LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG WAJIB PAJAK MELALUI SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA LUBUK PAKAM
O L E H
NAMA : MELVA OCHTAPIANY NIM : 132600033
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
penulis berupa rahmat, hidayah serta nikmat kesehatan, kesempatan, kesabaran, dan kreativitas sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tak lupa, penulis mengucapkan shalawat berangkaikan salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga penulis mendapatkan syafaatnya kelak.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
“PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG WAJIB PAJAK MELALUI SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi dan inspirasi kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ii
membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan terutama di bidang perpajakan kepada penulis selama menjajaki masa kuliah.
5. Seluruh Bapak/Ibu Staff Pegawai Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak membantu dan memberikan masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini.
6. Kak Evalin Christy Sihite selaku supervisor lapangan yang bersedia meluangkan waktunya memberikan data-data yang diperlukan dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
7. Kepada pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam yaitu Kepala Seksi Penagihan yang telah meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan dari penulis dan Kepala Seksi Penagihan yang telah bersedia memberikan data yang diperlukan oleh penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
8. Kepada Ayahanda AKP Sapariyono dan Ibunda Anna Maryam Marpaung tercinta yang menjadi inspirasi utama penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, yang tak henti-hentinya mendukung segala hal yang penulis
9. Kepada keempat saudara penulis, Kak Tari, Endang Sri Wahyuni, Muhammad Reza fachrozi dan Desi Fitri Yona yang selalu menyayangi, memberikan semangat, dukungan, dan motivasi kepada penulis yang selalu bertanya kepada penulis kapan wisuda, sehingga penulis semakin termotivasi untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Kepada Keponakan penulis Rizky Karunia yang selalu menghibur dan mewarnai hari-hari penulis.
11. Kepada seluruh rekan-rekan terdekat (Gita Afrilda Theresia, Eva Nola Berutu, Syafira Amaliah, Ridho Nopriansyah, dan Putri Agustina Lubis) yang super oke yang mengajari alaynya pergaulan yang sudah menjadi teman terbaik penulis selama 3 tahun terakhir ini dan yang saling memberikan semangat selama penulisan Laporan Tugas Akhir. Kalian sudah seperti keluarga kedua bagi penulis dan penulis bangga memiliki kalian semua.
12. Kepada Desi Trisnawati, Sari Rahmadani, Sri Mei Suzannah dan Jensya Samosir selaku teman yang paling gokil abis, yang setiap harinya memberikan gangguan, hiburan, dan memotivasi penulis hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini.
13. Seluruh teman–teman seperjuangan dari Tax-A, Tax-B, dan Tax-C 2013 yang
iv
14. Seluruh teman–teman dari organisasi IMPROSAJA (Ikatan Mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan) FISIP USU.
15. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU stambuk 2013 yang selama ini berjuang bersama dalam menuntut ilmu.
Pihak-pihak lain dan seluruh teman-teman yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu lagi, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Medan, Juni 2016 Penulis
Melva Ochtapiany
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Manfaat ... 5
C. Uraian Teoritis ... 7
1. Pengertian Pajak ... 7
2. Penagihan Pajak ... 8
3. Surat Paksa ... 8
4. Dasar Hukum Penagihan Pajak Melalui Surat Paksa ... 8
D. Ruang Lingkup ... 9
E. Metode Penulisan Tugas Akhir ... 9
F. Metode Pengumpulan Data ... 10
G. Sistematik Penulisan Laporan Tugas Akhir ... 11
BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 14
B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 15
C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 16
vi
E. Uraian Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam... 20
F. Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 25
G. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 26
BAB III GAMBARAN TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA A. Pengertian Pajak ... 28
B. Penagihan Pajak ... 29
C. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa(PPSP) ... 34
D. Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ... 37
E. Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ... 38
F. Penagihan Seketika Sekaligus ... 40
G. Penyitaan ... 42
H. Juru Sita Pajak ... 49
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa ... 52
B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 65
C. Cara Penyelesaian Masalah Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 17
Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 25
Tabel 4.1 Jumlah Wajib Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 53 Tabel 4.2 Jumlah Penerbitan Surat Teguran Untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratma Lubuk Pakam ... 54 Tabel 4.3 Jumlah Penerbitan Surat Paksa Untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 55 Tabel 4.4 Jumlah Pembayaran Surat Paksa dan Surat Teguran Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 57 Tabel 4.5 Tabel Klasifikasi Penyuluhan Efektifitas ... 58 Tabel 4.6 Jumlah Pelaksanaan Melakukan Penyitaan Untuk Wajib Pajak
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ... 59
A. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam APBN.
Sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukan pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan perpajakan dari wajib pajak agar wajib pajak mematuhi peraturan yang telah ditentukan dalam undang-undang perpajakan. Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah telah berulangkali melakukan pembaharuan undang-undang perpajakan.
Pada dasarnya, Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar dan memerlukan biaya yang besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.
Sebagai Negara yang berkembang Negara Kesatuan Republik Indonesia, kini tengah mengoptimalisasi pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan bidang ekonomi, sosial budaya, hukum, pertahanan, dan lain sebagainya. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai cita-cita bangsa yang bercantum dalam pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakan rakyatnya secara adil dan makmur.
Dan dalam merealisasikan tujuan tersebut, perlu diingat bahwa pembiayaan yang tidak kecil dan kemandirian Negara sangat dibutuhkan pada kondisi ini.
2
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa, yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu berupa pajak, yang memiliki fungsi membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya banyak dijumpai wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik , terutama dalam hal pembayaran pajak yang terutang. Karena menyadari pentingnya pelaksanaan penagihan pajak sebagai usaha terakhir dalam mengamankan penerimaan Negara.
Kesadaran akan kewajiban untuk membayar pajak tersebut dari wajib pajak sangatlah kurang. Tetapi, karena berlandaskan atas Undang- Undang, penagihan pajak tersebut dapat dipaksakan penagihannya bagi wajib pajak yang tidak mempunyai kesadaran akan kewajibannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan surat paksa.
Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingakatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat di bidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Peran serta masyarakat wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Namun, dalam kenyataannya masih dijumpai adanya utang wajib pajak akibat tidak mau membayar
dan tidak memenuhi peraturan perpajakan. Perkembangan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah yang semakin besar. Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan pencariannya, Namun demikian secara umum penerimaan di bidang pajak semakin meningkat.
Terhadap tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak. Dengan demikian pengkajian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak sangat perlu mendapatkan perhatian.
Saat ini Negara Republik Indonesia menggunakan sistem Self Assesment System dimana Negara memberikan kewenangan terhadap wajib pajaknya untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri kepada Negara yang berlaku sekarang ini maka penagihan pajak yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan merupakan wujud law enforcement untuk meningkatkan kepatuhan yang menimbulkan aspek psikologis baagi Wajib Pajak.
Tindakan penagihan pajak yang selama ini dilaksanakan adalah berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terkhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000.
Dengan demikian, penagihan pajak yang bersifat memaksa ini dilakukan apabila Wajib Pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak
4
pajak (SKP) dilakukan teguran, maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita dengan surat sita dengan pernyataan dan penyerahan secara resmi kepada penanggung pajak. Penagihan pajak dengan surat paksa ini dilakukan oleh juru sita pajak pusat maupun pajak daerah. Jadi, surat paksa dalam penagihan tunggakan pajak ini memiliki peran yang sangat penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses penagihan tunggakan pajak tersebut. Penagihan pajak dengan surat paksa diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi wajib pajak sehingga tidak akan terjadi lagi tunggakan pajak.
Dengan Undang-Undang Penagihan Pajak yang demikian itu diharapkan dapat memberikan penekanan yang lebih pada keseimbangan antara kepentingan masyarakat Wajib Pajak dan Kepentingan Negara. Keseimbangan kepentingan dimaksud berupa pelaksanaan hak dan kewajiban oleh kedua belah pihak yang tidak berat sebelah atau tidak memihak, adil, serasi, dan selaras dalam wujud tata aturan yang jelas dan sederhana serta memberikan kepastian hukum.
Sebagai salah satu syarat dalam penyusunan tugas akhir untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh di bangku perkuliahan pada kondisi di lapangan yang sebenarnya.
Diharapkan PKLM ini dapat memberikan pengetahuan yang praktis mengenai lingkungan kerja beserta aspek-aspek perpajakan yang terdapat di dalamnya.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mencoba menulis laporan tugas akhir dengan judul “Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam’’.
B. Tujuan Dan Manfaat 1. Tujuan
1.1 Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.
1.2 Untuk mengetahui faktor penghambat dalam tata cara pelaksanaan penagihan pajak melalui surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
1.3 Untuk mengetahui dan mencari penyelesaian masalah dalam tata cara pelaksanaan penagihan melalui surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
2. Manfaat
Manfaat proposal judul ini ternyata sangat bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan penulis mengenai tata cara pelaksanaan penagihan utang pajak dengan menggunakan surat paksa.
b. Menarapkan toeri-teori dan ilmu yang telah diterima selama bangku perkuliahan berlangsung.
c. Meningkatkan keahlian berkomunikasi dan sarana peningkatan rasa percaya
6
d. Menciptakan serta menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab profesionalnalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki lingkungan kerja yang sesungguhnya.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pratama Lubuk Pakam
a. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara.
b. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat wajib pajak melalui peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang akhirnya akan mengabdikan ilmu perpajakan kepada masyarakat.
c. Mendapat masukan berupa ide-ide baru, saran dan gagasan bagi Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam menyangkut penanganan masalah perpajakan.
d. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai administrasi perpajakan.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
a. Mendapatkan masukan berupa ide, saran dan gagasan untuk evaluasi kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan bagi penyempurnaan revisi kurikulum.
b. Menghasilkan sumber daya manusia yang lebih profesional dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas yang akan dijalani dalam lingkungan kerja oleh seluruh alumninya.
c. Mempromosikan Universitas Sumatera Utara sebagai penghasil sumber daya manusia yang berkualitas dan layak saing di dunia kerja.
d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa selama masa perkuliahan kedalam dunia kerja khususnya di bidang perpajakan.
C. Uraian Teoritis
Sebelum membahas mengenai tata cara yang digunakan mencari data yang berpotensi perpajakan, maka dalam sub ini akan dikemukakan terlebih dahulu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan judul tersebut diatas.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tata cara adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas, metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.
Berikut ini adalah beberapa teori dasar yang berhubungan dengan judul yang dipilih oleh penulis:
1. Pengertian Pajak
Menurut Dr. Soerparman Soehamidjaja, pajak dalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yaitu dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Pengertian lain mengenai pajak dikemukakan juga oleh Prof.
Dr. P. J. A. Andriani, pajak adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan ) yang terhutang oleh oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
8
Undang dengan pihak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepeluan Negara bagi kemakmuran rakyat.
2. Penagihan Pajak
Sesuai dengan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan surat paksa adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyenderaan, menjual barang yang telah di sita.
3. Surat Paksa
Surat Paksa merupakan salah satu sarana penagihan pajak. Dengan kata lain, sesuai dengan Pasal angka 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa diterbitkan karena jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan.
4. Dasar Hukum Penagihan Pajak Melalui Surat Paksa
Adapun yang menjadi dasar Hukum Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ini, yaitu :
a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
b. Peraturan Menteri Keungan Republik Imdonesia Nomor 85/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
c. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor Se-08/PJ.75/2002 tentang Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak.
d. Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-50/PJ/2010 tentang Kebijakan Penagihan Pajak.
D. Ruang Lingkup
Berdasarkan judul yang telah dipilih oleh penulis, maka penulis akan menentukan ruang lingkup yang menjadi kajian dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini. Ruang lingkup ini untuk membatasi kegiatan yang akan dilakukan agar sebagai ruang lingkup dalam tugas akhir ini, yaitu :
1. Tata cara Penagihan pajak dan cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan pengihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
2. Faktor penghambat proses penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
3. Praktik ini dilakukan pada Seksi Penagihan dengan data base yang digunakan adalah data tahun 2015, 2016.
E. Metode Penulisan Tugas Akhir
Dalam menulis laporan proposal tugas akhir, penulis melakukan metode-metode yang akan digunakan dalam pelaksanaannya penulisan tugas akhir. Adapun Metode
10
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan persiapan mulai dari penentuan tempat atau lokasi penelitian , mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal serta melakukan konsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang, buku, artikel ilmiah, maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Kinerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Didalam tahap ini penulis melakukan peninjauan atau pengamatan langsung.
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data-data Wajib Pajak.
4. Pengumpulan Data
Dalam hal ini penulis mengumpulkan data primer dan skunder yang berhubungan dengan apa yang dikerjakan pada lapangan nanti yang diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan kerja lapangan. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak pendukung seperti laporan, atau dokumen-dokumen.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan yang diperoleh.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam pelaksanaan penyusunan proposal tugas akhir ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok, antara lain :
1. Wawancara (interview Guide)
Yaitu dengan cara melakukan komunikasi dan tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam mengetahui hal- hal yang menjadi objek pembahasan.
2. Metode Pengamatan
Dalam metode ini penulis langsung ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan pengamatan dan pencatatan yang berkaitan dengan Pembuatan laporan tugas akhir.
3. Daftar Dokumentasi
Dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan prosedur atau tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa pada Kantor Pelayanan pembahasan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir
Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan tugas akhir ini maka penulis membaginya ke dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode, metode pengumpilan data serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI
12
Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum objek/lokasi laporan tugas akhir, sejarah singkat, serta srtuktur organisasi dan fungsi masing-masing seksi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
BAB III :GAMBARAN DATA TENTANG PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK MELALUI SURAT PAKSA
Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian-pengertian yang berhubungan dengan masalah yang diangkat sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, Tata Cara atau prosedur pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Undang-Undang pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
BAB IV : ANALISIS EVALUASI
Pada bab ini berisi tentang data-data dan pembahasan-pembahasan mengenai tata cara pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, faktor penghambat pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa, cara penyelesaian masalah dalam tata cara pelaksanaan penagihan pajak sengan surat paksa pada Kantor Pelayan Pajak Pratama Lubuk Pakam yang telah dikumpulkan pada saat pembuatan laporan tugas akhir kemudian dianalisis dan di evaluasi.
BAB V : KESIMPUAN DAN SARAN
Dalam bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh objek pembahasan yang dibahas dalam Laporan Tugas Akhir. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan
yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari objek pembahasan yang terdapat dalam pelaksanaan laporan tugas akhir.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
14 BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (Tax-Reform) dan reformasi birokrasi.
Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak , yang dihimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jalan Diponegoro No. 42-44 Lubuk Pakam sebelum akhirnya pindah ke Jalan Diponegoro No. 30A Medan.
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada dibawah lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Adapun Visi dan Misi dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam sebagai berikut :
Visi
MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH PENGHIMPUN PAJAK NEGARA YANG TERBAIK DI WILAYAH ASIA TENGGARA. Menjadi Kantor Pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan sesuai Ketentuan Perpajakan yang berlaku.
Misi
MENYELENGGARAKAN FUNGSI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN MENERAPKAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SECARA ADIL DALAM RANGKA MEMBIAYAI PENYELENGGARAAN NEGARA DEMI KEMAKMURAN RAKYAT.
B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Uraian tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61.
Dalam melaksanakan tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
16
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, peneriman/pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya.
3. Penyuluhan perpajakan.
4. Pelaksanaan registrasi wajib pajak.
5. Penatausahaan utang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
6. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
7. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
8. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
9. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi.
10. Pembetulan ketetapan pajak
11. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam adalah wilayah Kabupaten Deli Serdang yang memiliki kecamatan sebagai berikut:
1. Kecamatan Bangun Purba 2. Kecamatan Batang Kuis 3. Kecamatan Beringin 4. Kecamatan Biru-Biru 5. Kecamatan Deli Tua 6. Kecamatan Galang
7. Kecamatan Gunung Meriah
8. Kecamatan Hamparan Perak 9. Kecamatan Labuhan Deli 10. Kecamatan Lubuk Pakam 11. Kecamatan Kotalimbaru 12. Kecamatan Namo Rambe 13. Kecamatan Pagar Merbau 14. Kecamatan Pancur Batu 15. Kecamatan Pantai Labu 16. Kecamatan Patumbak 17. Kecamatan Percut Sei Tuan 18. Kecamatan Sibolangit 19. Kecamatan STM Hilir 20. Kecamatan STM Hulu 21. Kecamatan Sunggal
22. Kecamatan Tanjung Morawa
Tabel 2.1
WILAYAH KERJA KPP PRATAMA LUBUK PAKAM
WASKON KECAMATAN
Waskon I Melayani Permohonan Perpajakan dan Konsultasi untuk seluruh Kecamatan BATANG KUIS
18
PANTAI LABU PAGAR MERBAU BERINGIN
PANCUR BATU SIBOLANGIT
Waskon III
SUNGGAL
S.TANJUNGMUDA HULU TANJUNG MORAWA BIRU-BIRU
LABUHAN DELI
S.TANJUNGMUDA HILIR GUNUNG MERIAH
Waskon IV
HAMPARAN PERAK LUBUK PAKAM NAMO RAMBE GALANG
BANGUN PURBA KOTALIMBARU PETUMBAK
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, 2016
D. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta hubungan antar bagian.
Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam
organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.
KPP Pratama Lubuk Pakam sendiri menerapkan struktur organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Lubuk Pakam dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang secara operasional bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Dibawah ini merupakan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam :
1. Kepala Kantor 2. Sub Bagian Umum
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Penagihan 6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Ekstensifikasi
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 12. Kelompok Jabatan Fungsional
20
E. Uraian Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (Kepala Kantor) Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah.
b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pelaksanaan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
f. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
g. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.
h. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.
i. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.
j. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu : 2.1. Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penetapan berkas, penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian, dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam..
2.2. Bagian Keuangan
Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan dana dan melakukan urusan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
2.3. Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dari segi material agar dapat menunjang kelancaran jalannya pekerjaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
22
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan.
b. Perekaman dokumen perpajakan.
c. Merekam SSP lembar 3.
d. Merekam SPT Masa PPN.
e. Merekam PPh Pasal 21.
f. Merekam PPh Pasal 23/26.
g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat (2).
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
i. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.
j. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filing.
k. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG.
l. Penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perrpajakan.
c. Melakukan penyuluhan perpajakan.
d. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan diri Wajib Pajak dan surat- surat lainnya.
e. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya.
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas wajib pajak.
g. Melaksanakan urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan kearsipan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Melakukan kerja sama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi penagihan.
b. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.
c. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.
d. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan / Keberatan / Putusan Banding / Pengurangan atau Pembatalan ketetapan pajak dan surat keputusan pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi pada seksi penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut : a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan.
24
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang selanjutnya akan ditindak lanjuti ke bagian fungsional untuk diperiksa.
7. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pemrosesan dan penatausahaan dokuman masuk di seksi ekstensifikasi perpajakan.
b. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.
c. Pendataan objek dan subjek pajak.
d. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Pada seksi ini terdapat Account Representative (AR) yang masing-masing memiliki tugas. Tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
b. Pembimbingan / penghimbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.
c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak.
d. Menganalisis kerja wajib pajak.
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
f. Melakukan evaluasi hasil banding.
g. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi,.
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
h. Penyuluhan perpajakan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan pemeriksaan kepada wajib pajak yang telah ditetapkan ataupun diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan bertujuan untuk menguji kepatuhan pelaksanaan kewajiban pajak dari wajib pajak untuk selanjutnya diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
F. Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah berjumlah 116 orang yang terdiri dari :
Tabel 2.2. Jumlah Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
No. Uraian Jumlah
1. Kepala Kantor 1
26
2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal 11
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 12
4. Seksi Pelayanan 18
5. Seksi Penagihan 6
6. Seksi Pemeriksaan 8
7. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 10
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 12
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 14
11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
12. Fungsional 10
Sumber : Data dari KPP Pratama Lubuk Pakam, 2016
Gambar 2.1. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam
28 BAB III
GAMBARAN TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
A. Pengertian Pajak
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk simpanan publik (publik investment).
2. Mr. Dr. N. J. Feldman
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
3. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orng pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
B. Penagihan Pajak
1. Pengertian Penagihan Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan salah satu kunci keberhasialan penerimaan pajak. Hanya saja, ketika Wajib Pajak tidak membayar pajak ataupun belum melunasi pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan diberikan tindakan tegas kepadanya yang diwujudkan dalam bentuk penagihan Pajak.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Penagihan Pajak adalah merupakan serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyenderaan, dan menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan Penagihan Pajak adalah untuk melunasi utang pajak oleh Wajib Pajak.
2. Penagihan Utang Pajak
Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis dapat dilakukan dengan 2
30
a. Penagihan Pasif
Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT), Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari belum dilunasi, maka 7(tujuh) hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran.
b. Penagihan Aktif
Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
3. Surat Tagihan Pajak
Yang dimaksud dengan Surat Tagihan Pajak menurut ketentuaUmum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 20 adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak melalui pemeriksaan ataupun penelitian. Surat Tagihan Pajak diterbitkan setelah lewat 1(satu) bulaan sejak masa pajak yang bersangkutan.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hokum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak.
Surat Tagihan Pajak dikeluarkan apabila antara lain : a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.
b. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat.
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau/ bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membayar faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
4. Surat Ketetapan Pajak
Yang dimaksud dengan Surat Ketetapan Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 15 adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak dapat diterbitkan karena berdasarkan pemeriksaan atau penelitan atas data Wajib Pajak, bahwa pajak yang dihitung atau dilaporkan dalm SPT tidak benar, sehingga masih terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar dan pajak yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut.
Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 15, Surat Ketetapan Pajak terbagi atas :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
32
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentuakan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Surat Keputusan Pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak sampai dengan jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahunan Pajak, yang disebabkan oleh :
a. Pemeriksaan atau Keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar.
b. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya.
c. Kewajiban pembukuan dan meminjam buku pada saat diperiksa tudak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
5. Surat Teguran
Tindakan awal dari penagihan pajak yaitu dengan penerbitan surat teguran.
Kemudian akan diterbitakan surat peringatan atau surat lain yang sejenis apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo.
Penerbitan Surat Teguran dilakukan sebagai berikut :
a. Dalam hal wajib pajak tudak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKBT), kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan
b. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding.
c. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak
34
Teguran,setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan putusan banding.
d. Dalam hal Wajib Pajak menyetujui jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.
e. Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan untuk hadir oleh Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7(tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut.
f. Surat Teguran dalam rangka Penagihan Pajak atas Utang Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB), SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, disampaikan kepada Wajib Pajak, setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
C. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (PPSP) 1. Pengertian Surat Paksa
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengab Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
2. Isi Dan Karakteristik Surat Paksa
Surat Paksa dapat ditinjau dari 2 (dua) segi, yaitu segi isinya dan segi karakteristiknya.
a. Dari Segi Isinya
1) Berkepala kata-kata “ Atas Nama Keadilan ” yang dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Pasal 4 disesuaikan bunyinya menjadi “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
2) Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak, keterangan yang cukup beralasan yang menjadi dasar penagihan, serta perintah membayar.
3) Dikeluarkan / ditandatangani oleh pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan / Kepala Daerah.
b. Dari Segi Karakteristik
1) Mempumyai kekuatan hukum yang sama dengan groose dari putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
2) Mempunyai kekuatan hukum yang pasti.
3) Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya-
36
4) Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan dan penyenderaan / pencegahan.
Surat Paksa dalam bahasa hukum disebut sebagai parate Eksekusi (eksekusi langsung), yang berarti bahwa penagihan pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa melalui proses Pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena surat paksa itu mempunyai kekuatan hukum yang pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan kewajiban mempunyai hak “Parate Eksekusi ”.
3. Penerbitan Surat Paksa
Pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, Surat Paksa diterbitkan apabila :
a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
b. Terhadap Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
1. Nama Wajib Pajak, atau Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak.
2. Dasar Penagihan 3. Besarnya Utang Pajak 4. Perintah untuk membayar
4. Fungsi Surat Paksa
Adapun fungsi Surat Paksa adalah sebagai sarana atau alat pembayaran kepada penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 2 x 24jam.
Sebagai tindak lanjut untuk mencairkan tunggakan pajak atas tidak dihiraukan penerbitan Surat Paksa maka aparatur pajak akan melaksanakan penyitaan.
5. Mekanisme Penagihan Pajak
Penagihan Penagihan Pajak disusun secara penjadwalan :
a. 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo, bila utang pajaknya tidak dilunasi, maka kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Teguran.
b. 21 (dua piluh satu) hari setelah diterbitkan surat teguran ternyata masih belum lunas, kepada Wajib Pajak diterbitkan Surat Paksa.
c. Kewajiban pajak sebagaimana terutang dalam Surat Paksa adalah 2 x 24 jam.
d. Dalam hal masih belum terlunasinya utang pajaknya, dapat diterbitkan Surat Perintah untuk mengumumkan tentang pelelangan surat umum.
e. 14 (empat belas) hari setelah dilkukan tagihan dengan surat paksa, bila masih belum melunasinya diterbitkan Surat Perintah untuk mengumumkan tentang pelelangan surat umum.
f. 14 (empat belas) hari setelah pengumuman ternyata masih belum melunasi utang pajaknya, dikenakan sanksi berupa tindakan pelelangan di muka umum.
D. Dasar Hukum Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
38
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP), yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Peangiham Pajak dengan Surat Paksa.
2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 85/PMK.03/2010 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagaihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.75/2002 tentang Pemeriksaan Untuk Tujuan Penagihan Pajak.
4. Surat Edaran Direktur Jendaral Pajak Nomor SE-50/PJ/2010 Tentang Kebijakan Penagihan Pajak.
E. Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanakan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.
1. Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.
2. Pemberitahuan Surat Paksa Kepada Penanggung Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan membacakan isi Surat Paksa oleh juru sita
pajak dan dituangkan dalam Berita Acara sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa telah diberitahukan
3. Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya berisi hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa serta ditandatangani oleh Jurusita Pajak dan Penanggung Pajak.
Surat Paksa terhadap Orang Pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada:
1. Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memeungkinkan.
2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja ditempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai.
3. Seorang ahli atau salah seorang ahli atau pelaksanaan wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi; atau
4. Ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.
Surat Paksa terhadap Badan diberitahukan oleh Jurusita pajak:
1. Pengurus meliputi Direksi, Komisaris, pemegang saham pengendali atau mayoritas untuk perseroan terbuka, pemegang saham untuk perseroan tertutup, dan orang yang nyata-nyata mempunyai keputusan dalam menjalankan perseroan, untuk
40
2. Kepala Perwakilan, kepala cabangvatau penanggung jawab, untuk Bentuk Usaha Tetap.
3. Pemilik modal, atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusahaan, untuk badan usaha lainnya seperti kontrak investasi kolektif, persekutuan, firma, dan perseroan komanditer.
4. Ketua atau yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan, untuk yayasan.
5. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3, angka 3, dan angka 4
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas, atau Balai Harta Peninggalan. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan atau likuidator.
Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, Surat Paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa.
F. Penagihan Seketika Sekaligus
Yang dimaksud dengan Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 24/PMK/.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan
Seketika dan sekaligus yaitu tindakan Penagihan Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penaggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
Jurusita pajak melaksanakan penagihan Seketika dan sekaligus tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yan diterbitkan oleh Pejabat apabila :
1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu.
2. Penanggung Pajak memindah tangankan brang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yan dilakukannya di Indonesia.
3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penangung Pajak akan membubarkan badan usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang di miliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
4. Badan Usaha yang dibubarkan oleh Negara;atau
5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Penyampaian Surat Perintah
42
kepada kepada Penanggung Pajak. Surat Perintah Penagihan seketika dan sekaligus sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak 2. Besarnya Utang Pajak
3. Perintah untuk membayar; dan 4. Saat pelunasan pajak
G. Penyitaan
Menurut Undang-Undang 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada pasal 1 anagka (14), penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang- undangan. Penyitaan dilaksankan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.
Tujuan penyitaan itu sendiri adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari Penangun Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksankan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tingal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau ditempat lain sekalipun penguasaannya berada di tangan pihak lain.
1. Objek Sita
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, berdasarkan Pasal 14, penyitaan meliputi :
1. Penyitaan dilaksankan terhadap barang milik Peanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa :
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasa, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dengan rincian sebagai berikut :
1) Semua barang bergerak yang ada dirumah Penanggung Pajak seperti : - Perkakas rumah tangga (lemari, meja, dan kursi, dan sebagainya)
- Barang-barang mewah (televisi, lemari es, tape recorder, kompor gas dan sebagaimana)
- Barang-barang perhiasan (kalung, gelang, cincin dari emas, berlian dan batu permata lainnya)
- Uang tunai (termasuk surat-surat berharga)
- Kenderaan (mobil, sepeda motor, vespa, sepeda, dan sebagainya) - Lain-lainnya (lukisan, jam dinding, radio dan sebagainya)
2) Semua barang bergerak yang ada ditoko Penanggung Pajak, seperti :
44
- Barang dagangan (baik yang berada di toko tersebut maupun yang berda di gudang)
- Barang-barang investasi toko (lemari, meja, kursi, mesin tik, kenderadanan dan sebagainya)
3) Semua barang gerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak, seperti : - Persedia barang jadi maupun bahan baku, barang-barang inventaris perusahaan
lainnya, termasuk kenderaan bermotor, mesin tik dan sebagainya 4) Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak, seperti:
- Investasi kantor (mesin tik, meja, kursi, lemari besi, dan alat kantor lainnya) - Kenderaan bermotor (mobil, sepeda motor, vespa, dan sebagainya)
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan,dengan rincian sebagai berikut:
1) rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebagainya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan/dikontrakkan kepada orang lain.
2) Kebun, sawah, dan sebagainya baik yang ditempati/dikerjakan sendiri maupun yang disewakan/dikerjakan orang lain.
2. Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun ditempat lain.
3. Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
4. Hak lainnya yang dapat disita selesai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2. Pengecualian Objek Sita
Berdasarkan ketentuan pada pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Peangihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang Penanggung Pajak yang tidak boleh disita yaitu :
a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarganya yang menjadi tanggungannya.
b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah.
c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas.
d. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksankan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp.20.000.000 (dua puluh juta).
e. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
3. Surat Perintah Melaksankan Penyitaan
46
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Pejabat untuk melaksanakan penyitaan. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak dalam jangka waktu 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan, Pejabat menerbitkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan.
Penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat. Pejabat yang dimaksud di sini dalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, Penentuan Harga limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyrnderaan dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau utang pajak menurut Undang-Undang Peraturan Daerah.
4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Jurusita Pajak untuk melunasi utang Pajak dan biaya penagihan pajak.
Untuk tahap-tahap pelaksanaan penyitaan tersebut terbagi menjadi 6 bagian yaitu : a. Penyitaan terhadap perhiasan emas, permata dan sejenisnya, dilaksanakan sebagai
berikut :
1) Membuat rincian tentang jenis, jumlah, dan harga perhiasan yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.
2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita
b. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing, dilaksanakan sebagai berikut :
1) Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita.
2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.
3) Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel sita dan kemudian menitipkannya pada Peanggung Pajak atau menitipkannya pada bank.
c. Penyitaan terhadap kekayaan Peanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan,dilaksanakan sebagai berikut :
1) Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaiannya Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
2) Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Pejabat dan membuat Berita Acara Pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak.
3) Jurusita Pajak setalah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada Jurusita Pajak.
48
4) Dalam hal Penanggung Pajak tidak memberikan kuasa kepada bank, Pejabat meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank yang dimaksud.
5) Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui, Jurusita Pajak melaksanakan Penyitaan dan membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, menyampaikan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kepada Penanggung Pajak dan bank yang bersangkutan.
6) Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.
7) Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap kekayaan Penanggung Pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran .
d. Penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksankan sebagai berikut :
1) Melakukan inventaris dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai nominal atau perkiraan nilai lainnya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksaan Sita.
2) Membuat Berita Acara Pelaksanaan Cerita
3) Membuat berita Acara pengalihan hak surat berharga atas nama dari Penanggung Pajak.