• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis (dan kadang-kadang oleh M. bovis dan M. africanum) yang ditularkan melalui udara (droplet nuclei) dan percikan ludah, penyakit ini juga merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup. Setelah seseorang terinfeksi kuman tuberkulosis, hampir 90% penderita secara klinis tidak sakit, hanya didapatkan test tuberkulin positif, 10% akan sakit. Penderita yang sakit, bila tanpa pengobatan, setelah 5 tahun, 50% penderita TB Paru akan mati, 25% sehat dengan pertahanan tubuh yang baik dan 25% menjadi kronik dan infeksius (Jusuf et al, 2010).

Tuberkulosis (TBC) yang dahulu dikenal dengan TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian kuman tuberkulosis menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). Tuberkulosi dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. Tuberkulosis dapat menyebabkan kematian. Apabila tidak diobati, 50% dari pasien tuberkulosis akan meninggal setelah 5 tahun (Kemenkes RI, 2009).

2.6.2 Pengobatan Tuberkulosis

Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis pada tahun 2014 pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembukan pasien, memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup pasien, mencegah terjadinya kematian oleh

karena tuberkulosis dan dampak buruk selanjutnya, mencegah terjadinya kekambuhan tuberkulosis, menurunkan penularan tuberkulosis dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan tuberkulosis adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman tuberkulosis. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:

 Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

 Diberikan dalam dosis yang tepat

 Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat) sampai selesai pengobatan

 Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan

2.6.3 Tahap pengobatan tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud:

1. Tahap awal

Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan

pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

2. Tahap lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya keman persister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Pengobatan diberikan setiap 3 kali seminggu selama 4 bulan.

2.6.4 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan tuberkulosis. Puskesmas Terjun menggunakan panduan paket Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama.

Tabel 2.1 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Lini Pertama

Jenis Sifat Efek samping

Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropatik perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hati, kejang

Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urine berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak napas, anemia hemolitik

Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati, gout artritis

Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, trombositopeni

Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer

Panduan paket OAT yang digunakan di Puskesmas Terjun

Panduan paket OAT yang digunakan oleh Puskesmas Terjun adalah:

 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

 Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien tuberkulosis resisten obat. Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Panduan paket OAT ini untuk digunakan oleh satu pasien tuberkulosis sampai selesai masa pengobatannya yaitu sejak pengobatan tahap intensif/awal sampai tahap lanjutan.

a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: Pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien tuberkulosis paru terdiagnosis klinis dan pasien tuberkulosis ekstra paru

Tabel 2.2 Dosis Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

Berat badan

Tahap intensif Tiap hari selama 56 hari

HRZE (150/75/400/275)

Tahap lanjutan

3 kali seminggu selama 16 minggu HR(150/150)

30 – 37 kg 2 kaplet sekali minum 4KDT 2 tablet sekali minum 2KDT

38 – 54 kg 3 kaplet sekali minum 4KDT 3 tablet sekali minum 2KDT

55 – 70 kg 4 kaplet sekali minum 4KDT 4 tablet sekali minum 2KDT

b. Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang): Pasien kambuh, pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya dan pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up).

Tabel 2.3 Dosis Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Berat Badan

Tahap Intensif 1 kali minum tiap hari HRZE (150/75/400/275) + S

Tahap lanjutan 3 kali seminggu HR (150/150) + E (400)

Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu

30 – 37 kg 2 kaplet 4KDT + 500 mg

Streptomisin inj.

2 kaplet 4KDT 2 tablet 4KDT + 2 tablet Etambutol

38 – 54 kg 3 kaplet 4KDT + 750 mg

Streptomisin inj.

3 kaplet 4KDT 3 tablet 4KDT + 3 tablet Etambutol

55 – 70 kg 4 kaplet 4KDT + 1000 mg

Streptomisin inj.

4 kaplet 4KDT 4 tablet 4KDT + 4 tablet Etambutol

≥ 71 kg 5 kaplet 4KDT + 1000 mg

Streptomisin inj.

5 kaplet 4KDT 5 tablet 4KDT + 5 tablet Etambutol

Catatan:

• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan tuberkulosis pada keadaan khusus. • Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan

aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

• Berat badan pasien ditimbang setiap bulan dan dosis pengobatan harus disesuaikan apabila terjadi perubahan berat badan.

c. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien tuberkulosis resisten obat. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien tuberkulosis resisten obat adalah obat yang dikirim dari rumah sakit yang merujuk pasien ke puskesmas terjun.

2.6.5 Kepatuhan Pasien Tuberkulosis Minum Obat

Kepatuhan minum obat adalah tindakan penderita untuk meminum obat tuberkulosis paru secara teratur untuk kesembuhan terutama untuk memutuskan rantai penularan. Kepatuhan minum obat dikategorikan teratur minum obat apabila tidak pernah lalai atau lupa minum OAT setiap hari pada fase awal (2 bulan) dan 3 kali seminggu pada fase lanjutan (4 bulan). Tidak teratur apabila penderita pernah lalai atau lupa minum OAT pada fase awal dan pada fase lanjutan (Kemenkes RI, 2011).

Kepatuhan Terhadap Dosis Obat Anti Tuberkulosis adalah kepatuhan terhadap rentangan jumlah obat yang diberikan kepada penderita untuk satu kali pemberian dalam jangka waktu tertentu, untuk mendapatkan efek terapeutik yang diinginkan (Yulius, 2014).

2.6.6 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan dan Ketidakpatuhan Minum Obat

Menurut Wayan pada tahun 2015, Faktor yang berhubungan dengan keteraturan minum obat adalah pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis. Pengetahuan (knowledge) sangat penting peranannya pada penderita tuberkulosis paru karena dengan mengetahui, memahami tentang pengobatan dan penyakit tuberkulosis paru serta efek samping, resiko resistensi obat dan resiko penularan

akan membuat penderita mau minum obat secara teratur. Apabila penderita sudah memahami tentang keteraturan minum obat tuberkulosis paru secara benar maka penderita akan mengaplikasikan pengetahuan tersebut melalui sikap yang positif. Sikap merupakan faktor pendorong untuk terjadinya suatu perilaku seseorang, maka sikap negatif atau kurang setuju terhadap suatu pengobatan akan mendorong penderita tersebut untuk berperilaku tidak patuh dalam berobat, baik dalam berobat ulang atau dalam hal minum obat, dengan pengetahuan yang baik tentang tuberkulosis paru, penderita akan melakukan sikap yang baik tentang pengobatan tuberkulosis paru, dengan demikian akan termotivasi untuk minum obat secara teratur.

Ketidakpatuhan pasien dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain pengetahuan pasien, Pertimbangan kerugian biaya atau waktu dalam masa pengobatan, pertimbangan mengenai keuntungan/efektivitas pengobatan, demografi pasien tuberculosis (usia, jenis kelamin, sosio-ekonomi), sikap terhadap pengobatan, kepribadian pasien tuberkulosis juga mempengaruhi ketidakpatuhan pasien. Faktor eksternal antara lain komunikasi antara dokter dan pasien, regimen obat (lamanya pengobatan yang harus dijalani pasien tuberkulosis, efek samping obat, jumlah obat yang harus dimakan), dukungan sosial/keluarga, dukungan petugas medis (Yuliani, 2012).

2.6.7 Dampak Teratur dan Tidak Teratur Minum Obat

Menurut Amelia pada tahun 2010, mengatakan pengobatan hanya akan efektif jika penderita mematuhi aturan dalam penggunaan obat, jika pasien teratur meminum obatnya pasien akan sembuh dan memutuskan rantai penularan.

Sebaliknya ketidakteraturan minum obat menyebabkan timbulnya resistensi kuman terhadap OAT sehingga kuman akan semakin kuat dan memperparah keadaan penyakit serta memerlukan pengobatan. Pengobatan pasien akan diulang dari awal, pengobatan ini menjadi lebih mahal, lebih toksik dan lebih lama. Ketidakteraturan minum obat juga berdampak kepada keluarga dan masyarakat sekitar lingkungan penderita tuberkulosis. Penderita dapat menularkan bakteri tuberkulosis kepada keluarga dan masyarakat sekitar lingkungan penderita sehingga penderita penyakit tuberkulosis semakin bertambah dan semakin menyulitkan dalam pemberantasan penyakit tuberkulosis.

Dokumen terkait