siregar, terima kasih selalu memberikan do’a, semangat, dukungan dan waktu ketika peneliti sedang jenuh serta menjadi penghibur saat peneliti menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan skripsi.

10. Sahabat peneliti, Anida Ekawati, Ridha Rosmalia, Intan Solikhah Putri dan Ana Nurhasanah yang selalu memberikan bantuan dan waktu kepada peneliti dan mau mendengarkan keluh kesah peneliti serta juga untuk Ika, Ais dan Nur Ana yang telah memberikan waktunya untuk membantu peneliti dalam penyusunan skripsi.

11. Sahabat peneliti, Jopy (Ira, Aul Vidya, Zakiya, Aul FM dan Puput) serta Dillah, Ida dan Tia yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyusun skripsi

12. Teman seperjuangan, Crusita, Dyta, Maul, Faisal, Zenna yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta mau mendengarkan keluh kesah peneliti.

13. Seluruh keluarga besar Matematika 2014 (Finex Family) terima kasih telah

menemani dan memberikan pengalaman yang luar biasa serta bantuan dari

awal semester.

(8)

vii 14. Seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang tanpa mengurangi rasa hormat peneliti tidak dapat sebutkan satu- persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terakhir, peneliti berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 4 Mei 2021

Peneliti

(9)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lely Wahyuni

NIM : 11140940000022

Program Studi : Matematika Fakultas Sains dan Teknologi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive-Free Right) kepada Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Jumlah Kasus Tuberkulosis (TBC) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Menggunakan Pendekatan Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR)”.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini, Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta karya ilmiah ini menjadi tanggungjawab saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Tangerang Selatan Pada tanggal : 4 Mei 2021 Yang membuat pernyataan

(Lely Wahyuni)

(10)

ix ABSTRAK

Lely Wahyuni, Analisis Faktor-Faktor Risiko yang Mempengaruhi Jumlah Kasus Tuberkulosis (TBC) di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Menggunakan Pendekatan Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR). Dibawah Bimbingan Dr. Nina Fitriyati, M.Kom dan Madona Yunita Wijaya, M.Sc.

Skripsi ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kasus TBC menggunakan metode Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) yang memperhatikan aspek spasial dengan kernel adaptive bisquare sebagai matrik pembobot. Variabel prediktor yang digunakan adalah persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kepadatan penduduk, persentase rumah tangga miskin, persentase imunisai Bacille Calmette Guerin (BCG), persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat, penderita HIV dan jumlah tenaga medis. Berdasarkan variabel yang berpengaruh pada model GWNBR, terdapat 11 kelompok kabupaten/kota di Jawa Barat. Faktor PHBS berpengaruh terhadap jumlah penderita TBC di seluruh kelompok kabupaten/kota sedangkan faktor kepadatan penduduk berpengaruh pada sembilan kelompok kabupaten/kota dan faktor persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat berpengaruh pada tujuh kelompok kabupaten/kota.

Kata Kunci: matrik pembobot, kernel adaptive bisquare, PHBS, persentase rumah

tangga yang memiliki rumah sehat

(11)

x ABSTRACT

Lely Wahyuni, Analysis of Risk Factors Affecting the Number of Tuberculosis Cases in West Java Province in 2018 using Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR). Under the guidance Dr. Nina Fitriyati, M.Kom and Madona Yunita Wijaya, M.Sc.

This thesis discusses the factors that affect the number of TB cases using the Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) that looks at spatial aspects with the adaptive bisquare kernel as a weighting matrix. The predictor variables used are the percentage of households that behave in a clean and healthy living (PHBS), population density, percentage of poor households, percentage of BCG immunizations, percentage of households that have healthy homes, HIV sufferers and the number of medical personnel. Based on variables that affect the GWNBR model, there are 11 groups of districts/cities in West Java.

PHBS factor affect the number of TB sufferers in all districts/cities while population density factor affect nine groups of districts/cities and the percentage of households who have healthy homes affect seven groups of districts/cities.

Keywords: Weighting matrix, adaptive bisquare kernel, PHBS, percentage of

households who have healthy homes

(12)

xi DAFTAR ISI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KASUS TUBERKULOSIS (TBC) DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2018 MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED

NEGATIVE BINOMIAL REGRESSION (GWNBR) ... i

PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Batasan Masalah ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II ... 6

2.1 Tuberkulosis ... 6

2.2 Multikolinearitas ... 7

2.3 Regresi Poisson ... 9

(13)

xii

2.3.1 Estimasi Parameter Model Regresi Poisson ... 10

2.3.2 Pengujian Parameter Model Regresi Poisson ... 10

2.4 Overdispersi ... 11

2.5 Regresi Binomial Negatif... 11

2.5.1 Estimasi Parameter Model Regresi Binomial Negatif ... 12

2.5.2 Pengujian Parameter Model Regresi Binomial Negatif ... 12

2.6 Heterogenitas Spasial ... 13

2.7 Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) ... 14

2.7.1 Estimasi Parameter Model GWNBR ... 15

2.7.2 Pengujian Parameter Model GWNBR ... 15

2.8 Pemilihan Bandwith dan Pembobot Optimum ... 16

BAB III ... 18

3.1 Sumber Data ... 18

3.2 Variabel Data ... 18

3.3 Metode Analisis ... 18

3.4 Alur Penelitian ... 21

BAB IV ... 22

4.1 Karakteristik Jumlah Kasus Tuberkulosis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 22

4.1.1 Persentase Rumah Tangga yang Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 23

4.1.2 Kepadatan Penduduk ... 24

4.1.3 Persentase Rumah Tangga Miskin ... 25

4.1.4 Persentase Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) ... 26

4.1.5 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah Sehat ... 27

(14)

xiii

4.1.6 Penderita HIV ... 28

4.1.7 Jumlah tenaga Medis... 28

4.2 Multikolinearitas ... 29

4.3 Pemodelan Regresi Poisson ... 31

4.3.1 Estimasi Parameter Model Regresi Poisson ... 31

4.3.2 Pengujian Parameter Model Regresi Poisson ... 31

4.4 Pemeriksaan Overdispersi ... 32

4.5 Pemodelan Regresi Binomial Negatif ... 33

4.5.1 Estimasi Parameter Model Regresi Binomial Negatif ... 33

4.5.2 Pengujian Parameter Model Regresi Binomial Negatif ... 34

4.6 Heterogenitas Spasial ... 34

4.7 Pemodelan GWNBR ... 35

4.7.1 Menghitung Jarak, Bandwidth dan Pembobot ... 35

4.7.2 Uji Signifikansi Parameter Model GWNBR... 36

BAB V ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

REFERENSI ... 44

LAMPIRAN ... 49

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Koefisien Korelasi antar Variabel Prediktor ... 30

Tabel 4. 2 Nilai VIF dari Variabel Prediktor ... 30

Tabel 4. 3 Estimasi Parameter Model Regresi Poisson ... 31

Tabel 4. 4 Nilai initial 𝜃 ... 32

Tabel 4. 5 Estimasi Parameter Model Regresi Binomial Negatif ... 33

Tabel 4. 6 Hasil Signifikansi Parameter ... 37

Tabel 4. 7 Pengelompokkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat... 37

Tabel 4. 8 Pengujian Parameter Model GWNBR di Kota Bekasi ... 39

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Alur Penelitian... 21

Gambar 4. 1 Persebaran Jumlah Kasus Tuberkulosis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 22

Gambar 4. 2 Persebaran Rumah Tangga ber-PHBS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 23

Gambar 4. 3 Persebaran Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 24

Gambar 4. 4 Persebaran Rumah Tangga Miskin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 25

Gambar 4. 5 Persebaran Imunisasi BCG di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 26

Gambar 4. 6 Persebaran Rumah Sehat di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018... 27

Gambar 4. 7 Persebaran Penderita HIV di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 28

Gambar 4. 8 Persebaran Tenaga Medis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 ... 29

Gambar 4. 9 Pengelompokkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat berdasarkan

variabel yang signifikan ... 38

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjaga kesehatan dengan 2 cara yaitu,

1. Upaya preventif dengan menghindari bencana wabah agar tidak terkena penyakit. Nabi Muhammad S.A.W bersabda:

Artinya : “Larilah kamu (menghindar) dari orang yang terjangkit penyakit lepra, seperti kamu lari dari harimau” (HR. Ahmad).

2. Berobat manakala sakit. Dalam sebuah hadits Rasulullah S.A.W bersabda:

Artinya : “Berobatlah wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit, kecuali telah diturunkan pula obatnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua (pikun)” (HR. Ahmad).

Salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia adalah TBC sehingga menjadi salah satu tujuan pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs).

TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis [1]. Sumber penularan pasien TBC Basil Tahan Asam

positif (BTA positif) melalui percik reni dahak yang dikeluarkannya. TBC dengan

BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TBC dengan

tingkat penularan yang kecil. TBC merupakan penyakit yang menjadi perhatian

global. Sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, WHO menargetkan

untuk menurunkan kematian akibat TBC sebesar 90% dan menurunkan insiden

sebesar 80% pada tahun 2030 [2].

(18)

2 Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban TBC yang terbesar diantara 8 negara yaitu India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%) (Global Tuberculosis Report, 2018; hal. 1). Secara global kasus baru TBC sebesar 6,4 juta, setara dengan 64% dari insiden TBC (10 juta). TBC tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan kematian TBC secara global diperkirakan 1,3 juta pasien (WHO, Global Tuberculosis Report, 2018). Hal ini mendorong pengendalian TBC nasional terus dilakukan dengan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi program. Jumlah kasus TBC pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 566.623 kasus, meningkat bila dibandingkan semua kasus TBC yang ditemukan pada tahun 2017 yang sebesar 446.732 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus TBC di tiga provinsi tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus TBC di Indonesia. Jumlah kasus TBC pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,3 kali dibandingkan perempuan. Pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih banyak terjadi pada laki- laki dibandingkan perempuan [1].

Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari 27 kabupaten/kota. Kasus TBC pada tahun 2018 yang dilaporkan sebanyak 76.546 kasus. Kasus TBC tertinggi terdapat di tiga kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung dan Kota Bekasi. Angka notifikasi kasus (Case Notification Rate/CNR) semua kasus TBC di kabupaten/kota pada tahun 2018 cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun 2017, terdapat 13 kabupaten/kota dengan CNR yang meningkat, dan 13 kabupaten/kota yang CNR nya menurun serta 1 kabupaten yang tetap [2].

Jumlah kasus TBC merupakan data count dengan sebaran Poisson sehingga

untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kasus TBC maka regresi

Poisson cocok untuk digunakan. Regresi Poisson dapat digunakan jika varians dari

variabel respon sama dengan nilai rata-rata nya. Namun dalam kenyataannya asumsi

tersebut sulit untuk dipenuhi. Seringkali kasus overdispersi muncul dalam analisis

regresi Poisson, dimana varians dari variansi respon seringkali lebih besar dari rata-

(19)

3 ratanya [3]. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mengatasi overdispersi dengan menggunakan regresi binomial negatif .

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti jumlah kasus TBC diantaranya Nisa dan Budiantara [4] memodelkan jumlah kasus TBC di Jawa Timur menggunakan kombinasi knot 1,3,2,3,2 dengan variabel yang berpengaruh secara signifikan yaitu persentase tenaga kesehatan dan persentase rumah tangga ber-PHBS.

Sedangkan penelitian Indahwati dan Salamah [5] mengungkapkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kasus TBC adalah kepadatan penduduk, persentase penderita HIV dan persentase rumah tangga ber-PHBS.

Penelitian Khaulasari [6], Antonius dan Khaulasari [7] menunjukkan adanya hubungan antara kejadian jumlah kasus TBC dengan penderita HIV, jumlah kepadatan penduduk, persentase rumah sehat dan jumlah tenaga medis. Penelitian lain oleh Rizky, Pramesti dan Anuraga [8], Lestari, Wulandari dan Purhadi [9], Anggraeni, Suciptawati dan Srinadi [10], Pratama dan Wulandari [11] juga menunjukkan adanya hubungan antara jumlah kasus TBC dengan jumlah kepadatan penduduk, jumlah penderita HIV, persentase rumah tangga ber-PHBS dan jumlah tenaga medis. Lingkungan yang buruk dapat menunjang keberadaan virus TBC.

Selain itu, keberhasilan suatu individu dari suatu penyakit dipengaruhi oleh keberadaan jumlah tenaga kesehatan. Sedangkan hasil penelitian Banapon, Putra dan Widodo [12] menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin mempengaruhi jumlah kasus TBC. Kemiskinan merupakan keadaan kondisi kekurangan dalam menjamin kelangsungan hidup berakibat tidak tercukupinya standar kesehatan masyarakat dan sanitasi yang buruk sehingga mengakibatkan mudahnya penularan TBC. Variabel lain yang mempengaruhi jumlah kasus TBC adalah persentase imunisasi BCG.

Individu yang tidak diimunisasi berisiko lebih tinggi menderita TBC. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Firdaus [13].

Terinspirasi dari beberapa penelitian, pada penelitian ini akan di analisis faktor-

faktor risiko yang mempengaruhi jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat tahun

2018. Kasus TBC di Provinsi Jawa Barat terpusat dan menyebar di kabupaten/kota

tertentu dimana setiap wilayah pasti memiliki kondisi geografis yang berbeda

sehingga ada indikasi terdapat efek spasial dalam penyebaran penyakit TBC. Oleh

(20)

4 karena itu, pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Faktor-faktor mana saja yang berpengaruh terhadap jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018?

2. Bagaimana pemetaan dan pemodelan untuk jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 dengan menggunakan pendekatan GWNBR?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018.

2. Memperoleh pemetaan dan pemodelan untuk jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 dengan menggunakan pendekatan GWNBR.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel prediktor atau independen yang digunakan adalah persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (𝑋

1

), kepadatan penduduk (𝑋

2

), persentase rumah tangga miskin (𝑋

3

), persentase imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) (𝑋

4

), persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat (𝑋

5

), penderita HIV (𝑋

6

), jumlah tenaga medis (𝑋

7

),

2. Menggunakan matrik pembobot fungsi kernel adaptive bisquare.

(21)

5 1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah memberikan gambaran

mengenai penyakit TBC di Provinsi Jawa Barat serta memberikan informasi

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit TBC di Provinsi Jawa Barat

dengan diharapkan adanya peningkatan perilaku hidup sehat yang bisa mengurangi

terjadinya penyakit TBC.

(22)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

TBC di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang angka kasusnya cukup tinggi. Bila dibandingkan dengan negara lain, Indonesia termasuk negara yang memiliki banyak penderita TBC. Pada tahun 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beban TBC terbesar diantara 8 negara yaitu India (27%), China (9%), Indonesia (8%), Philippina (6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%), Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%) (Global Tuberculosis Report, 2018; hal.

1). TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis [1]. Kuman ini mudah ditularkan melalui udara pada waktu penderita TBC batuk, bersin, berbicara, tertawa atau meludah. Penderita TBC akan menyebarkan ribuan kuman ke udara sekitar mereka dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke saluran pernafasan [14]. Kuman yang masuk ke dalam saluran pernafasan tidak langsung menginfeksi individu tersebut, sistem imun sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit TBC, tubuh yang memiliki kekebalan atau imunitas yang baik tentu dapat menghalangi perkembangan si kuman [15].

Daerah pemukiman yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta lingkungan yang tidak sehat atau kumuh merupakan faktor kuat yang mendukung tingginya kasus TBC [15]. Faktor sosial dan ekonomi juga berpengaruh pada penyebaran penyakit TBC [16]. Tidak memadainya organisasi pelayanan TBC serta pengobatan kasus TBC masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia.

Selain itu faktor seseorang dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TBC

melalui proses reaktivasi. Pengobatan kasus TBC biasanya membutuhkan waktu 6

bulan. Apabila kasusnya berulang, putus obat atau ada faktor penyulit biasanya

memakan waktu lebih lama. Untuk itu pengobatan TBC tidak boleh putus walau

gejala mungkin sudah hilang [15]. Hambatan dalam mencapai angka kesembuhan

(23)

7 yang tinggi terhadap penyakit TBC adalah ketidak patuhan berobat secara teratur oleh penderitanya, tingginya angka putus berobat dan faktor komorbiditas [17].

2.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan hubungan linier antara variabel independen dalam suatu model regresi. Dalam pembentukan model regresi dengan beberapa variabel prediktor, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya kasus multikolinearitas. Pendeteksian kasus multikolinearitas yaitu dengan menggunakan koefisien korelasi dan kriteria nilai VIF (Variance Inflation Factor). Menurut Hocking (1996), pendektesian kasus multikolinearitas dapat dilihat dari 2 indikator yaitu sebagai berikut:

1. Jika koefisien korelasi Pearson (𝑟

𝑖𝑗

) antar variabel prediktor lebih tinggi dari 0,95 (𝑟

𝑖𝑗

> 0,95) maka terdapat korelasi antar variabel tersebut.

2. Nilai VIF lebih besar dari 10 (𝑉𝐼𝐹 > 10) menunjukkan adanya multikolinearitas antar variabel prediktor. Nilai VIF dinyatakan sebagai berikut:

𝑉𝐼𝐹

𝑗

= 1

1 − 𝑅

𝑗2

(2. 1)

Dengan 𝑅

𝑗2

adalah koefisien determinasi antara satu variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya [18].

Jika suatu model mengalami kasus multikolinearitas akan menyebabkan model tersebut mempunyai nilai varian yang besar dan dengan demikian standard error juga besar. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah multikolinearitas yaitu sebagai berikut:

1. Menghilangkan Variabel Independen

Salah satu metode yang mudah dilakukan untuk mengatasi masalah

multikolinearitas adalah dengan menghilangkan salah satu variabel

independen yang mempunyai hubungan linier kuat.

(24)

8 2. Transformasi Variabel

Multikolinearitas dapat diatasi dengan cara melakukan transformasi variabel, misalnya ketika mempunyai model regresi time series sebagai berikut:

𝑌

𝑡

= 𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑋

1𝑡

+ 𝛽

2

𝑋

2𝑡

+ 𝑒

𝑡

Dimana 𝑌

𝑡

= harga saham, 𝑋

1

= suku bunga, 𝑋

2

= inflasi

Pada persamaan tersebut merupakan perilaku harga saham pada periode t, sedangkan perilaku harga saham pada satu periode sebelumnya 𝑡 − 1 sebagai berikut:

𝑌

𝑡−1

= 𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑋

1𝑡−1

+ 𝛽

2

𝑋

2𝑡−2

+ 𝑒

𝑡−1

Jika kita mengurangi persamaan perilaku harga saham pada periode t dengan persamaan perilaku harga saham pada satu periode sebelumnya 𝑡 − 1 akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:

𝑌

𝑡

− 𝑌

𝑡−1

= 𝛽

1

(𝑋

1𝑡

− 𝑋

1𝑡−1

) + 𝛽

2

(𝑋

2𝑡

− 𝑋

2𝑡−2

) + (𝑒

𝑡

− 𝑒

𝑡−1

) 𝑌

𝑡

= 𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑋

1𝑡

+ 𝛽

2

𝑋

2𝑡

+ 𝑣

𝑡

Persamaan 𝑌

𝑡

merupakan bentuk transformasi variabel ke dalam bentuk diferensi pertama (first difference). Persamaan diferensi pertama sudah terbebas dari masalah multikolinearitas.

3. Penambahan Data

Masalah multikolinearitas juga dapat diatasi jika menambah jumlah data.

Misalkan kita punya persamaan regresi berganda sebagai berikut:

𝑌

𝑖

= 𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑋

1𝑖

+ 𝛽

2

𝑋

2𝑖

+ 𝑒

𝑖

Dimana 𝑌

𝑖

= harga saham, 𝑋

1

= suku bunga, 𝑋

2

= inflasi Varian untuk 𝛽

1

sebagai berikut:

𝑉𝑎𝑟(𝛽 ̂ =

1

) 𝜎

2

∑ 𝑥

21𝑖

(1 − 𝑟

212

)

Misalkan antara suku bunga (𝑋

1

) dan inflasi (𝑋

2

) mengandung

multikolinearitas. Ketika kita terus menambah data maka ∑ 𝑥

21𝑖

akan menaik

sehingga menyebabkan varian dari 𝛽 ̂ akan mengalami penurunan. Jika

1

varian mengalami penurunan maka standard error juga akan mengalami

penurunan sehingga persoalan multikolinearitas bisa diatasi [19].

(25)

9 4. Principal Component Analysis (PCA)

Metode PCA bertujuan untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara menyusutkan (transformasi) dimensinya. Hal ini dilakukan dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi variabel bebas asal ke variabel bebas baru yang tidak berkorelasi sama sekali. Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh, maka beberapa komponen tersebut menjadi variabel bebas baru yang akan diregresikan atau dianalisis pengaruhnya terhadap variabel tak bebas (Y) dengan menggunakan analisis regresi.

Metode PCA terdiri dari:

1) Menghtitung Covariance-Matrix atau bentuk matrik korelasi 2) Menentukan banyak faktor/mencari Eigenvalue dan Eigenvector 3) Rotasi faktor dan urutkan principal components secara menurun 4) Transformasi data ke sumbu principal components

5) Interpretasi

Keuntungan dari penggunaan metode PCA dibandingkan metode lain:

1) Dapat menghilangkan korelas secara bersih (korelasi = 0) sehingga masalah multikolinearitas dapat benar-benar teratasi secara bersih 2) Dapat digunakan untuk segala kondisi data/penelitian

3) Dapat dipergunakan tanpa mengurangi jumlah variabel asal [20].

2.3 Regresi Poisson

Regresi Poisson merupakan model regresi nonlinear yang sering digunakan untuk memodelkan data count dimana variabel respon mengikuti distribusi Poisson [21]. Jika variabel random diskrit Y berdistribusi Poisson dengan parameter 𝜇, 𝜇 >

0, maka fungsi probabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut:

𝒇(𝒚; 𝝁) = 𝒆

−𝝁

𝝁

𝒚

𝒚! ; 𝒚 = 𝟎, 𝟏, 𝟐, … dimana 𝐸[𝑌] = 𝑉𝑎𝑟[𝑌] = 𝜇

Persamaan model regresi Poisson dapat dituliskan sebagai berikut:

𝜇

𝑖

= exp (𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑥

1𝑖

+ 𝛽

2

𝑥

2𝑖

+ ⋯ + 𝛽

𝑝

𝑋

𝑝𝑖

) (2. 2)

(26)

10 2.3.1 Estimasi Parameter Model Regresi Poisson

Estimasi parameter model regresi Poisson dapat dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Metode Maximum Likelihood biasa digunakan dengan cara memaksimumkan fungsi likelihood.

Fungsi likelihood dari model regresi Poisson dirumuskan sebagai berikut:

𝐥𝐧 𝑳 (𝜷) = − ∑(𝐞𝐱𝐩 (𝒙

𝒊𝑻

𝜷)) + ∑ 𝒚

𝒊

𝒙

𝒊𝑻

𝜷 −

𝒏

𝒊=𝟏

∑ 𝐥𝐧(𝒚

𝒊

!)

𝒏

𝒊=𝟏 𝒏

𝒊=𝟏

2.3.2 Pengujian Parameter Model Regresi Poisson

Pengujian parameter model regresi Poisson bertujuan untuk mengetahui apakah suatu parameter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap model.

Pengujian signifikansi parameter regresi Poisson dapat dilakukan dengan uji serentak dan parsial. Uji signifikansi secara serentak dapat dilakukan dengan menggunakan Maximum Likelihood Ratio Test (MLRT) yang memiliki hipotesis sebagai berikut:

𝐻

0

: 𝛽

1

= 𝛽

2

= ⋯ = 𝛽

𝑝

= 0

𝐻

1

∶ 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝛽

𝑗

≠ 0 ; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 Statistik uji :

𝐷(𝛽̂) = −2 ln ( 𝐿(𝜔 ̂)

𝐿(Ω ̂) ) (2. 3)

dimana,

ln 𝐿(𝜔 ̂) = fungsi likelihood untuk model tanpa melibatkan variabel prediktor ln L(Ω ̂) = fungsi likelihood untuk model yang melibatkan variabel prediktor

Statistik uji yang digunakan mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas p dengan keputusan tolak 𝐻

0

jika 𝐷(𝛽̂) > 𝜒

2(𝑝;𝛼)

yang berarti bahwa paling sedikit ada satu parameter yang berpengaruh secara signifikan terhadap model regresi Poisson.

Setelah dilakukan dengan uji serentak dilanjutkan dengan uji signifikansi

secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui signifikansi masing-masing

(27)

11 variabel prediktor apakah memberikan pengaruh terhadap variabel respon dengan hipotesis sebagai berikut:

𝐻

0

∶ 𝛽

𝑗

= 0

𝐻

1

∶ 𝛽

𝑗

≠ 0 ; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 Statistik uji :

𝑍

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 𝛽 ̂

𝑗

𝑠𝑒(𝛽 ̂ )

𝑗

(2. 4)

dimana,

𝛽 ̂

𝑗

: koefisien model variabel prediktor ke-j

𝑠𝑒(𝛽 ̂ ) : standard error dari estimasi maximum likelihood

𝑗

Statistik uji yang digunakan mengikuti distribusi Z dengan keputusan tolak 𝐻

0

jika |𝑍

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

| > 𝑍

(𝛼 2⁄ )

dengan 𝛼 merupakan tingkat signifikansi yang ditentukan.

2.4 Overdispersi

Overdispersi adalah kondisi dimana nilai ragam lebih besar dari nilai rataan.

Overdispersi merupakan penyimpangan asumsi yang sering terjadi pada regresi Poisson. Asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis regresi Poisson adalah equidipersi, yaitu nilai varian sama dengan nilai rata-rata.

Untuk mendeteksi adanya kasus overdispersi pada regresi Poisson yaitu jika nilai Pearson chi-square atau deviance yang dibagi dengan derajat bebasnya menghasilkan nilai taksiran dispersi lebih dari satu [22]. Jika pada regresi Poisson terjadi kasus overdispersi maka alternatif yang dapat digunakan adalah dengan regresi Binomial Negatif [23].

2.5 Regresi Binomial Negatif

Regresi Binomial Negatif adalah solusi untuk mengatasi adanya kasus

overdispersi. Pada regresi Binomial Negatif, variabel respon diasumsikan

berdistribusi binomial negatif yang dihasilkan dari distribusi campuran Poisson-

Gamma [24]. Model Binomial Negatif dapat dirumuskan sebagai berikut:

(28)

12 𝒚

𝒊

~ 𝑵𝑩 [𝒕

𝒋

𝒆𝒙𝒑 (∑ 𝜷

𝒑

𝒙

𝒊𝒑

𝒑

) , 𝜽] ; 𝒊 = 𝟏, 𝟐, 𝟑, … , 𝒏

𝐸(𝑌) = 𝜇 dan 𝑉𝑎𝑟(𝑌) = 𝜇 + 𝛼𝜇

2

dengan 𝜃 adalah parameter dispersi.

Kemudian fungsi probabilitas Binomial Negatif dapat dinyatakan sebagai berikut:

𝐟(𝐲; 𝛍, 𝛂) = 𝚪 (𝐲 + 𝟏 𝛉) 𝐲! 𝚪 ( 𝟏

𝛉)

( 𝟏

𝟏 + 𝛉𝛍 )

𝟏⁄𝛂

( 𝛉𝛍 𝟏 + 𝛉𝛍 )

𝐲

; 𝐲 = 𝟎, 𝟏, 𝟐, …

Model regresi Binomial Negatif dapat ditulis sebagai berikut:

𝜇

𝑖

= exp (𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑥

1𝑖

+ 𝛽

2

𝑥

2𝑖

+ ⋯ + 𝛽

𝑝

𝑋

𝑝𝑖

) (2. 5) 2.5.1 Estimasi Parameter Model Regresi Binomial Negatif

Estimasi parameter model regresi Binomial Negatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Pada estimasi regresi Binomial Negatif, untuk memaksimumkan fungsi likelihood maka digunakan metode iterasi newton raphson.

Fungsi likelihood dari regresi Binomial Negatif dinyatakan sebagai berikut:

𝑳(𝜷, 𝜽) = ∏ (∏(𝒓 + 𝜽

−𝟏

)

𝒚𝒊−𝟏

𝒓=𝟎

)

𝒏

𝒊=𝟏

𝟏

(𝒚

𝒊

!) ( 𝟏 𝟏 + 𝜽𝝁

𝒊

)

𝟏⁄𝜽

( 𝜽𝝁

𝒊

𝟏 + 𝜽𝝁

𝒊

)

𝒚𝒊

2.5.2 Pengujian Parameter Model Regresi Binomial Negatif

Pengujian parameter model regresi Binomial Negatif dilakukan untuk mengetahui apakah parameter model mempengaruhi variabel respon. Pengujian parameter model regresi Binomial Negatif terdiri dari uji serentak dan uji parsial.

Hipotesis untuk uji signifikansi secara serentak yaitu sebagai berikut:

𝐻

0

: 𝛽

1

= 𝛽

2

= ⋯ = 𝛽

𝑝

= 0

𝐻

1

∶ 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝛽

𝑗

≠ 0 ; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 Statistik uji :

𝐷(𝛽̂) = −2 ln ( 𝐿(𝜔 ̂)

𝐿(Ω ̂) ) (2. 6)

(29)

13 dimana,

ln 𝐿(𝜔 ̂) = fungsi likelihood untuk model tanpa melibatkan variabel prediktor ln L(Ω ̂) = fungsi likelihood untuk model yang melibatkan variabel prediktor

Statistik uji yang digunakan mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas p dengan keputusan tolak 𝐻

0

jika 𝐷(𝛽̂) > 𝜒

2(𝑝;𝛼)

yang berarti bahwa paling sedikit ada satu parameter yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel respon. Kemudian dilanjutkan dengan uji parsial, hipotesis untuk uji signifikansi secara parsial yaitu sebagai berikut:

𝐻

0

∶ 𝛽

𝑗

= 0

𝐻

1

∶ 𝛽

𝑗

≠ 0 ; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 Statistik uji :

𝑍

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 𝛽 ̂

𝑗

𝑠𝑒(𝛽 ̂ )

𝑗

(2. 7)

dimana,

𝛽 ̂

𝑗

: koefisien model variabel prediktor ke-j

𝑠𝑒(𝛽 ̂ ) : standard error dari estimasi maximum likelihood

𝑗

Tolak 𝐻

0

jika |𝑍

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

| > 𝑍

(𝛼 2⁄ )

dengan 𝛼 merupakan tingkat signifikansi yang ditentukan. Tolak 𝐻

0

artinya bahwa parameter ke-j signifikansi terhadap model regresi Binomial Negatif.

2.6 Heterogenitas Spasial

Pengujian heterogenitas spasial dilakukan untuk melihat apakah terdapat ke- khasan pada setiap lokasi pengamatan, sehingga parameter regresi yang dihasilkan akan berbeda secara spasial [21]. Untuk melihat adanya heterogenitas spasial dapat dilakukan dengan menggunakan statistik uji Breusch-Pagan dengan hipotesis sebagai berikut:

𝐻

0

∶ 𝜎

12

= 𝜎

22

= ⋯ = 𝜎

𝑝2

= 𝜎

2

(variansi antarlokasi sama)

𝐻

1

∶ 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝜎

𝑖2

≠ 𝜎

2

(variansi antarlokasi berbeda)

(30)

14 dimana:

p = banyaknya variabel prediktor i = 1, 2, …, n

𝜎

2

= variansi dari 𝑒

𝑖

𝜎

𝑖2

= variansi dari variabel prediktor ke-i Statistik uji :

𝐵𝑃 = ( 1

2 ) 𝑓

𝑇

𝑍(𝑍

𝑇

𝑍)

−1

𝑍

𝑇

𝑓 ~ 𝜒

2(𝑝)

(2. 8) dimana:

𝑓 = (𝑓

1

, 𝑓

2

, … , 𝑓

𝑛

)

𝑇

dengan 𝑓

𝑖

=

𝑒𝑖

2 𝜎2

− 1 𝑒

𝑖

= error untuk observasi ke-i

𝜎

2

= variansi dari 𝑒

𝑖

𝑍 = matriks berukuran n × (p+1) yang berisi vektor konstan

𝐻

0

ditolak jika statistik uji 𝐵𝑃 > 𝜒

2(𝑝,𝛼)

atau p-value < 𝛼, yang berarti variansi antarlokasi berbeda [25].

2.7 Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) Geographically Weighted Negative Binomial Regression (GWNBR) merupakan salah satu metode yang cukup efektif untuk menduga parameter lokal dengan unit amatan berupa wilayah pada data count yang memiliki heterogenitas spasial dan mengalami kasus overdispersi. GWNBR juga merupakan metode hasil pengembangan dari model regresi Binomial Negatif. Model GWNBR akan menghasilkan parameter lokal yang masing-masing lokasi memiliki parameter yang berbeda-beda [26]. Model GWNBR dirumuskan sebagai berikut:

𝒚

𝒋

~ 𝑵𝑩 [𝒕

𝒋

𝒆𝒙𝒑 (∑ 𝜷

𝒌

(𝒖

𝒋

, 𝒗

𝒋

)𝒙

𝒋𝒌

𝒌

) , 𝜽(𝒖

𝒋

, 𝒗

𝒋

)] ; 𝒋 = 𝟏, … , 𝒏 dimana :

𝑦

𝑗

: nilai observasi variabel respon ke-j 𝑡

𝑗

: offset variabel

𝑥

𝑗𝑘

: nilai observasi variabel prediktor ke-k pada pengamatan lokasi (𝑢

𝑗

, 𝑣

𝑗

)

(31)

15 𝛽

𝑘

(𝑢

𝑗

, 𝑣

𝑗

) : koefisien regresi variabel prediktor ke-k untuk setiap lokasi (𝑢

𝑗

, 𝑣

𝑗

) 𝜃(𝑢

𝑗

, 𝑣

𝑗

) : parameter dispersi untuk setiap lokasi (𝑢

𝑗

, 𝑣

𝑗

)

𝑢

𝑗

: koordinat latitude titik pengamatan ke-j 𝑣

𝑗

: koordinat longitude titik pengamatan ke-j

Fungsi kepadatan peluang untuk setiap lokasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝒇((𝒚

𝒊

|𝒙

𝒊

, 𝜷(𝒖

𝒊

, 𝒗

𝒊

), 𝜽

𝒊

) = 𝚪 (𝒚 + 𝟏 𝜽) 𝐲! 𝚪 ( 𝟏

𝜽)

( 𝟏

𝟏 + 𝜽𝝁 )

𝟏⁄𝜶

( 𝜽𝝁 𝟏 + 𝜽𝝁 )

𝒚

~𝑵𝑩(𝝁

𝒊

, 𝜽

𝒊

)

dimana:

𝜇 = exp ((𝑥

𝑖𝑇

𝛽(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

)) 𝜃 = 𝜃

𝑖

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

)

Model GWNBR dapat ditulis sebagai berikut:

𝜇

𝑖

= exp (𝛽

0

+ 𝛽

1

𝑥

1𝑖

+ 𝛽

2

𝑥

2𝑖

+ ⋯ + 𝛽

𝑝

𝑋

𝑝𝑖

) (2. 9) 2.7.1 Estimasi Parameter Model GWNBR

Estimasi parameter model GWNBR dilakukan dengan menggunakan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Fungsi likelihoodnya sebagai berikut:

𝑳((𝜷

(𝒖𝒊,𝒗𝒊)

, 𝜽

𝒊

|𝒚

𝒊

, 𝒙

𝒊

) = ∏ (∏ (𝒓 +

𝟏

𝜽𝒊

)

𝒚𝒊−𝟏

𝒓=𝟎

)

𝒏𝒊=𝟏

𝟏 (𝒚𝒊!)

(

𝟏

𝟏+𝜽𝒊𝝁𝒊

)

𝟏⁄𝜽

(

𝜽𝒊𝝁𝒊

𝟏+𝜽𝒊𝝁𝒊

)

𝒚𝒊

2.7.2 Pengujian Parameter Model GWNBR

Pengujian parameter model GWNBR dilakukan dengan uji serentak dan parsial. Uji signifikansi secara serentak dengan menggunakan Maximum Likelihood Ratio Test (MLRT), dengan hipotesis sebagai berikut:

𝐻

0

∶ 𝛽

1

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) = 𝛽

2

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) = ⋯ = 𝛽

𝑝

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) = 0

𝐻

1

= 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝛽

𝑗

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) ≠ 0 ; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 Statistik uji :

𝐷(𝛽̂) = −2 ln ( 𝐿(𝜔 ̂)

𝐿(Ω ̂) ) (2. 10)

(32)

16 dimana,

ln 𝐿(𝜔 ̂) = fungsi likelihood untuk model tanpa melibatkan variabel prediktor ln L(Ω ̂) = fungsi likelihood untuk model yang melibatkan variabel prediktor

𝐻

0

ditolak jika 𝐷(𝛽̂) > 𝜒

2(𝑝;𝛼)

yang berarti paling sedikit ada satu parameter yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel respon. Kemudian dilanjutkan dengan uji parsial, hipotesis untuk uji signifikansi secara parsial yaitu sebagai berikut:

𝐻

0

∶ 𝛽

𝑗

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) = 0

𝐻

1

∶ 𝛽

𝑗

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) ≠ 0 ; 𝑗 = 1,2, … , 𝑝 Statistik uji :

𝑍

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

= 𝛽̂

𝑗

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

)

𝑠𝑒 (𝛽̂

𝑗

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

)) (2. 11) dimana :

𝛽 ̂

𝑗

: koefisien model variabel prediktor ke-j

𝑠𝑒(𝛽 ̂ ) : standard error dari estimasi maximum likelihood

𝑗

𝐻

0

ditolak jika statistik uji |𝑍

ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

| > 𝑍

(𝛼 2⁄ )

, yang berarti bahwa parameter tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel respon di tiap lokasi.

2.8 Pemilihan Bandwith dan Pembobot Optimum

Pemilihan bandwidth optimum ini sangatlah penting oleh karena bandwidth merupakan pengontrol keseimbangan antara kesesuaian kurva terhadap data dan kemulusan data [27]. Selain itu pemilihan bandwith optimum menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi ketepatan model terhadap data, salah satu metode yang digunakan untuk menentukan bandwidth optimum adalah metode Cross Validation (CV). Metode Cross Validation (CV) ini didefinisikan sebagai berikut:

𝐶𝑉(𝑙) = ∑(𝑦

𝑖

− 𝑦̂

≠𝑖

(𝑙))

2

𝑛

𝑖=1

(2. 12)

dengan 𝑦̂

≠𝑖

(𝑙) adalah penaksir 𝑦

𝑖

dimana pengamatan di lokasi 𝑖 dihilangkan

dari proses penaksiran [28].

(33)

17 Dalam penaksiran GWNBR di suatu titik (𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) diperlukan adanya pembobot spasial. Peran pembobot dalam GWNBR sangat penting karena nilai pembobot mewakili letak data observasi antara satu dengan yang lainnya. Dimana pembobot yang digunakan adalah kernel adaptive bisquare. Fungsi kernel adaptive bisquare dirumuskan sebagai berikut:

𝑤

𝑗

(𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) = { (1 − ( 𝑑

𝑖𝑗

ℎ )

2

)

2

, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑

𝑖𝑗

≤ ℎ 0, 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑑

𝑖𝑗

> ℎ

(2. 13)

dengan

𝑑

𝑖𝑗

= √(𝑢

𝑖

− 𝑢

𝑗

)

2

+ (𝑣

𝑖

− 𝑣

𝑗

)

2

(2. 14)

𝑑

𝑖𝑗

jarak Euclidean antara lokasi (𝑢

𝑖

, 𝑣

𝑖

) ke lokasi (𝑢

𝑗

, 𝑣

𝑗

) dan h adalah nilai

bandwidth yang menunjukkan jumlah atau proporsi dari observasi untuk

dimasukkan pada estimasi parameter pada lokasi pengamatan [29].

(34)

18 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder mengenai penyakit TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 yang diperoleh melalui publikasi data profil kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat dengan unit observasi sebanyak 27 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

3.2 Variabel Data

Variabel-variabel penelitian yang digunakan terbagi menjadi 2 yaitu variabel respon atau dependen (Y) dan variabel prediktor atau independen (X), dengan unit yang diteliti adalah tiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2018.

Penjelasan masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Jumlah kasus TBC ditiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2018 (Y)

2. Persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) (X

1

)

3. Kepadatan penduduk (X

2

)

4. Persentase rumah tangga miskin (X

3

)

5. Persentase imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) (X

4

) 6. Persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat (X

5

) 7. Penderita HIV (X

6

)

8. Jumlah tenaga medis (X

7

) 3.3 Metode Analisis

Langkah analisis yang dilakukan penulis untuk menganalisis faktor-faktor

risiko yang mempengaruhi jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Menggunakan Pendekatan GWNBR, adalah sebagai berikut :

(35)

19 1. Mendeskripsikan Data

a. Karakteristik jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi.

b. Pengujian Multikolinearitas dengan melihat koefisien korelasi pearson dan nilai VIF dengan menggunakan persamaan (2.1)

2. Pemodelan Regresi Poisson

a. Estimasi Parameter Model Regresi Poisson

Mengestimasi parameter model regresi Poisson dengan menyusunnya dalam persamaan model (2.2)

b. Pengujian Parameter Model Regresi Poisson

Menguji parameter model regresi Poisson dengan uji signifikan terhadap model yaitu uji serentak menggunakan persamaan (2.3) dan uji parsial menggunakan persamaan (2.4)

3. Pengujian Overdispersi

4. Pemodelan Regresi Binomial Negatif

a. Estimasi Parameter Model Regresi Binomial Negatif

Mengestimasi parameter model regresi Binomial Negatif dengan menyusunnya dalam persamaan model (2.5)

b. Pengujian Parameter Model Regresi Binomial Negatif

Menguji parameter model regresi Binomial Negatif dengan uji signifikan terhadap model yaitu uji serentak menggunakan persamaan (2.6) dan uji parsial menggunakan persamaan (2.7)

5. Heterogenitas Spasial

Uji Breusch-Pagan untuk melihat heterogenitas spasial menggunakan persamaan (2.8)

6. Pemodelan GWNBR

a. Menghitung Jarak Euclidean, bandwidth dan Pembobot

Menghitung Jarak Euclidean dengan persamaan (2.14), bandwidth

dengan persamaan (2.12) dan Pembobot yang digunakan adalah kernel

adaptive bisquare dengan persamaan (2.13)

(36)

20 b. Pengujian Parameter Model GWNBR

Menguji parameter model GWNBR dengan uji signifikan terhadap model yaitu uji serentak menggunakan persamaan (2.10) dan uji parsial menggunakan persamaan (2.11)

c. Interpretasi model GWNBR

Pengujian parameter model GWNBR pada lokasi penelitian dan

menyusunnya dengan persamaan model (2.9)

(37)

21 3.4 Alur Penelitian

Gambar 3. 1 Alur Penelitian

(38)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Jumlah Kasus Tuberkulosis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus TBC tertinggi bersama dengan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, ketiga provinsi tersebut termasuk provinsi dengan jumlah penduduk yang besar. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari 27 kabupaten/kota. Kasus TBC di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak 76546 kasus dengan rata-rata sebanyak 2835 kasus. Jumlah kasus TBC memiliki nilai minimum sebesar 380 kasus, maksimum sebesar 13277 kasus dan dengan standar deviasi sebesar 2619,027 karena terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah kasus TBC tiap kabupaten/kota. Pemetaan persebaran jumlah kasus TBC di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4. 1 Persebaran Jumlah Kasus TBC di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Pada Gambar 4.1 jumlah kasus TBC tertinggi terdapat di Kabupaten Bogor

dengan jumlah kasus sebanyak 13277 kasus sedangkan jumlah kasus TBC terendah

terdapat di Kabupaten Pangandaran dengan jumlah kasus sebanyak 380 kasus.

(39)

23 4.1.1 Persentase Rumah Tangga yang Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. PHBS di rumah tangga dengan penderita TBC bertujuan untuk mencapai Rumah Tangga Ber-PHBS, yaitu antara lain dengan melakukan sebagai berikut: menjemur peralatan tidur, membuka pintu dan jendela setiap pagi agar udara dan sinar matahari masuk, makan-makanan bergizi, tidak merokok dan tidak minum- minuman keras, olahraga secara teratur, mencuci pakaian hingga bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, istirahat cukup dan tidak tukar menukar peralatan mandi. Rata-rata persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat di Jawa Barat adalah sebesar 59,21% dengan standar deviasi sebesar 2359,698%. Nilai minimum untuk persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebesar 40,25% dan nilai maksimum sebesar 80,11%. Pemetaan persebaran rumah tangga ber-PHBS di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4. 2 Persebaran Rumah Tangga ber-PHBS di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Pada Gambar 4.2 diketahui persentase rumah tangga yang berperilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) yang tertinggi terdapat di Kota Depok, Kota Banjar dan

(40)

24 Kota Cirebon dengan persentase sebesar 80,11%, 78,36% dan 75,22% sedangkan persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terendah terdapat di Kota Tasikmalaya, Kota Sukabumi dan Kabupaten Ciamis dengan persentase sebesar 40,25%, 40,95% dan 47,55%.

4.1.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah per-km

2

. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan luas wilayah menyebabkan area yang tidak beraturan dan kumuh dengan segala masalah kesehatan masyarakat. TBC mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan sanitasi rendah. Sehingga semakin besar kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin besar peluang tersebarnya kasus TBC. Rata-rata kepadatan penduduk di Jawa Barat adalah sebesar 3993,7 jiwa/km

2

dengan standar deviasi sebesar 4897,377 jiwa/km

2

. Nilai minimum untuk kepadatan penduduk di Jawa Barat sebesar 393 jiwa/km

2

dan nilai maksimum sebesar 15478 jiwa/km

2

. Pemetaan persebaran kepadatan penduduk di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4. 3 Persebaran Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa Kota Cimahi, Kota Bandung dan

Kota Bekasi merupakan kota dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di

Provinsi Jawa Barat dengan kepadatan masing-masing sebesar 15478 jiwa/km

2

,

14932 jiwa/km

2

, dan 14190 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah

terdapat di Kabupaten Pangandaran dengan kepadatan sebesar 393 jiwa/km

2

.

(41)

25 4.1.3 Persentase Rumah Tangga Miskin

Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum. Kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan barang dan uang dalam menjamin kelangsungan hidup. Kemampuan pendapatan yang rendah tidak hanya berakibat pada tidak tercukupinya kebutuhan dasar melainkan juga berdampak pada ketidakmampuan memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Penderita TBC di dunia menyerang kelompok sosial ekonomi lemah atau miskin, kemiskinan disini berhubungan dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan dan sanitasi yang buruk yang mengakibatkan mudahnya penularan TBC. Rata-rata persentase rumah tangga miskin di Jawa Barat sebesar 7,942% dengan standar deviasi sebesar 2,7294%. Nilai minimum untuk persentase rumah tangga miskin yaitu sebesar 2,14% dan nilai maksimum sebesar 12,71%. Pemetaan persebaran persentase rumah tangga miskin di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Persebaran Rumah Tangga Miskin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Pada Gambar 4.4 diketahui persentase rumah tangga miskin yang tertinggi

terdapat di Kota Tasikmalaya, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Indramayu,

Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon dengan persentase sebesar 12,71%,

12,22%, 11,89%, 10,79% dan 10,70%, sedangkan persentase rumah tangga miskin

yang terendah terdapat di Kota Depok, Kota Bandung dan Kota Bekasi dengan

persentase sebesar 2,14%, 3,57% dan 4,11%.

(42)

26 4.1.4 Persentase Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG)

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah [30]. Imunisasi BCG merupakan salah satu upaya preventif pemerintah dalam mencegah kejadian TBC [31]. Manfaat imunisasi BCG yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti:

meningitis TBC dan TBC milier, dikarenakan bayi atau anak masih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis, akibat adanya kontak dengan penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua, keluarga, pengasuh dan lain sebagainya. Vaksin BCG merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar pada bayi [30]. Rata-rata persentase imunisasi BCG di Jawa Barat adalah sebesar 98,86%

dengan standar deviasi sebesar 6,0133%. Nilai minimum untuk persentase imunisasi BCG yaitu sebesar 75,25% dan nilai maksimum sebesar 107,43%.

Pemetaan persebaran Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.5.

Gambar 4. 5 Persebaran Imunisasi BCG di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Pada Gambar 4.5 diketahui persentase Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) yang tertinggi terdapat di Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Banjar dan Kabupaten Tasikmalaya dengan persentase sebesar 107,43%, 106,49%, 104,90%

dan 104,00% sedangkan persentase Imunisasi Bacille Calmette Guerin (BCG) yang

terendah terdapat di Kabupaten Cianjur dengan persentase sebesar 75,25%.

(43)

27 4.1.5 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah Sehat

Rumah sehat merupakan cerminan lingkungan yang sehat dengan syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan sarana pembuangan air limbah. Rumah sehat adalah salah satu faktor penting bagi kesehatan, lingkungan yang tidak bersih dan sanitasi buruk merupakan sarana penyebaran kuman, termasuk Mycobacterium Tuberculosis. Jika semakin banyak terdapat rumah yang memiliki syarat kesehatan sebagai rumah sehat diharapkan jumlah kasus TBC akan semakin menurun. Rata-rata persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat adalah sebesar 73,27% dengan standar deviasi sebesar 14,063%. Nilai minimum untuk persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat yaitu sebesar 39,15% dan nilai maksimum sebesar 93,93%. Pemetaan persebaran persentase rumah tangga yang memiliki rumah sehat di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4. 6 Persebaran Rumah Sehat di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018

Pada Gambar 4.6 diketahui persentase rumah tangga yang memiliki rumah

sehat yang tertinggi terdapat di Kabupaten Ciamis, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor,

Kota Bandung, Kota Depok, dan Kabupaten Cirebon dengan persentase sebesar

93,93%, 93,63%, 91,06%, 85,91%, 84,83% dan 84,18%, sedangkan persentase

rumah tangga yang memiliki rumah sehat yang terendah terdapat di Kota

Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur dan Kota Sukabumi dengan persentase sebesar

39,15%, 46,02% dan 48,23%.

(44)

28 4.1.6 Penderita HIV

HIV adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, dimana virus ini menyerang sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi pasien TBC yaitu daya tahan tubuh yang rendah. Jadi, hubungan antara HIV dengan TBC berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh atau imun yang bertugas untuk melawan infeksi. Saat terkena HIV, sistem kekebalan tubuh akan melemah sehingga bakteri penyebab TBC yang masuk ke dalam tubuh menjadi aktif yang menyebabkan tubuh kesulitan untuk menyerang bakteri TBC. Jadi, serangan TBC bisa jadi adalah salah satu gejala infeksi HIV yang terselubung. Rata- rata penderita HIV di Jawa Barat adalah sebesar 195,4 kasus dengan standar deviasi sebesar 207,7616 kasus. Nilai minimum untuk penderita HIV adalah sebesar 7 kasus dan nilai maksimum sebesar 1054 kasus. Pemetaan persebaran penderita HIV di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.7.

Gambar 4. 7 Persebaran Penderita HIV di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Pada Gambar 4.7 diketahui penderita HIV yang tertinggi terdapat di Kota Bandung dengan jumlah kasus sebanyak 1054 kasus sedangkan penderita HIV yang terendah terdapat di Kota Banjar dengan jumlah kasus sebanyak 7 kasus.

4.1.7 Jumlah tenaga Medis

Pelayanan kesehatan yang memadai merupakan tumpuan kesehatan

masyarakat. Keberadaan tenaga medis dalam jumlah dan jenis yang diperlukan

dengan mutu terbaik sangat diperlukan guna mendukung menurunkan angka jumlah

kasus TBC. Setiap tenaga medis harus mampu melaksanakan pelayanan yang prima

(45)

29 yaitu memberikan apa yang dibutuhkan oleh pasien. Pelayanan prima dapat dicapai dengan pelaksanaan yang mencakup komponen praktik yang bersifat disiplin, inisiatif, respons, komunikasi dan kerja sama yang baik dengan pasien [32]. Rata- rata tenaga medis di Jawa Barat adalah sebesar 522,2 dengan standar deviasi sebesar 644,7616. Nilai minimum untuk tenaga medis yaitu sebesar 36 kasus dan nilai maksimum sebesar 2366 kasus. Pemetaan persebaran jumlah tenaga medis di Provinsi Jawa Barat disajikan pada Gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Persebaran Tenaga Medis di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 Pada Gambar 4.8 diketahui jumlah tenaga medis yang tertinggi terdapat di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung dengan jumlah tenaga medis sebanyak 2366 jiwa dan 2317 jiwa sedangkan jumlah tenaga medis yang terendah terdapat di Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Indramayu dengan jumlah tenaga medis sebanyak 36 jiwa dan 47 jiwa.

4.2 Multikolinearitas

Ada beberapa cara untuk mendeteksi adanya kasus multikolinearitas, yaitu

dengan melihat koefisien korelasi Pearson (𝑟

𝑖𝑗

) dan nilai VIF (Variance Inflation

Factor). Berikut adalah nilai koefisien korelasi antar variabel prediktor.

Gambar

Gambar 3. 1 Alur Penelitian
Gambar 4. 1 Persebaran Jumlah Kasus TBC di Provinsi Jawa Barat Tahun  2018
Gambar 4. 2 Persebaran Rumah Tangga ber-PHBS di Provinsi Jawa Barat  Tahun 2018
Gambar 4. 3 Persebaran Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Barat Tahun  2018
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dilihat dari proporsi penduduk bekerja menurut jam kerja, persentase tertinggi pada Februari 2019 adalah pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu) sebesar 60,36

Perguruan tinggi tidak memiliki unit atau lembaga yang khusus berfungsi untuk mengkaji dan mengembangkan sistem serta mutu pembelajaran, tetapi fungsinya dilaksanakan

Prinsip Syariah dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998, yaitu prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan berdasarkan hukum islam antara bank

Sedangkan individu dengan skor rendah neuroticism (disebut emotional stability) biasanya tenang, bertemperamen lembut, puas diri dan tidak mudah sensitif/amat perasa. 2)

Rancang Bangun Sistem Pantau Temperatur Pada Model Sungkup PLTN Dengan PLC XBM-DR16S. Kussigit Santosa, Agus

Melalui komunikasi tersebut juga, pihak sekolah dapat mengedukasi orang tua terkait cara memperlakukan anaknya yang telah remaja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara

Tempat Wisata Nglimut Gonoharjo Boja Kendal merupakan temppat wisata satu-satunya yang memiliki air panas alami di Kabupaten Kendal. Tempat wisata ini terletak di Dusun

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa Standar Penilaian Pendidikan bertujuan