• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERAWAT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN BERDASARKAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERAWAT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN BERDASARKAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

DWI JAYANTI 121000150

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA PERAWAT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN BERDASARKAN

METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

DWI JAYANTI 121000150

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS KEBUTUHAN PERAWAT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN DENGAN METODE WORKLOAD INDICATOR STAFF NEED (WISN)” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Mei 2018 Penulis,

Dwi Jayanti 121000150

(4)
(5)

ABSTRAK

Perencanaan kebutuhan tenaga keperawatan perlu disesuaikan dengan beban kerja sehingga proses pelayanan dapat terlaksana secara optimal. RSU Bunda Thamrin merupakan salah sartu rumah sakit swasta yang perlu melakukan perhitungan kebutuhan perawat agar layanan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan efisien.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan perawat yang bertugas di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin Medan berdasarkan metode Workload Indicator Staff Need (WISN).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif menggunakan perhitungan WISN, dilakukan pada 72 perawat pada unit rawat inap. Data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner, wawancara dan daily log yang telah disediakan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan selama jam kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan tenaga perawat dengan menggunakan metode WISN diketahui bahwa kebutuhan perawat di unit rawat inap RSU Bunda Thamrin berjumlah 78 orang, sedangakn jumlah tenaga perawat yang tersedia pada saat ini ialah berjumlah 72 orang, sehingga ada kekurangan jumlah perawat sebanyak 6 orang perawat.

Disarankan kepada Kepala Bidang Keperawatan RSU Bunda Thamrin untuk melakukan peningkatan kualitas tenaga keperawatan kepada Manajemen RSU Bunda Thamrin sesuai dengan hasil metode WISN sehingga mampu melaksanakan pelayanan sesuai dengan beban kerja.

Kata Kunci : Tenaga Keperawatan, Metode WISN, Unit Rawat Inap

(6)

ABSTRACT

Planning needs of need nursing personnel to be adjusted to the workload so that the service process can be implemented optimally. Bunda Thamrin Public Hospital was one of the hospitals that needs to perform the calculation of the nurse's needs so that the nursing services provided can be effective and efficient.

The purpose of this research was to determine the number of nurses needs who served in the inpatient service Public Hospital of Bunda Thamrin Medan based on Workload Indicator Staff Need (WISN) method.

The method used in this research was descriptive used WISN calculation, done on 72 nurses at inpatient unit. Data obtained through filling out questionnaires, interviews and daily logs that have been provided to the activities undertaken by nursing staff during working hours.

The results showed that based on the calculation of the need of nurse personnel used the WISN method it is known that the need of nurses at the Public Hospital of Bunda Thamrin amounted to 78 people, while the number of nurses available at this time were 72 people, so there were defect number of nurses as much as 6 nurses.

In this case suggested to the Head of Nursing Division of Public Hospital Bunda Thamrin to escalate the quality of nursing staff to Public Hospital of Bunda Thamrin Management in accordance with the result of WISN method so as to be able to carry out the service in accordance with the work load.

Keywords : Nursing Personnel, WISN Method, Inpatient Hospital Unit

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kebutuhan Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan Dengan Metode Workload Indicator Staff Need (WISN)”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Selama penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir penulis telah mendapatkan banyak bimbingan, dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersabar dalam membimbing penulis, memberikan masukan, arahan serta memberikan semangat hingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

5. dr. Heldy, B.Z, M.PH, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

(8)

arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

6. Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.

7. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.

8. dr. Teren selaku Direktur Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan serta Bu Eva juga Bang Rizal dan seluruh pihak rumah sakit yang telah membantu saya dengan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan memberikan banyak informasi untuk penulisan skripsi ini.

9. Yang teristimewa kedua orangtua penulis, ayahanda Guntur dan ibunda Sri Winingsih yang senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang sejak penulis lahir hingga sekarang, mendidik, mendoakan, memberkan dukungan moril maupun materil, dan sebagai tempat bertukar pikiran bagi penulis, serta satu-satunya saudara penulis, abangda Dodi Setyo Nugroho atas masukan pemikiran dan semangat.

10. Dosen dan staf lingkungan Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

11. Teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu, mendoakan dan memberikan dukungan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan dalam penulisan skripsi ini.

(9)

Kritik, saran dan masukan yang membangun penulis harapkan agar dapat memperbaiki isi skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2018 Penulis,

Dwi Jayanti 121000150

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN. ... i

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

ABSTRAK. ... iii

ABSTRACT. ... iv

KATA PENGANTAR. ... v

DAFTAR ISI. ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR. ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xiv

RIWAYAT HIDUP. ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Rumah Sakit ... 10

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit ... 10

2.1.2 Fungsi Rumah Sakit ... 11

2.1.3 Kewajiban Rumah Sakit ... 11

2.1.4 Hak Rumah Sakit ... 13

2.1.5 Klasifikasi Rumah Sakit. ... 14

2.2 Perawat ... 14

2.2.1 Pengertian Perawat ... 15

2.2.2 Tugas dan Fungsi Perawat ... 17

2.2.3 Perencanaan Kebutuhan Perawat ... 19

2.2.4 Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat ... 20

2.3 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat ... 21

2.4 Instalasi Rawat Inap ... 25

2.5 Beban Kerja ... 26

2.5.1 Work Sampling ... 29

2.6 Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel. ... 33

(11)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.3.1 Data Primer ... 34

3.3.2 Data Sekunder ... 35

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

3.5.1 Variabel Penelitian. ... 35

3.5.2 Definisi Operasional. ... 35

3.6 Instrumen Penelitian ... 37

3.7 Rancangan Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Gambaran Umum RSU Bunda Thamrin ... 40

4.1.1 Pelayanan Rawat Inap RSU Bunda Thamrin. ... 41

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden ... 41

4.3 Perhitungan Beban Kerja Perawat di RSU Bunda Thamrin. ... 44

4.3.1 Waktu Kerja Tersedia. ... 45

4.3.2 Kegiatan Pokok Keperawatan. ... 45

4.3.3 Rata-rata Pelaksanaan Kegiatan Keperawatan. ... 47

4.3.4 Standar Beban Kerja. ... 51

4.3.5 Standar Kelonggaran…. ... 53

4.4 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat di Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin. ... 54

4.4.1 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai III Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin. ... 55

4.4.2 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai V Unit Rawat Inap ... RSU Bunda Thamrin. ... 57

4.4.2.1 Kebutuhan Perawat di Lantai V Gedung I. ... 58

4.4.2.2 Kebutuhan Perawat di Lantai V Gedung II. ... 59

4.4.3 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai VI Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin. ... 61

4.4.3.1 Kebutuhan Perawat di Lantai VI Gedung II. ... 63

4.4.4 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai VII Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin. ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA. ... 73

DAFTAR LAMPIRAN. ... 77

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Daftar Pedoman Wawancara ... 38 Tabel 4.1 Distribusi Gambaran Umum Karakteristik Responden. ... 41 Tabel 4.2 Kegiatan Pokok Perawar di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Bunda Thamrin ... 45 Tabel 4.3 Waktu Rata-rata Melakukan Kegiatan Keperawatan Langsung Unit

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 47 Tabel 4.4 Waktu Rata-rata Melakukan Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung

Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 48 Tabel 4.5 Waktu Rata-rata Melakukan Kegiatan Non Produktif Unit Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 49 Tabel 4.6 Standar Beban Kerja Kegiatan Keperawatan di Unit Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 50 Tabel 4.7 Standar Beban Kerja Kegiatan Keperawatan Tidak Langsung di Unit

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 51 Tabel 4.8 Standar Beban Kerja Kegiatan Keperawatan Tidak Produktif di Unit

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 52 Tabel 4.9 Standar kelonggaran di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Bunda Thamrin ... 52 Tabel 4.10 Jumlah Pasien di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda

Thamrin Tahun 2016 ... 54 Tabel 4.11 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai III Unit Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Bunda Thamrin ... 54

(13)

Tabel 4.12 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai V Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 56 Tabel 4.13 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai V Gedung II Unit Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 58 Tabel 4.14 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai VI Unit Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Bunda Thamrin ... 60 Tabel 4.15 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai VI Gedung II Unit Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin ... 62 Tabel 4.16 Kebutuhan Tenaga Perawat di Lantai VII Unit Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Bunda Thamrin ... 64

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 32

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi. ... 77

Lampiran 2. Pedoman Wawancara. ... 79

Lampiran 3. Transkip Hasil Wawancara. ... 81

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian... 87

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian. ... 88

(16)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama Dwi Jayanti dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1994 di Kota Pekanbaru. Beragama Islam, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan ayahanda Guntur dan ibunda Sri Winingsih. Penulis bertempat tinggal di alamat Jalan Abadi No. 7 RT 11, Kelurahan Gunungsari Ilir, Kecamatan Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan dasar di SD Islam As – Shofa Pekanbaru pada tahun 2000 – 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 4 Pekanbaru pada tahun 2006 – 2009, kemudian pendidikan menengah atas di SMA Negeri 4 Pekanbaru pada tahun 2009 – 2012. Penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan kesehatan. Keberadaan rumah sakit yang semakin banyak saat ini menuntut agar setiap rumah sakit melakukan pengembangan baik dari segi fasilitas berupa sarana dan prasarana maupun dari sumber daya manusia berupa dokter dan perawat. Pengembangan dilakukan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pengembangan tersebut dilakukan rumah sakit agar mampu bersaing dan memberikan kepuasan serta kepercayaan kepada masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Aditama, 2014).

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan yang dibagi menjadi dua aspek yaitu faktor yang berasal dari penyedia layanan kesehatan dan faktor dari masyarakat. Faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan dari aspek penyedia layanan kesehatan yaitu fasilitas pelayanan, biaya pelayanan dan jarak. Faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan kesehatan dari aspek masyarakat yaitu faktor pendidikan, pengalaman, penghasilan, kepercayaan, sosial budaya, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2010).

Pelayanan kesehatan yaitu setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat (Hubung, 2015).

(18)

2

Pelaksanaan pelayanan dapat diukur, dengan demikian maka dapat ditetapkan standar baik dalam hal waktu yang diperlukan maupun hasilnya. Dengan adanya standar manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan pelayanan, agar supaya hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapatkan pelayanan (Moenir, 2010).

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan ialah pelayanan rawat inap di rumah sakit, pelayanan rawat inap di rumah sakit yang baik tentunya memiliki kemampuan perawat dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. Apabila perawat belum dapat memberikan pelayanan yang baik dan handal maka memicu pada pasien yang dapat menimbulkan ketidakpuasannya di rumah sakit tersebut. Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan masalah yang mendasar yang dihadapi rumah sakit di Indonesia, salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang memengaruhi kulaitas layanan kesehatan pada pasien ialah pelayanan kesehatan yang disediakan oleh perawat yang bertugas merawat pasien yang sakit (Aditama, 2014).

Kualitas pelayanan perawat merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan adalah yang terdekat dengan penderitaan, kesakitan serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yaitu pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Pelayanan perawat mengacu pada proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, menetapkan diagnosis, menyusun rencana, memecahkan masalah, implementasi dan evaluasi (Nursalam, 2011).

(19)

Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada pada posisi pelayanan kesehatan yang paling utama, dikarenakan kontak pertama dan terlama dengan pasien, yakni selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu sehingga seorang perawat dikatakan hal yang sangat penting dalam membangun citra rumah sakit.

Dengan begitu, perawat di rumah sakit bukan saja memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan tetapi juga mengharapkan pelayanan dari pihak rumah sakit agar supaya apa yang menjadi haknya sebagai perawat yaitu dengan memberikan yang terbaik untuk para pasiennya. Dalam memberikan pelayanan yang baik, maka diperlukan adanya kepercayaan pada pasien (Kusnanto, 2014).

Kepercayaan pasien pada perawat dan sebaliknya merupakan hal penting terhadap kualitas suatu hubungan. Tinggi rendahnya suatu kepercayaan yang tumbuh pada pasien maka dapat dipengaruhi oleh kuat tidaknya hubungan komunikasi. Jadi baik atau buruknya pelayanan rumah sakit tergantung dari kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang ada didalamnya. Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dan merupakan sumber daya manusia paling mendominasi fungsi pelayanan di rumah sakit. Pelayanan perawat merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu, kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin (Iskandar, 2013).

Perencanaan kebutuhan perawat merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh pimpinan rumah sakit dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu pelayanan keperawatan langsung dan pelayanan keperawatan tidak langsung.

Pelayanan keperawatan langsung yaitu pelayanan yang diberikan oleh perawat

(20)

4

secara langsung kepada pasien seperti mengantar pasien, memperbaiki dan mengganti infus, mengukur tekanan darah, memberi obat oral, memberikan injeksi, berkomunikasi dan lain-lain. Pelayanan keperawatan tidak langsung yaitu pelayanan yang diberikan oleh perawat secara tidak langsung kepada pasien seperti mendata obat, menyiapkan transport, asistensi visit dokter, laporan visit dokter, dokumentasi pasien dan lain-lain (Kusnanto, 2014).

Banyaknya aktivitas atau pelayanan yang harus dilakukan oleh perawat menimbulkan beban kerja yang tinggi bagi perawat. Apabila jumlah perawat tidak dievaluasi dan direncanakan dengan baik, maka dapat terjadi kekurangan atau kelebihan jumlah perawat. Kurangnya jumlah perawat akan menimbulkan kualitas pelayanan yang rendah karena beban kerja menjadi sangat tinggi sehingga pelayanan keperawatan kepada pasien tidak bisa dilaksanakan secara optimal.

Rendahnya kualitas pelayanan perawat akan menimbulkan pengalaman yang buruk bagi masyarakat dan merendahkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Hal ini yang mendorong bagi tiap rumah sakit untuk selalu melakukan analisa kebutuhan jumlah perawat agar sesuai dengan beban kerja yang dibebankan sehingga dapat memberikan layanan keperawatan yang optimal bagi pasien yang sedang dirawat (Iskandar, 2013).

Menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 tahun 2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit, perbandingan jumlah tenaga keperawatan dengan tempat tidur di Rumah Sakit kelas C adalah 2:3, dengan minimal 100 tempat tidur.

Ketersediaan jumlah tenaga perawat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti:

lingkungan, keputusan-keputusan organisasi, serta faktor internal pegawai seperti

(21)

pensiun, pemutusan hubungan kerja, kematian, kemangkiran, dan sebagainya.

Jumlah tenaga perawat bisa sangat mempengaruhi pelayanan yang diberikan, maupun akan meningkatkan pembiayaan operasional rumah sakit. Sehingga ketidaksesuaian antara jumlah perawat dengan pasien akan dapat menentukan seberapa besarnya beban kerja perawat setiap hari.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Amini (2015) mengenai analisis kebutuhan sumber daya manusia tenaga keperawatan menggunakan metode workload indicator staff need (WISN) di unit rawat inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai tahun 2015 didapatkan hasil bahwa jumlah perawat yang ada secara keseluruhan kekurangan 10 orang, sedangkan jumlah bidan masih berlebih 2 dari kebutuhan sebanyak 12. Persentase tertinggi kekurangan tenaga perawat adalah pada ruang Kelas 3 Wanita (yang perawatnya juga merangkap bertugas Kelas 2 Wanita) sebanyak 6 orang.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Pangaribuan (2015) mengenai analisis kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja dengan metode time and motion study dan metode workload indicators of staffing need (WISN) di instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar didapatkan hasil bahwa jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan adalah tiga belas orang, sedangkan tenaga yang tersedia saat ini sebelas orang, sehingga di ruang Hemodialisa terdapat kekurangan tenaga perawat sebanyak dua orang. Rasio tenaga perawat hemodialisa menurut WISN adalah 0,85 (lebih kecil dari satu). Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan jumlah tenaga yang ada di Instalasi hemodialisa RSUD dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar saat ini tidak sesuai dengan beban kerja yang ada (jumlah tenaga kurang).

(22)

6

RSU Bunda Thamrin Medan merupakan salah satu Rumah Sakit Umum milik swasta yang terletak di jalan Sei Batang Hari Medan. Rumah sakit kelas C ini memiliki kapasitas yang cukup lengkap untuk rumah sakit pada umumnya di Medan. Sejak beroperasi secara resmi pada tahun 2010, jumlah perawat RSU Bunda Thamrin adalah sebanyak 136 orang dan jumlah tempat tidur sebanyak 162 unit.

Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 RSU Bunda Thamrin Medan memperoleh angka kunjungan yang dapat dipaparkan dalam angka pada penggunaan tempat tidur (Bed Occupancy Rate). Yakni pada tahun 2013 RSU Bunda Thamrin Medan memperoleh angka sebesar 71,57%, pada tahun 2014 memperoleh angka sebesar 62,82% dan untuk tahun 2015 memperoleh angka sebesar 56,44%.

Sehingga dari hasil perolehan angka tersebut menunjukkan bahwa terjadinya penurunan angka pada penggunaan tempat tidur atau (Bed Occupancy Rate) secara terus-menerus. BOR (Bed Occupancy Rate) adalah indikator yang memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan rumah sakit. RSU Bunda Thamrin memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 162 unit yang merupakan salah satu kriteria rumah sakit yang sudah memenuhi nilai ideal dari standar Departemen Kesehatan yaitu diantara 60% - 80%.

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan perhitungan jumlah perawat, yaitu dengan menggunakan metode Gillies, PPNI dan WISN (Workload Indicator Staff Need). Rumah Sakit Bunda Thamrin sendiri melakukan perhitungan dengan Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit dari Depkes RI 2004. Metode DepKes RI 2004 kebutuhan tenaga perawat harus

(23)

memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakir. Secara garis besar terdapat pengelompokkan unit kerja di rumah sakit seperti di rawat inap dewasa, rawat inap anak/perinatal, rawat inap intensif, gawat darurat (IGD), kamar bersalin, kamar operasi dan rawat jalan. (Profil RSU Bunda Thamrin, 2016)

Ilyas (2013) menyatakan bahwa perhitungan jumlah perawat menggunakan metode Gillies dianggap kurang tepat diterapkan di Indonesia dan banyak dikeluhkan oleh para manajer Rumah Sakit dikarenakan jumlah perawat terlalu kecil dan beban perawat menjadi tinggi. Maka metode tersebut, mengasumsikan bahwa seluruh perawat di Negara Amerika Serikat dijadikan sebagai sampel dan populasi penelitian yang bekerja secara profesional dan produktivitas yang optimal dan jumlah hari libur di Negara Amerika Serikat lebih kecil dibandingan dengan Negara Indonesia.

Untuk perhitungan jumlah perawat dengan menggunakan metode PPNI dianggap memberikan hasil jumlah perawat yang terlalu besar, sehingga terdapat keluhan dari manajemen rumah sakit dikarenakan terlalu banyak perawat.

Sedangkan untuk perhitungan jumlah perawat dengan menggunakan metode WISN dinyatakan sebagai metode yang mendekati perhitungan jumlah real kebutuhan perawat dikarenakan dalam perhitungannya melibatkan banyak unsur yang berhubungan dengan sumber daya manusia.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, metode WISN merupakan salah satu metode yang dianjurkan untuk menentukan sumber daya manusia yang dibutuhkan.

Metode WISN adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga

(24)

8

pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja sehingga alokasi/relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Adapun kelebihan dari metode WISN adalah udah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan analisa pada kebutuhan jumlah perawat dengan menggunakan metode WISN. Metode ini diharapkan menjadi metode yang cukup mewakili kondisi rumah sakit sehingga hasil perhitungan menjadi real yang dapat memberikan gambaran sebenarnya mengenai kebutuhan perawat di RSU Bunda Thamrin Medan.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana kebutuhan jumlah perawat di pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin yang dihitung dihitung dengan menggunakan metode WISN?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan perawat yang bertugas di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin Medan.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui waktu kerja perawat di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin.

(25)

2. Untuk mengetahui jumlah beban kerja perawat di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin.

3. Untuk mengetahui standar kelonggaran perawat di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin.

4. Untuk mengetahui kuantitas kegiatan pokok perawat di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin.

5. Untuk mengetahui kebutuhan jumlah perawat di pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin yang dilakukan dengan menggunakan metode WISN.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perhitungan jumlah tenaga kerja dengan menggunakan metode WISN (Worlkload Indicator Staff Need).

2. Manfaat bagi RSU Bunda Thamrin yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan mengenai jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pelayanan rawat inap di RSU Bunda Thamrin agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang optimal sehingga menimbulkan citra yang baik bagi masyarakat.

3. Manfaat bagi peneliti yaitu penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai perhitungan sumber daya manusia yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok dan waktu kerja yang tersedia.

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutud an terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien, mengutamakan penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien secara serasi dan terpadu. Untuk upaya tersebut fungsi praktis rumah sakit umum adalah untuk menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, administrasi dan keuangan (Irawan, 2012).

Rumah sakit memfasilitasi penyelenggaraan perawatan rawat inap, pelayanan observasi, diagnosa dan pengobatan aktif untuk individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi yang memerlukan pengarahan dan pengawasan dokter setiap hari serta perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk kepentingan masyarakat.

(27)

2.1.2 Fungsi Rumah Sakit

Menurut UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 fungsi rumah sakit adalah :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai dengan kebutuhan medis.

Roemer dan Friedmen (2016) menyatakan bahwa rumah sakit punya setidaknya lima fungsi.

a. Rumah sakit harus mempunyai pelayanan rawat inap dengan fasilitas dignostik dan therapeutiknya. Berbagai jenis spesialisasi. Baik bedah maupun non bedah, harus tersedia. Palayanan rawat inap ini juga meliputi pelayanan keparawatan, gizi, farmasi, laboratorium, radiologi dan berbagai pelayanan dignostik serta therapeutik lainnya.

b. Rumah sakit harus memilki pelayanan rawat jalan.

c. Rumah sakit juga punya tugas untuk melakukan pendidikan dan latihan.

d. Rumah sakit perlu melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan, karena keberadaan pasien di rumah sakit merupakan modal dasar untuk penelitian ini.

e. Rumah sakit juga punya tanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi populasi di sekitarnya.

(28)

12

2.1.3 Kewajiban Rumah Sakit

Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 menyatakan bahwa setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,

sesuai dengan kemampuan pelayanannya;

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;

f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan;

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;

h. Menyelenggarakan rekam medis;

i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;

(29)

j. Melaksanakan sistem rujukan;

k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan;

l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

n. Melaksanakan etika Rumah Sakit;

o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;

p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional;

q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;

r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);

s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan,

t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagaikawasan tanpa rokok.

2.1.4 Hak Rumah Sakit

Sesuai UU No. 44 Tahun 2009 (UU tentang Rumah Sakit) pasal 30 menyatakan bahwa setiap Rumah Sakit mempunyai hak :

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit;

(30)

14

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan;

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan;

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;

f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan;

g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan,

h. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan.

2.1.5 Klasifikasi Rumah Sakit Umum

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Fasilitas dan Kemampuan Pelayanan, Rumah Sakit Umum diklasifikasikan menjadi :

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medic sub spesialis.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

(31)

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelyanan medik spesialis dasar dan 4 (empat) pelayanan spesialis penunjang medik. Kriteria, fasilitas, dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan spesialis gigi mulut, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik dan pelayanan penunjang non klinik.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar.

2.2 Perawat

2.2.1 Pengertian Perawat

Istilah perawat berasal dari bahasa Latin yaitu Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Kata ini pertama kali digunakan oleh Ellis dan Hartley (2012), yang menurut mereka perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara; membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan.

(32)

16

Menurut Lismidar (2011) perawat adalah seseorang yang berijazah pendidikan perawat atau bidan yang diberikan tugas secara penuh untuk melakukan pelayanan perawatan kepada masyarakat melalui tempat-tempat pelayanan masyarakat (Nursalam, 2011). Pengertian Perawat dapat kita lihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Registrasi dan Praktik Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan” (Permenkes RI, 2010).

Pengertian pelayanan keperawatan sesuai WHO Expert Committeeon Nursing dalam Aditama (2014) adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/merawat (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial. Keperawatan juga meliputi kegiatan perencanaan dan pemberian perawatan pada saat sakit, masa rehabilitasi dan menjaga tingkat kesehatan fisik, mental dan sosial yang seluruhnya akan mempengaruhi status kesehatan, terjadinya penyakit, kecacatan dan kematian.

Gillies dalam buku Nursing Management a System Approach (2012), menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan, melalui upaya staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga dan masyarakat.

Menurut keputusan menteri perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang

(33)

dimilikinya dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Kepmenkes RI, 2010).

2.2.2 Tugas dan Fungsi Perawat

Griffith dalam buku The Well Managed Comunity Hospital (2011), menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 tugas, yaitu:

1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan emosional dan sosial.

2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.

3. Menciptakan keadaan lingkungan, fisik, kognitif dan emosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

4. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit.

5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi.

Griffith (2011) menyatakan bahwa kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinik antara lain terdiri dari:

1. Pelayanan keperawatan personal (Personal Nursing Care), yang antara lain berupa pelayanan keperawatan umum dan atau spesifik untuk sistem tubuh tertentu, pemberian motivasi dan dukungan emosi pada pasien, pemberian obat, dll.

2. Berkomunikasi dengan dokter dan petugas penunjang medik, mengingat perawat selalu berkomunikasi dengan pasien setiap waktu sehingga merupakan petugas yang seyogianya paling tahu tentang keadaan pasien.

3. Berbagi hal tentang keadaan pasien. Ini perlu dikomunikasikan dengan dokter.

(34)

18

4. Menjalin hubungan dengan keluarga pasien. Komunikasi yang baik dengan keluarga/kerabat pasien akan membantu proses penyembuhan pasien itu sendiri.

5. Menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan.

6. Melakukan penyuluhan kesehatan dan upaya pencegahan penyakit.

Aditama (2014) menyatakan bahwa kegiatan manajemen keperawatan meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Penanganan administratif, antara lain dapat berupa pengurusan masuknya pasien ke rumah sakit (patient admission), pengawasan pengisian dokumen catatan medik dengan baik, membuat penjadwalan proses pemeriksaan/pengobatan pasien dll.

b. Membuat penggolongan pasien sesuai dengan berat ringannya penyakit, dan kemudian mengatur kerja perawatan secara optimal pada setiap pasien sesuai kebutuhannya masing-masing.

c. Memonitor mutu pelayanan pada pasien, baik pelayanan keperawatan secara khusus maupun pelayanan lain secara umum.

d. Manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, kegiatan ini meliputi staffing, scedulling, assigment, dan budgetting.

Fungsi perawat dalam praktek keperawatan terdiri dari tiga fungsi, antara lain: a. Fungsi independen, ialah tindakan perawat bersifat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil; b. Fungsi interpenden perawat. Tindakan perawat berdasarkan pada kerja sama dengan tim perawatan/tim kesehatan lain.

(35)

Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya berganbung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter; c. Fungsi dependen, ialah perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medis. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi kewenangan dokter (Sudarman, 2013).

2.2.3 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Perawat

Menurut Ilyas (2013) dalam melakukan analisis kebutuhan tenaga merupakan bagian dari perencanaan ketenagaan rumah sakit. Pada dasarnya semua metode atau formula telah dikembangkan untuk menghitung tenaga rumahsakit berakar pada beban kerja perawat. Jumlah tenaga perawat dapat ditentukan oleh jumlah tempat tidur atau juga oleh tingkat Bed Occupancy Rate (BOR).

Handoko (2011) menyatakan, bahwa standar pekerjaan dapat diperoleh dari hasil pengukuran kerja atau penetapan tujuan partisipatip. Teknik pengukuran kerja yang dapat digunakan antaralain: studi waktu, data standar, data waktu standar yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pengambilan sampel kerja (work sampling). Sedangkan Moeljadi (1992) mengatakan, bahwa perencanaan tenaga kerja dalam jangka panjang ditentukan oleh sisi permintaan perusahaan, yaitu perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan sisi penawaran yaitu ketersediaan tenaga kerja di pasar.

Perkiraan kebutuhan tenaga kerja perusahaan ditentukan oleh perkiraan tersedianya tenaga kerja di perusahaan dan rencana-rencana perusahaan.

Sedangkan perkiraan tersedianya tenaga kerja itu sendiri, ditentukan dari analisis

(36)

20

beban kerja, analisis perpindahan tenaga kerja dan analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja.Analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja perusahaan,berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan tersebut berada pada kondisi berlebih atau kurang jika dikaitkan dengan beban kerja. Analisis tersebut dapat dilaksanakan jika sudah diketahui beban kerjanya. Dan analisis beban kerja sendiri memberikan arahan tentang produktivitas. Produktivitas kerja dapat digambarkan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja. Di mana tenaga kerja tersebut akan dapat digunakan secara efisien jika jumlah tenaga kerja yang ada seimbang dengan beban kerjanya.

2.2.4 Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit

Pada dasarnya semua metoda atau formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga perawat di rumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan. Hal ini telah banyak dilakukan penelitian-penelitian di luar negeri oleh para pakar keperawatan. Analisis kebutuhan tenaga perawat harus betul-betul direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan secara berulang- ulang karena akan mebutuhkan waktu, biaya dan tenaga sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Terdapat beberapa situasi yang harus dipertimbangkan dalam kita melakukan analisis ketenagaan ini, antara lain (Rakhmawati, 2012):

1. Adanya perluasan rumah sakit sehingga berdampak pada penambahan atau perubahan tempat tidur hal ini akan berdampak pada perubahan rasio kebutuhan tenaga perawat. Apabila rumah sakit sudah merencanakan perluasan rumah sakit maka harus direncanakan pula penambahan tenaga perawat.

(37)

2. Adanya berbagai perubahan jenis pelayanan dan fasilitas rumah sakit, yang akan berdampak pada peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR), yang pada akhirnya perlu analisa situasi dan kebutuhan tenaga. Hal ini perlu diantisipasi jauh sebelumnya sehingga pelayanan bisa terlaksana dengan optimal.

3. Adanya penurunan motivasi, penurunan prestsi kerja seperti sering tidak masuk kerja, datang terlambat, penyelesaian pekerjaan semakin lambat.

Hal ini bisa terjadi karena pimpinan kurang memperhatikan bawahan, tidak ada reward, kerja yang ketat dan dan beban kerja yang berat serta tenaga yang kurang. Apabila hal tersebut terjadi maka perlu segera segera dilakukan analisa ketenagaan.

4. Adanya keluhan tentang pelayanan yang diterima. Apakah klien mengeluh tentang pelayanan yang diterimanya dengan mengatakan puas atau tidak puas. Biasanya klien sering mengeluh tentang tenaga keperawatan, biaya rawatan, dan fasilitas yang diterima. Apabila keluhan ini sudah teridentifikasi maka perlu dilakukan analisa ketenagaan. Keluhan ini terjadi di unit rawat jalan atau unit rawat inap.

2.3 Perhitungan kebutuhan tenaga perawat

Terdapat berbagai formula yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan dalam suatu pelayanan kesehatan.

Penelitian ini menggunakan formula WISN (Workload Indicator Staff Need).

1. Metode WISN

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya

(38)

22

Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit menyatakan bahwa metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan pada beban pekerjaan nyata dilaksanakan oleh tiap kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Metode ini bermanfaat untuk menghitung kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan SDM Kesehatan pada daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dapat melihat apa tenaga kesehatan bekerja sesuai dengan profesinya atau tidak, dan dapat mengidentifikasi seberapa besar beban kerja SDM kesehatan (Depkes dan GTZ, 2009)

Adapun langkah-langkah perhitungan menggunakan metode WISN yaitu:

a. Menetapkan waktu kerja yang tersedia

Waktu kerja tersedia merupakan waktu kerja tersedia bagi perawat selama satu tahun. Waktu kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Penjelasan dari persamaan di atas yaitu

1. A = Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat. Pada umumnya dalam 1 minggu terdapat 5 hari kerja. Dalam 1 tahun terdapat 250 hari kerja.

2. B = Cuti tahunan, sesuai dengan ketentuan hak cuti kerja setiap perawat yaitu 12 hari kerja setiap tahun.

3. C = Pendidikan dan pelatihan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS dengan hak yang dimiliki selama 6 hari kerja.

(39)

4. D = Hari libur nasional, berdasarakan keputusan bersama menteri terkait tentang hari libur nasional dan cuti bersama.

5. E = Ketidakhadiran kerja, sesuai dengan rata-rata ketidak hadiran kerja selama kurun waktu 1 tahun karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa pemberitahuan.

6. F = Waktu kerja, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS atau Pemerintah Daerah, pada umumnya waktu kerja 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu).

b. Menyusun standar beban kerja

Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun.

Standar beban kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja. Standar beban kerja dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

Penjelasan persamaan diatas yaitu

1. Waktu yang tersedia sebagaimana telah diuraikan di atas

2. Kegiatan pokok yaitu kumpulan berbagai jenis kegiatan sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) untuk menghasilkan pelayanan kesehatan/medis yang dilaksanakan tenaga kesehatan. Untuk memudahkan dalam menetapkan beban kerja maka disusun kegiatan pokok serta jenis kegiatan pelayanan yang berkaitan langsung/tidak langsung dengan pelayanan kesehatan perorangan.

(40)

24

3. Rata-rata waktu peraturan yaitu rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok. Rata-rata waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan pokok. Waktu ini dipengaruhi oleh standar pelayanan, SOP dan prasarana medis yang tersedia serta kompetensi tenaga kerja. Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama bekerja dan kesepakatan bersama.

4. Standar beban kerja per tahun yaitu volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun. Standar beban kerja untuk kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya (waktu-rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki oleh perawat.

c. Menyusun standar kelonggaran

Penyusunan standar kelonggaran digunakan untuk memperoleh faktor kelonggaran tiap tenaga kerja meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.

Penyususnan waktu kelonggaran dilakukan dengan pengamatan dan wawancara tentang hal-hal sebagai berikut:

Kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pasien misalnya rapat, penyususnan laporan kegiatan, penyususnan kebutuhan onat/bahan habis pakai.

1. Frekuensi kegiatan tersebut dalam suatu hari, minggu, bulan.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.

Dengan demikian, standar kelonggaran dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

(41)

d. Perhitungan kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama satu tahun e. Perhitungan kebutuhan perawat

Perhitungan jumlah perawat berdasarkan beban kerja dalam satu tahun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Merujuk pada metode WISN yang dilaporkan oleh Shipp (1998) bahwa perhitungan rasio jumlah perawat yang ada dengan hasil perhitungan WISN memberikan hasil dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika rasio WISN = 1 artinya jumlah perawat cukup dan sesuai beban kerja bersdasarkan SOP yang telah ditetapkan.

b. Jika rasio WISN < 1 artinya jumlah perawat yang ada belum cukup dan belum sesuai dengan beban kerja.

c. Jika rasio WISN > 1 artinya bahwa jumlah perawat yang ada berlebihan.

2.4 Instalasi Rawat Inap

Rawat inap adalah suatu kegiatan pemberian dengan dilandasi keahlian kepada penderita yang mengalami gangguan fisik, orang-orang yang sedang masa penyembuhan dan mereka yang kurang sehat. Rawatinap merupakan salah satu jenis perawatan dimana pasien dirawat, dan tinggal/menginap di rumah sakit/puskesmas, untuk mendapatkan ruang perawatan. Pelayanan yang diperoleh adalah pelayanan petugas medis (dokter) pelayanan petugas para medis (perawatan), pelayanan penunjang serta penunjang lainnya.Unit rawat inap sering

(42)

26

disebut ruang perawatan inti kegiatan (corebuseness) rumah sakit/puskesmas, karena kegiatan pelayanan medis,nonmedis dan administrasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas yang karena sakitnya mengharuskan dirawat inap beberapa hari.

Rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk mengobservasi perawat, diagnosis, pengobatan, rehab, medik atau pelayanan kesehatan lainnya dan menempati tempat tidur lebih dari dua hari. Pelayanan yang diberikan pada pasien rawat inap meliputi:

a. Pemeriksaan keadaan pasien oleh dokter dan perawat untuk mengetahui pengaruh obat-obatan yang diberikan kepada pasien

b. Tindakan terapi oleh dokter dan perawat sebagai upaya pengobatan dan penyuluhan.

c. Pelayanan perawat berupa pelayanan dan pemenuhan makanan pasien serta kebutuhan lainnya yang dapat memberikan kenyamanan dan kesejahteraan pasien selama dirawat (Manopo, 2011).

2.5 Beban Kerja

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

KEP/75/M.PAN/7/2014, Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu. Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk perhitungan. Beban kerja perlu ditetapkan melalui program-program unit kerja yang selanjutnya dijabarkan menjadi target pekerjaan untuk setiap jabatan. Sedangkan standar beban kerja menurut Kepmenkes RI Nomor 81/MENKES/SK?I/2004tentang Pedoman Penyusunan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta

(43)

Rumah Sakit banyaknya satu satuan waktu (atau angka) diperlukan untuk menyesuaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesinya.

Beban kerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam memperkirakan beban kerja perawat pada suatu unit tertentu, seorang pemimpin atau manajer harus mengetahui (Gillies, 2012):

a. Berapa banyak klien yang dimasukkan ke unit per hari, bulan atau tahun;

b. Kondisi klien di unit tersebut;

c. Rata-rata klien yang menginap;

d. Tindakan perawatan langsung dan tak langsung yang dibutuhkan masing- masing klien;

e. Frekuensi dari masing-masing tindakan keperawatan yang harus dilakukan dan,

f. Rata-rata waktu yang dibutuhkan dari masing-masing tindakan keperawatan baik langsung maupun tidak langsung.

Perhitungan beban kerja bukan sesuatu yang mudah. Selama ini kecenderungan dalam mengukur beban kerja berdasarkan keluhan dari personal, bahwa mereka sangat sibuk dan membutuhkan waktu lembur (Ilyas, 2013).

Perhitungan beban kerja perawat erat kaitannya denganpenentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat. Tingkat ketergantungan pasien terkait dengan penentuan beban kerjaperawat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Ilyas, 2013)

1. Pasien dengan tingkat ketergantungan minimal (minimal care), jika : a. kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

b. Makan, minum dilakukan sendiri

(44)

28

c. Ambulasi dengan pengawasan

d. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap pergantian dinas e. pengobatan minimal, status psikologi stabil

f. Perawatan luka sederhana.

2. Pasien dengan tingkat ketergantungan parsial (partial care), jika : a. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu

b. Observasi vital sign tiap 4 jam

c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali d. Folley kateter, intake dan output dicatat

e. Klien terpasang infus f. Perawatan luka komplek.

3. Pasien dengan tingkat ketergantungan total (total care),yaitu a. Segalanya diberi bantuan

b. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam c. Makan memakai NGT

d. Pengobatan intravena per drip e. Pemakaian suction

f. Gelisah, disorientasi

g. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

Waktu tindakan keperawatan adalah waktu yang diperlukan perawatuntuk melayani pasien sesuai dengan standar layanan berlaku, waktu inimenggambarkan besarnya beban kerja perawat.Untuk pasien rawat inap, Douglas dalam Hubber (2010) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai berikut:

(45)

a. Minimal Care: 1- 2 jam/hari. Artinya, pasien masih bisa menanganisendiri, kecuali makan obat harus tetap ditunggui, agar tidak salah obat. Pasien masih bisa mandi sendiri, makan sendiri.

b. Partial Care: 3-4 jam/hari. Artinya pasien masih dapat melakukan kegiatan pribadi tetapi membutuhkan pelayanan asuhan keperawatan untuk kegiatan yang membutuhkan kegiatan fisikkarena pasien relatif masih lemah atau tidak diperlukan meninggalkan tempat tidur sehingga membutuhkan keahliankeperawatan selama 3-4 jam/hari.

c. Total Care: 5-7 jam/hari Artinya, pasien membutuhkan asuhankeperawatan dan kebutuhan personel lainnya total bergantungkepada perawat (Ilyas, 2013).

Beban kerja merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk penentuan jumlah tenaga kerja. Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja (Ilyas, 2013) yaitu work sampling, time and motion study dan daily log. Penelitian ini menggunakan metode work sampling.

2.5.1 Work sampling

Work sampling merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengamati tentang hal-hal sebagai berikut (Ilyas, 2013):

a. Aktivitas apa yang dilakukan oleh tenaga kerja pada waktu jam kerja.

b. Apakah aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kerja berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja.

c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif.

(46)

30

d. Pola beban kerja tenaga kerja dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja.

Pengamatan yang dilakukan pada work sampling adalah aktivitas atau kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam menjalankan tugasnya sehari-hari di ruang kerja. Perawat diamati sebagai subyek dari aktivitas atau pekerjaan yang akan diteliti dengan menggunakan teknik work sampling dengan tahapan sebagai berikut (Ilyas, 2013).

1. Menentukan subyek yang ingin diteliti, misalnya perawat.

2. Apabila subyek berjumlah banyak maka dilakukan pemilihan sampel sebagai subyek penelitian.

3. Membuat formulir daftar kegiatan atau aktivitas tugas sehari-hari.

4. Melatih pelaksana peneliti mengenai cara pengamatan menggunakan work sampling.

5. Pengamatan dapat dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung karakteristik pekerjaan. Pengamatan dilakukan selama jam kerja, apabila jenis tenaga yang diamati berfungsi 24 jam atau 3 shift maka pengamatan dilakukan sepanjang hari selama 7 hari.

6. Pengamatan pada setiap harinya dapat dilakukan pada perawat yang berbeda sepanjang perawat masih bertugas pada unit yang sedang diobservasi beban kerjanya.

Dengan menggunakan teknik work sampling akan diperoleh ribuan pengamatan kegiatan dari sejumlah tenaga kerja yang diamati sehingga cukup besar data yang diperoleh dan dapat dianalisis dengan baik. Dengan jumlah data yang besar maka akan menghasilkan data akurat yang menggambarkan kegiatan

(47)

tenaga kerja yang sedang diteliti. Validitas data pengamatan juga dapat dipercaya karena langsung dilakukan pengamatan dari kegiatan yang ada dengan metode dan instrument penelitian yang telah dikembangkan dengan baik.

(48)

32

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian ini dipaparkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Perhitungan Kebutuhan Perawat

1. Karakteristik perawat

2. Waktu kerja perawat yang tersedia 3. Kategori aktivitas perawat

4. Standar beban perawat 5. Standar kelonggaran perawat

Jumlah perawat saat ini

Jumlah perawat

Analisa

Kesimpulan

(49)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif kuantitatif.

Penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif karena metode kuantitatif digunakan untuk melakukan perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat.

Sedangkan penjabaran secara lebih rinci dan detail dilakukan secara kualitatif melalui wawancara. Hasil yang diperoleh dilakukan penggabungan data kualitatif dan kuantitatif yang dijabarkan secara rinci dan menyeluruh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Bunda Thamrin yang terletak di jalan Sei Batang Hari Medan Sumatra Utara. Penelitian dilakukan di bagian unit pelayanan rawat inap dengan responden perawat yang sedang bertugas. Penelitian dilakukan mulai Januari 2017 hingga April 2018.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh tenaga keperawatan Rumah Sakit Bunda Thamrin sebanyak 136 orang perawat.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah tenaga perawat pelaksana yang menjadi pegawai tetap yang ada di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bunda Thamrin sebanyak 72 orang. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive yaitu sampel diambil

(50)

34

berdasarkan tujuan tertentu. Sampel tersebut dijadikan sebagai responden yang akan diberi form work sampling untuk memperoleh informasi terkait dengan jumlah jam kerja, waktu kerja dan berbagai aktivitas pelayanan rawat inap RSU Bunda Thamrin. Observasi juga dilakukan terhadap seluruh aktivitas perawat tersebut pada saat jam kerja di rawat inap RSU Bunda Thamrin.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung di lapangan.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan wawancara.

Metode observasi dilakukan dengan metode work sampling. Pengamatan atau observasi dilakukan setiap hari pada jam kerja/pelayanan dan dicatat di formulir pengamatan work sampling. Pencatatan dilakukan oleh kepala ruang perawatan dan ketua tim tiap shift masing-masing ruang perawatan. Hasil pengamatan dikelompokkan menjadi aktivitas produktif langsung dan aktivitas produktif tidak langsung.

Penelitian juga dilengkapi dengan hasil wawancara dari beberapa informan untuk mendukung informasi hasil penelitian. Pemilihan informan berdasarkan pada appropriateness dan adequate yaitu pada ketepatan sumber pemberi informasi sesuai dengan syarat-syarat yang disesuaikan dengan unsur dalam penelitian ini. penelitian ini membutuhkan data yang berhubungan dengan data ketenagaan, pengelolaan SDM, perekrutan SDM, kegiatan sampel/responden selama bertugas, serta tanggapan atas kinerja dan motivasi SDM. Oleh karena itu, informan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Kepala bagian umum

(51)

b. Kepala ruang keperawatan c. Ketua tim perawatan tiap shift

d. Perawat pelaksana pelayanan rawat inap 3.4.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung dilapangan seperti data laporan bulanan pelayanan perawat, data kepegawaian, data tahunan dan profil RSU Bunda Thamrin.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah meliputi waktu kerja perawat yang tersedia, kategori aktivitas perawat (langsung dan tidak langsung), standar beban kerja perawat, standar kelonggaran perawat, data dasar rumah sakit meliputi jumlah tempat tidur (TT), BOR, rata-rata jam perawatan per 24 jam.

Variabel yang menjadi pengamatan adalah tenaga perawat di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin kota Medan.

3.5.2 Defenisi Operasional

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan penelitian ini, maka penulis memberikan defenisi operasional yang meliputi :

1. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelanggarakan upaya kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan upaya kesehatan rujukan

2. Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) adalah metode untuk menghitung kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban kerja

(52)

36

yang nyata yang dilaksanakan oleh perawat pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

3. Menetapkan waktu kerja yang tersedia adalah kegiatan menghitung waktu kerja efektif selama kurun waktu satu tahun untuk masing-masing katagori SDM yang bekerja pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

4. Menetapkan aktivitas keperawatan langsung adalah aktivitas perawat yang langsung berhubungan dengan pasien pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

5. Menetapkan aktivitas keperawatan tidak langsung adalah aktivitas perawat yang tidak langsung berhubungan dengan pasien pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

6. Aktivitas non produktif adalah Aativitas perawat yang tidak berdampak pada unit pelayanan seperti mengobrol dan membaca koran pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

7. Menetapkan standar beban kerja adalah kegiatan menghitung volume/

kuantitas kegiatan pokok yang dapat dikerjakan selama satu tahun sesuai dengan waktu kerja tersedia dan rata-rata waktu per kegiatan pokok yang dimiliki oleh masing-masing katagori SDM pada pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

8. Menetapkan standar kelonggaran adalah kegiatan menghitung kebutuhan waktu untuk menyelesaikan tiap faktor kelonggaran dibanding dengan waktu kerja tersedia pada SDM perawat di Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

(53)

9. Jumlah tempat tidur (TT) adalah jumlah tempat tidur yang ada di ruang rawat inap pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

10. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah tingkat pemanfaatan tempat tidur di ruang rawat inap pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

11. Jam perawatan per 24 jam adalah rata-rata waktu keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin.

12. Jumlah perawat saat ini adalah jumlah perawat yang melakukan pelayanan pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin tahun 2016

13. Menetapkan kebutuhan SDM perawat adalah kegiatan menghitung SDM perawat sesuai dengan kuantitas kegiatan pokok, standar beban kerja dan standar kelonggaran pada masing-masing kategori SDM pearwat selama kurun waktu satu tahun pada Unit Rawat Inap RSU Bunda Thamrin..

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Formulir pengamatan work sampling aktivitas perawat perawatan rawat inap yang dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Aktivitas produktif langsung yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan pasien saat pelayanan.

b. Aktivitas produktif tidak langsung yaitu aktivitas yang tidak berhubungan langsung dengan pasien saat pelayanan dan merupakan aktivitas yang sifatnya penunjang.

c. Aktivitas non produktif yaitu aktivitas perawat yang dilakukan untuk kepentingan sendiri maupun berhubungan dengan orang lain tetapi tidak dalam rangka melakukan pelayanan.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Perhitungan Kebutuhan Perawat
Tabel 4.1  Distribusi Gambaran Umum Karakteristik Responden  Karakteristik Responden  Jumlah (n)  Persentase (%)  Umur  21 – 25 Tahun  30  41,6  26 – 30 Tahun  18  25  31 – 35 Tahun  16  22,2  36 – 40 Tahun  8  11,1  Total  72  100  Jenis Kelamin  Laki – l

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini, data yang diperoleh dari pengukuran waktu kerja dengan metode work sampling digunakan untuk perhitungan beban kerja masing-masing perawat dan penentuan

Rumah Sakit Bangkatan menghadapi kendala dengan keluhan pasien tentang pelayanan keperawatan pada unit rawat inap, masalah tingginya beban kerja yang tidak sesuai tugas pokok

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara mutu pelayanan tenaga perawat

WISN dapat digunakan untuk meneliti hanya satu kategori staf pada satu atau beberapa jenis Unit Kerja yang berbeda (misalnya perawat di rumah sakit). Proses WISN tidak

Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia Tenaga Keperawatan Menggunakan Metode Workload Indicator Staff Need (Wisn) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai Tahun

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kebutuhan petugas pendaftaran pasien rawat jalan dan pasien rawat inap berdasarkan

Berdasarkan adanya kendala berupa kekurangan tenaga perawat pelaksana dan peneliti juga belum menemukan kajian terkait analisis beban kerja perawat pelaksana di ruangan

Simpulan dalam penelitian ini diketahui dari perhitungan prediksi kebutuhan tenaga kerja dengan rumus Workload Indicator Staff Need (WISN) Bagian Pendaftaran