• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Di lakukan Oleh Juru Sita Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Di lakukan Oleh Juru Sita Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

PROSES PELAKSANAAN PENYITAAN YANG DILAKUKAN OLEH JURU SITA PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK

PAKAM

OLEH

NAMA : YURISA MARIANTI NIM :122600083

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………i

DAFTAR ISI ………..iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri…………...3

C. Uraian Teoritis………...4

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri………...12

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri...…..13

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri…………..14

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Lubuk Pakam………...16

B. Struktur Organisasi KPP Lubuk Pakam………...20

C. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Lubuk Pakam ………...21

(3)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Barang –Barang yang Termasuk Pemyelesaian dan Pengecualianya….27

B. Tugas dan Fungsi Juru Sita………..29

C. Prosedur Pemyitaan Oleh Juru Sita Pajak………...30

D. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap Barang Sitaan………..33

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA A. Pengeluaran Surat Teguran………...47

B. Pengeluaran Surat Paksa ………...48

C. Pengeluaran Melakukan SPMP………...50

D. Lelang………...52

E. Wawancara………...57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………...59

B. Saran………...60

DAFTAR PUSTAKA

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb

Tiada kata yang patut di ucapkan selain puji dan syukur kehadirat Illahi Rabbi Tuhan pemilik alam , atas bimbingan , rahmat , taufik serta hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Di lakukan Oleh Juru Sita Pajak Di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam” untuk memenuhi sebagian syarat-syarat

di nyatakan lulus Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas pada Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini , penulis menyadari sepenuhnya bahwa bahasa yang di gunakan dalam laporan Tugas Akhir ini masih belum

sempurna dan banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang di sebabkan keterbatsan kemampuan serta pengalaman penulis , maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak/Ibu dosen pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan maupun dari segala pihak untuk dapat memberikan saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya penulisan laporan Tugas Akhir ini Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina,S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

4. Seluiruh dosen/staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan sejak dari tingkat persiapan hingga selesainya Tugas Akhir ini.

5. Kepala kantor, Kepala seksi, dan seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terkhusus Kepala Seksi Penagihan Bapak Marihot Pahala Siahaan dan staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset dalam menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

6. Teristimewa kepada orang tua penulis Bapak Yubaharuddin dan Ibu Gusniar yang senantiasa memberikan perhatian dan doanya, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.

7. Kepada abang dan kakak ku Yuhardika Suharja,Yuda Mandra Wijaya,dan Nurul Islami yang telah memberikan dukungan doa kepada penulis.

(6)

9. Teman-teman mahasiswa/i di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan kelas B, terkhususnya sahabat-sahabatku tersayang Annisa Burley Muslimah, Fitriani Desy si perebut cinta, Crishtianti Kharinnisa, Aida Alvi, Octa Daniel Ldr , Winny Mabib Gasution, dan Yohana Yembise yang telah membantu dan menemani dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

10. Sahabat-Sahabat ku bilangan jamin Ginting Delvira Siregar dan Fitria Melfrinda yang selalu mendukung, Memberikan semangat dan mendoakan saya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Atas bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima selama ini, penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 27 Juni 2015

Penulis

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

(8)

terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak walaupun nantinya manfaat dari membayar pajak tidak dapat dirasakan masyarakat secara langsung, maka dari itu diperlukan suatu penanganan dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan perpajakan dalam memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi maksimalnya.

Sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan yang sangat signifikan dalam hal perpajakan yaitu ketika terjadinya reformasi sistem perpajakan pada tahun 1983. Sejak saat itu , sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu official assesment system menjadi self assesment system. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

(9)

barang-barangnya yang akan di sita oleh juru sita pajak, sehinggga terjadi upaya hukum yang tidak sesuai dengan penyelesaiaan sengketa pajak. Maka itu diperlukan peningkatan kewaspadaan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh wajib pajak, seperti menghilangkan, mengalihkan dan atau menyembunyikan barang-barang yang akan disita (Sihaloho,2004).Maka dari itu tugas akhir ini akan menganalisa pelaksanaan terhadap barang sitaan sesuai dengan prosedur ketentuan perundang-undangan.

Menjelaskan batasan-batasan juru sita pajak dalam melakukan tugasnya,sehingga tugas akhir ini diberi judul “ Proses Pelaksanaan Penyitaan Yang Dilakukan Oleh Juru Sita Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam “

B. Tujuan Dan ManfaatPraktikKerjaLapanganMandiri(PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri untuk:

1.1 Agar dapat mengetahui proses prosedur pelaksanaan penyitaan, sehingga wajib pajak terhindar dari kekecewaan.

1.2 Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi proses penyitaan pajak. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

2.1 BagiMahasiswa

a. Untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai proses pelaksanaan penyitaan pajak.

(10)

c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja.

2.2 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

a. Untuk meningkatkan hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi

pemerintahan yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. b. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang

dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara (FISIP USU).

c. Mendapat masukan dan sarana untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum baru.

2.3 Bagi Instansi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

a. Untuk meningkatkan kualitas generasi muda dengan Praktek Kerja Lapangan Mandiri jangkapendek.

b. Instansi dapat dilihat perkembangan ilmu pengetahuan yang sekarangditerapkan khususnya tentang perpajakan.

c. Sebagai sarana menciptakan hubungan yang baik dengan pihak d. Universitas Sumatera Utara khususnya di Program Studi Diploma III

(11)

C. Uraian Teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Pengertian pajak

Pengertian pajak menurut Soemitro (Suandy , 2000) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) , yang langsung dapat di tunjukan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum dengan penjelasan bahwa arti dari dapat dipaksakan adalah bila utang pajak tidak dibayar , utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan , seperti surat paksa dan sita , dan juga penyanderaan terhadap pembayar pajak tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu , seperti halnya dengan retribusi .

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 disebutkan, “pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa terhadap undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluannegara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat dengan pengertian pajak yaitu:

1.1 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapertasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.

(12)

1.3 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai publik investment yaitu pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

1.4 Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.

1.5 Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2. Jenis Pajak Menurut Golongan,Sifat,dan Menurut Lembaga Pemungutannya

( Ilyas , 2007)

2.1Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan

(13)

2.2Menurut sifat pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Brang Mewah

2.3Menurut lembaga pemungut pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.

3.Fungsi Pajak

Berikut ini adalah fungsi pajak (Ilyas ,2007)

(14)

Artinya pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri

3.2Fungsi Regularend (Mengatur)

Yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

4. Tata Cara Pemungutan Pajak (Ilyas , 2007)

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, atas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.

4.1Stelsel Pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, yaitu:

a. Stelsel Nyata (rill stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang ssesungguhnya telah dapat diketahui, kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan rill diketahui).

(15)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, sebagai contoh: penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk yahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut knyataan lebih besar dan pada pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

4.2Asas Pemungutan Pajak, terdiri dari tiga asas, yaitu: a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayhnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam negeri. b. Asas Sumber

(16)

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 4.3Sistem Pemungutan Pajak antara lain:

a. Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

 Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.  Wajib pajak bersifat pasif

 Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketettapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak

sendiri.

 Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri

pajak yang terutang.

 Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

(17)

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menetukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

5. Pengertian penyitaan

(18)

hal penyitaan WP/penanggung pajak tidak mengakibatkan penundaan kewajiban membayar/melunasi pajak terutang atau kurang bayar.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam tugas akhir ini ruang lingkup yang akan dibahas oleh penulis adalah:

1. Jenis barang yang dapat disita atau tidak dapat disita oleh pihak fiskusatau aparatur pajak melalui juru sita pajak.

2. Tugas dan Fungsi juru sita pajak.

3. Prosedur penyitaan sesuai dengan Undang-Undang pajak yang berlaku. 4. Proses pelaksanaan penyitaan terhadap barang-barang sitaan .

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM)

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan mahasiswa/i sebelum terjun langsung melakukan Praktek Kerja Lapangan Mandiri, yaitu:Pengajuan judul, penentuan judul, pengajuan proposal tentang judul yangakan diajukan kepada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,penentuan tempat Praktek Kerja Lapangan Mandiri dan seminar proposal hingga mendapat suratkeputusan untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan Mandiri.

2. Studi Literatur

(19)

perUndang-undangan perpajakan, Peraturan Pemerintahan, surat edaran Direktorat Jendral Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari majalah, surat kabar,cetak-cetakan maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan Mandiri.

3. Studi Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi untuk mencari data-data serta informasi-informasi dengan mengikuti Praktek Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama serta mempelajari laporan-laporan yng berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan untuk mencari 4.1 Data primer – Wawancara

4.2 Pengamatan 4.3 Dokumentasi 5. Analisis dan Evaluasi

(20)

F. MetodePengumpulan Data

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu kegiatan yang mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegwai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan Praktek Kerja lapangan Mandiri.

2. Metode Observasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan secara langsung maupunn tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati mendengar, dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan mermberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

3. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah dipeloreh dari instansi.

G. SistematikaPenulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Agar penulisan tugas akhir ini tertera dan sistematis, maka penulisan membatasi luas pembahasan yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

(21)

Mandiri,ruang lingkup , metodologi penelitian, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

LUBUK PAKAM

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Dan juga menguraikan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri meliputi jenis dan bentuk kegiatan Pratek Kerja Lapangan Mandiri, prosedur, kendala-kendala yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya.

BAB III : GAMBARAN UMUM PENYITAAN PAJAK

Menguraikan tentang pengertian dan ketentuan-ketentuan yang diaturdalam peraturan perundang-undangan perpajakan , khususnya pelaksanaan penyitaan.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis mengemukakan analisa data dan evaluasi terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ini merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian, dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yan gberisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

A.Sejarah Umum KPP Pratama Lubuk Pakam

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax-reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak , yang diimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratma. Salah satunya adalah KPP Pratama Lubuk Pakam yang terletak di Jalan Diponegoro no. 42-44 Lubuk Pakam sebelu akhirnya pindah ke Jalan P. Diponegoro No. 30 A Medan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.785/KMK.01/1993 tertanggal 3 agustus 1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah

menjadi 4 (empat) wilayah kerja yaitu;

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

(23)

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi

pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu

diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor

operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk

memudahkan wajib pajak , ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan

Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan

dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP

Pratama).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utarat I (Kanwil Sumut I)

akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki Kantor

Pelayanan Pajak Pratama. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP

konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP

konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:

1. KPP Pratama Medan Belawan

2. KPP Pratama Medan Barat

3. KPP Pratama Medan Polonia

4. KPP Pratama Medan Kota

5. KPP Pratama Medan Timur

6. KPP Pratama Binjai

Dua KPP baru yang dibentuk adalah:

(24)

2. KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan

Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II. Sejak

dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu, maka Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Lubuk Pakam dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-95/PJ/2008 tanggal 27 Mei 2008 tentang Saat Mulai Operasi (SMO) KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I, KPP Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008. KPP Pratama Lubuk Pakam berada di bawah lingkungan Kanwil DJP Sumatera Utara I yang membawahi seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang

Visi:

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara

Misi:

(25)

Nilai-nilai Kementerian Keuangan

1. Integritas

2. Profesionalisme

3. Sinergi

4. Pelayanan

5. Kesempurnaan

1. Letak Geografis kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(26)

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam .

2. Wilayah-wilayah Kerja KPP Pratama Lubuk Pakam

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah: 1. Sunggal 6. Lubuk Pakam

2. Labuhan Deli 7. Gunung Meriah 3. Pancur Batu 8. Percut Sei Tuan 4. Deli tua 9. STM Hulu 5. Beringin 10. Galang

11. Bangun Purba 17. Hamparan Perak 12. Kutalimbaru 18. Patumbak 13. Namorambe 19. Sibolangit 14. Batangkuis 20. Sibiru-biru 15. Tanjung Morawa 21. Pantai Labu 16. Pagar Merbau 22. STM Hilir

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam

(27)

KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor KPP Lubuk Pakam terdiri dengan sembilan (8) seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi.

Struktur Organisasi yang ada di KPP Lubuk Pakam dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Kepala Kantor 2. Sub. Bagian Umum

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pelayanan

5. Seksi Penagihan 6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Ekstensifikasi

8. Seksi Pengawasan dan konsultasi (Waskon I,II,III) 9. Kelompok jabatan fungsional

C. Tugas dan Fungsi KPP Lubuk Pakam

1. Tugas

(28)

bidang perpajakan. Bidang tersebut adalah PPh, PPN, PPnBM, PBB, PTLL, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi KPP Lubuk Pakam adalah :

1.1 Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : a. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan di bidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuangan untuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam.

c. Bagian Rumah Tangga

(29)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi di pimpin oleh seorang kepala seksi yang tugasnya mengkoordinir urusan pengolahan data dan penyajian informasi pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geogarafi (SIG), serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

(30)

angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. 5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) I, II, III

Seksi Pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib pajak, analisis kinerja Wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding. 8. Kelompok Jabatan Fungsional

(31)

Ketua Tim, dan Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok Fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok tersebut di koordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan .

2. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan fungsi:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan/pengolahan Surat Pemberitahuan, dan penerimaan surat lainnya.

c. Penyuluhan perpajakan

d. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

e. pelaksanaan pemeriksaan pajak

(32)

g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

h. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi

(33)

D. Gambaran Pegawai / Karyawan / Anggota Personil

Seksi Pengolahan Data Dan Informasi

Parlagutan Simatupang

060065045

Kepala KPP Pratama Lubuk pakam Faisal Fatahillah

Seksi Pelayanan Elizabeth Martha Uli

060084635 19 pegawai Seksi Penagihan Marihot pahala Siahaan O60083268 4 Pegawai Seksi Pengawasan dan konsultasi I

Listyanto Budi Prasojo 060078334

Seksi pengawasan dan konsultasi II

Lenny Sarah S 060089378 12 Pegawai

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Charles Napitupulu

060069784

Seksi Pengwasan dan Konsultasi III Rudi hartono Tarigan 060089088 Seksi Pemeriksaan Tabah Wolmen Silalahi 060091560 Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal Pejabat tidak ada

9 P i

(34)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Barang-Barang yang Termasuk Penyitaan dan Pengecualiannya

1.Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14 ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa : 1.1 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka,

tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

1.2 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. 2. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 2.1 Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:

(35)

• Barang-barang perhiasan(kalung,cincin,gelang dari emas,berlian dan batu

permata lainnya)

• Uang tunai(surat-surat berharga)

• Kendaraan(mobil,sepeda motor,sepeda dan sebagainya) • Lain-lainnya(jam dinding,lukisan,radio dan sebagainya)

3.Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:

Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

3.1 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

3.2 Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

3.3 Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas. d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dankeilmuan.

(36)

B. Tugas dan Fungsi Juru Sita Pajak

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh jurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyan deraan.

Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000,adalah :

“Pasal 5, Jurusita bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahukan surat paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.

(37)

tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank atau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan Keputusan Kepala Daerah.

C.Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak

Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhi kriteria atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000 :

1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ; 3. Berbadan sehat

4. Lulus pendidikan dan latihan juru sita pajak

(38)

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama atau cara apapun juga,tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan serta mengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang Dasar1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur menegakkan hukum dan keadilan.”

(39)

a. Juru sita pajak dapat meminta bantuan kepada polisi, kejaksaan, departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanan nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain .

b. jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal penanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita pajak.

Juru sita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila:

a. Meninggal dunia b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya d.Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melakukan perbuatan tercela

(40)

Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut: membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita.

D. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap barang-barang sitaan

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita dan menyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnya ditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak atau menitipkannya kepada bank.

(41)

memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada juru sita pajak . Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank . Pejabat meminta kepada gubernur bank indonesia melalui menteri keuangan untuk memerintah bank , memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat . Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui , juru sita pajak melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yang bersangkutan .

Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih besar dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.

(42)

melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak . Pencabutan sita dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajakatas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEDAM) dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penaggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.

(43)

Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bias ditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawasan pasar modal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggung pajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yang diperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedagang efek anggota bursa atas permintaan pejabat.

Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran pelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yang kemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggung pajak pada pejabat.

(44)

Penyitaan tambahan dapat dilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya.

1. Pelaksanaan Penyegelan

Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalam rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, atau dipindah bukukan.

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.Segel sita sekurang-kurangnya memuat “disita”.NOMOR dan TANGGAL BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA . Larangan untuk memindah tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.

(45)

kepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang . Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap pelaksanaan perintah melaksanakan penyitaan .

2. Pencabutan Sita

Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acara pelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disitakepada penanggung pajak.

Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasi pajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau bersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.

Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :

a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yang disamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada ban kyang bersangkutan. b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan

(46)

c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan pengalihan hak atas menagih piutang .

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait serta membuat akte pembatalan penagihan hak.

3. Pelaksanaan Penyanderaan

Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak selain dari pada barang-barang milik penanggung pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. Penyandraan hanya dapat dilakukan terhadap penangung pajak yang :

a. Mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yang meliputi seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakan syarat kuantitatif dan sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidak ditujukan kepada penanggung pajak yang berpenghasilan kecil.

(47)

cukup barang yang disita untuk jaminan pelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa penanggung pajak akan melarikan diri .

Penyanderaan terhadapat penanggung pajak sebagimana dimaksud dalam uraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat setelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusatatau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau kepada gubernur untuk penagihan pajak daerah.Namun dalam hal pejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum ditunjukan maka atasan pejabat dapat mengajukan permohonan izin penyanderaan. Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak yang akan disandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan penagihan pajak yangtelah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajak diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.

Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika setelah diterimanya izin tertulis dari meteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah.Surat perintah penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan, izin penyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.

(48)

masyarakat,mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan pengawasan yang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud dibentuk,penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan terpisah dari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak sebagaimanayang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hakazasi manusia . Ketentuan yang akan ditetapkan dalam keputusan bersama menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hak azasi manusia, antara lain mengenai :

• Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah

tahananNegara.

• Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama dalam

penyanderaan.

• Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat. • Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

• Tata tertib yang dilakukan terhadap penanggung pajak yang disandera.

(49)

dalam hal penyanderaan melarikan diri penentuan lamanya penyaderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnya jumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkan dengan itikad tidak baik dengan penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya .

Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala setempat penyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian atau kejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui tersebut,termasuk dalam pengertian menghadirkan penanggung pajak untuk mencari,menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk selanjutnya diserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.

(50)

dan saksi-saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat utama sahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita acara penyanderaan paling sedikit memuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas jurusita pajak yang disandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas penyanderaan,salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan.Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).

Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disanderadan diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biaya penyanderaan antara lain, biaya hidup selama dalam penyanderaan dalam rumah tahanan Negara. Biaya penyanderaan merupalan salah satu biaya penagihan yang harus ditanggung oleh penanggung pajak yang disandera.Selama dalam penyanderaan penanggung pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempat penyanderaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,mendapat makanan yang layak, termasuk kiriman dari keluarga.Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas baiaya penanggung pajak yang di sandera, serta menerima kunjungan darikeluarga, pengacara, sahabat, dokter pribadi atas biaya sendiri, rohaniawan.

4. Pencabutan Penyanderaan

(51)

jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau berdasarkan pertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur.

Menteri keuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak mengatakan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang disampaikan, tidak melaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan tempat penyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita sakit berat sehingga memerlukan perawatan dalam jangka waktu yang lama diluar tempat penyanderaan . Serta memberitahukan secara tertulis kepada kepala daerah ditempat wilayah penyanderaan dilakukan dan sebaliknya kepala daerah wilayah dilaksanakannya penyanderaan segera memberitahukan secara tertulis kepada pejabat apabila penanggung pajak telah dilepas dari penyanderaan .

Penanggung pajak yang melarikan diri dari tempat penyanderaan dalam masa penyanderaan, disandera kembali berdasarkan surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkan terhadapnya masa penyanderaan kembali adalah sama dengan masa penyanderaan menurut surat perintah penyanderaan dahulu diterbitkan terhadapnya dengan memperhitungkan masa penyanderaan yang telah dijalani sebelumnya penanggung pajak melarikan diri. Penyanderaan tetap dapat dilaksanakan penanggung pajak yang talah dilakukan pencegahan penyanderaan.

(52)

Dalam pelaksanaan rehabilitasi nama baik penanggung pajak pemberian ganti rugi atas pelaksanaan penyanderaan atas penanggung pajak, hanya dapat dilakukan dalam hal gugatan penangung pajak yang dikabulkan oleh pengadilan dan putusan pengadilan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap .

Permohonan rehabilitasi, nama baik dan ganti rugi terhadap penanggung pajak, dapat diajukan kepada pejabat yang menerbitkan surat perintah penyanderaan . Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh pejabat dalam bentuk satu kali pengumuman pada media cetak harian yang berskala nasional dengan ukuran yang memadai,yang dilaksanakan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonan penanggung pajak . Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada pejabat kepada penanggung pajak adalah Rp.100.000,00 setiap hari selama masa penyanderaan yang telah dijalaninya. Ganti rugi diberikan paling lambat 30 hari sejak diterimanya permohonanan penanggung pajak .

5. Ketentuan pidana lainnya

Penanggung pajak dilarang :

a. Memindahkan, meminjamkan, menyembunyikan, menghilangkan, ataumerusak barang yang disita.

b. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk pelunasan utang tertentu.

(53)

d. Merusak, mencabut atau menghilangkan segel sita atau salinan berita acara pelaksanaan sita dan ditempel pada barang sitaan.

Ketentuan pidana yang dapat diberikan sanksi, apabila penanggung pajak yang memindahkan hak, menyembunyikan, menghilangkan atau merusak barang yang telah disita dipidana dengan pidana penjara paling singkat enam bulan dan paling lama empat tahun dan denda paling sedikit Rp.150.000,00 dan paling banyak Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah), dan apabila pihak-pihak yang diberi tugas untuk mengalihkan atau menjual barang sitaan (sesuai undang-undang PPSP pasal 25 ayat 3 huruf (b,c,d,e) tidak melaksanakan kewajibannya dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu minggu dan paling lama empat bulan dua minggu dan denda paling sedikit Rp.500.000,00 (lima ratus ribu) dan paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta) .

(54)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK

A. Barang-Barang yang Termasuk Penyitaan dan Pengecualiannya

1.Barang-barang penanggung pajak yang dapat disita

Penyitaan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor.19 Tahun 1997 pasal 14 ayat 1,2 dan 3, sebagai berikut: Penyitaan dapat dilakukan terhadap milik penanggungpajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau ditempatlain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak penanggung pajak jaminan pelunasan utang tertentu berupa : 1.1 Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka,

tabungan, saldo, rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

1.2 Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal, penyitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan. 2. Barang bergerak yang dapat disita

Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut : 2.1 Semua barang bergerak yang ada dirumah penanggung pajak seperti:

(55)

• Barang-barang mewah(tv,lemari es,tape recorder,kompor gas

• Barang-barang perhiasan(kalung,cincin,gelang dari emas,berlian dan batu

permata lainnya)

• Uang tunai(surat-surat berharga)

• Kendaraan(mobil,sepeda motor,sepeda dan sebagainya) • Lain-lainnya(jam dinding,lukisan,radio dan sebagainya)

3.Barang-barang yang dikecualikan dari penyitaan:

Barang-barang yang dikecualikan menurut ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor.19 tahun 2000, adalah sebagai berikut :

3.1 Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang dilakukan oleh penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungan.

3.2 Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada dirumah.

3.3 Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas. d. Buku-buku yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan,kebudayaan dankeilmuan.

(56)

B. Tugas dan Fungsi Juru Sita Pajak

Pelaksanaan penyitaan dan penyanderaan terhadap barang-barang wajib pajak/penanggung pajak untuk melunasi utang pajak hanya dapat dilakukan oleh jurusita pajak. Pejabat yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, menyebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah Pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan pajak seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyan deraan.

Adapun tugas Jurusita Pajak sebagaimana tercantum dalam Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000,adalah :

“Pasal 5, Jurusita bertugas :

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus 2. Memberitahukan surat paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang-barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan, dan

4. Melaksanakan penyanderaa berdasarkan surat perintah penyanderaan”.

(57)

tardaftar,Direktorat Jenderal Pajak Perhubungan Laut untuk Kapal, Bank atau pihak lain.

Dalam melaksanakan penyitaan, jurusita pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau ditempat tinggal penanggung pajak, atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita, Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri dan Keputusan Kepala Daerah.

C.Prosedur Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak

Sebelum melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak diharuskan telah memenuhi kriteria atau syarat-syarat yang dipenuhi untuk menjadi Jurusita (sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor.562/KMK.04/2000 :

1. Berijazah serendah-rendanya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu ;

2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda/Golongan II/a ; 3. Berbadan sehat

4. Lulus pendidikan dan latihan juru sita pajak

(58)

Sebelum mendapatkan jabatannya, Jurusita Pajak diambil sumpah atau janji menurut agama dan kepercayaannya oleh pejabat yang berbunyi sebagai berikut ;“Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memangku jabatan saya ini,langsung atau tidaklangsung,dengan menggunakan nama atau cara apapun juga,tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapa pun juga”.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan saya ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia dan akan mempertahankan serta mengamalkan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-undang Dasar1945, dan segala Undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia”

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan sayaini dengan jujur, seksama dan dengan tidak membeda-bedakan orang dalammelaksanakan kewajiban saya dan akan berlaku sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti layaknya bagi seorang Jurusita Pajak yang berbudi baik dan jujur menegakkan hukum dan keadilan.”

(59)

departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, pemerintah daerah setempat, badan pertahanan nasional, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain .

Dalam melakukan penyitaan jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal penanggung pajak atau ditempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita pajak. Juru sita pajak dalam menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya kecuali ditetapkan lain dengan keputusan Menteri atau keputusan Kepala Daerah.

Sewaktu-waktu jurusita pajak dapat diberhentikan sesuai dengan kapasitas dirinya apabila:

a. Meninggal dunia b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau keperluan dinas lainnya d.Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya e. Melakukan perbuatan tercela

(60)

Dalam pelaksanaan penyitan terhadap barang-barang yang akan disita, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh jurusita pajak seperti halnya penyitaan terhadap perhiasan emas permata dan sejenisnya yang dilakukan sebagai berikut: membuat rincian tentang jenis, jumlah dan harga perhiasan yang disita dalam surat dan daftar yang merupakan acara pelaksanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita.

D. Pelaksanaan Penyitaan Terhadap barang-barang sitaan

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dapat dilaksanakan dengan menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan laporan berita acara pelaksanaan sita dan menyimpan uang tunai yang disita dalam tempat penyimpan yang selanjutnya ditempati dengan segel sita dan kemudian kepada penanggung pajak atau menitipkannya kepada bank.

(61)

memerintah penanggung pajak untuk memerintahkan bank agar memberitahukan saldo kekayaan yang tersimpan pada bank tersebut kepada juru sita pajak . Dalam hal penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank . Pejabat meminta kepada gubernur bank indonesia melalui menteri keuangan untuk memerintah bank , memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan pada bank dimaksud kepada pejabat . Setelah saldo kekayaan yang tersimpan pada bank diketahui , juru sita pajak melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita kepada penanggung pajak dari bank yang bersangkutan .

Pejabat dapat mengajukan pencabutan pemblokiran kepada bank setelah penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak terhadap kekayaan penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran dalam hal jumlah yang memblokir lebih besar dari jumlah yang disita maka atas sisa lebih besar tersebut diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh pejabat kepada bank.

(62)

melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak . Pencabutan sita dilaksanakan oleh juru sita pajak berdasarkan surat pencabutan sita yang diterbitkan oleh pejabat dan tembusannya disampaikan kepada pimpinan bank yang bersangkutan Sedangkan penyitaan terhadap surat berharga berupa obligasi saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan dibursa efek dapat dilaksanakan dalam memblokir rekening efek dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajakatas pejabat yang ditunjukan oleh ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEDAM) dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penaggung pajak, sebab dan alasan perlunya pemblokiran tersebut dilakukan.

(63)

Apabila penanggung pajak tidak hadir, berita acara pelaksanaan sita bias ditanda tangani oleh saksi-saksi kemudian berita acara pelaksanaan sita disampaikan kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan ketua badan pengawasan pasar modal dan custodian. Pejabat dapat mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak kepada custodian, setelah penanggung pajak melunasi utang pajak, dan biaya penagihan pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita, apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh penanggung pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran efek dapat yang diperdagangkan dibursa yang telah disita, dijual di bursa melalui perantara pedagang efek anggota bursa atas permintaan pejabat.

Penyitaan terhadap surat berharga obligasi, saham, dan sejenisnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek dilaksanakan dengan cara melakukan infentarisasi dan membuat rincian tentang jenis, jumlah dan nilai minimal atau perkiraan nilailainya dari surat berharga yang disita dalam suatu daftar yang merupakan lampiran pelakasanaan sita yang sebelumnya telah membuat berita acara pelaksanaan sita yang kemudian membuat berita acara pengalihan hak surat berharga atas nama penanggung pajak pada pejabat.

(64)

Penyitaan tambahan dapat dilakukan apabila nilai barang yang dimaksud nilainya tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, hasil lelang barang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya utang penagihan dan utang pajak sebagai mana yang telah diuraikan sebelumnya.

1. Pelaksanaan Penyegelan

Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan.Segel sita sekurang-kurangnya memuat “disita”.NOMOR dan TANGGAL BERITA ACARA PELAKSANAAN SITA . Larangan untuk memindah tangankan,memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita.

Penanggung pajak dapat melunasi utang pajak biaya yang timbul dalam rangka penagihan pajak selama barang yang telah disita belum dijual, digunakan, atau dipindah bukukan.

(65)

dihentikan dan sisa barang dan kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh pejabat kepada penanggung pajak paling lambat 3 (tiga) hari setelah dilaksanakannya lelang . Besarnya biaya penagihan pajak adalah Rp.50.000,00 untuk setiap pelaksanaan perintah melaksanakan penyitaan .

2. Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila penanggung pajak telah melunasipajak penagihan pajak dan utang pajak atau berdasarkan putusan pengadilan atau bersadasarkan badan peradilan pajak atau ditetapkan lain oleh menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II.

Surat pencabutan sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan berita acara pelaksanaan sita disampaikan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak daninstansi yang terkait, diikuti dengan pengembalian penguasaan barang yang disitakepada penanggung pajak.

Pencabutan sita dapat dilakukan terhadap :

a. Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau yang disamakan dengan itu dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada ban kyang bersangkutan. b. Surat berharga berupa, obligasi, saham atau sejenisnya baik yang diperdagangkan

(66)

c. Piutang dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan berita acara persetujuan pengalihan hak atas menagih piutang .

d. Penyertaan modal pada perusahaan lain dilaksanakan dengan menyampaikan surat pencabutan sita kepada penanggung pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak terkait serta membuat akte pembatalan penagihan hak.

3. Pelaksanaan Penyanderaan

Dalam hal penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak selain dari pada barang-barang milik penanggun pajak yang tidak melunasi utang pajak setelah lewat jangka waktu 14 hari terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak. Penyandraan hanya dapat dilakukan terhadap penangung pajak yang :

a. Mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya Rp.100.000.000,00 yang meliputi seluruh jenis pajak dan tahun pajak. Jumlah tersebut merupakan syarat kuantitatif dan sekaligus menunjukan bahwa penyandraan tidak ditujukan kepada penanggung pajak yang berpenghasilan kecil.

(67)

cukup barang yang disita untuk jaminan pelunasan utang pajak, atau terdapat dugaan yang kuat bahwa penanggung pajak akan melarikan diri .

Penyanderaan terhadapat penanggung pajak sebagimana dimaksud dalam uraian diatas dilaksanakan berdasarkan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat setelah memperoleh izin tertulis dari menteri keuangan untuk penagihan pajak pusatatau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah. Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat atau atasan pejabat kepada menteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau kepada gubernur untuk penagihan pajak daerah.Namun dalam hal pejabat berhalangan dan penggantian pejabat tersebut belum ditunjukan maka atasan pejabat dapat mengajukan permohonan izin penyanderaan. Permohonan izin penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak yang akan disandera, jumlah utang pajak yang belum dilunasi, tindakan penagihan pajak yangtelah dilaksanakan dan uraian tentang adanya petunjuk bahwa penanggung pajak diragukan itikad baik dalam pelunasan utang pajak.

Surat perintah penyanderaan diterbitkan oleh pejabat seketika setelah diterimanya izin tertulis dari meteri keuangan untuk penagihan pajak pusat atau dari gubernur untuk penagihan pajak daerah.Surat perintah penyanderaan memuat sekurang-kurangnya identitas penanggung pajak, alasan penyaderaan, izin penyanderaan, lama penyanderaan, dan tempat penyanderaan.

(68)

masyarakat,mempunyai fasilitas terbatas dan mempunyai sistem pengamatan dan pengawasan yang memadai. Sebelum tempat penyanderaan sebagaimana dimaksud dibentuk,penanggung pajak yang disandera dititipkan dirumah tahanan Negara dan terpisah dari tahanan lain kemudian lebih lanjut penyanderaan penanggung pajak sebagaimanayang dimaksud ditetapkan oleh menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hakazasi manusia . Ketentuan yang akan ditetapkan dalam keputusan bersama menteri keuangan dan menteri kehakiman dan hak azasi manusia, antara lain mengenai :

• Prosedur penitipan penanggung pajak yang disandera dirumah

tahananNegara.

• Tanggung jawab atas penanggung pajak yang disandera selama dalam

penyanderaan.

• Izin kunjungan dari keluarga, pengacara dan sahabat. • Kriteria pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

• Tata tertib yang dilakukan terhadap penanggung pajak yang disandera.

(69)

dalam hal penyanderaan melarikan diri penentuan lamanya penyaderaan didasarkan pada perhitungan besarnya utang pajak, besarnya jumlah harta yang disembunyikan dan dihubungkan dengan itikad tidak baik dengan penanggung pajak untuk melunasi utang pajaknya .

Juru sita pajak harus menyampaikan surat sita penyaderaan langsung kepada penanggung pajak dan salinannya disampaikan kepada kepala setempat penyanderaan. Dalam hal penanggung pajak yang akan disandera tidak dapat ditemukan juru sita pejabat atasan dapat meminta bantuan kepada kepolisian atau kejaksaan untuk menghadirkan penanggung pajak yang tidak dapat ditemui tersebut,termasuk dalam pengertian menghadirkan penanggung pajak untuk mencari,menangkap dan membawa penanggung pajak ketempat pejabat untuk selanjutnya diserahkan kepada kepada tempat penyanderaan.

(70)

dan saksi-saksi. Berita acara penyanderaan merupakan syarat utama sahnya penyanderaan yang berfungsi sebagai berita acara penyanderaan paling sedikit memuat nomor dan tanggal surat perintah penyanderaan. Izin tertulis menteri keuangan atau kepala daerah tingkat I (gubernur) identitas jurusita pajak yang disandera, tempat penyanderaan, lamanya penyanderaan, identitas penyanderaan,salinan berita acara penyanderaan disampaikan kepada kepala tempat penyanderaan.Penanggung pajak dan kepada daerah tingkat II (bupati).

Biaya penyanderaan dibebankan kepada penanggung pajak yang disanderadan diperhitungkan sebagai biaya penanggung pajak. Termasuk dalam biaya penyanderaan antara lain, biaya hidup selama dalam penyanderaan dalam rumah tahanan Negara. Biaya penyanderaan merupalan salah satu biaya penagihan yang harus ditanggung oleh penanggung pajak yang disandera.Selama dalam penyanderaan penanggung pajak berhak untuk melakukan ibadah ditempat penyanderaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,mendapat makanan yang layak, termasuk kiriman dari keluarga.Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas, memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas baiaya penanggung pajak yang di sandera, serta menerima kunjungan darikeluarga, pengacara, sahabat, dokter pribadi atas biaya sendiri, rohaniawan.

4. Pencabutan Penyanderaan

(71)

jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan telah dipenuhi, berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau berdasarkan pertimbangan tertentu dan menteri keuangan atau gubernur.

Menteri keuangan atau gubernur dimaksud adalah antara lain penanggung pajak mengatakan melunasi utang pajaknya, tetapi berdasarkan buku yang disampaikan, tidak melaksanakan pelunasan utang pajak tersebut tanpa meninggalkan tempat penyanderaan, atau dalam hal penanggung pajak menderita saki

Gambar

Tabel 4.1 Laporan Penagihan Aktif
Tabel 4.2 Surat Sita

Referensi

Dokumen terkait

Apabila setelah dilaksanakan penyitaan tetapi belum dilaksanakan lelang.Wajib pajak telah melunasi pajaknya serta biaya pelaksanaannya maka penyitaandicabut dengan mengirimkan

praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) dengan judul “ Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada

Penerbitan surat paksa secara sah oleh pejabat berwenang merupakan modal utama bagi pelaksanaan penagihan pajak yang efektif, Karena dengan terbitnya surat paksa

Penagihan pajak menurut UU Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak

PELAKSANAAN PENAGIHAN UTANG WAJIB PAJAK MELALUI SURAT PAKSA DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA..

Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam ”. Tujuan Dan Mamfaat Praktek

Menurut Undang-Undang 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, pada pasal 1 anagka (14), penyitaan adalah tindakan Jurusita

Penagihan Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, pasal 1 angka 9, adalah serangkaian tindakan agar Penanggung