BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Perawat
2.2.2 Tugas dan Fungsi Perawat
Griffith dalam buku The Well Managed Comunity Hospital (2011), menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 tugas, yaitu:
1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan emosional dan sosial.
2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.
3. Menciptakan keadaan lingkungan, fisik, kognitif dan emosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
4. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit.
5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi.
Griffith (2011) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari:
1. Pelayanan keperawatan personal (Personal Nursing Care), yang antara lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian obat, dll.
2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas yang seyogianya paling tahu tentang keadaan pasien.
3. Berbagi hal tentang keadaan pasien. Ini perlu dikomunikasikan dengan dokter.
18
4. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik dengan keluarga/kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu sendiri.
5. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan.
6. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.
Aditama (2014) menyatakan bahwa kegiatan manajemen keperawatan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan masuknya pasien ke rumah sakit (patient admission), pengawasan pengisian dokumen catatan medik dengan baik, membuat penjadwalan proses pemeriksaan/pengobatan pasien dll.
b. Membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat ringannya penyakit, dan kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal pada setiap pasien sesuai kebutuhannya masing-masing.
c. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan secara khusus maupun pelayanan lain secara umum.
d. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi staffing, scedulling, assigment, dan budgetting.
Fungsi perawat dalam praktek keperawatan terdiri dari tiga fungsi, antara lain: a. Fungsi independen, ialah tindakan perawat bersifat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil; b. Fungsi interpenden perawat. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan/tim kesehatan lain.
Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya berganbung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter; c. Fungsi dependen, ialah perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medis. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi kewenangan dokter (Sudarman, 2013).
2.2.3 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Perawat
Menurut Ilyas (2013) dalam melakukan analisis kebutuhan tenaga merupakan bagian dari perencanaan ketenagaan rumah sakit. Pada dasarnya semua metode atau formula telah dikembangkan untuk menghitung tenaga rumahsakit berakar pada beban kerja perawat. Jumlah tenaga perawat dapat ditentukan oleh jumlah tempat tidur atau juga oleh tingkat Bed Occupancy Rate (BOR).
Handoko (2011) menyatakan, bahwa standar pekerjaan dapat diperoleh dari hasil pengukuran kerja atau penetapan tujuan partisipatip. Teknik pengukuran kerja yang dapat digunakan antaralain: studi waktu, data standar, data waktu standar yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pengambilan sampel kerja (work sampling). Sedangkan Moeljadi (1992) mengatakan, bahwa perencanaan tenaga kerja dalam jangka panjang ditentukan oleh sisi permintaan perusahaan, yaitu perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan sisi penawaran yaitu ketersediaan tenaga kerja di pasar.
Perkiraan kebutuhan tenaga kerja perusahaan ditentukan oleh perkiraan tersedianya tenaga kerja di perusahaan dan rencana-rencana perusahaan.
Sedangkan perkiraan tersedianya tenaga kerja itu sendiri, ditentukan dari analisis
20
beban kerja, analisis perpindahan tenaga kerja dan analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja.Analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja perusahaan,berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan tersebut berada pada kondisi berlebih atau kurang jika dikaitkan dengan beban kerja. Analisis tersebut dapat dilaksanakan jika sudah diketahui beban kerjanya. Dan analisis beban kerja sendiri memberikan arahan tentang produktivitas. Produktivitas kerja dapat digambarkan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja. Di mana tenaga kerja tersebut akan dapat digunakan secara efisien jika jumlah tenaga kerja yang ada seimbang dengan beban kerjanya.
2.2.4 Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit
Pada dasarnya semua metoda atau formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga perawat di rumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan. Hal ini telah banyak dilakukan penelitian-penelitian di luar negeri oleh para pakar keperawatan. Analisis kebutuhan tenaga perawat harus betul-betul direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan secara berulang-ulang karena akan mebutuhkan waktu, biaya dan tenaga sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Terdapat beberapa situasi yang harus dipertimbangkan dalam kita melakukan analisis ketenagaan ini, antara lain (Rakhmawati, 2012):
1. Adanya perluasan rumah sakit sehingga berdampak pada penambahan atau perubahan tempat tidur hal ini akan berdampak pada perubahan rasio kebutuhan tenaga perawat. Apabila rumah sakit sudah merencanakan perluasan rumah sakit maka harus direncanakan pula penambahan tenaga perawat.
2. Adanya berbagai perubahan jenis pelayanan dan fasilitas rumah sakit, yang akan berdampak pada peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR), yang pada akhirnya perlu analisa situasi dan kebutuhan tenaga. Hal ini perlu diantisipasi jauh sebelumnya sehingga pelayanan bisa terlaksana dengan optimal.
3. Adanya penurunan motivasi, penurunan prestsi kerja seperti sering tidak masuk kerja, datang terlambat, penyelesaian pekerjaan semakin lambat.
Hal ini bisa terjadi karena pimpinan kurang memperhatikan bawahan, tidak ada reward, kerja yang ketat dan dan beban kerja yang berat serta tenaga yang kurang. Apabila hal tersebut terjadi maka perlu segera segera dilakukan analisa ketenagaan.
4. Adanya keluhan tentang pelayanan yang diterima. Apakah klien mengeluh tentang pelayanan yang diterimanya dengan mengatakan puas atau tidak puas. Biasanya klien sering mengeluh tentang tenaga keperawatan, biaya rawatan, dan fasilitas yang diterima. Apabila keluhan ini sudah teridentifikasi maka perlu dilakukan analisa ketenagaan. Keluhan ini terjadi di unit rawat jalan atau unit rawat inap.
2.3 Perhitungan kebutuhan tenaga perawat
Terdapat berbagai formula yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam suatu pelayanan kesehatan.
Penelitian ini menggunakan formula WISN (Workload Indicator Staff Need).
1. Metode WISN
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya
22
Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit menyatakan bahwa metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban pekerjaan nyata dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Metode ini bermanfaat untuk menghitung kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan pada daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga kesehatan bekerja sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat mengidentifikasi seberapa besar beban kerja SDM kesehatan (Depkes dan GTZ, 2009)
Adapun langkah-langkah perhitungan menggunakan metode WISN yaitu:
a. Menetapkan waktu kerja yang tersedia
Waktu kerja tersedia merupakan waktu kerja tersedia bagi perawat selama satu tahun. Waktu kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Penjelasan dari persamaan di atas yaitu
1. A = Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat. Pada umumnya dalam 1 minggu terdapat 5 hari kerja. Dalam 1 tahun terdapat 250 hari kerja.
2. B = Cuti tahunan, sesuai dengan ketentuan hak cuti kerja setiap perawat yaitu 12 hari kerja setiap tahun.
3. C = Pendidikan dan pelatihan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS dengan hak yang dimiliki selama 6 hari kerja.
4. D = Hari libur nasional, berdasarakan keputusan bersama menteri terkait tentang hari libur nasional dan cuti bersama.
5. E = Ketidakhadiran kerja, sesuai dengan rata-rata ketidak hadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan.
6. F = Waktu kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS atau Pemerintah Daerah, pada umumnya waktu kerja 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu).
b. Menyusun standar beban kerja
Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun.
Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja. Standar beban kerja dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
Penjelasan persamaan diatas yaitu
1. Waktu yang tersedia sebagaimana telah diuraikan di atas
2. Kegiatan pokok yaitu kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan kesehatan/medis yang dilaksanakan tenaga kesehatan. Untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja maka disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.
24
3. Rata-rata waktu peraturan yaitu rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok. Rata-rata waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan pokok. Waktu ini dipengaruhi oleh standar pelayanan, SOP dan prasarana medis yang tersedia serta kompetensi tenaga kerja. Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama bekerja dan kesepakatan bersama.
4. Standar beban kerja per tahun yaitu volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun. Standar beban kerja untuk kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu-rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh perawat.
c. Menyusun standar kelonggaran
Penyusunan standar kelonggaran digunakan untuk memperoleh faktor kelonggaran tiap tenaga kerja meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.
Penyususnan waktu kelonggaran dilakukan dengan pengamatan dan wawancara tentang hal-hal sebagai berikut:
Kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pasien misalnya rapat, penyususnan laporan kegiatan, penyususnan kebutuhan onat/bahan habis pakai.
1. Frekuensi kegiatan tersebut dalam suatu hari, minggu, bulan.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.
Dengan demikian, standar kelonggaran dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
d. Perhitungan kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama satu tahun e. Perhitungan kebutuhan perawat
Perhitungan jumlah perawat berdasarkan beban kerja dalam satu tahun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Merujuk pada metode WISN yang dilaporkan oleh Shipp (1998) bahwa perhitungan rasio jumlah perawat yang ada dengan hasil perhitungan WISN memberikan hasil dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika rasio WISN = 1 artinya jumlah perawat cukup dan sesuai beban kerja bersdasarkan SOP yang telah ditetapkan.
b. Jika rasio WISN < 1 artinya jumlah perawat yang ada belum cukup dan belum sesuai dengan beban kerja.
c. Jika rasio WISN > 1 artinya bahwa jumlah perawat yang ada berlebihan.
2.4 Instalasi Rawat Inap
Rawat inap adalah suatu kegiatan pemberian dengan dilandasi keahlian kepada penderita yang mengalami gangguan fisik, orang-orang yang sedang masa penyembuhan dan mereka yang kurang sehat. Rawatinap merupakan salah satu jenis perawatan dimana pasien dirawat, dan tinggal/menginap di rumah sakit/puskesmas, untuk mendapatkan ruang perawatan. Pelayanan yang diperoleh adalah pelayanan petugas medis (dokter) pelayanan petugas para medis (perawatan), pelayanan penunjang serta penunjang lainnya.Unit rawat inap sering
26
disebut ruang perawatan inti kegiatan (corebuseness) rumah sakit/puskesmas, karena kegiatan pelayanan medis,nonmedis dan administrasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas yang karena sakitnya mengharuskan dirawat inap beberapa hari.
Rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk mengobservasi perawat, diagnosis, pengobatan, rehab, medik atau pelayanan kesehatan lainnya dan menempati tempat tidur lebih dari dua hari. Pelayanan yang diberikan pada pasien rawat inap meliputi:
a. Pemeriksaan keadaan pasien oleh dokter dan perawat untuk mengetahui pengaruh obat-obatan yang diberikan kepada pasien
b. Tindakan terapi oleh dokter dan perawat sebagai upaya pengobatan dan penyuluhan.
c. Pelayanan perawat berupa pelayanan dan pemenuhan makanan pasien serta kebutuhan lainnya yang dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan pasien selama dirawat (Manopo, 2011).
2.5 Beban Kerja
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
KEP/75/M.PAN/7/2014, Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu. Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan. Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan. Sedangkan standar beban kerja menurut Kepmenkes RI Nomor 81/MENKES/SK?I/2004tentang Pedoman Penyusunan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta
Rumah Sakit banyaknya satu satuan waktu (atau angka) diperlukan untuk menyesuaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesinya.
Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam memperkirakan beban kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang pemimpin atau manajer harus mengetahui (Gillies, 2012):
a. Berapa banyak klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun;
b. Kondisi klien di unit tersebut;
c. Rata-rata klien yang menginap;
d. Tindakan perawatan langsung dan tak langsung yang dibutuhkan masing-masing klien;
e. Frekuensi dari masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan dan,
f. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing-masing tindakan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.
Perhitungan beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecenderungan dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personal, bahwa mereka sangat sibuk dan membutuhkan waktu lembur (Ilyas, 2013).
Perhitungan beban kerja perawat erat kaitannya denganpenentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat. Tingkat ketergantungan pasien terkait dengan penentuan beban kerjaperawat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Ilyas, 2013)
1. Pasien dengan tingkat ketergantungan minimal (minimal care), jika : a. kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b. Makan, minum dilakukan sendiri
28
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap pergantian dinas e. pengobatan minimal, status psikologi stabil
f. Perawatan luka sederhana.
2. Pasien dengan tingkat ketergantungan parsial (partial care), jika : a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
b. Observasi vital sign tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali d. Folley kateter, intake dan output dicatat
e. Klien terpasang infus f. Perawatan luka komplek.
3. Pasien dengan tingkat ketergantungan total (total care),yaitu a. Segalanya diberi bantuan
b. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam c. Makan memakai NGT
d. Pengobatan intravena per drip e. Pemakaian suction
f. Gelisah, disorientasi
g. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Waktu tindakan keperawatan adalah waktu yang diperlukan perawatuntuk melayani pasien sesuai dengan standar layanan berlaku, waktu inimenggambarkan besarnya beban kerja perawat.Untuk pasien rawat inap, Douglas dalam Hubber (2010) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut:
a. Minimal Care: 1- 2 jam/hari. Artinya, pasien masih bisa menanganisendiri, kecuali makan obat harus tetap ditunggui, agar tidak salah obat. Pasien masih bisa mandi sendiri, makan sendiri.
b. Partial Care: 3-4 jam/hari. Artinya pasien masih dapat melakukan kegiatan pribadi tetapi membutuhkan pelayanan asuhan keperawatan untuk kegiatan yang membutuhkan kegiatan fisikkarena pasien relatif masih lemah atau tidak diperlukan meninggalkan tempat tidur sehingga membutuhkan keahliankeperawatan selama 3-4 jam/hari.
c. Total Care: 5-7 jam/hari Artinya, pasien membutuhkan asuhankeperawatan dan kebutuhan personel lainnya total bergantungkepada perawat (Ilyas, 2013).
Beban kerja merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk penentuan jumlah tenaga kerja. Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja (Ilyas, 2013) yaitu work sampling, time and motion study dan daily log. Penelitian ini menggunakan metode work sampling.
2.5.1 Work sampling
Work sampling merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengamati tentang hal-hal sebagai berikut (Ilyas, 2013):
a. Aktivitas apa yang dilakukan oleh tenaga kerja pada waktu jam kerja.
b. Apakah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja.
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif.
30
d. Pola beban kerja tenaga kerja dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja.
Pengamatan yang dilakukan pada work sampling adalah aktivitas atau kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerja. Perawat diamati sebagai subyek dari aktivitas atau pekerjaan yang akan diteliti dengan menggunakan teknik work sampling dengan tahapan sebagai berikut (Ilyas, 2013).
1. Menentukan subyek yang ingin diteliti, misalnya perawat.
2. Apabila subyek berjumlah banyak maka dilakukan pemilihan sampel sebagai subyek penelitian.
3. Membuat formulir daftar kegiatan atau aktivitas tugas sehari-hari.
4. Melatih pelaksana peneliti mengenai cara pengamatan menggunakan work sampling.
5. Pengamatan dapat dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung karakteristik pekerjaan. Pengamatan dilakukan selama jam kerja, apabila jenis tenaga yang diamati berfungsi 24 jam atau 3 shift maka pengamatan dilakukan sepanjang hari selama 7 hari.
6. Pengamatan pada setiap harinya dapat dilakukan pada perawat yang berbeda sepanjang perawat masih bertugas pada unit yang sedang diobservasi beban kerjanya.
Dengan menggunakan teknik work sampling akan diperoleh ribuan pengamatan kegiatan dari sejumlah tenaga kerja yang diamati sehingga cukup besar data yang diperoleh dan dapat dianalisis dengan baik. Dengan jumlah data yang besar maka akan menghasilkan data akurat yang menggambarkan kegiatan
tenaga kerja yang sedang diteliti. Validitas data pengamatan juga dapat dipercaya karena langsung dilakukan pengamatan dari kegiatan yang ada dengan metode dan instrument penelitian yang telah dikembangkan dengan baik.
32
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini dipaparkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Perhitungan Kebutuhan Perawat
1. Karakteristik perawat
2. Waktu kerja perawat yang tersedia 3. Kategori aktivitas perawat
4. Standar beban perawat 5. Standar kelonggaran perawat
Jumlah perawat saat ini
Jumlah perawat
Analisa
Kesimpulan
33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif kuantitatif.
Penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif karena metode kuantitatif digunakan untuk melakukan perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat.
Sedangkan penjabaran secara lebih rinci dan detail dilakukan secara kualitatif melalui wawancara. Hasil yang diperoleh dilakukan penggabungan data kualitatif dan kuantitatif yang dijabarkan secara rinci dan menyeluruh.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Bunda Thamrin yang terletak di jalan Sei Batang Hari Medan Sumatra Utara. Penelitian dilakukan di bagian unit pelayanan rawat inap dengan responden perawat yang sedang bertugas. Penelitian dilakukan mulai Januari 2017 hingga April 2018.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi.
Populasi dalam penelitian adalah seluruh tenaga keperawatan Rumah Sakit Bunda Thamrin sebanyak 136 orang perawat.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga perawat pelaksana yang menjadi pegawai tetap yang ada di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bunda Thamrin sebanyak 72 orang. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive yaitu sampel diambil
34
berdasarkan tujuan tertentu. Sampel tersebut dijadikan sebagai responden yang akan diberi form work sampling untuk memperoleh informasi terkait dengan jumlah jam kerja, waktu kerja dan berbagai aktivitas pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin. Observasi juga dilakukan terhadap seluruh aktivitas perawat tersebut pada saat jam kerja di rawat inap RSU Bunda Thamrin.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung di lapangan.
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara.
Metode observasi dilakukan dengan metode work sampling. Pengamatan atau observasi dilakukan setiap hari pada jam kerja/pelayanan dan dicatat di formulir pengamatan work sampling. Pencatatan dilakukan oleh kepala ruang perawatan dan ketua tim tiap shift masing-masing ruang perawatan. Hasil pengamatan dikelompokkan menjadi aktivitas produktif langsung dan aktivitas produktif tidak langsung.
Penelitian juga dilengkapi dengan hasil wawancara dari beberapa informan untuk mendukung informasi hasil penelitian. Pemilihan informan berdasarkan pada appropriateness dan adequate yaitu pada ketepatan sumber pemberi informasi sesuai dengan syarat-syarat yang disesuaikan dengan unsur dalam penelitian ini. penelitian ini membutuhkan data yang berhubungan dengan data ketenagaan, pengelolaan SDM, perekrutan SDM, kegiatan sampel/responden selama bertugas, serta tanggapan atas kinerja dan motivasi SDM. Oleh karena itu, informan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Kepala bagian umum
b. Kepala ruang keperawatan c. Ketua tim perawatan tiap shift
d. Perawat pelaksana pelayanan rawat inap 3.4.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dilapangan seperti data laporan bulanan pelayanan perawat, data kepegawaian, data tahunan dan profil RSU Bunda Thamrin.
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah meliputi waktu kerja perawat yang tersedia, kategori aktivitas perawat (langsung dan tidak langsung), standar beban kerja perawat, standar kelonggaran perawat, data dasar rumah sakit meliputi jumlah tempat tidur (TT), BOR, rata-rata jam perawatan per 24 jam.
Variabel yang menjadi pengamatan adalah tenaga perawat di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin kota Medan.
3.5.2 Defenisi Operasional
Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka penulis memberikan defenisi operasional yang meliputi :
1. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelanggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan upaya kesehatan rujukan
2. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) adalah metode untuk
2. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) adalah metode untuk