PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “ Agama dan TNI ( Studi Tentang Kehidupan Sosial Keagamaan TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 10 September 2008. Skripsi telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperolah Gelar Program Strata Satu (S1) pada Jurusan
Sosisologi Agama.
Jakarta, 10 September 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota
Dra. Hj. Hermawati, MA Dra. Jauharatul Jamilah MA
NIP: 150 227 408 NIP: 150 282 401
Anggota
Penguji I Penguji II
Dra. Hj. Ida Rosyidah, MA Dr. Yusron Razak, MA NIP: 150 243 267 NIP: 150 216 359
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Al-hamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan nikmat,rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang menjadi hujjah-Nya
atas semua manusia, pemimpin dan iman,teladan dan kekasih kita,beseta kerabat dan
para sahabat serta siapapun yang jalan beliau hingga hari kiamat.
Selanjutnya, skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu
dari banyaknya nikmat yang Allah berikan. Terselesainya skripsi ini Tidak lepas dari
usaha yang tak mudah, karena dalam penyelesaian ini banyak sekali rintangan dan
hambatan serta cobaan hidup yang penulis temui. Namun demikian bahwa yang
semula putus asa tapi pada akhirnya menjadi suatu harapan jika kita
bersungguh-sungguh. Penulis yakin tidak ada yang mustahil untuk mencapai hasil yang
memuaskan tidaklah mudah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan penuh kesadaran, penulis
telah banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis secara khusus
menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan mendalam kepada :
1. Dr. M Amin Nurdin. M,A., Dekan fakultasUshuluddin dan Filsafat dan para
stafnya yang telah mengarahkan dan memberi pelayanan administrasi selama
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI ...iv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5
D. Metodologi Penelitian...5
E. Sistematika Penulisan. ...8
BAB II KAJIAN TEORI ...9
A. Agama ...9
1. Pengertian Agama ...9
2. Pengertian keberagamaan ...11
3. Fungsi Agama ...12
4. Dimensi – dimensi keberagamaan ...15
B. TNI ...16
1. Sejarah Singkat TNI ...16
2. Tugas TNI ...30
BAB III PROFIL DAERAH DAN OBYEK PENELITIAN...38
A. Letak Geografis dan Demografis ...38
B. Profil Batalion Kavaleri 9/Penyerbu ...43
1. Sejarah singkat ...43
2. Aktivitas keberagamaan...49
Kavaleri 9/Penyerbu...52
B. Fungsi dan Peran agama bagi kehidupan TNI ...55
C. Kegiatan pembinaan keagamaan TNI ...58
D. Orientasi keagama bagi anggota TNI...63
BAB V PENUTUP...64
A. Kesimpulan ...64
B. Saran ...65
DAFTAR PUSTAKA ...66
PEDOMAN WAWANCARA
Agama dan TNI Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten
1. Profil Identitas informan/responden
a. Nama : ………
b. Usia : ………...
c. Status : ...
d. Tempat tinggal : ...
e. Asal daerah : ...
f. Jabatan : ...
g. Tingkat pendidikan : ...
h. Agama : ...
2. Keagamaan Informan
a. Pemahaman keagamaan
1. Pengertian
2. Kepercayaan dan keyakinan tehadap agama
b. Praktek keagamaan
1. ibadah wajib
2. Kegiatan keagamaan dilingkungan batalyon
c. Fungsi agama bagi TNI
PEDOMAN WAWANCARA
Agama dan TNII Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten
a. Nama : Wandi
b. Usia : 37 tahun
c. Status : Nikah
d. Tempat tinggal : Asrama Yonkav 9/Penyerbu Tangerang
e. Asal daerah : Garut Jawa Barat
f. Jabatan : SERKA
g. Tingkat pendidikan : SMA
h. Agama : Islam
Tanya : Apa latar belakang pendidikan bapak sebelum menjadi TNI ?
Jawab : Pendidikan saya cuma sampai SMA
Tanya : Bagaimana Pemahaman bapak tentang agama ?
jawab : Bagi saya agama merupakan sumber nilai dan norma yang mengatur
kehidupan manusia untuk selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran agama.
Tanya : Bagaimana perilaku beragama bapak ketika berada di lingkungan batalyon
dan ketika di rumah/masyarakat?
Jawab : Didalam agama kan kita diajarkan bagaimana kita berhubungan dengan
Tuhan, berhubungan dengan manusia dan berhubungan dengan alam sekitar.
saja,perilaku agama kita harus kita jaga, kalau sudah waktunya sholat ya kita
sholat.
Tanya : Praktek keagamaan apa saja yang bapak lakukan di lingkungan batalyon ?
Jawab : saya selalu berusaha untuk tetap melaksanakan perintah agama seperti sholat,
puasa dan sebagainya.
Tanya : Sebagai abdi Negara, bagaimana bapak menjalankan kegiatan keagamaan di
saat sedang bertugas ?
Jawab : Di saat sedang tugas ya kita tidak bisa dong de menjalankan kegiatan agama,
paling kalau sudah waktunya istirahat atau selesai bertugas, baru dapat
melaksanakannya, tapi biasanya disini sudah terjadwal,kalau sudah jam 12
siang kita istirahat...nah.. di waktu istirahat itulah baru kita melaksanakan
sholat. Jadi tidak ada masalah.
Tanya : Kegiatan keagamaan apa saja yang ada dan dilakukan di dalam lingkungan
batalyon ?
Jawab : Kegiatan agama disini..ya..ada dan sangat baik, tapi tidak terlalu banyak atau
sering dilaksanakan karena terbentur dengan tugas pengamanan.
Tanya : Apakah bapak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ?
Jawab : Semua kegiatan yang datangnya dari kesatuan batalyon atau Kodam Jaya
baik kegiatan pengamanan atau kegiatan yang bersifat pembinaan mental itu
wajib untuk mengikutinya.
Tanya : Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan yang ada
dilingkungan batalyon bermanfaat bagi TNI ?
Jawab : Sangat bermanfaat bagi saya, untuk menambah ilmu pengetahuan juga untuk
meningkatkan keimanan para prajurit.
Jawab : Agama menurut bapak sangat berperan sebagai fondasi moral individu
masyarakat, karena secara imperatif mengarahkan tindakan kita senantiasa
bermanfaat bagi diri, lingkungan dan masyarakat.
Tanya : Bagaimana orientasi keagamaan bapak dalam beragama?
Jawab : Sebagai seorang yang beragama dan prajurit TNI ingin dan selalu berusaha
untuk tetap terciptanya sebuah hubungan yang serasi,selaras dan seimbang
dalam masyarakat, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan
PEDOMAN WAWANCARA
Agama dan TNII Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten
a. Nama : Naidi
b. Usia : 30
c. Status : Nikah
d. Tempat tinggal : Asrama Yonkav 9/Penyerbu Tangerang
e. Asal daerah : Jakarta
f. Jabatan : SERTU
g. Tingkat pendidikan : SMA Pelayaran
h. Agama : Islam
Tanya : Apa latar belakang pendidikan bapak sebelum menjadi TNI ?
Jawab : SMA Pelayaran
Tanya : Bagaimana Pemahaman bapak tentang agama ?
jawab :. Agama bagi saya tenaga penggerak yang memiliki nilai-nilai tersendiri bagi
persatuan dan kesatuan bangsa, karena didalam agama sendiri mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia
dengan lingkungan sekitar.
Tanya : Bagaimana perilaku beragama bapak ketika berada di lingkungan batalyon
dan ketika di rumah/masyarakat?
Jawab : Ya... sebagai seorang muslim dan prajurit saya berusaha untuk tetap
berperilaku sesuai dengan ajaran agama dan kode etik prajurit.
Jawab : Saya melaksanakan sholat lima waktu dan mengikuti kegiatan bimbingan
rohani yang telah diberikan oleh kesatuan.
Tanya : Sebagai abdi Negara, bagaimana bapak menjalankan kegiatan keagamaan di
saat sedang bertugas ?
Jawab : selalu berusaha untuk tetap melaksanakan sholat lima waktu malau itu harus
di Jama atau Qasar.
Tanya : Kegiatan keagamaan apa saja yang ada dan dilakukan di dalam lingkungan
batalyon ?
Jawab : Di sini sering mengadakan kegiatan pengobatan masal yang diadakan di
lapangan. Bintal ( Bimbingan Mental), Isra Mi`raj,
Tanya : Apakah bapak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ?
Jawab : Untuk kegiatan Bintal disini diwajibkan bagi prajurit untuk mengikutinya.
Tanya : Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan yang ada
dilingkungan batalyon bermanfaat bagi TNI ?
Jawab : Ya.. bermanfaat, karena itu semua demi meningkatkan keimanan kita semua
kan dan juga memotivasi kita dalam tugas.
Tanya : Apakah peran dan fungsi agama bagi bapak?
Jawab : Ya.. jelas agama sangat berperan bagi saya sendiri, karena agama sebagai
pedoman hidup atau penyelamat dalam kehidupan baik kehidupan sekarang
maupun nanti.
Tanya : Bagaimana orientasi keagamaan bapak dalam beragama?
Jawab : orientasi saya selalu berusaha agar tetap menjalankan ibadah sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN
5. A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sepanjang sejarah, senantiasa diiringi oleh apa yang disebut sebagai
agama. Agama bagi manusia merupakan fitrah insaniyah, sebagai naluri yang tidak
dapat dipisahkan dari kebutuhan hidup manusia, sekaligus merupakan kebutuhan
primer bagi kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan manusia terdapat tiga hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia yang berlaku secara universal dan harus dipelihara dan mendapatkan jaminan
institusi pemerintah atau negara. Hak dasar tersebut adalah hak untuk hidup (life)
tanpa rasa takut dan ancaman dari siapapun, hak untuk hidup bebas (liberty) untuk
berbicara dan berekspresi, untuk beragama dan bercita-cita dan sebagainya, dan hak
untuk memiliki sesuatu (property) baik materi maupun non materi.1
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat
adikodrati (supranatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai
orang perorangan maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat,
selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari.2 Nilai – nilai yang
terdapat dalam agama pada dasarnya merupakan satu ajaran yang membawa manusia
pada pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.
1
A. Ubaidillah, DKK., Pendidikan kewargaan, Demokirasi, HAM dan Masyarakat Madani,
Jakarta : IAIN Jakarta Press. 2000, h.96. 2
Agama yang dianggap suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun
manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas
manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama
manusia serta dengan lingkungan yang mengitarinya. Dengan kata lain agama pada
dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia
dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan lingkungan yang
mengitarinya.3
Menurut Glock dan Stark,4 keberagamaan atau religiusitas adalah suatu
tindakan yang mengacu pada sistem keyakinan, peribadatan dan aturan-aturan moral
agama. Dalam kontek ini keberagamaan dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu
keimanan, pengetahuan , peribadatan dan upacara, pengamalan keagamaan dan
konsekuensi terhadap ajaran agama. Agama sebagai pegangan dan pandangan hidup
bagi manusia dan berperan di hampir seluruh bidang kehidupan dan yang paling
penting berperan dalam bidang bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Peranan
sosial agama haruslah dilihat sebagai sesuatu yang mempersatukan di mana dalam
pengertian harfiahnya agama menciptakan suatu ikatan bersama, yaitu dengan adanya
kewajiban-kewajiban sosial keagamaan yang membantu mempersatukan mereka.
Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama
oleh kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama
dalam masyarakat serta cenderung melestarikan nilai-nilai sosial.
Agama selalu mengajarkan dan menginginkan kedamaian dan kesejahteraan
bagi setiap umat manusia, baik kehidupan di dunia maupun di kehidupan akhirat. Hal
tersebut dapat dilihat pada kehidupan keagamaan anggota Tentara Nasional Indonesia
3
Rusmin Tumanggor,, Sosiologi dalam Perspektif Islam,(Jakarta:UIN jakarta press 2004) h.18 4
(TNI) yang selalu memperjuangkan serta menegakkan dan mempertahankan
kedamaian demi menjaga keutuhan NKRI.
Pandangan keagamaan dan pengetahuan agama anggota TNI dapat dilihat dari
sejauh mana para prajurit TNI dalam memahami agama. Apakah menurut TNI yang
ada di lingkungan Batalion Kavaleri agama itu penting atau hanya sebagai teks saja.
Agama dalam hal ini mengajarkan manusia agar menjadikan Tuhan sebagai
pangkal dan tujuan hidupnya. Dengan dasar dan sikap seperti itu kehidupan Prajurit
mempunyai makna dan nilai luhur sebagai pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa
di samping pengabdian dirinya kepada Negara dan Bangsa. Agama pada hakekatnya
ditujukan untuk meningkatkan iman,akhlak manusia dan budi pekerti yang luhur bagi
para pemeluk agama serta masyarakat Indonesia pada umumnya, agar terwujud dalam
amal perbuatan dan pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta dapat
berpartisipasi secara positif dalam pembangunan nasional salah satunya dalam bidang
pertahanan negara dan bangsa.
Maka dari itu, agama tidak hanya mempunyai arti individu melainkan juga
arti sosial bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama tidak hanya
mempengaruhi tingkah laku individu tetapi juga tingkah laku sosial.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melihat
dan mengkaji bagaimana peranan Agama dan TNI dalam menjalankan kehidupan
sosial keagamaan sehari – hari.
1. Pembatasan masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian
ini pada kehidupan sosial keagamaan di lingkungan TNI Batalyon kavaleri
9/penyerbu yang berada di wilayah Serpong Tangerang.
2. Perumusan masalah
Untuk mendapatkan hasil yang sistematis dan terarah serta jelas maka penulis
membuat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan kehidupan sosial keagamaan TNI di Batalyon
Kavaleri 9/ Penyerbu Serpong Tangerang..
6. C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran agama
dalam kehidupan anggota TNI dan mengetahui kehidupan sosial keagamaan para TNI
di Batalyon Kavaleri 9, serta motivasi dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas
kenegaraan.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat luar khususnya
bagi penulis dan aparat terkait terutama dalam upaya pengembangan kehidupan
beragama di lingkungan TNI. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi
tambahan bahan pustaka, mengenai praktek kehidupan beragama. Di samping itu
merupakan suatu sumbangsih dan motivasi bagi para peneliti untuk dapat
mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang serupa.
7. D. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field
research) dan penelitan pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Pada
dasarnya penelitian ini merupakan suatu kegiatan deskriptif analisis, sebagai upaya
memberikan penjelasan dan gambaran komprehensif tentang kehidupan sosial
keagamaan TNI di Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa suatu keadaan
atau suatu fenomena tertentu berdasarkan data yang peneliti peroleh. Secara harfiah
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi
mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian tertentu, sehingga diperoleh deskripsi
yang sistematis faktual dan aktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi.5
Penekanan penelitian ini adalah bagaimana ajaran agama dilaksanakan oleh
para anggota TNI dalam aktivitas kerjanya sehari-hari dan dalam hubungan mereka
dengan sesama anggota TNI serta lingkungan sekitarnya.
Ada pun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan
skripsi,tesis dan disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
2. Lokasi penelitian
5
Penelitian ini mengambil lokasi di Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong
Tangerang. Alasannya adalah keingintahuan peneliti terhadap kehidupan sosial
keagamaan TNI, serta lokasi penelitian berdekatan dengan daerah peneliti sehingga
diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Subyek penelitian dan teknik pengumpulan data
Subyek utama penelitian ini adalah anggota TNI Batalyon Kavaleri
9/Penyerbu Serpong Tangerang. Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data
yang diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Pengamatan langsung yakni pengamatan yang dilakukan sambil
berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Observasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas kerja responden secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul dan mengetahui hubungan antara aspek dalam penelitian
tersebut.6
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan
alat yang dinamakan Interview guide (Panduan wawancara).7
Dan untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan wawancara
dengan beberapa anggota TNI batalyon kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang.
Sebagai acuan penelitian, penulis menyiapkan pedoman wawancara yang
disesuaikan dengan kebutuhan kondisi saat wawancara.
6
Kristi Poermandari,E., Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:LPSP3, Fak.Psikologi UI, 2002) h. 70.
7
Untuk memperkaya data dan interpretasi, penulis juga mengumpulkan data
melalui bahan bacaan seperti buku, hasil penelitian, catatan-catatan ataupun dokumen
yang terkait dengan penelitian baik diperoleh dari lokasi penelitian maupun instansi
terkait lainnya.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah penyajian dan pembahasan skripsi, hasil penelitian ini
Bab I : Pendahuluan. Meliputi tentang Latar belakang masalah,Pembatasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Metodologi Penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Teori membahas tentang ruang lingkup keagamaan (Pengertian
agama, Pengertian Keberagamaan,Fungsi agama, Dimensi-dimensi
keberagamaan) dan gambaran umum TNI meliputi sejarah singkat TNI dan
tugas pokok TNI.
Bab III : Profil Daerah dan Subjek Penelitian, terdiri dari kondisi geografi dan
demografis wilayah tersebut, profil Batalion kavaleri 9 meliputi (sejarah
singkat, aktivitas keberagamaan), fasilitas agama dan kegiatan keagamaan.
Bab IV : Kehidupan sosial Keagamaan TNI di Batalion Kavaleri 9 Serpong Tangerang
meliputi : pemahaman dan perilaku keberagamaan TNI, fungsi dan peran
agama dalam kehidupan TNI, kegiatan pembinaan keagamaan TNI dan
orientasi keagamaan bagi TNI
BAB II KAJIAN TEORI A. Agama
1. Pengertian agama
Mendefiniskan agama selalu tidak ada habisnya. Sampai sekarang perdebatan
tentang definisi agama masih belum selesai, sebagaimana pendapat yang
dikemukakan Zakiah Darajat dalam buku Ilmu Jiwa Agama, bahwa tidak ada yang
lebih sukar dari pada membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah
subyektif, intern dan individual dimana setiap orang akan merasakan pengalaman
agama yang berbeda dari orang lain.8
Kata agama berasal dari bahasa Sankrit, yang tersusun dari dua suku kata yaitu
“a” yang berarti tidak, dan “gama” berarti kacau, jadi agama adalah tidak kacau.
Adapun dalam bahasa Arab kata Din atau agama memiliki pengertian patuh, taat, dan
tunduk kepada Tuhan.9 Secara khusus, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat
aturan atau nilai untuk mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh, baik
hubungan manusia dengan penciptanya (hablum minallah), hubungan manusia dengan
manusianya (hablum minannas), dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar,
agar manusia dapat memperoleh keamanan, kedamaian, dan kebahagiaan.10
Agama menurut Harun Nasution adalah ikatan, ikatan ini mempunyai
pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari
8
Zakiah Darajat, Ilmu Jiawa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) Cet. Ke-13, h. 3.
9
Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, ( Jakarta:UI Press) cet. Ke- 5. h. 1 10
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, suatu kekuatan gaib yang tidak bisa di
tangkap oleh panca indera.11
Sedangkan bagi Thomas O`Dea, agama adalah alat untuk memahami
kehidupan sosial, di mana manusia harus mamahami dirinya, sehingga ia mampu
untuk berperilaku secara proporsional, yaitu kehidupan yang memiliki nilai-nilai
moral yang berupa etika. Inti dari pemahaman O`Dea ini menekankan kepada
manusia sebagai sumber etika dan moral yang akan membentuk sebuah budaya.12
Adapun agama dalam pengertian sosiologi sendiri dipandang sebagai gejala
sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia. Walau
bagaimanapun adanya, pembahasan tentang agama tak pernah tuntas tanpa mengikut
sertakan aspek-aspek sosialnya. Agama adalah menyangkut kepercayaan serta
berbagai prakteknya, sehingga agama benar-benar merupakan fakta sosial.13
Dalam kamus sosiologi agama,14 pengertian agama ada tiga macam: Pertama,
percaya pada hal-hal spiritual; Kedua, perangkat kepercayaan dan praktek-praktek
spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; Ketiga, ideologi mengenai hal-hal
bersifat supranatural.15
Lain halnya dengan George Galloway yang merumuskan agama sebagai
keyakinan manusia kepada kekuatan yang melampaui dirinya, karena ia mencari
pemuas kebutuhan emosional dan ketenangan hidup yang diekspresikan dalam bentuk
penyambahan dan pengabdian. Menurut penulis agama merupakan sistem
kepercayaan dan praktek, yaitu di mana masyarakat atau individu mempercayai dan
11
Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 9 12
Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar sosiologi. Terj. Abdul Mulis naharung, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 1997), Cet. Ke- 7, h. 3
13
Dadang kahmad, Sosiologi Agama,(Bandung : Rosdakarya Mulia, 2000), h. 29
14
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 377 15
menjalankan agama sebagai pedoman kehidupan manusia baik di dunia maupun di
akhirat.
2. Pengertian Keberagamaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata keberagamaan berasal dari kata
“beragama” dan memiliki artian menganut (memeluk), beribadah, taat kepada agama
(baik hidupnya menurut agama)16
Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara
terpisah, meski keduanya mempunyai makna yang saling terkait. Mengenai definisi
agama telah dijelaskan dibagian atas. Sedangkan keberagamaan berarti pembicaraan
mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dan
penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.
Muhammad Djamaluddin, mendefinisikan keberagamaan sebagai manifestasi
individu dalam meyakini, memahami, manghayati, dan mengamalkan agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.17 Maka untuk mencapai hal tersebut,
diperlukan iman dan ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan, sehingga fungsi
Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam dapat dirasakan.18
Keberagamaan Islam meliputi dimensi jasmani dan rohani, pikir dan zikir,
aqidah dan ritual, peribadatan, penghayatan dan pengalaman, akhlak individu dan
sosial masyarakat serta masalah duniawi dan akhirat. Dalam dimensi keyakinan atau
16
J.S. Badudu Sota, Muhamad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pustaka Sinas Harapan, 1994), Cet. Ke- 1, h. 11
17
Muhamad Djamaluddi, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi, (Yogyakarta : UGM Press, 1995), h. 44
18
aqidah, seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh
dan kuat, sehingga keyakinan tersebut tidak dapat digoyahkan. Keyakinan seperti itu
akan diperoleh seseorang dengan argumentasi (dalil aqli) yang dapat dipertahankan.
Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari
keyakinan. Mengamalkan syariat merupakan representasi dari keyakinan, karena
syariat merupakan kewajiban dan larangan yang datang darinya dan keyakinan harus
disertai dengan pengamalan kepada Allah.
3. Fungsi Agama
Agama sangat berperan dalam kehidupan serta pemeliharaan masyarakat.
Agama dalam kehidupan sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa dan mengikat
masyarakat atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama
manusia dan alam yang mengitarinya.
Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan
dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian,
ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik
fundamental kondisi manusia.19 Dalam hal ini fungsi agama menyediakan dua hal.
Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh
manusia. Kedua,sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal
diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi
mempertahankan moralnya.20
19
Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, ( Jakarta : Raja Garafindo Persada, 1995) Cet Ke- 6. h. 25.
20
Agama dalam perspektif Islam memiliki fungsi vertikal dan horizontal.21
Fungsi vertikal diwujudkan dalam bentuk ibadah atau hubungan manusia dengan
Tuhan, sementara fungsi horizontal agama sebagai fungsi sosial dari agama yakni
hubungan manusia dengan manusia dengan adanya ajaran untuk berbuat baik kepada
sesama, saling menolong, menghargai dan menghormati.22
Menurut Jalaludin rahmat,23 fungsi agama adalah sebagai berikut :
a. Edukatif
Dimana ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran yang harus
dipatuhi.
b. Penyelamat
Manusia senantiasa merindukan datangnya keselamatan, baik keselamatan
dunia maupun akhirat.
c. Perdamaian/ ketenangan batin
Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai
kedamaian batin melalui tuntunan agama. Perasaan berdosa akan lenyap bila
ditebus dengan pensucian diri atau tobat.
d. Kontrol sosial
e. Pemupuk solidaritas
Secara psikologi para pemeluk agama akan merasa memiliki kesamaan dalam
satu kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan akan menumbuhkan
solidaritas kelompok maupun perorangan.
21
Rusmin Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2004) h. 44.
22
Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, h. 46. 23
f. Transformatif
Agama dapat mengubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi
kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan mengubah
kesetiannya kepada adat.
g. Kreatif
Agama mendorong para penganutnya untuk bekerja tetapi untuk kepentingan
orang lain dan bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama dalam rangka
melakukan inovasi.
h. Sublimatif
Agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja sifat ukhrawi, tapi
juga duniawi selama usaha tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma
agama.24
Dalam hal ini fungsi agama ialah memelihara integritas diri seseorang atau
sekelompok orang agar hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan
alam yang mengitarinya tidak kacau. Dengan kata lain, agama pada dasarnya
berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesamanya dan alam yang mengitarinya.
4. Dimensi dimensi keberagamaan
Menurut R. Stark dan C.Y. Glok sebagaimana dikutip Roland Robertson
dalam bukunya, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, terdapat lima
dimensi utama dalam memahami masyarakat agama, yaitu :25
24
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, h. 236 25
Pertama, dimensi keyakinan, yang berisikan pengharapan dimana orang yang
religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui akan kebenaran
doktrin atau ajaran agama tersebut.
Kedua, dimensi praktek agama, dimensi ini mencakup perilaku
pemujaan-pemujaan serta ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan sebuah
komitmen terhadap agama yang dianutnya.
Ketiga, dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan
pengharapan-pengharapan tertentu, walupun tidak tepat jika dikatakan bahwa
seseorang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan
subjektif dan langsung mengenai kenyataan akhir, bahwa ia akan mencapai suatu
keadaan kontak dengan perantara supranatural.
Keempat, dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu pada harapan
bahwa seseorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi
agama yang dianutnya. Glock melihat bahwa tidak semua pengetahuan bersandar
kepada keyakinan. Seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami
agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.
Kelima, dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu kepada identifikasi
akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek-praktek, pengalaman, dan pengetahuan
seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini,
walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir
dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas
konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata
berasal dari agama.26
26
B. TNI
1. Sejarah Singkat TNI
Tentara Nasional Indonesia lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia,
mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah
Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. Maka pada tanggal 22 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan untuk membentuk
Badan Keamanan Rakyat (BKR).27 BKR merupakan bagian dari Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit
(BPP). Pembentukan BKR merupakan perubahan dari keputusan yang di ambil PPKI
dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 diputuskan untuk membentuk tentara
kebangsaan.28
BKR adalah suatu organisasi semi-militer bertugas untuk menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat dan bukan melaksanakan tugas-tugas pertahanan. Ia
merupakan sebuah organisasi dengan ikatan-ikatan yang longgar, tidak mempunyai
markas besar, tidak mengenal hirarki dan tidak mempunyai pimpinan yang terpusat.
Pembentukan BKR diumumkan bersama dengan pembentukan KNI dan PNI pada
tanggal 23 Agustus 1945. Dalam pidatonya Presiden Sukarno mengajak
pemuda-pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho dan pemuda-pemuda-pemuda-pemuda lainnya untuk
bergabung dalam BKR.29
Disamping BKR sebagai badan resmi yang dibentuk pemerintah, terdapat pula
badan-badan perjuangan lain yang tidak puas dengan pembentukan BKR dan tidak
27
Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,(DepHanKam Pusjarah ABRI, 1971) Seri Text Book, C3. Sejarah ABRI, h,3.
28
Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 4 29
bersedia memasuki BKR yang mereka anggap tidak dapat memenuhi aspirasi mereka.
Golongan ini membuat badan-badan perjuangan dengan nama yang
bermacam-macam, mereka itu umumnya berasal dari golongan yang sudah membentuk
organisasi-organisasi pada zaman Jepang baik legal maupun ilegal atau
pemuda-pemuda yang berafiliasi kepada aliran (agama atau politik) tertentu.30 Mereka
menghendaki agar segera setelah proklamasi di bentuk tentara nasional sebagai alat
untuk merebut kekuasaan baik politik maupun fisik dari tangan tentara pendudukan
Jepang. Tetapi usul itu tidak disetujui oleh Presiden, karena
pertimbangan-pertimbangan politik. Pimpinan nasional berpendapat bahwa pembentukan sebuah
tentara nasional pada saat itu akan mengundang pukulan dari gabungan kekuatan
sekutu dan Jepang (pada waktu Jepang menyerah,pihak sekutu memerintahkan supaya
Jepang mempertahankan status-quo di daerah-daerah yang didudukinya termasuk
Indonesia). Diperkirakan kekuatan nasional belum mampu untuk menghadapi pukulan
tersebut. Oleh karena itu pemerintah memilih cara diplomasi untuk memperoleh
pengakuan pengakuan sekutu terhadap kemerdekaan yang telah diproklamasikan itu.31
Oleh karena itu golongan ini segera membentuk komite van aksi yang
bermarkas di asrama Menteng 31 Jakarta. Beberapa barisan yang tergabung dalam
komite van aksi adalah Angkatan Pemuda Indonesia (API) dari Jakarta, di Bandung
terdapat Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (P3I), di Jawa tengah terdapat Angkatan
Muda Indonesia (AMI), di Surabaya, Angkatan Muda Surabaya (AMS), di Aceh ,
Angkatan Pemuda Indnesia (API), di Padang, Balai Penerangan Pemuda Indonesia
(BPPI), di Kalimantan, Barisan Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (BPRI), di
Kalimantan Barat, Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (PPRI).32
30
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h, 3. 31
Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, (Jakarta : LP3ES,1986) cet. 1, h. 5-6.
32
Kebijaksanaan Pimpinan Pemerintahan untuk menunda pembentukan tentara
nasional, menyebabkan situasi keamanan bertambah gawat. Hampir di semua kota
besar terjadi pertempuran, baik menghadapi Jepang maupun menghadapi Sekutu dan
NICA.33 Keterlambatan pembentukan Tentara inipun mengakibatkan lahirnya inisiatif
rakyat untuk membentuk kekuatan sendiri-sendiri. Namun kekuatan bersenjata ini
tidak terkontrol secara terpusat/tanpa adanya satu komando. Pengendalian atas BKR
tidak dilakukan secara terpusat tetapi daerah perdaerah mengikuti pembentukan KNI
daerah.34
Pertempuran antara BKR/Pemuda melawan Jepang di ikuti oleh tentara sekutu
yang mendarat. BKR/Pemuda dan rakyat akhirnya menghadapi dua kekuatan besar
yang antara lain berujung pada peristiwa Palagan Ambarawa pada tanggal 15
Desember 1945, yang kini diperingati sebagai hari juang TNI AD.35
Akibat terjadinya kekacauan keamanan semasa BKR dan tidak adanya satuan
komando yang terpusat terhadap Barisan Pemuda dan Laskar Perjuangan. Maka
diperlukan reorganisasi badan-badan yang melaksanakan keamanan dan perlindungan
Republik Indonesia untuk menghadapi Tentara Belanda yang memboncengi sekutu
melalui NICA. Akhirnya atas saran KNIP, dilakukan langkah-langkah reorganisasi
tentara yang penuh dengan konflik.
Pembentukan organisasi tentara di mulai dari TKR atas dorongan dari bekas
Mayor KNIL, Urip Sumoharjo, kemudian pemerintah memanggil Urip untuk diserahi
tugas mengorganisasi tentara nasional. Maka melalui maklumat pemerintah pada
tanggal 5 Oktober 1945 yang berbunyi : “Untuk memperkuat perasaan keamanan
umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”. Yang di tanda tangani oleh
33 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h. 5 34
Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, (Jakarta: Institute For Policy Studies 2004) h. 7 35
Bung Karno.36 Maka BKR di ubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sesuai
dengan namanya, fungsi utama TKR masih tetap memelihara keamanan dalam negeri
dan bukan menghadapi musuh dari luar. Namun demikian, setidak-tidaknya statusnya
sudah ditingkatkan menjadi tentara dan menunjukan satu langkah lebih maju.
Ketika pembentukan TKR diumumkan, pada hari itu juga yang ditunjuk untuk
menjadi pimpinan tertinggi TKR ialah Supriadi seorang tokoh PETA Blitar yang
pernah mengadakan perlawanan terhadap Jepang dalam bulan Februari.37
Untuk memobilisasi TKR, KNIP pada tanggal 9 Oktober 1945 mengumumkan
agar bekas prajurit PETA, Heiho, bekas Prajurit Hindia Belanda, Barisan Pemuda,
Pelopor, Hizbullah dan lain-lainnya, baik yang sudah ataupun yang belum mengalami
latihan militer untuk bergabung menjadi anggota TKR.
Pengangkatan pejabat keamanan rakyat baru diumumkan pada tanggal 20
Oktober 1945 dengan susunan Menteri Keamanan Rakyat ad interim adalah
Mohammad Sulyoadikusumo, Pimpinan tertinggi TKR adalah Supriadi dengan
Kepala Staf Umumnya Mayor Urip Sumoharjo, namun pimpinan tertinggi beralih
ketangan Amir Syarifudin dan Syahrir yang berasal dari golongan kiri. Hal ini dalam
perjalanan TNI kelak menyebabkan banyaknya konflik internal dan horizontal sesama
aparat pemerintahan khususnya dikalangan TNI AD.
Dalam usaha menyusun organisasi tentara, Urip Sumoharjo dibantu oleh
beberapa orang tokoh muda eks-perwira KNIL. Ia memilih kota Yogyakarta sebagai
tempat Markas Tertinggi (MT) TKR karena di Jakarta pasukan sekutu dan Belanda
cukup kuat untuk menghalang-halangi proses pembentukan TKR, selain itu TKR
belum mempunyai pimpinan tertinggi yang aktif karena tidak hadirnya Supriadi. Pada
waktu organisasi ketentaraan mulai disusun, pasukan serikat telah menduduki
36
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.6 37
beberapa kota besar dengan kekuatan 3 divisi tentara Inggris, 2 divisi tentara Australia
dan beberapa batalyon Belanda.
Pada tanggal 12 November 1945 diselenggarakan konferensi TKR di
Yogyakarta. Konferensi di hadiri oleh perwira senior dalam MT TKR,
panglima-panglima divisi, komandan-komandan resimen dari pulau Jawa. Sumatra dan
daerah-daerah lain diluar Jawa tidak mengirimkan utusan karena kesukaran komunikasi.
Begitu pula Surabaya, karena sedang bertempur dengan Inggris.38 Konferensi ini juga
dihadiri oleh badan-badan perjuangan dan laskar, Jendral Titular Pakubuwono XII,
Hamengku Buwono IX, Pakualam VIII dan Mangkunegoro VIII dari kraton Solo dan
Yogyakarta serta dihadiri oleh Sutan Syahir dan Amir Syarifudin.
Dalam konferensi tersebut terbentuk panitia pemilihan dan reorganisasi tentara
serta Kementerian Pertahanan yang kosong. Panitia memilih Kolonel Sudirman,
Panglima divisi V Purwokerto, sebagai Panglima Besar TKR dan Hamengku Buwono
IX sebagai Menteri Pertahanan untuk mengkoordinasikan perjuangan ketentaraan
dalam menghadapi peperangan. Sedangkan Urip Sumoharjo yang berharap menjadi
Panglima TKR tidak berhasil menjabat posisi tersebut dan terpilih untuk tetap pada
kedudukan sebagai Kapala Staf. Kemudian Urip Sumoharjo menyatakan mundur dari
ketentaraan Kepala staf Umum TKR, namun tak diijinkan oleh Presiden Soekarno
karena masih dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk menyusun organisasi tentara.
Konferensi pada mulanya tidak mengetahui bahwa Presiden Soekarno akan
mengangkat Syahrir menjadi Perdana Menteri dan Amir Syarifudin menjadi Menteri
Keamanan Rakyat yang kemudian berubah menjadi Menteri Pertahanan pada tanggal
13 Nopember 1945.
38
Dengan terbentuknya TKR pada 5 Oktober 1945 dan adanya laskar perjuangan
maka dipandang perlu menyatukan kekuatan bersenjata tersebut agar hasil perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dapat lebih optimal. Untuk itu, TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) di ubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7
januari 1946. Namun pemakaian nama Tentara Keselamatan Rakyat hanya sebentar.
Pada tanggal 24 Januari 1946, Presiden mengeluarkan dekrit perubahan nama TKR
menjadi TRI. Selanjutnya susunan organisasi TRI akan disempurnakan oleh sebuah
panitia.
Sebagai tindak lanjut dari pada rencana penyempurnaan organisasi, maka
pada tanggal 23 Februari 1946 dikeluarkan penetapan Presiden untuk membentuk
Panitia besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara. Tugasnya antara lain :
1. Membentuk kementerian keamanan
2. Membentuk ketentaraan
3. Kekuatan tentara
4. Organisasi tentara
5. Menyempurnakan bentuk peralihan dari TKR ke TRI dan menentukan status
laskar dan badan perjuangan.
Panitia Besar Reorganisasi ini beranggotakan 11 orang dipimpin oleh Letnan
Jenderal Urip Sumoharjo. Hasil kerja Panitia Besar Penyelesaian Organisasi
diumumkan pada tanggal 17 Mei 1946. 39
Adanya dua macam pasukan bersenjata, yaitu TRI sebagai tentara regular, dan
badan perjuangan sebagai potensi rakyat, sangat tidak menguntungkan perjuangan.
Maka Pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk mempersatukan kedua potensi
bersenjata ini. Pada tanggal 5 Mei 1947 dikeluarkan penetapan Presiden yang
39
bertujuan untuk mempersatukan TRI dan laskar-laskar kedalam satu organisasi
tentara.
Pelaksanaan persetujuan ini diserahkan kepada panitia yang diketuai oleh
Presiden sendiri. Tugas Panitia untuk menyatukan TRI dan laskar-laskar berjalan
kurang lancar, karena partai politik tidak begitu saja bersedia mengerahkan
kader-kadernya kepada pemerintah. Untuk mengatasi jalan buntu, menteri Pertahanan
menyodorkan konsepsi pelaksanaan penyatuan yang bertahap.
Tahap pertama : laskar dalam daerah divisi diperbolehkan mempunyai satu resimen
dari masing-masing partai politik, dan resimen-resimen itu digabungkan menjadi satu
brigade laskar.
Tahap kedua : brigade laskar menggabungkan diri kepada TRI, kemudian dilebur
menjadi TNI.40
Cara bertahap ini disetujui dan pada tanggal 7 Juni 1947 Presiden
mengeluarkan penetapan :
- Mulai tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan menyatakan semua laskar dan badan perjuangan secara serentak
dimasukkan kedalam TNI.
- Pimpinan Tertinggi TNI dipegang oleh Pucuk Pimpinan TNI yang merupakan
pimpinan kolektif, terdiri dari kepala dan anggota. Kepala Pucuk Pimpinan
adalah Panglima Besar Angkatan Perang (PBAP) Jenderal Sudirman.
Anggotanya terdiri dari : Letjen Urip Sumoharjo, Laksamana Muda Nazir,
Komodor Muda S. Suryadharma, Sutomo, Ir Sakirman, dan Djoko Soyono.
- Tugas Pucuk Pimpinan adalah melaksanakan tugas operasional dan
penyempurnaan organisasi.41
40
Tetapi rencana itu belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, karena
Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 telah melancarkan aksi militernya yang pertama,
sesudah perjanjian Renville.
Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan
tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya
kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Pasca saat-saat kritis selama perang
kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat,
tentara revolusi, dan tentara nasional.
Sebagai kekuatan yang baru lahir, di samping TNI menata dirinya,pada waktu
yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan
baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan-rongrongan politik
bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI di bawah pengaruh
mereka melalui Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI- Masyarakat.42
Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI
menghadapi pergolakan bersenjata dibeberapa daerah dan pemberontakan PKI di
Madiun,43 serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang bermaksud membentuk Negara
Islam di Indonesia pada tahun 1949, yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.44
Tantangan dari luar negeri yaitu dalam menghadapi Agresi Belanda, maka bangsa
Indonesia melaksanakan perang rakyat semesta dimana segenap kekuatan TNI dan
masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut.
41
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.10
42
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.45 43
Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.72
44
Serangan belanda menarik perhatian Internasional. Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang dan mendesak supaya kedua belah pihak
segera menghentikan pertempuran dan kemudian mengadakan perundingan untuk
menyelesaikan persengketaan. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Presiden Sukarno dan
Jenderal Spoor mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak. Perintah itu
dikeluarkan pada saat TNI berhasil mengkonsolidasikan kekuatannya untuk
melancarkan perang gerilya.
Sekalipun sudah ada gencatan senjata dan resolusi PBB supaya Belanda
kembali kegaris tanggal 4 agustus 1947 ternyata Belanda terus melanjutkan aksi-aksi
militernya. Mereka berusaha merebut daerah seluas mungkin untuk nantinya dituntut
sebagai daerah kekuasaannya dalam perundingan politik. Dalam perkembangannya
Belanda menuntut supaya RI mengakui “garis van mook” itu.
Pemerintah RI mendesak supaya KTN (Komisi Tiga Negara) mempergunakan
kekuasaannya untuk memaksa Belanda supaya mentaati perintah tembak-menembak.
Tetapi ternyata KTN tidak mampu dan sebaliknya Belanda merasa dirinya cukup
mampu untuk langsung menyerang Yogyakarta. Pada tanggal 9 januari 1948 mereka
menyampaikan ultimatum yang berisi bahwa RI harus menyerahkan daerah yang luas
dan TNI ditarik dari daerah gerilya ke Yogyakarta yang sudah berada dalam kepungan
yang rapat. Pemerintah akhirnya terpaksa menerima keinginan Belanda.
Perundingan antara RI dan Belanda pada tanggal 2 November 1949
menghasilkan pembentukan Negara Republik Serikat yang terdiri dari RI dan
Negara-negara yang dibentuk oleh van Mook sebagai hasil dari perundingan Linggarjati 1946,
serta pembentukan komisi militer Belanda-Indonesia dan pembentukan Uni Indonesia
Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai
intinya.45 Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali kebentuk
Negara Kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi APRI.
Pada periode 1950-1959, sistem demokratisasi parlementer yang dianut
pemerintah mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politis yang terlalu jauh
dalam intern TNI mendorong terjadinya 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan
adanya keretakan dilingkungan TNI AD.46 Disisi lain, campur tangan itu mendorong
TNI terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang menganggap dirinya sebagai
“gerakan”,dan bukan sebagai partai.47
Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan kepolisian negara menjadi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tahun 1962, berdasarkan Surat
Keputusan Presiden No.225/Plt tahun 1962. peyatuan itu pada hakekatnya merupakan
bagian penting dari sejarah TNI. Usaha kearah pembentukan satu ABRI itu di mulai
di masa Ir. Djuanda.48
Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata dibawah satu komando,
diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam melaksanakan perannya,
serta tidak mudah terpengarung oleh kepentingan kelompok tertentu. Namun hal
tersebut menghadapi tangtangan, dalam situasi yang serba chaos, ABRI melaksanakan
tugasnya sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan
hankam, ABRI menumpas pemberontakan PKI dan mendorong terciptanya tatanan
45
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.65 46
Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.82 47
Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.161
48
politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan
konsekwen.49
Dalam rangka memperkuat inetgrasi internal, pada tahun 1965 dalam seminar
Angkatan Darat, dibuat doktrin TNI AD Tri Ubaya Sakti sebagai pedoman
perjuangan. Doktrin itu kemudian diikuti oleh AL, AU, dan Kepolisian dengan
doktrin perjuangan masing-masing. Tetapi agar tidak terjadi kekacauan, maka oleh
Mabes ABRI doktrin angkatan tersebut akhirnya diubah menjadi satu doktrin saja
yaitu Catur Dharma Eka Karma (Cadek) pada 1967.50 doktrin ini berimplikasi kepada
reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri.
Doktrin ini kemudian berubah pada tahun 1989 guna memungkinkan ABRI lebih
berperan pada semua bidang kehidupan Bangsa dan Negara dengan Dwifungsinya
melalui Tap MPR tahun 1993.
Di samping itu Sumpah prajurit yang juga diubah bunyinya sejak 1992,
dimana kesetiaan prajurit ABRI tidak lagi kepada pemerintah tetapi kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan doktrin berupa kode etik prajurit ditambah dengan
11 azaz kepemimpinan ABRI/TNI dan 8 Wajib ABRI/TNI.
Sementara, berkenaan dengan pembentukan jiwa korsa dan kode etik, serta
dengan terpisahnya kembali struktur Polri dari TNI/ABRI, setelah dikeluarkannya
ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.51 Maka doktrin catur dharma Eka Karma
tidak dipakai lagi karena dwifungsi ABRI telah dihapuskan dan Supremasi
Pemerintahan sipil telah mengendalikan pemerintahan Republik Indonesia.
49
Tentara nasional Indonesia, artikel di akses tanggal 12 desember 2006 dari
http://www. TNI. MIL. Id.com
50
Muhammad Rusli karim, Peran ABRI dalam Politik dan Pengaruhnya terhadap pendidikan Politik di Indonesia (1965-1979), (Jakarta : PT. haji mas Agung, 1989) h. 78
51
Disamping itu catur yang berarti 4 Angkatan telah terpecah menjadi 3 Angkatan dan
Polri, yang masing-masing berbeda tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan kode
etik lainnya seperti Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 11 Azaz kepemimpinan TNI
masih tetap dipakai untuk pembentukan jiwa korsa TNI.
Sapta Marga adalah 7 jalan yang harus dilewati oleh semua Prajurit TNI yang
terdiri dari 3 Marga pertama menunjukan dirinya sebagai seorang pejuang bangsa
Indonesia yang bekerja tanpa pamrih, sedangkan 4 Marga berikutnya menunjukan
dirinya sebagai Profesional. Sapta Marga tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kami warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan
Pancasila.
2. Kami Patriot Indonesia pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang
bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa serta
membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara nasional Indonesia adalah bhayangkari Negara dan
bangsa Indonesia.
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh,
dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan
prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan
didalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap sedia berbakti kepada
Negara dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menempati janji serta
Sumpah Prajurit.52
52
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah lama mengenal agama.
Agama-agama telah lama hadir dalam kehidupan bangsa Indonesia hidup dan mengakar
dengan kuat sebagai salah satu sendi kebudayaan nasional bangsa. Agama bagi
bangsa Indonesia memiliki posisi penting dan strategis. Dalam perspektif historis,
umat beragama telah menampilkan peran kesejarahan yang besar dan menentukan
bagi perjuangan bangsa dan negara, baik pada periode penegakan
kemerdekaan,maupun pada masa mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Seperti
diungkapkan sejarah, bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan
transformasi dari kekuatan-kekuatan keamanan rakyat. Di antara kekuatan itu adalah
lasykar yang dibentuk oleh umat Islam, seperti Hizbullah, dan laskar-laskar lain yang
dipimpin oleh para komandan yang memiliki keagamaan/keislaman yang kuat, seperti
Jenderal Soedirman yang pernah memperoleh latihan dalam Hizbul Wathan
Muhammadiyah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam sejarah TNI tidak
terlepas dari sejarah perjuangan agama.
2. Tugas TNI
Pertahanan Negara adalah salah satu bentuk upaya bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan nasional. Hakekat pertahanan negara adalah keikutsertaan tiap-tiap
warga negara sebagai perwujudan hak dan kewajibannya dalam usaha pertahanan
negara. Dalam pasal 30 ayat 2 menegaskan bahwa usaha pertahanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan semesta, yaitu bahwa Tentara
Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan
pendukung.
Tentara Nasional Indonesia di bangun dan dikembangkan secara profesional
sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip
demokrasi, supremasi sipil,hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan
ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran
belanja negara yang di kelola secara transparan dan akuntabel. Dengan perkembangan
kondisi lingkungan yang semakin maju baik Internasional maupun Nasional, maka
Undang-undang nomor 2 tahun 1988 tentang prajurit ABRI sudah tidak sesuai lagi
dan oleh karena itu, perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Dengan telah
diundangkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara
yang menggantikan Undang-undang nomor 20 tahun 1982, peran, fungsi, dan tugas
TNI yang terdapat dalam undang-undang nomor 3 tersebut di pandang perlu untuk
dijabarkan dan diwadahi dalam suatu undang-undang tersendiri. Untuk memelihara
kelangsungan serta kelancaran pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas TNI kedepan
maka diperlukan undang-undang tentang TNI.53
Sesuai ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI
setelah terpisahnya TNI dan POLRI, maka dalam jati dirinya TNI adalah sebagai :
a. Tentara Rakyat yang anggotanya berasal dari warga Negara Indonesia.
b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan
menyelesaikan tugasnya.
53
c. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi
kepentingan Negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan
agama.
d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara
baik, tidak berpolitik praktis dalam arti bahwa tentara hanya mengikuti politik
Negara yang menganut prinsip demokrasi, supermasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi,
tidak berbisnis, dan di jamin kesejahteraannya.
Sesuai undang-undang nomor 34 tahun 2004 peran TNI adalah :
a. TNI berperan sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.
b. TNI sebagai alat pertahanan Negara, berfungsi sebagai penangkal terhadap
setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam
negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa,
penindakan setiap bentuk ancaman dan pemulihan terhadap kondisi yang
terganggu akibat kekacauan keamanan.54
Dalam UU TNI Pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa, tugas pokok TNI adalah
menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara berupa :
1. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain terhadap
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lain.
54
3. Pemberontakan bersenjata, yaitu suatu gerakan bersenjata yang melawan
pemerintahan yang sah.
4. Sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instansi penting dan objek vital
nasional.
5. Spionase, yang dilakukan oleh Negara lain untuk mencari dan mendapatkan
rahasia militer.
6. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja
sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri.
7. Ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional Indonesia, yang
dilakukan pihak-pihak tertentu.55
Serta pada ayat 2 pasal 7, tugas pokok TNI yang harus dilakukan terbagi
menjadi 2 meliputi :
1. Operasi militer untuk perang
Segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI, untuk melawan
militer Negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik
bersenjata dengan suatu Negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya
pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional.
2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk :
2.a. mengatasi gerakan separatis bersenjata.
2.b. mengatasi pemberontakan bersenjata.
2.c. mengatasi aksi terorisme.
55
2.d. mengamankan wilayah perbatasan.
2.e. mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, yaitu
objek-objek yang menyangkut hajat orang hidup banyak, harkat dan martabat
bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan
pemerintah.
2.f. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri.
2.g. mengamankan presiden dan wakil Presiden beserta keluarganya.
2.h.memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan penduduknya secara
dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta
2.i. membantu tugas pemerintah di daerah yaitu membantu pelaksanaan fungsi
pemerintahan dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan
kemapuan TNI unruk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi,
antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra
struktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal.
2.j. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas
keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur didalam undang-undang.
2.k.membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan
perwakilan pemerintahan asing yang sedang berada di Indonesia.
2.l.membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pemberian bantuan kemanusiaan.
2.m.membantun pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search and
2.n.membantu pemerintahan dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan,perampokan, dan penyelundupan.56
Saat angin reformasi melanda masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan
euphoria politik, terjadi berbagai bentuk perubahan sosial yang mengarah pada
demokratisasi masih sedang dan terus berlangsung, dalam proses demokratisasi telah
terjadi ekselerasi dengan tumbuhnya kesadaran baru tentang makna reformasi. TNI
(ABRI) sebagai garda terdepan dalam mejalankan fungsi stabilitas dan keamanan
telah mempelopori gerakan dengan melakukan reformasi internal dengan berbagai
kebijakan seperti redifinisi, rektualisasi, dan reposisi peran TNI.57
TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai
dengan tuntunan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar
reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan
Indonesia baru yang lebih baik di masa yang akan datang dalam bingkai tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1998 secara internal TNI
telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain :
1. Merumuskan paradigma baru peran ABRI abad XXI.
2. Merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau
kemasa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI
abad XXI, karena paradigma lama TNI masih mengenal doktrin
perang. Pada paradigma baru TNI, doktrin perang tidak lagi relevan
sebagai corak pembentukan kepribadian prajuit, tapi tindakan atau aksi
yang dapat mengkondisikan suatu halangan bagi perluasan perang.
Perang bukanlah tujuan melainkan instrument untuk mencegah perang
yang lebih dahsat.
56
Tentara Nasional Indonesia 57
Wiranto,Redifinisi,reaktualisasi, dan Reposisi Peran TNI dalam Kehidupan Bangsa.
3. Pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan pimpinan
ABRI pada 1 April 1999 sebagai Transformasi awal.
4. Penghapusan kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih
status.
5. Penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-1.
6. Penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II
dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik.
7. TNI tidak lagi terlibat dalam politik praktis.
8. Pemutusan hubungan organisatoris dengan partai Golkar dan
mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.
9. Komitmen dan konsisten netralitas TNI dalam pemilu.
10.Penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).
11.Revisi doktrin TNI sesuai dengan reformasi dan peran ABRI abad
XXI.
12.Perubahan staf Sospol menjadi stap Komsos.
13.Perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) menjadi Kepala Staf
Teritorial (Kaster).
14. Penghapusan Sospoldam, babinkardam, Sospolrem, dan sospoldim.
15.Likuidasi Staf syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI, dan Babinkar
ABRI.
16.Penerapan akuntabilitas publik terhadap yayasan-yayasan milik
militer/Badan Usaha Militer.
17.Likuidasi organisasi wakil panglima TNI.
19.Penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak
penyaringan.
20.Penghapusan posko kewaspadaan .
21.Pencabutan materi sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI.
22.Likuidasi organisasi Kaster TNI.
23.Likuidasi Staf Komunikasi sosial (Komsos) TNI sesuai SKEP
Panglima TNI No. 21/VI/2005.
Sebagai alat pertahanan Negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan
reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik
Negara. Paradigma baru TNI dalam fungsi sosial politik mengambil bentuk
implementasi sebagai berikut :
a) Mengubah posisi dan metode tidak selalu harus didepan. TNI senantiasa siap
melaksanakan perannya dalam spektrum tingkat keadaan, mulai dari
pendekatan fungsi pertahanan negara.
b) Mengubah dari konsep menduduki menjadi mempengaruhi. Bahwa peran
sosial politik TNI secara utuh tidak lagi menduduki personel TNI dalam
jabatan sipil (sebagai dwifungsi), namun senantiasa memberi kontribusi
pemikiran yang kontruktif. Hal ini merupakan manisfestasi dari rasa tanggung
jawab TNI yang selalu peduli pada nasib bangsa.
c) Merubah dari cara-cara mempengaruhi secara tidak langsung menjadi tidak
langsung. Apabila pada masa lalu peran sosial politik TNI terlibat secara aktif
dalam kancah politik, maka pergeseran peran sosial politik TNI menuju pada
cara mempengaruhi secara tidak langsung melalui penyampaian sumbangan
pemikiran dan konsep kebangsaan kepada instansi fungsional dalam kerangka
d) Senantiasa melakukan role sharing (kebersamaan dalam pengambilan
keputusan penting kenegaraan dan pemerintahan) dengan komponen lainnya
dalam sistem nasional yang terpadu.58
58
BAB III
PROFIL DAERAH DAN OBJEK PENELITIAN
A. Letak Geografis
Batalyon kavaleri 9/Penyerbu terletak di jalan Raya Serpong Tangerang, yang
berada di Kelurahan Pondok jagung, Kecamatan Serpong tangerang. Adapun batas
wilayah yang menjadi pembatas dari batalyon kavaleri adalah sebelah utara
berbatasan dengan kampung Kandang Sapi, perumahan Alam Sutera, sebelah selatan
berbatasan dengan kampung Cihuni Kelurahan Pegedangan, sebelah barat berbatasan
dengan kampung Wates Kelurahan Pakulonan barat, dan sebelah timur berbatasan
dengan kampung Priang Kelurahan Pondok Jagung Timur.
Selain itu pula, Batalyon Kavaleri berdampingan dengan Yonif ARHANUDRI
1. untuk menuju lokasi Batalyon Kavaleri tidak begitu sulit, karena Batalyon Kavaleri
berada tepat diperbatasan yang menghubungkan wilayah Kabupaten/Kota Tangerang
dan kota mandiri BSD. Oleh karena itu banyak kendaraan roda dua maupun roda
empat yang lalu lalang melewati Yonkav 9/BU ini.
Dengan lancar dan cukup tersedianya sarana maupun prasarana transportasi di
kawasan Batalyon Kavaleri, menjadikan batalyon mudah untuk dijangkau. Adapun
luas keseluruhan wilayah batalyon kavaleri adalah 213,035 M2.
1.Keadaan Anggota TNI Yonkav 9/BU
Catatan keanggotaan batalyon kavaleri menyebutkan bahwa jumlah anggota
batalyon kavaleri sebanyak 658 dan terdiri dari anggota militer dan pegawai negeri
Sipil (PNS) dengan jumlah setiap satuan personel berbeda jumlahnya.
Gambaran lebih rinci mengenai keadaan personel Yonkav 9/BU dapat dilihat
Table. 1
Komposisi Personel Yonkav 9/BU
No. Satuan Jumlah Personel
1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Letkol Mayor Kapten Lettu Letda Peltu Pelda Serma Serka Sertu Serda Kopka Koptu Kopda Praka Pratu Prada Jumlah 1 1 4 12 4 1 4 7 17 44 45 68 62 74 63 113 122 642
1. PNS 14
Jumlah 658
Sumber data : Statistik Agama dan Press Militer dan PNS
2. Kehidupan Keagamaan di lingkungan batalyon
Berbagai fenomena sosial banyak ditimbulkan akibat agama. Diantaranya
berupa struktur social, pranata sosial, dan dinamika masyarakat yang sangat majemuk.
satu dengan yang lainnya, hal ini tentunya mengasumsikan bahwa agama-agama yang
ada, memiliki perbedaan pula dalam kepanutannya dan bentuk pelaksanaannya.
Dalam kehidupan keagamaan di lingkungan batalyon kavaleri 9/Penyerbu,
sejauh ini yang menjadi siklus di lingkungannya adalah berupaya mewujudkan para
prajuritnya meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagaimana tersirat dalam Sapta Marga TNI pada marga ke 3. “Kami ksatria
Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran,
kebenaran, dan keadilan.”
Jika dilihat dari keberagamaan prajurit TNI batalyon kavaleri 9/penyerbu,
sebagian besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 611 orang, sedangkan sisanya
menganut agama Kristen Protestan sebanyak 20 orang, Katholik sebanyak 10 orang,
dan Hindu sebanyak 14 orang. Sarana peribadatan yang ada di batalyon kavaleri
hanya terdapat 1 buah masjid saja yang diperuntukkan untuk prajurit yang beragama
Islam dalam beribadah. Adapun untuk anggota yang beragama lain telah disediakan
dan diperbolehkan menggunakan gedung-gedung atau aula seperti ruang fitness,
ruang rapat dan gedung lainnya yang terdapat di lingkungan batalyon untuk kegiatan
keagamaan.
Adapun fungsi aula serbaguna yang ada di batalyon kavaleri 9 Serpong
Tangerang adalah sebagai pusat kegiatan TNI batalyon kavaleri 9 dalam
melaksanakan berbagai macam kegiatan kemiliteran yang bersifat formal seperti
pelantikan atau serah terima jabatan dilingkungan batalyon kavaleri. Selain itu, aula
serbaguna inipun sering digunakan untuk berbagai macam kegiatan yakni bimbingan
keagamaan untuk anggota TNI yang Non Muslim, pengobatan massal, seminar umum
Gambaran tentang keberagamaan prajurit TNI Yonkav 9/BU, dapat dilihat
[image:50.595.79.496.180.500.2]pada tabel berikut ini.
Table 2.
Komposisi prajurit Yonkav 9/BU berdasarkan agama
No Pemeluk Agama Jumlah Prosentase
1. 2. 3. 4. Islam Kristen Protestan Katholik Hindu 611 20 10 14 93,4 % 3,0 % 1,5 % 2,1 %
Jumlah 655 100 %
Sumber data : Statistik Agama