BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI
B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Uraian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61.
Dalam melaksanakan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
16
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, peneriman/pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya.
3. Penyuluhan perpajakan.
4. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.
5. Penatausahaan utang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
6. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
7. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
8. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
9. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi.
10. Pembetulan ketetapan pajak
11. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah wilayah Kabupaten Deli Serdang yang memiliki kecamatan sebagai berikut:
1. Kecamatan Bangun Purba 2. Kecamatan Batang Kuis 3. Kecamatan Beringin 4. Kecamatan Biru-Biru 5. Kecamatan Deli Tua 6. Kecamatan Galang
7. Kecamatan Gunung Meriah
8. Kecamatan Hamparan Perak 9. Kecamatan Labuhan Deli 10. Kecamatan Lubuk Pakam 11. Kecamatan Kotalimbaru 12. Kecamatan Namo Rambe 13. Kecamatan Pagar Merbau 14. Kecamatan Pancur Batu 15. Kecamatan Pantai Labu 16. Kecamatan Patumbak 17. Kecamatan Percut Sei Tuan 18. Kecamatan Sibolangit 19. Kecamatan STM Hilir 20. Kecamatan STM Hulu 21. Kecamatan Sunggal
22. Kecamatan Tanjung Morawa
Tabel 2.1
WILAYAH KERJA KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
WASKON KECAMATAN
Waskon I Melayani Permohonan Perpajakan dan Konsultasi untuk seluruh Kecamatan BATANG KUIS
18
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, 2016
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian.
Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam
organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.
KPP Pratama Lubuk Pakam sendiri menerapkan struktur organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Dibawah ini merupakan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam :
1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Penagihan 6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Ekstensifikasi
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 12. Kelompok Jabatan Fungsional
20
E. Uraian Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (Kepala Kantor) Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.
b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
f. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
g. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.
h. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.
i. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.
j. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu : 2.1. Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penetapan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam..
2.2. Bagian Keuangan
Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
2.3. Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi material agar dapat menunjang kelancaran jalannya pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
22
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan.
b. Perekaman dokumen perpajakan.
c. Merekam SSP lembar 3.
d. Merekam SPT Masa PPN.
e. Merekam PPh Pasal 21.
f. Merekam PPh Pasal 23/26.
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat (2).
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
i. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.
j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing.
k. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.
l. Penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perrpajakan.
c. Melakukan penyuluhan perpajakan.
d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan diri Wajib Pajak dan surat-surat lainnya.
e. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas wajib pajak.
g. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan kearsipan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Melakukan kerja sama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan.
b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.
c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.
d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan / Keberatan / Putusan Banding / Pengurangan atau Pembatalan ketetapan pajak dan surat keputusan pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi pada seksi penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.
24
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang selanjutnya akan ditindak lanjuti ke bagian fungsional untuk diperiksa.
7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokuman masuk di seksi ekstensifikasi perpajakan.
b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.
c. Pendataan objek dan subjek pajak.
d. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada seksi ini terdapat Account Representative (AR) yang masing-masing memiliki tugas. Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
b. Pembimbingan / penghimbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.
c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak.
d. Menganalisis kerja wajib pajak.
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
f. Melakukan evaluasi hasil banding.
g. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,.
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
h. Penyuluhan perpajakan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan pemeriksaan kepada wajib pajak yang telah ditetapkan ataupun diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan bertujuan untuk menguji kepatuhan pelaksanaan kewajiban pajak dari wajib pajak untuk selanjutnya diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
F. Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah berjumlah 116 orang yang terdiri dari :
Tabel 2.2. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
No. Uraian Jumlah
1. Kepala Kantor 1
26
2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 11
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12
4. Seksi Pelayanan 18
5. Seksi Penagihan 6
6. Seksi Pemeriksaan 8
7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 10
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 12
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 14
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
12. Fungsional 10
Sumber : Data dari KPP Pratama Lubuk Pakam, 2016
Gambar 2.1. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam
28 BAB III
GAMBARAN TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
A. Pengertian Pajak
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik (publik investment).
2. Mr. Dr. N. J. Feldman
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orng pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
B. Penagihan Pajak
1. Pengertian Penagihan Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan salah satu kunci keberhasialan penerimaan pajak. Hanya saja, ketika Wajib Pajak tidak membayar pajak ataupun belum melunasi pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan diberikan tindakan tegas kepadanya yang diwujudkan dalam bentuk penagihan Pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyenderaan, dan menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan Penagihan Pajak adalah untuk melunasi utang pajak oleh Wajib Pajak.
2. Penagihan Utang Pajak
Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2
30
a. Penagihan Pasif
Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari belum dilunasi, maka 7(tujuh) hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
b. Penagihan Aktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
3. Surat Tagihan Pajak
Yang dimaksud dengan Surat Tagihan Pajak menurut ketentuaUmum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 20 adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak melalui pemeriksaan ataupun penelitian. Surat Tagihan Pajak diterbitkan setelah lewat 1(satu) bulaan sejak masa pajak yang bersangkutan.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hokum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak.
Surat Tagihan Pajak dikeluarkan apabila antara lain : a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.
b. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat.
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau/ bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membayar faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
4. Surat Ketetapan Pajak
Yang dimaksud dengan Surat Ketetapan Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 15 adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak dapat diterbitkan karena berdasarkan pemeriksaan atau penelitan atas data Wajib Pajak, bahwa pajak yang dihitung atau dilaporkan dalm SPT tidak benar, sehingga masih terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar dan pajak yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut.
Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 15, Surat Ketetapan Pajak terbagi atas :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
32
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentuakan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Surat Keputusan Pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak sampai dengan jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahunan Pajak, yang disebabkan oleh :
a. Pemeriksaan atau Keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.
b. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya.
c. Kewajiban pembukuan dan meminjam buku pada saat diperiksa tudak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
5. Surat Teguran
Tindakan awal dari penagihan pajak yaitu dengan penerbitan surat teguran.
Kemudian akan diterbitakan surat peringatan atau surat lain yang sejenis apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Penerbitan Surat Teguran dilakukan sebagai berikut :
a. Dalam hal wajib pajak tudak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKBT), kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan
b. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding.
c. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak
34
Teguran,setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan putusan banding.
d. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.
e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7(tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut.
f. Surat Teguran dalam rangka Penagihan Pajak atas Utang Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB), SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, disampaikan kepada Wajib Pajak, setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
C. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP) 1. Pengertian Surat Paksa
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengab Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
2. Isi Dan Karakteristik Surat Paksa
Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.
a. Dari Segi Isinya
1) Berkepala kata-kata “ Atas Nama Keadilan ” yang dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Pasal 4 disesuaikan bunyinya menjadi “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
2) Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak, keterangan yang cukup beralasan yang menjadi dasar penagihan, serta perintah membayar.
3) Dikeluarkan / ditandatangani oleh pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan / Kepala Daerah.
b. Dari Segi Karakteristik
1) Mempumyai kekuatan hukum yang sama dengan groose dari putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
2) Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
3) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak
(biaya-36
4) Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan dan penyenderaan / pencegahan.
Surat Paksa dalam bahasa hukum disebut sebagai parate Eksekusi (eksekusi langsung), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena surat paksa itu mempunyai kekuatan hukum yang pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan kewajiban mempunyai hak “Parate Eksekusi ”.
3. Penerbitan Surat Paksa
Pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa diterbitkan apabila :
a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
b. Terhadap Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
1. Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.
2. Dasar Penagihan 3. Besarnya Utang Pajak 4. Perintah untuk membayar
4. Fungsi Surat Paksa
Adapun fungsi Surat Paksa adalah sebagai sarana atau alat pembayaran kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2 x 24jam.
Sebagai tindak lanjut untuk mencairkan tunggakan pajak atas tidak dihiraukan penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan penyitaan.
5. Mekanisme Penagihan Pajak
Penagihan Penagihan Pajak disusun secara penjadwalan :
a. 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo, bila utang pajaknya tidak dilunasi, maka kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Teguran.
b. 21 (dua piluh satu) hari setelah diterbitkan surat teguran ternyata masih belum lunas, kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Paksa.
c. Kewajiban pajak sebagaimana terutang dalam Surat Paksa adalah 2 x 24 jam.
d. Dalam hal masih belum terlunasinya utang pajaknya, dapat diterbitkan Surat Perintah untuk mengumumkan tentang pelelangan surat umum.
e. 14 (empat belas) hari setelah dilkukan tagihan dengan surat paksa, bila masih belum melunasinya diterbitkan Surat Perintah untuk mengumumkan tentang pelelangan surat umum.
f. 14 (empat belas) hari setelah pengumuman ternyata masih belum melunasi utang pajaknya, dikenakan sanksi berupa tindakan pelelangan di muka umum.
D. Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
38
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP), yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Peangiham Pajak dengan Surat Paksa.
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagaihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.75/2002 tentang Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak.
4. Surat Edaran Direktur Jendaral Pajak Nomor SE-50/PJ/2010 Tentang Kebijakan Penagihan Pajak.
E. Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanakan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
1. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.
2. Pemberitahuan Surat Paksa Kepada Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud
2. Pemberitahuan Surat Paksa Kepada Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud