• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRIMODA TRANSPORTASI

Dalam dokumen AIRPORT TOURISM AIRLINES NAVIGATION (Halaman 34-38)

Oleh: Nun Fatima

K

eberadaan bandar udara (bandara) yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi sangat penting. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan penumpang pesawat, tapi juga pada pemenuhan kebutuhan akan logistik.

Sebagai upaya meningkatkan kelancaran distribusi logistik serta menurunkan harga distribusi barang, pemerintah membangun bandara di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Provinsi Papua, salah satunya Bandara Senggeh. Bandara yang berlokasi di

Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua ini rencananya dijadikan pilot project trimoda transportasi oleh Kementerian Perhubungan.

Dengan kapasitas kargo yang tinggi, Bandara Senggeh menjadi pusat persebaran barang-barang kebutuhan pokok ke daerah-daerah 3T di sekitar Kabupaten Keerom.

Ketika diresmikan, Bandara Senggeh termasuk dalam kategori bandara domestik kelas III oleh

Fot

o-f

ot

o : P

uti Mauli Nadia

Kabandara Senggeh M. Sarif Hidayat. Bandara Senggeh

ke daerah-daerah lain melalui jalur udara,” jelas M. Sarif Hidayat, Kepala Bandara Senggeh.

Bandara Senggeh memiliki

runway berukuran 900 m x 23

m, taxiway dengan ukuran 17.25 m x 20 m, serta apron 60 m x 40 m. Pada tahun 2020, Bandara Senggeh memiliki 19 rute penerbangan dan tercatat telah melakukan 818 pergerakan yang terdiri dari 400 lebih landing dan 400 lebih take of .

Sistem navigasi penerbangan Sorong-Biak-Korido- Depapre-Sorong-Merauke).

Peresmian Pelabuhan Depapre turut ditandai dengan bersandarnya kapal tol laut Logistik Nusantara (Lognus) 2 yang mengangkut 18 ton beras dari Kabupaten Merauke.

Dengan hadirnya Pelabuhan Depapre dan Bandara Senggeh, harapannya distribusi logistik akan semakin mudah terutama di daerah 3T Papua.

“Barang-barang dikirim ke Bandara melalui jalur darat , kemudian dari Bandara Senggeh, barang-barang tersebut disebarkan

b e r b a s i s A D S - B ( A u t o m a t i c

Dependent Surveillance-Broadcast)

sudah dipergunakan oleh Bandara Senggeh. Basis ADS-B adalah sistem navigasi penerbangan di mana setiap pesawat terbang memancarkan data penerbangan berupa identitas, koordinat lokasi, ketinggian, kecepatan, serta indikator lainnya, ke segala arah secara terus menerus melalui media gelombang radio.

Apabila diukur jaraknya, Bandara Senggeh berjarak kurang lebih 141.3 km menuju kota Jayapura. Jarak ini dapat ditempuh

Peresmian Pelabuhan Depapre turut ditandai dengan bersandarnya kapal tol laut Logistik Nusantara (Lognus) 2.

Fot

o : Istime

wa

Bupati Keerom Piter Gusbager Direktoral Jenderal Perhubungan

Udara dengan lokasi pengisian avtur di Senggeh.

Rencana pilot project trimoda transportasi ini sejalan dengan beroperasinya pelabuhan peti kemas baru di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura dengan nama Pelabuhan Depapre. Pelabuhan Depapre beroperasi dengan layanan tol laut trayek T-19

(Merauke-Kokas-selama tiga jam 33 menit, jika menggunakan mobil.

Bupati Keerom Piter Gusbager m e n u t u r k a n , “ m e n g i n g a t pentingnya rencana pengembangan kawasan Senggi dan sekitarnya, yang mana membutuhkan dukungan p e n g e m b a n g a n s a r a n a d a n prasarana disana termasuk rencana pengembangan Bandara Senggi, maka pertemuan ini tetap digelar Pemkab juga sibuk dengan banjir namun pertemuan ini penting maka tetap kita gelar disela-sela waktu yang ada.”

Bandara Senggeh memiliki kapasitas kargo yang cukup besar. Menurut catatan tiga tahun terakhir, kapasitas kargo yang diangkut dari Bandara Senggeh terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, kargo yang mampu diangkut sebanyak 28.135 kg.

Kemudian pada tahun 2018 dan 2019 mengalami peningkatan menjadi 145.170 kg dan 360.608 kg. Lalu pada tahun kemarin, tepatnya di tahun 2020, kargi yang dapat diangkut bertambah menjadi 446.337 kg.

Dilansir dari lintaspapua.com, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom bersama pengelola Bandara Senggeh telah bersepakat untuk mengembangkan Bandara Senggeh menjadi pesawat kargo sekelas ATR dengan memperluas runway yang mulanya sepanjang 900 m menjadi

1.600 m.

Hingga saat ini, Bandara S e n g g e h h a n y a m e l a y a n i penerbangan angkutan kargo d a n b e l u m m e n g a d a k a n layanan penerbangan angkutan penumpang. Namun, kehadiran Bandara Senggeh sangatlah penting bagi pendistribusian kebutuhan logistik di Papua. B

BANDARA SENGGEH

JADI PILOT PROJECT

TRIMODA TRANSPORTASI 

Oleh: Nun Fatima

K

eberadaan bandar udara (bandara) yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat menjadi sangat penting. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan penumpang pesawat, tapi juga pada pemenuhan kebutuhan akan logistik.

Sebagai upaya meningkatkan kelancaran distribusi logistik serta menurunkan harga distribusi barang, pemerintah membangun bandara di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) di Provinsi Papua, salah satunya Bandara Senggeh. Bandara yang berlokasi di

Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua ini rencananya dijadikan pilot project trimoda transportasi oleh Kementerian Perhubungan.

Dengan kapasitas kargo yang tinggi, Bandara Senggeh menjadi pusat persebaran barang-barang kebutuhan pokok ke daerah-daerah 3T di sekitar Kabupaten Keerom.

Ketika diresmikan, Bandara Senggeh termasuk dalam kategori bandara domestik kelas III oleh

Fot

o-f

ot

o : P

uti Mauli Nadia

Kabandara Senggeh M. Sarif Hidayat. Bandara Senggeh

ke daerah-daerah lain melalui jalur udara,” jelas M. Sarif Hidayat, Kepala Bandara Senggeh.

Bandara Senggeh memiliki

runway berukuran 900 m x 23

m, taxiway dengan ukuran 17.25 m x 20 m, serta apron 60 m x 40 m. Pada tahun 2020, Bandara Senggeh memiliki 19 rute penerbangan dan tercatat telah melakukan 818 pergerakan yang terdiri dari 400 lebih landing dan 400 lebih take of .

Sistem navigasi penerbangan Sorong-Biak-Korido- Depapre-Sorong-Merauke).

Peresmian Pelabuhan Depapre turut ditandai dengan bersandarnya kapal tol laut Logistik Nusantara (Lognus) 2 yang mengangkut 18 ton beras dari Kabupaten Merauke.

Dengan hadirnya Pelabuhan Depapre dan Bandara Senggeh, harapannya distribusi logistik akan semakin mudah terutama di daerah 3T Papua.

“Barang-barang dikirim ke Bandara melalui jalur darat , kemudian dari Bandara Senggeh, barang-barang tersebut disebarkan

b e r b a s i s A D S - B ( A u t o m a t i c

Dependent Surveillance-Broadcast)

sudah dipergunakan oleh Bandara Senggeh. Basis ADS-B adalah sistem navigasi penerbangan di mana setiap pesawat terbang memancarkan data penerbangan berupa identitas, koordinat lokasi, ketinggian, kecepatan, serta indikator lainnya, ke segala arah secara terus menerus melalui media gelombang radio.

Apabila diukur jaraknya, Bandara Senggeh berjarak kurang lebih 141.3 km menuju kota Jayapura. Jarak ini dapat ditempuh

Peresmian Pelabuhan Depapre turut ditandai dengan bersandarnya kapal tol laut Logistik Nusantara (Lognus) 2.

Fot

o : Istime

wa

Bupati Keerom Piter Gusbager Direktoral Jenderal Perhubungan

Udara dengan lokasi pengisian avtur di Senggeh.

Rencana pilot project trimoda transportasi ini sejalan dengan beroperasinya pelabuhan peti kemas baru di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura dengan nama Pelabuhan Depapre. Pelabuhan Depapre beroperasi dengan layanan tol laut trayek T-19

(Merauke-Kokas-selama tiga jam 33 menit, jika menggunakan mobil.

Bupati Keerom Piter Gusbager m e n u t u r k a n , “ m e n g i n g a t pentingnya rencana pengembangan kawasan Senggi dan sekitarnya, yang mana membutuhkan dukungan p e n g e m b a n g a n s a r a n a d a n prasarana disana termasuk rencana pengembangan Bandara Senggi, maka pertemuan ini tetap digelar Pemkab juga sibuk dengan banjir namun pertemuan ini penting maka tetap kita gelar disela-sela waktu yang ada.”

Bandara Senggeh memiliki kapasitas kargo yang cukup besar. Menurut catatan tiga tahun terakhir, kapasitas kargo yang diangkut dari Bandara Senggeh terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, kargo yang mampu diangkut sebanyak 28.135 kg.

Kemudian pada tahun 2018 dan 2019 mengalami peningkatan menjadi 145.170 kg dan 360.608 kg. Lalu pada tahun kemarin, tepatnya di tahun 2020, kargi yang dapat diangkut bertambah menjadi 446.337 kg.

Dilansir dari lintaspapua.com, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Keerom bersama pengelola Bandara Senggeh telah bersepakat untuk mengembangkan Bandara Senggeh menjadi pesawat kargo sekelas ATR dengan memperluas runway yang mulanya sepanjang 900 m menjadi

1.600 m.

Hingga saat ini, Bandara S e n g g e h h a n y a m e l a y a n i penerbangan angkutan kargo d a n b e l u m m e n g a d a k a n layanan penerbangan angkutan penumpang. Namun, kehadiran Bandara Senggeh sangatlah penting bagi pendistribusian kebutuhan logistik di Papua. B

Jajaran Pemkab Keerom dengan jajaran Bandara Senggeh pada saat audiensi.

Endang Staf Bandara Senggeh. Kabandara M. Sarif Hidayat bersama jajaran

Staf Bandara Senggeh: Etuk, Arnold, Jupri, Joshua, Jelis, Ruben & Bambang.

Bambang, Petrus, dan Jufri. Kabandara M. Sarif Hidayat, Rahmat Bayu Riyadi, Petrus.

Galeri Foto

Jajaran Pemkab Keerom dengan jajaran Bandara Senggeh pada saat audiensi.

Endang Staf Bandara Senggeh. Kabandara M. Sarif Hidayat bersama jajaran

Staf Bandara Senggeh: Etuk, Arnold, Jupri, Joshua, Jelis, Ruben & Bambang.

Bambang, Petrus, dan Jufri. Kabandara M. Sarif Hidayat, Rahmat Bayu Riyadi, Petrus.

Galeri Foto

A

m a n a h P r e s i d e n J o ko W i d o d o b a hwa pembangunan harus memiliki nilai tambah bagi masyarakat di daerah tersebut. Oleh karenanya, dengan proses pemanfaatan Bandara Radin Inten II Lampung dapat meningkatkan sektor kargo, seperti ekspor ikan dan sektor pariwisata.

Dalam dokumen AIRPORT TOURISM AIRLINES NAVIGATION (Halaman 34-38)

Dokumen terkait