• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Kedudukan Polri Dalam Sistem Kekuasaan

BAB III : KEWENANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA

A. Tugas dan Kedudukan Polri Dalam Sistem Kekuasaan

Berdasarkan waktu dan tempat melihat perkembangan istilah “Polisi” mempunyai arti yang berbeda-beda yang cenderung dipengaruhi oleh penggunaan bahasa dan kebiasan dari suatu negara, seperti di Inggris menggunakan istilah “police”, di Jerman “Polizel”, di Belanda “Politei” dan di Amerika Serikat memakai istilah “sheriff”.80

Pada awalnya istilah “polisi” berasal dari bahasa Yunani “Politeia” yang berarti seluruh pemerintah negara kota. Seperti diketahui bahwa pada abad sebelum masehi negara Yunani terdiri dari kota-kota yang disebut “polis”, dimana pada jaman itu istilah “polis” memiliki arti yang sangat luas, yakni pemerintahan yang meliputi seluruh pemerintahan kota termasuk urusan keagamaan atau penyembahan terhadap dewa-dewa. Baru setelah lahirnya agama Nasrani urusan keagamaan dipisahkan, sehingga arti “polis” menjadi seluruh pemerintahan kota dikurangi agama.81

Menurut Wahid,82 bahwa pengertian polisi adalah seorang protector dan wakil rakyat yang berkewajiban mengayomi martabat manusia (human dighnity) dan sebagai subjek aktif atas pemanisfestasikan peraturan perundang-undangan, dengan

80

Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Edisi ketiga, (Jakarta : PTIK, 1984), hal . 15.

81

Ibid, hal. 15-16.

82

menjadikan hukum dan hak asasi manusia sebagai muatan mutlak dalam pelaksanaan tugas kepolisian.

Di dalam Balck Law Dictionary disebutkan, bahwa “Police” is branch of the government which is charged with the preservation of public order and trangulity, the promotion of the public health, safety and morals and the prevention,detection and punishment of crimes”.83 Arti kepolisian disini ditekankan pada tugas tugas yang harus dijalankan sebagai bagian dari pemerintahan, yakni memelihara keamanan, kertertiban, ketentraman masyarakat, mencegah dan menindak pelaku kejahatan.84

Menurut terjemahan Momo Kelana yang diambil dari Polizeirecht dikatakan, bahwa pada istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu instansi Kepolisian, dan kedua dalam arti materiel, yakni memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan Kepolisian umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.85

Para pakar dibidang kepolisian menyimpulkan bahwa dalam istilah polisi terdapat tiga pengertian, yakni :

(1) Polisi sebagai fungsi;

83

Henry Cambell Black, Black’s Law Dictionary with the Pronounciation, fith edition, (USA : West Publishing & Co. 1979), hal. 1.041.

84

Sadjono, Seri hukum Kepolisian Polri dan Good Governace, (Surabaya : Laksbang Mediatama, 2008), hal. 51.

85

Momo Kelana, Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia) suatu studi historis komparatif, (Jakarta : PTIK, 1972), hal. 22

(2) Polisi sebagai organ kenegaraan; dan (3) Polisi sebagai pejabat atau petugas.86

UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebut fungsi Kepolisian sebagai berikut : “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.87

Kemudian dalam Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh :

a. kepolisian khusus

b. penyidik pegawai negeri sipil, dan atau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa”.

Dalam ayat (2) pasal yang bersangkutan dinyatakan bahwa “Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b, dan c, melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundangan yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.”

Sementara mengenai tugas pokok kepolisian, rumusannya dapat dilihat dalam Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia di atas. Di sana dikatakan bahwa Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

86

b. Menegakan hukum, dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.88

Dalam Pasal 14 ayat (1), dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 di atas, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

g. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pengawas pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

87

Untung S Rajab, Kedudukan dan Fungsi Polisi RI dalam Sistem Ketatanegaraan, (Bandung : CV. Utomo, 2003), hal. 161.

88

Philipus M. Hadjon, Seri Hukum Kepolisian Polri dan Good Governance, (Surabaya : Laksbang Mediatama, 2008), hal. 180.

h. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

i. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

j. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

k. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

l. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

m. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan” 89

Di samping tugas pokok di atas, UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga menekankan sejumlah kewenangan Polri sebagai berikut :

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

j. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pengawas pegawai negeri sipil. Dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

k. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

l. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

m. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

89

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

n. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

o. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

p. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan” 90

Di samping tugas pokok di atas, UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga menekenakan sejumlah kewenangan Polri sebagai berikut :

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

f. Melaksanakan pemeriksan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

90

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; i. Mencari keterangan dan barang bukti;

j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;

k. Mengeluarkan surat ijin/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

l. Memberikan bantuan pengawanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu. 91

Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga dinyatakan sejumlah kewenangan Polri lainnya, yakni :

a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian dan kegiatan masyarakat lainnya;

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

d. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

e. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

f. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknik kepolisian;

91

Mahmud Mulyadi, Kepolisian Dalam Sistem Peradilan Pidana, (Medan : USU Pres, 2009), hal. 16.

g. Melakukan kerjasama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

h. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;

i. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;

j. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.92 Dalam Pasal 16 UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, ditegaskan pula kewenangan Polri dalam proses pidana, adalah :

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;

b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

92

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.

k. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut yang bertanggung jawab.93

Organisasi kepolisian pada dasarnya merupakan entitas dari tiga komponen pokok, yaitu manusia, tujuan dan sistem. Hilangnya salah satu komponen berarti menghapuskan sifat yang melekat pada organisasi. Sinergi ketiga komponen itu akan merefleksikan perilaku polisi dari aspek mikro dan makro. Aspek mikro merupakan tampilan gerak manusia polisi dalam sistem kepolisian, sedangkan aspek makro tampilan sistem kepolisian dengan berbagai peran yang diemban oleh organisasi.

Perilaku Polda NAD terutama di tingkat Polres dan Polsek tidak terlepas dari aspek muatan pekerjaan (content of occupation) dalam konteks organisasi (organizational context). Kemampuan Polda NAD dalam mewujudkan tujuan organisasi ditentukan pula oleh tingkat profesionalisme dan kinerja polisi. Karena itu

bahasan dari hasil penelitian ini akan menyentuh pada kedua perspektif organisasi Polri, dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang faktor-faktor dinamik yang sedang berkembang dalam organisasi Polres dan Polsek dalam jajaran Polda NAD.

Seperti tertera pada pasal 5 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, kepolisian di Indonesia merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan fungsi Kepolisian. Dalam undang-undang ini diatur beberapa ketentuan dasar yang menyangkut pengorganisasian polisi seperti dikutip di bawah ini.

Pasal 5, Kepolisian Negara RepubIik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Pasal 7, Susunan organisasi dan tata cara kerja Kepolisian Negara Republik lndonesia disesuaikan dengan kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan keputusan Presiden.

Pasal 8 ayat (1), menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden. Ayat (2) menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh Kapolri yang dalam pelaksanaan tugas bertanggungjawab kepada Presiden sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

93

Pasal 9 ayat (1), menyatakan bahwa Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan mengendalikan kebijakan teknis kepolisian. Ayat (2) menyatakan bahwa Kapolri memimpin Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab atas a) Penyelenggaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka pelaksanaan tugas kepolisian; dan b) Penyelenggaraan pembinaan kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Mengacu pada Organisasi dan Tata Kerja Polda, berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 yang diubah dengan keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/7/I/2005, pengorganisasian di tingkat Polres diatur sebagai berikut :

Pasal 2, menyatakan bahwa Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah hukumnya sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri.

Pasal 3, menyatakan bahwa fungsi Polres adalah :

a. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan dan permintaan bantuan/pertolongan, pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri dan pelayanan surat-surat ijin/keterangan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi;

b. Intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian, baik sebagai bagian dan pelayanan surat-surat ijin/keterangan, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam organisasi Polri;

c. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana termasuk fungsi identifikasi dan fungsi labolatorium forensic lapangan dalam rangka penegakan hukum;

d. Kesempataan kepolisian yang meliputi kegiatan patroli, pengaturan, penjagaan dan pengawalan kegiatan masyarakat dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan, dan pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan obyek khusus yang meliputi VIP, pariwisata dan obyek vital/khusus lain dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharaan Kamtibmas;

e. Lalu lintas kepolisian yang meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalulintas termasuk penindakan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalulintas serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka penegakan hukum dan pembinaan keamanan, ketertiban dan kelancaran lalulintas;

f. Kepolisian perairan yang meliputi kegiatan patroli termasuk penaganan pertama terhadap tindak pidana dan pencarian serta penyelamatan kecelakaan di wilayah perairan dan pembinan masyarakat pantai/perairan dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharan keamanan wilayah perairan;

g. Bimbingan masyarakat yang meliputi penyuluhan masyarakat dan pembinaan/pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam

rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan dan terjalinnya hubungan polisi dengan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanan tugas Polri;

h. Pembinaan hubungan kerjasama yang meliputi kerjasama dengan organisasi/lembaga/tokoh kemasyarakatan dan instansi pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam hal otonomi daerah dan pembinaan teknis, koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus serta penyidik pegawai negeri sipil;

i. Fungsi-fungsi lain berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan atau peraturan pelaksanaannya termasuk pelayanan kepentingan msyarakat untuk sementara belum ditangani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang. Pasal-pasal di atas memberi gambaran bahwa fungsi yang dibangun oleh Polri secara mendasar mencakup tiga bidang : penegakan hukum, perlindungan dan pelayanan masyarakaf, serta pembimbingan masyarakat. Seluruh aspek tersebut diterjemahkan dalam tugas-tugas yang terkait dengan tertib hukum dan tegaknya hukum, serta ketenteraman masyarakat. Berkaitan dengan rumusan kesatuan Polres dalam jajaran Polda NAD dibagi menjadi enam tipe, yaitu Polres tipe A1, Polres tipe A1K, Polres tipe A2, Polres tipe B1, Polres tipe B2, Polres Persiapan. Sedangkan untuk kesatuan Polsek dibagi ke dalam empat tipe meliputi Polsek tipe A, Polsek tipe B1, Polsek tipe B2, dan Polsek Persiapan.

Secara teoritis, struktur di atas mengandung implikasi negatif dan positif bagi Polres maupun Polsek. Berimplikasi negatif dalam arti bahwa posisi Polres tidak

memegang otoritas penuh dalam penegakan hukum, sebab Polres masih membawah ke Polda.

Berimplikasi positif, karena Polres mendapatkan dukungan tenaga dalam penegakan hukum, masalah keamanan dan ketertiban masyarakat dalam skala besar dari Polda, demikian pula Polsek mendapat dukungan dari Polres.

Dokumen terkait