• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Fungsi Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP)

Sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa Pengembangan Permukiman adalah bertujuan untuk:

 Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman melalui penyediaan sarana dan prasarana permukiman,

 Mewujudkan permukiman layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan teratur,

 Menjadi bagian penting dalam menentukan arah perkembangan perkotaan, dan

 Menunjang kegiatan ekonomi melalui penyediaan infrastruktur Sesuai Peraturan Menteri PUPR No.15/PRT/M/2015 bahwa tugas Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknis, pengawasan teknis, pengendalian dan pengaturan teknis pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, serta kawasan permukiman khusus. Sedangkan fungsi yang diamantkan terhadap Penegmbangan Kawasan Permukiman seperti dijelaskan pada skema berikut.

Skema 7.1. Tugas dan Fungsi Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 2

7.1.1. KONDISI EKSISTING SEKTOR PKP KABUPATEN KARO

7.1.1.1. Sebaran Kawasan Permukiman Kabupaten Karo

Sebaran peruntukan kawasan permukiman eksisting di Kabupaten Karo secara umum berada pada kawasan di sepanjang jalan lintas provinsi dan jalan kabupaten serta lebih terpusat pada ibu kota kecamatan. Sesuai arahan dalam rencana tata ruang Kabupaten Karo, kawasan-kawasan permukiman ini dikembangkan sebagai pusat pelayanan kegiatan sesuai arahan hirarki struktur ruang yaitu fungsi ruang perkotaan dan perdesaan.

Sebaran peruntukan kawasan permukiman eksisting di Kabupaten Karo seperti ditunjukan dalam Peta Sebaran Kawasan Permukiman sebagai berikut.

Peta Kawasan Permukiman Eksisting Kabupaten Karo

Sumber peta :SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Gambar 7.1. Peta Pengembangan Kawasan Permukiman Eksisting Kabupaten Karo

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 3 7.1.1.2. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perkotaan

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada daerah pusat‐pusat pelayanan, yaitu pada setiap ibukota kecamatan dengan arahan kawasan permukiman perkotaan utama berada pada Kota Kabanjahe. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Karo diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman.

A. Kawasan Permukiman Perkotaan di Kabupaten Karo

Data BPS tahun 2014 terhadap jumlah rumah di kws. permukiman Kabanjahe dan Berastagi menunjukkan kemiripan angka terhadap jumlah bangunan hunian yang ada dengan pembagian fisik rumah adalah permanen, semi permanen dan darurat, seperti ditunjukan pada tabel berikut.

Tabel 7.1. Banyaknya Rumah Menurut Jenisnya di Kws. Permikiman Perkotaan Kabanjahe dan Berastagi, 2014

N0. Desa/Kelurahan Permanen Semi

Permanen Darurat Jumlah

A. Kws. Perkotaan Kabanjahe 1. Lau Simomo 48 140 3 191 2. Kandibata 358 230 0 588 3. Kacaribu 294 99 20 413 4. Lau Cimba 1 637 799 285 2 721 5. Padang Mas 1 313 895 80 2 288 6. Gung Leto 1 061 296 14 1 371 7. Gung Negeri 2 019 892 69 2 980 8. Samura 828 155 2 985 9. Ketaren 1 096 569 104 1 769 10. Kampung Dalam 920 788 68 1 776 11. Rumah Kabanjahe 326 123 8 457 12. Kaban 123 156 7 286 13. Sumber Mufakat 500 633 6 1 139 Jumlah 10523 5775 666 6964 B. Kws. Perkotaan Berastagi 1. Gurusinga 600 251 149 1000 2. Raya 650 400 125 1 175 3. Rumah Berastagi 1000 460 200 1 660 4. Tl.Mulgap II 372 162 50 584 5. Gundaling II 653 362 78 1 093 6. Gundaling I 792 684 108 1 584 7. Tl.Mulgap I 302 175 107 584 8. Sempajaya 600 400 68 1 068 9. Doulu 232 149 77 458 10. Lau Gumba 170 102 28 300 Jumlah 5 371 3 145 990 9506

Sumber: BPS Kabanjahe dan Berastagi Dalam Angka, 2015

Di kawasan permukiman Berastagi-Kabanjahe terdapat beberapa kawasan permukiman yang telah memiliki pola-pola dasar jaringan jalan lingkungan, yaitu kelurahan Gung Leto (angular dan grid), T.L.Mulgap II (grid). Kawasan permukiman yang memiliki komposisi (gabungan) pola

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 4

dasar jaringan jalan dan pola lainnya (irregular), yaitu kelurahan Kampung Dalam (linier, tree, irregular), Lau Cimba (linier, tree, loop), Padang Mas (grid, tree, linier), Gung Negeri (linier, tree, loop), T.L. Mulgap I (grid, linier, irregular), Gundaling I (linier, tree, irregular) dan Gundaling II (linier, tree dan loop).

B. Kawasan Perkotaan Prioritas Kabupaten Karo

Kawasan perkotaan di Kabupaten Karo merupakan hasil penentuan atas hasil analisis dalam dokumen SPPIP Kabupaten Karo 2013-2032 terhadap kondisi kawasan permukiman yang ada khususnya di Ibukota kecamatan masing-masing kecamatan. Hasil yang analisis yang diperoleh merupakan kesimpulan deliniasi kawasan perkotaan (atau kawasan yang cenderung/mengarah menjadi kawasan perkotaan). Berdasarkan analisis dan indikator-indikator standar yang digunakan pada dokumen SPPIP didapat penentuan kawasan perkotaan untuk Kabupaten Karo yaitu berada pada Kecamatan Berastagi dan Kecamatan Kabanjahe.

C. Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas

Keterangan profil masing-masing wilayah kawasan perkotaan di Kabupaten Karo tersebut seperti dijelaskan pada tabel dan gambar peta berikut.

Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan di Pusat Kota Kabanjahe

Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan di Pusat Kota Brastagi

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 5 Tabel 7.2. Profil Kawasan Perkotaan Prioritas Kabanjahe - Berastagi

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah

(km2) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk jiwa/km2 Jumlah Rumah Tangga Kecamatan Berastagi 1 Raya 5,00 5.077 1.015,40 1.220 2 Rumah Berastagi 3,50 7.755 2.215,70 1.900

3 Kelurahan TI. Mulgap II 1,00 2.598 2.598,00 610

4 Kelurahan Gundaling II 2,00 4.760 2.380,00 1.140

5 Kelurahan Gundaling I 2,00 7.430 3.715,00 1.792

6 Kelurahan TI. Mulgap I 1,00 2.147 2.147,00 565

7 Sempajaya 6,50 6.851 1.054,00 1.708

Kecamatan Kabanjahe

8 Kelurahan Lau Cimba 2,00 10.591 5.295,50 2.497

9 Kelurahan Padang Mas 3,00 8.480 2.826,67 2.115

10 Kelurahan Gung Leto 2,00 5.037 2.518,50 1.302

11 Kelurahan Gung Negeri 5,40 11.026 2.450,22 2.734

12 Samura 3,00 3.636 1.212,00 904

13 Ketaren 2,50 6.547 2.618,80 1.634

14 Kelurahan Kampung Dalam 2,00 7.072 3.536,00 1.698

15 Rumah Kabanjahe 5,00 1.643 328,60 430

16 Kaban 4,90 988 201,63 271

17 Sumber Mufakat 5,50 4.204 764,36 1.044

Jumlah 56,3 95.842 1.702,00 23.564

Sumber : Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Karo 2013-2032

Dokumen SPPIP Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan salah satu rujukan data primer terkait kondisi eksisting sektor PKP telah menentukan delienasi kawasan perkotaaan Kabupaten Karo yaitu Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi. Kajian lebih mendalam terhadap kedua kawasan tersebut telah dilaksanakan melalui Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di tahun 2013. Hasil penentuan pengembangan kawasan adalah sesuai skala prioritasnya seperti ditunjukkan pada tabel dan gambar peta berikut.

Tabel 7.3. Kawasan Permukiman Prioritas Kabupaten Karo No Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas Permasalah Penilaian

Permukiman

Penilaian Indikasi

Kawasan Prioritas Prioritas

1 Permukiman Rawan Kumuh Kabanjahe (Lau

Cimba, Kp. Dalam) 11 5 1

2 Permukiman Rawan Banjir dan Longsor

Berastagi (Gundaling I) 9 10 2

3 Permukiman pusat kota Berastagi

(Gundaling I, Gundaling II) 8 12,5 3

4 Permukiman pusat kota Kabanjahe (Padang

Mas, Gung Leto, Gung Negeri) 7 13,66 4

5 Permukiman Agrowisata Berastagi

(TL.Mulgap II dan Sempajaya) 5 21 5

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 6

Sumber: RPKPP Kabupaten Karo ,2013

D. Profil Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas

Permukiman di kawasan perkotaan Kabanjahe terletak di sekitar kawasan pusat pelayanan dan berjarak 0.5-1.0 km, sedangkan pada kawasan perkotaan Berastagi terletak di sekitar kawasan pusat pelayan dan berjarak 1.2-1.3 km dari kawasan pusat pelayanan tersebut. Tipologi kawasan permukiman ini termasuk kedalam tipologi kawasan permukiman dekat pada pusat pelayanan perkotaan (CBD). Peta Profil Lokasi Kawasan Perkotaan Kabanjahe dan Brastagi seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 7.3. Tingkat Urgenitas Penanganan Permukiman Kws. Perkotaan Kabanjahe - Berastagi

Peta Rencana Penanganan Kawasan Perkotaan Kabanjahe dan Berastagi

TINGKAT URGENITAS PENANGANAN

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 7 Gambar 7.4.Peta Profil Kawasan Perkotaan Prioritas Kec. Kabanjahe

Peta Kawasan Perkotaan Kabanjahe Kabupaten Karo

Sumber peta : SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Kawasan Perkotaan

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 8 Peta Kawasan Perkotaan Kabanjahe Kabupaten Karo

Sumber peta :SPPIP Kabupaten Karo, 2012 Kawasan

Perkotaan Brastagi

7.1.1.3. Kawasan Kumuh

Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman di kawasan perkotaan Kabupaten Karo membawa dampak tumbuhnya kantong‐kantong permukiman kumuh (slum area). Hal ini

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 9

menggambarkan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal dan kegiatan usaha semakin meningkat sedangkan ketersediaan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas, disisi lainnya tingginya kecenderungan masyarakat yang ingin berdomisili dekat dengan pusat kota. Konsekuensi logisnya pusat kota tidak mampu lagi mengakomodir aktifitas masyarakat sehingga berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial semakin kompleks.

Sesuai arahan dalam pasal 98 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan, pemerintah Kabupaten karo telah menetapkan lokasi permukiman kumuh di Kabupaten Karo melalui Keputusan Bupati Karo Nomor 050/297/Bappeda/2015 tentang

Penetapan lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Karo.

Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh tersebut selanjutnya menjadi dasar penyusunan Rencana Aksi Peningkatan Kualitas Permukiman sebagai komitmen Pemerintah daerah dalam mendukung Program Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh dan pencapaian Target Nasional Permukiman Tanpa Kumuh.

Sejalan dengan itu pada awal tahun 2016 Pemerintah juga telah menetapkan kebijakan terbaru mengenai penanganan kawasan kumuh yaitu melalui Permen PUPR Nomor 02 Tahun 2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dengan

tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Dengan adanya Permen ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah sebagai penyelenggara peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Rincian lokasi, jumlah lokasi serta peta sebaran lokasi permukiman yang telah ditetapkan tersebut seperti dijelaskan pada tabel dan gambar peta berikut.

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 10 Kec. Kabanjahe

Kec. Berastagi

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 11 Tabel 7.5. Kondisi Eksisiting Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Karo Thun 2014

N0. Nama Kws. Kumuh

Luas Wilayah

(ha)

Kondisi kependudukan Eksisting 2014 Kondisi Rumah Eksisting 2014 Kepadatan

penduduk (jiwa/ha) Luas Kws. Kumuh Penduduk Rmh Tangga 2014 Ratarata Rmh Tangga Permanen Semi

Permanen Darurat Jumlah

Luas (ha) Perbandingan Luas (%) tahun 2014 A. Kws. Perkotaan Kabanjahe 1. Lau Cimba 200 11.859 2.723 4,40 1637 799 285 2721 59,30 28,13 21,14 2. Padang Mas 300 9.494 2.307 4,10 1313 895 80 2288 31,65 19,40 14,58 3. Gung Leto 200 5.640 1.421 4,00 1061 296 14 1371 28,20 3,70 2,78 4. Gung Negeri 450 12.342 2.980 4,10 2019 892 69 2980 27,43 24,18 18,17 5. Kampung Dalam 200 7.914 1.851 4,30 920 788 68 1776 39,57 23,67 17,79

Jumlah Kws. Kumuh Kabanjahe 1.350 47.249 11.282 4,13 6950 3670 516 11136 35,00 99,08 74,46

B. Kws. Perkotaan Berastagi

6. Tl.Mulgap II 100 2.934 665 4,41 372 162 50 584 29,34 2,87 2,16

7. Gundaling II 200 5.376 1.251 4,29 653 362 78 1093 26,88 16,41 12,33

8. Gundaling I 200 8.392 1.954 4,29 792 684 108 1584 41,96 13,59 10,21

9. Tl.Mulgap I 100 2.425 620 3,91 302 175 107 584 24,25 1,11 0,83

Jumlah Kws. Kumuh Berastagi 600 19.127 4.490 17 2.119 1.383 343 3.845 31,88 34 25,54

Jumlah Kabupaten Karo 1.950 66.376 15.772 21 9.069 5.053 859 14.981 34,04 133 100,00

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 12

Permukiman kumuh yang ada di kawasan permukiman perkotaan Kabanjahe dan Berastagi berada di tengah-tengah kota dengan ciri fungsi kegiatan dominan adalah perdagangan. Visual permukiman yang padat dan kurang tertata tampak jelas pada kawasan ini sebagai tampilan fisik perumahan yang kurang layak huni.

Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Kabanjahe : Kampung Dalam, Lau Cimba, Gung Leto, Gung Negeri dan Padang Mas

Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh pusat kota Brastagi : Gundaling 1 Gundaling 2, Lau Mulgap 1 dan Lau Mulgap 2

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 13

Sesuai dengan kondisi fisik kawasan kumuh umumnya, hunian pada kawasan ini tergolong tidak sehat dan kurang layak. Selain kepadatan bagunan yang cukup tinggi, terlihat beberapa jalan lingkungan yang ada sudah rusak dan banyak tumpukan sampah domestik yang belum tertangani/terangkut ke TPS.

1. Air bersih dan Sanitasi

Pada umumnya di kawasan permukiman sudah tersambung jaringan air bersih, kecuali di kelurahan Lau Cimba masih tersambung hanya 52% dari rumah yang ada, Pada umumnya penanganan sanitasi masih secara individual dan per-masalahannya terletak pengangkutan tinja dan pengolahannya.

2. Drainase lingkungan dan Persampahan

Pada umumnya jaringan drainase sudah tersedia dan permasalahannya terdapat pada sistem yang belum optimal, antara lain dimensi saluran dan pemeliharaannya. Di kawasan permukiman masih terdapat genangan air pada saat hujan seperti di kelurahan Lau Cimba, Gung Negeri, Kampung Dalam dan Gundaling II. Pada umumnya saluran pembuangan air kotor belum memadai dan sebagian besar masih bercampur dengan saluran drainase. Pada kawasan ini sudah ada sistem persampahan namun bak sampah yang tersedia belum merata seperti di kelurahan Lau Cimba, Kampung Dalam, T.L.Mulgap I dan Gundaling II sehingga tumbuh pembuangan sampah liar. Tumpukan sampah masih bercampur antara organik dan bukan organik, armada pengangkutan sampah (kereta sampah dan truk sampah) kurang memadai dan masalah lokasi TPA).

7.1.1.4. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Perdesaan A. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan permukiman skala kecil yang ditujukan sebagai pusat kegiatan dalam suatu wilayah pertanian tertentu. Kawasan ini berfungsi sebagai pusat koleksi pertama dalam rantai produksi pertanian dan melayani kegiatan skala antar desa. Di Kabupaten Karo kawasan ini yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), pendidikan, pertanian, perikanan, perkebunan dan industri. Penetapan PPL di Kabupaten Karo adalah kota-kota kecamatan diluar PKL dan PPK yang ditentukan berdasarkan fungsi dan potensi masing-masing desa dan kecamatan.

Selain itu untuk mendukung kegiatan di kawasan PPL ini, kawasan permukiman pedesaan di Kabupaten Karo juga dikembangkan sarana jalan penghubung antar desa maupun antar

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 14

kabupaten sebagai upaya untuk peningkatan sistem transportasi sehingga arus barang/hasil produksi menjadi lancar yang berdampak dengan meningkatnya kemajuan ekonomi di perdesaan.

B. Kawasan Permukiman Agrowisata

Sesuai arahan kebijakan RTRW Kabupaten Karo, bahwa pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Karo diarahkan pada pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara mengembangkan potensi unggulannya. Kawasan agropolitan di kecamatan Berastagi terletak di Desa Sempa Jaya, dengan luas ± 100 ha dan kepadatan pendudu ± 1.00 jiwa/km². Kawasan ini sudah dikenal sebagai kawasan pariwisata di Provinsi Sumatera Utara. Suasana pegunungan dengan panorama alam yang indah serta pemandangan pertaniannya menjadi andalan kawasan wisata ini.

Gambar 7.9. Kawasan Permukiman Perdesaan Kabupaten Karo sebagai potensi Agrowisata

Permukiman yang ada di Kawasan ini merupakan permukiman swadaya masyarakat yang mengelola lahan-lahan perkebunan pribadinya selain sebagai hasil pertanian juga dapat dikomersialkan kepada pengunjung (wisatawan). Selain pengelolaan oleh masyarakat setempat, beberapa kawasan dikelola oleh pengembang swasta pada beberapa titik lokasi permukiman perdesaan. Pengelolaan dilakukan dengan lebih terencana sehingga fungsi komersilnya dapat berkembang lebih luas lagi.

Gambar 7.10. Prasarana dan Fasilitas Wisata yang dikembangkan oleh pihak swasta di Kws. Permukiman Agrowisata

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 15 7.1.1.5. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Khusus Rawan Bencana

A. Kawasan Rawan Bencana Alam di Kabupaten Karo

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Sesuai data rencana dalam RTRW Kabupaten Karo pengaruh kawasan rawan bencana alam secara umum di Kabupaten Karo adalah terdiri dari:

1. Kawasan Rawan Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Karo berada pada ketinggian 1.000 meter dpl dengan kelerengan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air kedalam tanah; termasuk di dalamnya kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung; hutan register dan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Berdasarkan hasil analisis dalam dokumen RTRW kawasan ini berada di sepanjang punggung Pegunungan Bukit Barisan terutama yang berada dalam jalur lintas umum. Terdapat tiga zona bahaya longsoran, yaitu :

 Kawasan rawan bencana longsor tinggi.

 Kawasan rawan bencana longsor menengah.

 Kawasan rawan bencana longsor rendah.

2. Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi

Penentuan kawasan rawan bencana gempa bumi di Kabupaten Karo telah dianalisis sebelumnya pada dokumen RTRW Kabupaten Karo. Parameter yang dilaksanakan adalah melalui kajian dan geologi dalam menentukan penentuan kawasan rawan bencana gempa yaitu berdasarkan sifat batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan. Peta kawasan rawan gempa bumi Kabupaten Karo seperti ditunjukan pada gambar peta di halaman berikut.

3. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api

Berdasarkan potensi bahaya yang akan ditimbulkan dan konsidi topografinya, maka kawasan rawan bencana Letusan Gunung api di Kabupaten Karo adalah letusan Gunung api Sibayak dan Sinabung.

a. Kawasan Rawan Bencana Gunung api Sinabung

Terdiri dari Kawasan Rawan Bencana Gunungapi II atau Daerah Bahaya dan Kawasan Rawan Bencana Gunungapi I atau Daerah Waspada. Daerah ini meliputi seluruh tubuh gunungapi Sinabung dengan pola sebaran melingkar dengan jari-jari sekitar 3 - 5 km sesuai tingkat bahya yang ditimbulkannya.

Semenjak kejadian bencana Gunung api Sinabung dengan kejadian erupsi pertama di akhir tahun 2013 hingga kini status lokasi sekitar gunung tersebut telah berstatus “Awas”. Data website resmi Pemerintah Kabupaten Karo (www.karokab.go.id) pada waktu itu telah merilis Peta kawasan rawan bencana Gunung Sinabung, dimana melalui Peta yang dirilis tersebut terdapat beberapa desa di seputaran lereng Gunung Sinabung yang termasuk didalam wilayah rawan bencana.

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 16 Gambar 7.11. Klasifikasi Tingkat Bahaya di Sekitar Gunung Api Sianabung

Sumber: Website Kabupaten Karo ,2016

Jenis bahaya yang dapat terjadi pada kawasan ini adalah : Kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, piroklastik, lontaran batu pijar dan hujan abu lebat (berwarna merah) dan lahar/banjir lahar dan tidak tertutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan dan aliran lava (warna kuning).

Jumlah pengungsi pada kawasan bencana tersebut tercatat kian bertambah, melalui data website resmi Badan Nasional Penanggulangan Bebeberapa (BNPB) jumlah pengungsi Sinabung telah lebih dari 20.000 jiwa yang sekarang berada ditempat-tempat posko pengungsian yang tersebar di beberapa lokasi. Data pengungsi terbaru yang diperoleh seperti ditunjukan pada tabel berikut.

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 17 b. Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sibayak

Menyusul bencana Gunung Api Sinabung, kini Gunung Api Sibayak juga telah ditetapkan menjadi kawasan sangat rawan letusan gunung api. Beberapa status bahaya telah diteapkan pihak BNPB di sekitar gunung api tersebut, mulai dari Kawasan Bencana II atau daerah bahaya dan Kawasan Rawan Bencana I atau Daerah Waspada. Daerah ini meliputi radius lebih kurang 2 km sampai 6 km dari pusat kawah aktif Gunung Api Sibayak.

Kemungkinan bahaya yang akan terlanda oleh bahaya langsung, berupa luncuran awan panas, aliran lava dan lontaran piroklastik serta lahar hujan dan ancaman secara tidak langsung dari letusan seperti timbulnya aliran lahar akibat turun hujan yang cukup lebat yang dapat mengangkut rempah-rempah lepas seperti piroklastik, serta daerah yang rawan terhadap hujan abu dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu pijar yang terendapkan disekitar puncak.

B. Kawasan Rawan Bencana di Permukiman Perkotaan Kabanjahe

Merupakan Kawasan Rawan Bencana Longsor yang berada di permukiman sepanjang alur sungai di Kelurahan Kampung Dalam dan Lau Cimba. Alur ini mengikuti badan Sungai Lau Berneh. Tingginya kebutuhan akan lahan perumahan di Kawasan Perkotaan Kabanjahe mengakibatkan penduduk membangun rumah mereka di sepanjang alur ini. Untuk masa yang akan datang perlu penetapan kawasan ini sebagai daerah perlindungan setempat pada rencana tata ruang yang ada, guna menghindari pembangunan di masa yang akan datang.

Gambar 7.12. Kondisi Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor Kabanjahe

Untuk kondisi sekarang perlu dilakukan revitalisasi kawasan perumahan guna meninjau kembali kondisi yang ada. Antisipasi yang dapat dilakukan guna menghindari dampak pembangunan terhadap lingkungan pada kawasan ini adalah dengan penetapan kawasan lindung Pada rencana tata ruang dan relokasi perumahan penduduk dengan pembangunan Rusunawa.

C. Kawasan Rawan Bencana di Permukiman Perkotaan Berastagi

Merupakan Kawasan Rawan Bencana Longsor yang berada di permukiman perkotaan Berastagi, yaitu berada pada alur di Dusun Listik, Kelurahan Gundaling I. Alur yang memanjang sebagai daerah resapan air ini telah padat dengan perumahan penduduk. Kawasan ini cukup

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 18

rawan untuk terjadinya bencana longsor dan banjir. Luas kawasan ini ± 100 ha, dengan kepadatan penduduk 3.715 jiwa/km².

Gambar 7.13. Kondisi Kawasan Permukiman Rawan Bencana Longsor Berastagi

Permukiman ini berkembang karena tuntutan lahan yang semakin sulit di kawasan perkotaan Berastagi. Pada masa yang akan datang kawasan ini perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung setempat dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan, untuk mencegah pembangunan oleh penduduk lebih lanjut. Pada kondisi sekarang perlu dilakukan revitalisasi permukiman yang ada untuk dilakukan relokasi penduduk ke lokasi yang lebih aman. Untuk itu perlu dicanangkan pembangunan Rusunawa untuk menampung tempat tinggal penduduk yang direlokasi.

Tabel 7.3. Data Kejadian Bencana Kabupaten Karo, 2012-2015

Sumber: Website BNPB ,2016

Sebaran lokasi kawasan-kawasan berpotensi bencana alam baik secara umum di Kabupaten Karo maupun pada kawasan permukiman perkotaan seperti ditunjukan pada peta-peta berikut.

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 19 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten

Karo

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010 Gambar 7.14. Peta Kawasan Rawan Benanca Longsor Kabupaten Karo

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 20 Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

Kabupaten Karo

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010 Gambar 7.15. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Kabupaten Karo

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

VII

- 21 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi

Kabupaten Karo

Sumber peta :Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Karo, 2010 Gambar 7.16. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi Kabupaten Karo

Dokumen terkait