• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

2. Tugas TNI

Pertahanan Negara adalah salah satu bentuk upaya bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional. Hakekat pertahanan negara adalah keikutsertaan tiap-tiap warga negara sebagai perwujudan hak dan kewajibannya dalam usaha pertahanan negara. Dalam pasal 30 ayat 2 menegaskan bahwa usaha pertahanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan semesta, yaitu bahwa Tentara

Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Tentara Nasional Indonesia di bangun dan dikembangkan secara profesional sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi, supremasi sipil,hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran belanja negara yang di kelola secara transparan dan akuntabel. Dengan perkembangan kondisi lingkungan yang semakin maju baik Internasional maupun Nasional, maka Undang-undang nomor 2 tahun 1988 tentang prajurit ABRI sudah tidak sesuai lagi dan oleh karena itu, perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Dengan telah diundangkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara yang menggantikan Undang-undang nomor 20 tahun 1982, peran, fungsi, dan tugas TNI yang terdapat dalam undang-undang nomor 3 tersebut di pandang perlu untuk dijabarkan dan diwadahi dalam suatu undang-undang tersendiri. Untuk memelihara kelangsungan serta kelancaran pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas TNI kedepan maka diperlukan undang-undang tentang TNI.53

Sesuai ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI setelah terpisahnya TNI dan POLRI, maka dalam jati dirinya TNI adalah sebagai :

a. Tentara Rakyat yang anggotanya berasal dari warga Negara Indonesia.

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.

53

c. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi kepentingan Negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama.

d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis dalam arti bahwa tentara hanya mengikuti politik Negara yang menganut prinsip demokrasi, supermasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi, tidak berbisnis, dan di jamin kesejahteraannya.

Sesuai undang-undang nomor 34 tahun 2004 peran TNI adalah :

a. TNI berperan sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara. b. TNI sebagai alat pertahanan Negara, berfungsi sebagai penangkal terhadap

setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, penindakan setiap bentuk ancaman dan pemulihan terhadap kondisi yang terganggu akibat kekacauan keamanan.54

Dalam UU TNI Pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara berupa :

1. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain terhadap kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. 2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lain.

54

3. Pemberontakan bersenjata, yaitu suatu gerakan bersenjata yang melawan pemerintahan yang sah.

4. Sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instansi penting dan objek vital nasional.

5. Spionase, yang dilakukan oleh Negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer.

6. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri.

7. Ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional Indonesia, yang dilakukan pihak-pihak tertentu.55

Serta pada ayat 2 pasal 7, tugas pokok TNI yang harus dilakukan terbagi menjadi 2 meliputi :

1. Operasi militer untuk perang

Segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI, untuk melawan militer Negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik bersenjata dengan suatu Negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional.

2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk : 2.a. mengatasi gerakan separatis bersenjata. 2.b. mengatasi pemberontakan bersenjata. 2.c. mengatasi aksi terorisme.

55

2.d. mengamankan wilayah perbatasan.

2.e. mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, yaitu objek-objek yang menyangkut hajat orang hidup banyak, harkat dan martabat bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan pemerintah.

2.f. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.

2.g. mengamankan presiden dan wakil Presiden beserta keluarganya.

2.h.memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan penduduknya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta

2.i. membantu tugas pemerintah di daerah yaitu membantu pelaksanaan fungsi pemerintahan dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan kemapuan TNI unruk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra struktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal. 2.j. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas

keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur didalam undang-undang. 2.k.membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan

perwakilan pemerintahan asing yang sedang berada di Indonesia.

2.l.membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan.

2.m.membantun pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search and Rescue).

2.n.membantu pemerintahan dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan,perampokan, dan penyelundupan.56

Saat angin reformasi melanda masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan euphoria politik, terjadi berbagai bentuk perubahan sosial yang mengarah pada demokratisasi masih sedang dan terus berlangsung, dalam proses demokratisasi telah terjadi ekselerasi dengan tumbuhnya kesadaran baru tentang makna reformasi. TNI (ABRI) sebagai garda terdepan dalam mejalankan fungsi stabilitas dan keamanan telah mempelopori gerakan dengan melakukan reformasi internal dengan berbagai kebijakan seperti redifinisi, rektualisasi, dan reposisi peran TNI.57

TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai dengan tuntunan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan Indonesia baru yang lebih baik di masa yang akan datang dalam bingkai tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1998 secara internal TNI telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain :

1. Merumuskan paradigma baru peran ABRI abad XXI.

2. Merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau kemasa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI abad XXI, karena paradigma lama TNI masih mengenal doktrin perang. Pada paradigma baru TNI, doktrin perang tidak lagi relevan sebagai corak pembentukan kepribadian prajuit, tapi tindakan atau aksi yang dapat mengkondisikan suatu halangan bagi perluasan perang. Perang bukanlah tujuan melainkan instrument untuk mencegah perang yang lebih dahsat.

56

Tentara Nasional Indonesia 57

Wiranto,Redifinisi,reaktualisasi, dan Reposisi Peran TNI dalam Kehidupan Bangsa.

3. Pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan pimpinan ABRI pada 1 April 1999 sebagai Transformasi awal.

4. Penghapusan kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih status.

5. Penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-1. 6. Penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II

dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik. 7. TNI tidak lagi terlibat dalam politik praktis.

8. Pemutusan hubungan organisatoris dengan partai Golkar dan mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.

9. Komitmen dan konsisten netralitas TNI dalam pemilu. 10.Penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).

11.Revisi doktrin TNI sesuai dengan reformasi dan peran ABRI abad XXI.

12.Perubahan staf Sospol menjadi stap Komsos.

13.Perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) menjadi Kepala Staf Teritorial (Kaster).

14. Penghapusan Sospoldam, babinkardam, Sospolrem, dan sospoldim. 15.Likuidasi Staf syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI, dan Babinkar

ABRI.

16.Penerapan akuntabilitas publik terhadap yayasan-yayasan milik militer/Badan Usaha Militer.

17.Likuidasi organisasi wakil panglima TNI. 18.Penghapusan Bakorstanas dan Bakorstanasda.

19.Penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak penyaringan.

20.Penghapusan posko kewaspadaan .

21.Pencabutan materi sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI. 22.Likuidasi organisasi Kaster TNI.

23.Likuidasi Staf Komunikasi sosial (Komsos) TNI sesuai SKEP Panglima TNI No. 21/VI/2005.

Sebagai alat pertahanan Negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik Negara. Paradigma baru TNI dalam fungsi sosial politik mengambil bentuk implementasi sebagai berikut :

a) Mengubah posisi dan metode tidak selalu harus didepan. TNI senantiasa siap melaksanakan perannya dalam spektrum tingkat keadaan, mulai dari pendekatan fungsi pertahanan negara.

b) Mengubah dari konsep menduduki menjadi mempengaruhi. Bahwa peran sosial politik TNI secara utuh tidak lagi menduduki personel TNI dalam jabatan sipil (sebagai dwifungsi), namun senantiasa memberi kontribusi pemikiran yang kontruktif. Hal ini merupakan manisfestasi dari rasa tanggung jawab TNI yang selalu peduli pada nasib bangsa.

c) Merubah dari cara-cara mempengaruhi secara tidak langsung menjadi tidak langsung. Apabila pada masa lalu peran sosial politik TNI terlibat secara aktif dalam kancah politik, maka pergeseran peran sosial politik TNI menuju pada cara mempengaruhi secara tidak langsung melalui penyampaian sumbangan pemikiran dan konsep kebangsaan kepada instansi fungsional dalam kerangka sistem nasional.

d) Senantiasa melakukan role sharing (kebersamaan dalam pengambilan keputusan penting kenegaraan dan pemerintahan) dengan komponen lainnya dalam sistem nasional yang terpadu.58

58

Sukidin, Paradigma baru TNI dalam Perspektif Civil Society, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. V. 2, 1 Januari 2001. h. 19.

Dokumen terkait