• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama dan TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Agama dan TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “ Agama dan TNI ( Studi Tentang Kehidupan Sosial Keagamaan TNI Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 10 September 2008. Skripsi telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperolah Gelar Program Strata Satu (S1) pada Jurusan

Sosisologi Agama.

Jakarta, 10 September 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota

Dra. Hj. Hermawati, MA Dra. Jauharatul Jamilah MA

NIP: 150 227 408 NIP: 150 282 401

Anggota

Penguji I Penguji II

Dra. Hj. Ida Rosyidah, MA Dr. Yusron Razak, MA NIP: 150 243 267 NIP: 150 216 359

Pembimbing

(2)

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala

limpahan nikmat,rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, yang menjadi hujjah-Nya

atas semua manusia, pemimpin dan iman,teladan dan kekasih kita,beseta kerabat dan

para sahabat serta siapapun yang jalan beliau hingga hari kiamat.

Selanjutnya, skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu

dari banyaknya nikmat yang Allah berikan. Terselesainya skripsi ini Tidak lepas dari

usaha yang tak mudah, karena dalam penyelesaian ini banyak sekali rintangan dan

hambatan serta cobaan hidup yang penulis temui. Namun demikian bahwa yang

semula putus asa tapi pada akhirnya menjadi suatu harapan jika kita

bersungguh-sungguh. Penulis yakin tidak ada yang mustahil untuk mencapai hasil yang

memuaskan tidaklah mudah.

Pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan penuh kesadaran, penulis

telah banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis secara khusus

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan mendalam kepada :

1. Dr. M Amin Nurdin. M,A., Dekan fakultasUshuluddin dan Filsafat dan para

stafnya yang telah mengarahkan dan memberi pelayanan administrasi selama

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...5

D. Metodologi Penelitian...5

E. Sistematika Penulisan. ...8

BAB II KAJIAN TEORI ...9

A. Agama ...9

1. Pengertian Agama ...9

2. Pengertian keberagamaan ...11

3. Fungsi Agama ...12

4. Dimensi – dimensi keberagamaan ...15

B. TNI ...16

1. Sejarah Singkat TNI ...16

2. Tugas TNI ...30

BAB III PROFIL DAERAH DAN OBYEK PENELITIAN...38

A. Letak Geografis dan Demografis ...38

B. Profil Batalion Kavaleri 9/Penyerbu ...43

1. Sejarah singkat ...43

2. Aktivitas keberagamaan...49

(4)

Kavaleri 9/Penyerbu...52

B. Fungsi dan Peran agama bagi kehidupan TNI ...55

C. Kegiatan pembinaan keagamaan TNI ...58

D. Orientasi keagama bagi anggota TNI...63

BAB V PENUTUP...64

A. Kesimpulan ...64

B. Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA ...66

(5)

PEDOMAN WAWANCARA

Agama dan TNI Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten

1. Profil Identitas informan/responden

a. Nama : ………

b. Usia : ………...

c. Status : ...

d. Tempat tinggal : ...

e. Asal daerah : ...

f. Jabatan : ...

g. Tingkat pendidikan : ...

h. Agama : ...

2. Keagamaan Informan

a. Pemahaman keagamaan

1. Pengertian

2. Kepercayaan dan keyakinan tehadap agama

b. Praktek keagamaan

1. ibadah wajib

2. Kegiatan keagamaan dilingkungan batalyon

c. Fungsi agama bagi TNI

(6)

PEDOMAN WAWANCARA

Agama dan TNII Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten

a. Nama : Wandi

b. Usia : 37 tahun

c. Status : Nikah

d. Tempat tinggal : Asrama Yonkav 9/Penyerbu Tangerang

e. Asal daerah : Garut Jawa Barat

f. Jabatan : SERKA

g. Tingkat pendidikan : SMA

h. Agama : Islam

Tanya : Apa latar belakang pendidikan bapak sebelum menjadi TNI ?

Jawab : Pendidikan saya cuma sampai SMA

Tanya : Bagaimana Pemahaman bapak tentang agama ?

jawab : Bagi saya agama merupakan sumber nilai dan norma yang mengatur

kehidupan manusia untuk selalu berbuat baik sesuai dengan ajaran agama.

Tanya : Bagaimana perilaku beragama bapak ketika berada di lingkungan batalyon

dan ketika di rumah/masyarakat?

Jawab : Didalam agama kan kita diajarkan bagaimana kita berhubungan dengan

Tuhan, berhubungan dengan manusia dan berhubungan dengan alam sekitar.

(7)

saja,perilaku agama kita harus kita jaga, kalau sudah waktunya sholat ya kita

sholat.

Tanya : Praktek keagamaan apa saja yang bapak lakukan di lingkungan batalyon ?

Jawab : saya selalu berusaha untuk tetap melaksanakan perintah agama seperti sholat,

puasa dan sebagainya.

Tanya : Sebagai abdi Negara, bagaimana bapak menjalankan kegiatan keagamaan di

saat sedang bertugas ?

Jawab : Di saat sedang tugas ya kita tidak bisa dong de menjalankan kegiatan agama,

paling kalau sudah waktunya istirahat atau selesai bertugas, baru dapat

melaksanakannya, tapi biasanya disini sudah terjadwal,kalau sudah jam 12

siang kita istirahat...nah.. di waktu istirahat itulah baru kita melaksanakan

sholat. Jadi tidak ada masalah.

Tanya : Kegiatan keagamaan apa saja yang ada dan dilakukan di dalam lingkungan

batalyon ?

Jawab : Kegiatan agama disini..ya..ada dan sangat baik, tapi tidak terlalu banyak atau

sering dilaksanakan karena terbentur dengan tugas pengamanan.

Tanya : Apakah bapak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ?

Jawab : Semua kegiatan yang datangnya dari kesatuan batalyon atau Kodam Jaya

baik kegiatan pengamanan atau kegiatan yang bersifat pembinaan mental itu

wajib untuk mengikutinya.

Tanya : Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan yang ada

dilingkungan batalyon bermanfaat bagi TNI ?

Jawab : Sangat bermanfaat bagi saya, untuk menambah ilmu pengetahuan juga untuk

meningkatkan keimanan para prajurit.

(8)

Jawab : Agama menurut bapak sangat berperan sebagai fondasi moral individu

masyarakat, karena secara imperatif mengarahkan tindakan kita senantiasa

bermanfaat bagi diri, lingkungan dan masyarakat.

Tanya : Bagaimana orientasi keagamaan bapak dalam beragama?

Jawab : Sebagai seorang yang beragama dan prajurit TNI ingin dan selalu berusaha

untuk tetap terciptanya sebuah hubungan yang serasi,selaras dan seimbang

dalam masyarakat, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan

(9)

PEDOMAN WAWANCARA

Agama dan TNII Studi Tentang Kehidupan Sosial KeagamaanTNI Batalyon Kavaleri/9 Penyerbu Serpong Tangerang Banten

a. Nama : Naidi

b. Usia : 30

c. Status : Nikah

d. Tempat tinggal : Asrama Yonkav 9/Penyerbu Tangerang

e. Asal daerah : Jakarta

f. Jabatan : SERTU

g. Tingkat pendidikan : SMA Pelayaran

h. Agama : Islam

Tanya : Apa latar belakang pendidikan bapak sebelum menjadi TNI ?

Jawab : SMA Pelayaran

Tanya : Bagaimana Pemahaman bapak tentang agama ?

jawab :. Agama bagi saya tenaga penggerak yang memiliki nilai-nilai tersendiri bagi

persatuan dan kesatuan bangsa, karena didalam agama sendiri mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia

dengan lingkungan sekitar.

Tanya : Bagaimana perilaku beragama bapak ketika berada di lingkungan batalyon

dan ketika di rumah/masyarakat?

Jawab : Ya... sebagai seorang muslim dan prajurit saya berusaha untuk tetap

berperilaku sesuai dengan ajaran agama dan kode etik prajurit.

(10)

Jawab : Saya melaksanakan sholat lima waktu dan mengikuti kegiatan bimbingan

rohani yang telah diberikan oleh kesatuan.

Tanya : Sebagai abdi Negara, bagaimana bapak menjalankan kegiatan keagamaan di

saat sedang bertugas ?

Jawab : selalu berusaha untuk tetap melaksanakan sholat lima waktu malau itu harus

di Jama atau Qasar.

Tanya : Kegiatan keagamaan apa saja yang ada dan dilakukan di dalam lingkungan

batalyon ?

Jawab : Di sini sering mengadakan kegiatan pengobatan masal yang diadakan di

lapangan. Bintal ( Bimbingan Mental), Isra Mi`raj,

Tanya : Apakah bapak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut ?

Jawab : Untuk kegiatan Bintal disini diwajibkan bagi prajurit untuk mengikutinya.

Tanya : Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan yang ada

dilingkungan batalyon bermanfaat bagi TNI ?

Jawab : Ya.. bermanfaat, karena itu semua demi meningkatkan keimanan kita semua

kan dan juga memotivasi kita dalam tugas.

Tanya : Apakah peran dan fungsi agama bagi bapak?

Jawab : Ya.. jelas agama sangat berperan bagi saya sendiri, karena agama sebagai

pedoman hidup atau penyelamat dalam kehidupan baik kehidupan sekarang

maupun nanti.

Tanya : Bagaimana orientasi keagamaan bapak dalam beragama?

Jawab : orientasi saya selalu berusaha agar tetap menjalankan ibadah sesuai dengan

(11)

BAB I PENDAHULUAN

5. A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia sepanjang sejarah, senantiasa diiringi oleh apa yang disebut sebagai

agama. Agama bagi manusia merupakan fitrah insaniyah, sebagai naluri yang tidak

dapat dipisahkan dari kebutuhan hidup manusia, sekaligus merupakan kebutuhan

primer bagi kehidupan bermasyarakat.

Dalam kehidupan manusia terdapat tiga hak dasar yang dimiliki oleh setiap

manusia yang berlaku secara universal dan harus dipelihara dan mendapatkan jaminan

institusi pemerintah atau negara. Hak dasar tersebut adalah hak untuk hidup (life)

tanpa rasa takut dan ancaman dari siapapun, hak untuk hidup bebas (liberty) untuk

berbicara dan berekspresi, untuk beragama dan bercita-cita dan sebagainya, dan hak

untuk memiliki sesuatu (property) baik materi maupun non materi.1

Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat

adikodrati (supranatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup

kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai

orang perorangan maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat,

selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari.2 Nilai – nilai yang

terdapat dalam agama pada dasarnya merupakan satu ajaran yang membawa manusia

pada pencapaian kebahagian dunia dan akhirat.

1

A. Ubaidillah, DKK., Pendidikan kewargaan, Demokirasi, HAM dan Masyarakat Madani,

Jakarta : IAIN Jakarta Press. 2000, h.96. 2

(12)

Agama yang dianggap suatu jalan hidup bagi manusia (way of life) menuntun

manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk memelihara integritas

manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama

manusia serta dengan lingkungan yang mengitarinya. Dengan kata lain agama pada

dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia

dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan lingkungan yang

mengitarinya.3

Menurut Glock dan Stark,4 keberagamaan atau religiusitas adalah suatu

tindakan yang mengacu pada sistem keyakinan, peribadatan dan aturan-aturan moral

agama. Dalam kontek ini keberagamaan dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu

keimanan, pengetahuan , peribadatan dan upacara, pengamalan keagamaan dan

konsekuensi terhadap ajaran agama. Agama sebagai pegangan dan pandangan hidup

bagi manusia dan berperan di hampir seluruh bidang kehidupan dan yang paling

penting berperan dalam bidang bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Peranan

sosial agama haruslah dilihat sebagai sesuatu yang mempersatukan di mana dalam

pengertian harfiahnya agama menciptakan suatu ikatan bersama, yaitu dengan adanya

kewajiban-kewajiban sosial keagamaan yang membantu mempersatukan mereka.

Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama

oleh kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan bersama

dalam masyarakat serta cenderung melestarikan nilai-nilai sosial.

Agama selalu mengajarkan dan menginginkan kedamaian dan kesejahteraan

bagi setiap umat manusia, baik kehidupan di dunia maupun di kehidupan akhirat. Hal

tersebut dapat dilihat pada kehidupan keagamaan anggota Tentara Nasional Indonesia

3

Rusmin Tumanggor,, Sosiologi dalam Perspektif Islam,(Jakarta:UIN jakarta press 2004) h.18 4

(13)

(TNI) yang selalu memperjuangkan serta menegakkan dan mempertahankan

kedamaian demi menjaga keutuhan NKRI.

Pandangan keagamaan dan pengetahuan agama anggota TNI dapat dilihat dari

sejauh mana para prajurit TNI dalam memahami agama. Apakah menurut TNI yang

ada di lingkungan Batalion Kavaleri agama itu penting atau hanya sebagai teks saja.

Agama dalam hal ini mengajarkan manusia agar menjadikan Tuhan sebagai

pangkal dan tujuan hidupnya. Dengan dasar dan sikap seperti itu kehidupan Prajurit

mempunyai makna dan nilai luhur sebagai pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa

di samping pengabdian dirinya kepada Negara dan Bangsa. Agama pada hakekatnya

ditujukan untuk meningkatkan iman,akhlak manusia dan budi pekerti yang luhur bagi

para pemeluk agama serta masyarakat Indonesia pada umumnya, agar terwujud dalam

amal perbuatan dan pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta dapat

berpartisipasi secara positif dalam pembangunan nasional salah satunya dalam bidang

pertahanan negara dan bangsa.

Maka dari itu, agama tidak hanya mempunyai arti individu melainkan juga

arti sosial bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Agama tidak hanya

mempengaruhi tingkah laku individu tetapi juga tingkah laku sosial.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melihat

dan mengkaji bagaimana peranan Agama dan TNI dalam menjalankan kehidupan

sosial keagamaan sehari – hari.

(14)

1. Pembatasan masalah

Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian

ini pada kehidupan sosial keagamaan di lingkungan TNI Batalyon kavaleri

9/penyerbu yang berada di wilayah Serpong Tangerang.

2. Perumusan masalah

Untuk mendapatkan hasil yang sistematis dan terarah serta jelas maka penulis

membuat rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pelaksanaan kehidupan sosial keagamaan TNI di Batalyon

Kavaleri 9/ Penyerbu Serpong Tangerang..

6. C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran agama

dalam kehidupan anggota TNI dan mengetahui kehidupan sosial keagamaan para TNI

di Batalyon Kavaleri 9, serta motivasi dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas

kenegaraan.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat luar khususnya

bagi penulis dan aparat terkait terutama dalam upaya pengembangan kehidupan

beragama di lingkungan TNI. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi

tambahan bahan pustaka, mengenai praktek kehidupan beragama. Di samping itu

merupakan suatu sumbangsih dan motivasi bagi para peneliti untuk dapat

mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang serupa.

7. D. METODE PENELITIAN

(15)

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field

research) dan penelitan pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Pada

dasarnya penelitian ini merupakan suatu kegiatan deskriptif analisis, sebagai upaya

memberikan penjelasan dan gambaran komprehensif tentang kehidupan sosial

keagamaan TNI di Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa suatu keadaan

atau suatu fenomena tertentu berdasarkan data yang peneliti peroleh. Secara harfiah

penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi

mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian tertentu, sehingga diperoleh deskripsi

yang sistematis faktual dan aktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi.5

Penekanan penelitian ini adalah bagaimana ajaran agama dilaksanakan oleh

para anggota TNI dalam aktivitas kerjanya sehari-hari dan dalam hubungan mereka

dengan sesama anggota TNI serta lingkungan sekitarnya.

Ada pun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan

skripsi,tesis dan disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

2. Lokasi penelitian

5

(16)

Penelitian ini mengambil lokasi di Batalyon Kavaleri 9/Penyerbu Serpong

Tangerang. Alasannya adalah keingintahuan peneliti terhadap kehidupan sosial

keagamaan TNI, serta lokasi penelitian berdekatan dengan daerah peneliti sehingga

diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

3. Subyek penelitian dan teknik pengumpulan data

Subyek utama penelitian ini adalah anggota TNI Batalyon Kavaleri

9/Penyerbu Serpong Tangerang. Untuk memperoleh data, teknik pengumpulan data

yang diterapkan adalah sebagai berikut :

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Pengamatan langsung yakni pengamatan yang dilakukan sambil

berperan serta dalam kehidupan orang yang kita teliti. Observasi ini dimaksudkan

untuk mengetahui kegiatan dan aktivitas kerja responden secara akurat, mencatat

fenomena yang muncul dan mengetahui hubungan antara aspek dalam penelitian

tersebut.6

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan

alat yang dinamakan Interview guide (Panduan wawancara).7

Dan untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan wawancara

dengan beberapa anggota TNI batalyon kavaleri 9/Penyerbu Serpong Tangerang.

Sebagai acuan penelitian, penulis menyiapkan pedoman wawancara yang

disesuaikan dengan kebutuhan kondisi saat wawancara.

6

Kristi Poermandari,E., Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:LPSP3, Fak.Psikologi UI, 2002) h. 70.

7

(17)

Untuk memperkaya data dan interpretasi, penulis juga mengumpulkan data

melalui bahan bacaan seperti buku, hasil penelitian, catatan-catatan ataupun dokumen

yang terkait dengan penelitian baik diperoleh dari lokasi penelitian maupun instansi

terkait lainnya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah penyajian dan pembahasan skripsi, hasil penelitian ini

(18)

Bab I : Pendahuluan. Meliputi tentang Latar belakang masalah,Pembatasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Metodologi Penelitian dan

sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Teori membahas tentang ruang lingkup keagamaan (Pengertian

agama, Pengertian Keberagamaan,Fungsi agama, Dimensi-dimensi

keberagamaan) dan gambaran umum TNI meliputi sejarah singkat TNI dan

tugas pokok TNI.

Bab III : Profil Daerah dan Subjek Penelitian, terdiri dari kondisi geografi dan

demografis wilayah tersebut, profil Batalion kavaleri 9 meliputi (sejarah

singkat, aktivitas keberagamaan), fasilitas agama dan kegiatan keagamaan.

Bab IV : Kehidupan sosial Keagamaan TNI di Batalion Kavaleri 9 Serpong Tangerang

meliputi : pemahaman dan perilaku keberagamaan TNI, fungsi dan peran

agama dalam kehidupan TNI, kegiatan pembinaan keagamaan TNI dan

orientasi keagamaan bagi TNI

(19)

BAB II KAJIAN TEORI A. Agama

1. Pengertian agama

Mendefiniskan agama selalu tidak ada habisnya. Sampai sekarang perdebatan

tentang definisi agama masih belum selesai, sebagaimana pendapat yang

dikemukakan Zakiah Darajat dalam buku Ilmu Jiwa Agama, bahwa tidak ada yang

lebih sukar dari pada membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah

subyektif, intern dan individual dimana setiap orang akan merasakan pengalaman

agama yang berbeda dari orang lain.8

Kata agama berasal dari bahasa Sankrit, yang tersusun dari dua suku kata yaitu

“a” yang berarti tidak, dan “gama” berarti kacau, jadi agama adalah tidak kacau.

Adapun dalam bahasa Arab kata Din atau agama memiliki pengertian patuh, taat, dan

tunduk kepada Tuhan.9 Secara khusus, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat

aturan atau nilai untuk mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh, baik

hubungan manusia dengan penciptanya (hablum minallah), hubungan manusia dengan

manusianya (hablum minannas), dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar,

agar manusia dapat memperoleh keamanan, kedamaian, dan kebahagiaan.10

Agama menurut Harun Nasution adalah ikatan, ikatan ini mempunyai

pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari

8

Zakiah Darajat, Ilmu Jiawa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) Cet. Ke-13, h. 3.

9

Harun Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, ( Jakarta:UI Press) cet. Ke- 5. h. 1 10

(20)

kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, suatu kekuatan gaib yang tidak bisa di

tangkap oleh panca indera.11

Sedangkan bagi Thomas O`Dea, agama adalah alat untuk memahami

kehidupan sosial, di mana manusia harus mamahami dirinya, sehingga ia mampu

untuk berperilaku secara proporsional, yaitu kehidupan yang memiliki nilai-nilai

moral yang berupa etika. Inti dari pemahaman O`Dea ini menekankan kepada

manusia sebagai sumber etika dan moral yang akan membentuk sebuah budaya.12

Adapun agama dalam pengertian sosiologi sendiri dipandang sebagai gejala

sosial yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia. Walau

bagaimanapun adanya, pembahasan tentang agama tak pernah tuntas tanpa mengikut

sertakan aspek-aspek sosialnya. Agama adalah menyangkut kepercayaan serta

berbagai prakteknya, sehingga agama benar-benar merupakan fakta sosial.13

Dalam kamus sosiologi agama,14 pengertian agama ada tiga macam: Pertama,

percaya pada hal-hal spiritual; Kedua, perangkat kepercayaan dan praktek-praktek

spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; Ketiga, ideologi mengenai hal-hal

bersifat supranatural.15

Lain halnya dengan George Galloway yang merumuskan agama sebagai

keyakinan manusia kepada kekuatan yang melampaui dirinya, karena ia mencari

pemuas kebutuhan emosional dan ketenangan hidup yang diekspresikan dalam bentuk

penyambahan dan pengabdian. Menurut penulis agama merupakan sistem

kepercayaan dan praktek, yaitu di mana masyarakat atau individu mempercayai dan

11

Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, h. 9 12

Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar sosiologi. Terj. Abdul Mulis naharung, (Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 1997), Cet. Ke- 7, h. 3

13

Dadang kahmad, Sosiologi Agama,(Bandung : Rosdakarya Mulia, 2000), h. 29

14

Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi Agama, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 377 15

(21)

menjalankan agama sebagai pedoman kehidupan manusia baik di dunia maupun di

akhirat.

2. Pengertian Keberagamaan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata keberagamaan berasal dari kata

“beragama” dan memiliki artian menganut (memeluk), beribadah, taat kepada agama

(baik hidupnya menurut agama)16

Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara

terpisah, meski keduanya mempunyai makna yang saling terkait. Mengenai definisi

agama telah dijelaskan dibagian atas. Sedangkan keberagamaan berarti pembicaraan

mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dan

penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.

Muhammad Djamaluddin, mendefinisikan keberagamaan sebagai manifestasi

individu dalam meyakini, memahami, manghayati, dan mengamalkan agama yang

dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.17 Maka untuk mencapai hal tersebut,

diperlukan iman dan ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan, sehingga fungsi

Islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam dapat dirasakan.18

Keberagamaan Islam meliputi dimensi jasmani dan rohani, pikir dan zikir,

aqidah dan ritual, peribadatan, penghayatan dan pengalaman, akhlak individu dan

sosial masyarakat serta masalah duniawi dan akhirat. Dalam dimensi keyakinan atau

16

J.S. Badudu Sota, Muhamad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pustaka Sinas Harapan, 1994), Cet. Ke- 1, h. 11

17

Muhamad Djamaluddi, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi, (Yogyakarta : UGM Press, 1995), h. 44

18

(22)

aqidah, seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh

dan kuat, sehingga keyakinan tersebut tidak dapat digoyahkan. Keyakinan seperti itu

akan diperoleh seseorang dengan argumentasi (dalil aqli) yang dapat dipertahankan.

Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari

keyakinan. Mengamalkan syariat merupakan representasi dari keyakinan, karena

syariat merupakan kewajiban dan larangan yang datang darinya dan keyakinan harus

disertai dengan pengamalan kepada Allah.

3. Fungsi Agama

Agama sangat berperan dalam kehidupan serta pemeliharaan masyarakat.

Agama dalam kehidupan sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa dan mengikat

masyarakat atau sekelompok orang dalam hubungannya terhadap Tuhan, sesama

manusia dan alam yang mengitarinya.

Dari sudut pandang teori fungsional, agama menjadi penting sehubungan

dengan unsur-unsur pengalaman manusia yang diperoleh dari ketidakpastian,

ketidakberdayaan, dan kelangkaan yang memang merupakan karakteristik

fundamental kondisi manusia.19 Dalam hal ini fungsi agama menyediakan dua hal.

Pertama, suatu cakrawala pandang tentang dunia luar yang tak terjangkau oleh

manusia. Kedua,sarana ritual yang memungkinkan hubungan manusia dengan hal

diluar jangkauannya, yang memberikan jaminan dan keselamatan bagi

mempertahankan moralnya.20

19

Thomas F. O`Dea, Sosiologi Agama: Suatu Pengantar Awal, ( Jakarta : Raja Garafindo Persada, 1995) Cet Ke- 6. h. 25.

20

(23)

Agama dalam perspektif Islam memiliki fungsi vertikal dan horizontal.21

Fungsi vertikal diwujudkan dalam bentuk ibadah atau hubungan manusia dengan

Tuhan, sementara fungsi horizontal agama sebagai fungsi sosial dari agama yakni

hubungan manusia dengan manusia dengan adanya ajaran untuk berbuat baik kepada

sesama, saling menolong, menghargai dan menghormati.22

Menurut Jalaludin rahmat,23 fungsi agama adalah sebagai berikut :

a. Edukatif

Dimana ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran yang harus

dipatuhi.

b. Penyelamat

Manusia senantiasa merindukan datangnya keselamatan, baik keselamatan

dunia maupun akhirat.

c. Perdamaian/ ketenangan batin

Melalui agama, seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai

kedamaian batin melalui tuntunan agama. Perasaan berdosa akan lenyap bila

ditebus dengan pensucian diri atau tobat.

d. Kontrol sosial

e. Pemupuk solidaritas

Secara psikologi para pemeluk agama akan merasa memiliki kesamaan dalam

satu kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan akan menumbuhkan

solidaritas kelompok maupun perorangan.

21

Rusmin Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2004) h. 44.

22

Tumanggor, Sosiologi dalam Perspektif Islam, h. 46. 23

(24)

f. Transformatif

Agama dapat mengubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi

kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan mengubah

kesetiannya kepada adat.

g. Kreatif

Agama mendorong para penganutnya untuk bekerja tetapi untuk kepentingan

orang lain dan bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama dalam rangka

melakukan inovasi.

h. Sublimatif

Agama mengkuduskan segala usaha manusia bukan saja sifat ukhrawi, tapi

juga duniawi selama usaha tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma

agama.24

Dalam hal ini fungsi agama ialah memelihara integritas diri seseorang atau

sekelompok orang agar hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan

alam yang mengitarinya tidak kacau. Dengan kata lain, agama pada dasarnya

berfungsi sebagai alat pengatur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan, sesamanya dan alam yang mengitarinya.

4. Dimensi dimensi keberagamaan

Menurut R. Stark dan C.Y. Glok sebagaimana dikutip Roland Robertson

dalam bukunya, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, terdapat lima

dimensi utama dalam memahami masyarakat agama, yaitu :25

24

Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, h. 236 25

(25)

Pertama, dimensi keyakinan, yang berisikan pengharapan dimana orang yang

religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui akan kebenaran

doktrin atau ajaran agama tersebut.

Kedua, dimensi praktek agama, dimensi ini mencakup perilaku

pemujaan-pemujaan serta ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan sebuah

komitmen terhadap agama yang dianutnya.

Ketiga, dimensi pengalaman, dimensi ini berisikan dan memperhatikan

pengharapan-pengharapan tertentu, walupun tidak tepat jika dikatakan bahwa

seseorang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan

subjektif dan langsung mengenai kenyataan akhir, bahwa ia akan mencapai suatu

keadaan kontak dengan perantara supranatural.

Keempat, dimensi pengetahuan agama, dimensi ini mengacu pada harapan

bahwa seseorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal

pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi

agama yang dianutnya. Glock melihat bahwa tidak semua pengetahuan bersandar

kepada keyakinan. Seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami

agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.

Kelima, dimensi konsekuensi, dimensi ini mengacu kepada identifikasi

akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek-praktek, pengalaman, dan pengetahuan

seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan disini,

walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir

dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas

konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata

berasal dari agama.26

26

(26)

B. TNI

1. Sejarah Singkat TNI

Tentara Nasional Indonesia lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia,

mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. Maka pada tanggal 22 Agustus 1945

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memutuskan untuk membentuk

Badan Keamanan Rakyat (BKR).27 BKR merupakan bagian dari Badan Penolong

Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit

(BPP). Pembentukan BKR merupakan perubahan dari keputusan yang di ambil PPKI

dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 diputuskan untuk membentuk tentara

kebangsaan.28

BKR adalah suatu organisasi semi-militer bertugas untuk menjaga keamanan

dan ketertiban masyarakat dan bukan melaksanakan tugas-tugas pertahanan. Ia

merupakan sebuah organisasi dengan ikatan-ikatan yang longgar, tidak mempunyai

markas besar, tidak mengenal hirarki dan tidak mempunyai pimpinan yang terpusat.

Pembentukan BKR diumumkan bersama dengan pembentukan KNI dan PNI pada

tanggal 23 Agustus 1945. Dalam pidatonya Presiden Sukarno mengajak

pemuda-pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho dan pemuda-pemuda-pemuda-pemuda lainnya untuk

bergabung dalam BKR.29

Disamping BKR sebagai badan resmi yang dibentuk pemerintah, terdapat pula

badan-badan perjuangan lain yang tidak puas dengan pembentukan BKR dan tidak

27

Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,(DepHanKam Pusjarah ABRI, 1971) Seri Text Book, C3. Sejarah ABRI, h,3.

28

Amrin Imran, DKK, Sejarah Perkembangan Angkatan Darat,h, 4 29

(27)

bersedia memasuki BKR yang mereka anggap tidak dapat memenuhi aspirasi mereka.

Golongan ini membuat badan-badan perjuangan dengan nama yang

bermacam-macam, mereka itu umumnya berasal dari golongan yang sudah membentuk

organisasi-organisasi pada zaman Jepang baik legal maupun ilegal atau

pemuda-pemuda yang berafiliasi kepada aliran (agama atau politik) tertentu.30 Mereka

menghendaki agar segera setelah proklamasi di bentuk tentara nasional sebagai alat

untuk merebut kekuasaan baik politik maupun fisik dari tangan tentara pendudukan

Jepang. Tetapi usul itu tidak disetujui oleh Presiden, karena

pertimbangan-pertimbangan politik. Pimpinan nasional berpendapat bahwa pembentukan sebuah

tentara nasional pada saat itu akan mengundang pukulan dari gabungan kekuatan

sekutu dan Jepang (pada waktu Jepang menyerah,pihak sekutu memerintahkan supaya

Jepang mempertahankan status-quo di daerah-daerah yang didudukinya termasuk

Indonesia). Diperkirakan kekuatan nasional belum mampu untuk menghadapi pukulan

tersebut. Oleh karena itu pemerintah memilih cara diplomasi untuk memperoleh

pengakuan pengakuan sekutu terhadap kemerdekaan yang telah diproklamasikan itu.31

Oleh karena itu golongan ini segera membentuk komite van aksi yang

bermarkas di asrama Menteng 31 Jakarta. Beberapa barisan yang tergabung dalam

komite van aksi adalah Angkatan Pemuda Indonesia (API) dari Jakarta, di Bandung

terdapat Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (P3I), di Jawa tengah terdapat Angkatan

Muda Indonesia (AMI), di Surabaya, Angkatan Muda Surabaya (AMS), di Aceh ,

Angkatan Pemuda Indnesia (API), di Padang, Balai Penerangan Pemuda Indonesia

(BPPI), di Kalimantan, Barisan Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (BPRI), di

Kalimantan Barat, Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (PPRI).32

30

Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h, 3. 31

Ulf Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, (Jakarta : LP3ES,1986) cet. 1, h. 5-6.

32

(28)

Kebijaksanaan Pimpinan Pemerintahan untuk menunda pembentukan tentara

nasional, menyebabkan situasi keamanan bertambah gawat. Hampir di semua kota

besar terjadi pertempuran, baik menghadapi Jepang maupun menghadapi Sekutu dan

NICA.33 Keterlambatan pembentukan Tentara inipun mengakibatkan lahirnya inisiatif

rakyat untuk membentuk kekuatan sendiri-sendiri. Namun kekuatan bersenjata ini

tidak terkontrol secara terpusat/tanpa adanya satu komando. Pengendalian atas BKR

tidak dilakukan secara terpusat tetapi daerah perdaerah mengikuti pembentukan KNI

daerah.34

Pertempuran antara BKR/Pemuda melawan Jepang di ikuti oleh tentara sekutu

yang mendarat. BKR/Pemuda dan rakyat akhirnya menghadapi dua kekuatan besar

yang antara lain berujung pada peristiwa Palagan Ambarawa pada tanggal 15

Desember 1945, yang kini diperingati sebagai hari juang TNI AD.35

Akibat terjadinya kekacauan keamanan semasa BKR dan tidak adanya satuan

komando yang terpusat terhadap Barisan Pemuda dan Laskar Perjuangan. Maka

diperlukan reorganisasi badan-badan yang melaksanakan keamanan dan perlindungan

Republik Indonesia untuk menghadapi Tentara Belanda yang memboncengi sekutu

melalui NICA. Akhirnya atas saran KNIP, dilakukan langkah-langkah reorganisasi

tentara yang penuh dengan konflik.

Pembentukan organisasi tentara di mulai dari TKR atas dorongan dari bekas

Mayor KNIL, Urip Sumoharjo, kemudian pemerintah memanggil Urip untuk diserahi

tugas mengorganisasi tentara nasional. Maka melalui maklumat pemerintah pada

tanggal 5 Oktober 1945 yang berbunyi : “Untuk memperkuat perasaan keamanan

umum, maka diadakan satu Tentara Keamanan Rakyat”. Yang di tanda tangani oleh

33 Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h. 5 34

Kivlan Zen, Konflik dan Integrasi TNI-AD, (Jakarta: Institute For Policy Studies 2004) h. 7 35

(29)

Bung Karno.36 Maka BKR di ubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sesuai

dengan namanya, fungsi utama TKR masih tetap memelihara keamanan dalam negeri

dan bukan menghadapi musuh dari luar. Namun demikian, setidak-tidaknya statusnya

sudah ditingkatkan menjadi tentara dan menunjukan satu langkah lebih maju.

Ketika pembentukan TKR diumumkan, pada hari itu juga yang ditunjuk untuk

menjadi pimpinan tertinggi TKR ialah Supriadi seorang tokoh PETA Blitar yang

pernah mengadakan perlawanan terhadap Jepang dalam bulan Februari.37

Untuk memobilisasi TKR, KNIP pada tanggal 9 Oktober 1945 mengumumkan

agar bekas prajurit PETA, Heiho, bekas Prajurit Hindia Belanda, Barisan Pemuda,

Pelopor, Hizbullah dan lain-lainnya, baik yang sudah ataupun yang belum mengalami

latihan militer untuk bergabung menjadi anggota TKR.

Pengangkatan pejabat keamanan rakyat baru diumumkan pada tanggal 20

Oktober 1945 dengan susunan Menteri Keamanan Rakyat ad interim adalah

Mohammad Sulyoadikusumo, Pimpinan tertinggi TKR adalah Supriadi dengan

Kepala Staf Umumnya Mayor Urip Sumoharjo, namun pimpinan tertinggi beralih

ketangan Amir Syarifudin dan Syahrir yang berasal dari golongan kiri. Hal ini dalam

perjalanan TNI kelak menyebabkan banyaknya konflik internal dan horizontal sesama

aparat pemerintahan khususnya dikalangan TNI AD.

Dalam usaha menyusun organisasi tentara, Urip Sumoharjo dibantu oleh

beberapa orang tokoh muda eks-perwira KNIL. Ia memilih kota Yogyakarta sebagai

tempat Markas Tertinggi (MT) TKR karena di Jakarta pasukan sekutu dan Belanda

cukup kuat untuk menghalang-halangi proses pembentukan TKR, selain itu TKR

belum mempunyai pimpinan tertinggi yang aktif karena tidak hadirnya Supriadi. Pada

waktu organisasi ketentaraan mulai disusun, pasukan serikat telah menduduki

36

Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.6 37

(30)

beberapa kota besar dengan kekuatan 3 divisi tentara Inggris, 2 divisi tentara Australia

dan beberapa batalyon Belanda.

Pada tanggal 12 November 1945 diselenggarakan konferensi TKR di

Yogyakarta. Konferensi di hadiri oleh perwira senior dalam MT TKR,

panglima-panglima divisi, komandan-komandan resimen dari pulau Jawa. Sumatra dan

daerah-daerah lain diluar Jawa tidak mengirimkan utusan karena kesukaran komunikasi.

Begitu pula Surabaya, karena sedang bertempur dengan Inggris.38 Konferensi ini juga

dihadiri oleh badan-badan perjuangan dan laskar, Jendral Titular Pakubuwono XII,

Hamengku Buwono IX, Pakualam VIII dan Mangkunegoro VIII dari kraton Solo dan

Yogyakarta serta dihadiri oleh Sutan Syahir dan Amir Syarifudin.

Dalam konferensi tersebut terbentuk panitia pemilihan dan reorganisasi tentara

serta Kementerian Pertahanan yang kosong. Panitia memilih Kolonel Sudirman,

Panglima divisi V Purwokerto, sebagai Panglima Besar TKR dan Hamengku Buwono

IX sebagai Menteri Pertahanan untuk mengkoordinasikan perjuangan ketentaraan

dalam menghadapi peperangan. Sedangkan Urip Sumoharjo yang berharap menjadi

Panglima TKR tidak berhasil menjabat posisi tersebut dan terpilih untuk tetap pada

kedudukan sebagai Kapala Staf. Kemudian Urip Sumoharjo menyatakan mundur dari

ketentaraan Kepala staf Umum TKR, namun tak diijinkan oleh Presiden Soekarno

karena masih dibutuhkan tenaga dan pikirannya untuk menyusun organisasi tentara.

Konferensi pada mulanya tidak mengetahui bahwa Presiden Soekarno akan

mengangkat Syahrir menjadi Perdana Menteri dan Amir Syarifudin menjadi Menteri

Keamanan Rakyat yang kemudian berubah menjadi Menteri Pertahanan pada tanggal

13 Nopember 1945.

38

(31)

Dengan terbentuknya TKR pada 5 Oktober 1945 dan adanya laskar perjuangan

maka dipandang perlu menyatukan kekuatan bersenjata tersebut agar hasil perjuangan

mempertahankan kemerdekaan dapat lebih optimal. Untuk itu, TKR (Tentara

Keamanan Rakyat) di ubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7

januari 1946. Namun pemakaian nama Tentara Keselamatan Rakyat hanya sebentar.

Pada tanggal 24 Januari 1946, Presiden mengeluarkan dekrit perubahan nama TKR

menjadi TRI. Selanjutnya susunan organisasi TRI akan disempurnakan oleh sebuah

panitia.

Sebagai tindak lanjut dari pada rencana penyempurnaan organisasi, maka

pada tanggal 23 Februari 1946 dikeluarkan penetapan Presiden untuk membentuk

Panitia besar Penyelenggaraan Organisasi Tentara. Tugasnya antara lain :

1. Membentuk kementerian keamanan

2. Membentuk ketentaraan

3. Kekuatan tentara

4. Organisasi tentara

5. Menyempurnakan bentuk peralihan dari TKR ke TRI dan menentukan status

laskar dan badan perjuangan.

Panitia Besar Reorganisasi ini beranggotakan 11 orang dipimpin oleh Letnan

Jenderal Urip Sumoharjo. Hasil kerja Panitia Besar Penyelesaian Organisasi

diumumkan pada tanggal 17 Mei 1946. 39

Adanya dua macam pasukan bersenjata, yaitu TRI sebagai tentara regular, dan

badan perjuangan sebagai potensi rakyat, sangat tidak menguntungkan perjuangan.

Maka Pemerintah berusaha sekuat tenaga untuk mempersatukan kedua potensi

bersenjata ini. Pada tanggal 5 Mei 1947 dikeluarkan penetapan Presiden yang

39

(32)

bertujuan untuk mempersatukan TRI dan laskar-laskar kedalam satu organisasi

tentara.

Pelaksanaan persetujuan ini diserahkan kepada panitia yang diketuai oleh

Presiden sendiri. Tugas Panitia untuk menyatukan TRI dan laskar-laskar berjalan

kurang lancar, karena partai politik tidak begitu saja bersedia mengerahkan

kader-kadernya kepada pemerintah. Untuk mengatasi jalan buntu, menteri Pertahanan

menyodorkan konsepsi pelaksanaan penyatuan yang bertahap.

Tahap pertama : laskar dalam daerah divisi diperbolehkan mempunyai satu resimen

dari masing-masing partai politik, dan resimen-resimen itu digabungkan menjadi satu

brigade laskar.

Tahap kedua : brigade laskar menggabungkan diri kepada TRI, kemudian dilebur

menjadi TNI.40

Cara bertahap ini disetujui dan pada tanggal 7 Juni 1947 Presiden

mengeluarkan penetapan :

- Mulai tanggal 3 Juni 1947 disahkan berdirinya Tentara Nasional Indonesia

(TNI) dan menyatakan semua laskar dan badan perjuangan secara serentak

dimasukkan kedalam TNI.

- Pimpinan Tertinggi TNI dipegang oleh Pucuk Pimpinan TNI yang merupakan

pimpinan kolektif, terdiri dari kepala dan anggota. Kepala Pucuk Pimpinan

adalah Panglima Besar Angkatan Perang (PBAP) Jenderal Sudirman.

Anggotanya terdiri dari : Letjen Urip Sumoharjo, Laksamana Muda Nazir,

Komodor Muda S. Suryadharma, Sutomo, Ir Sakirman, dan Djoko Soyono.

- Tugas Pucuk Pimpinan adalah melaksanakan tugas operasional dan

penyempurnaan organisasi.41

40

(33)

Tetapi rencana itu belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, karena

Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 telah melancarkan aksi militernya yang pertama,

sesudah perjanjian Renville.

Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan

tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk tegaknya

kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Pasca saat-saat kritis selama perang

kemerdekaan (1945-1949), TNI berhasil mewujudkan dirinya sebagai tentara rakyat,

tentara revolusi, dan tentara nasional.

Sebagai kekuatan yang baru lahir, di samping TNI menata dirinya,pada waktu

yang bersamaan harus pula menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam negeri

maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, TNI menghadapi rongrongan-rongrongan

baik yang berdimensi politik maupun dimensi militer. Rongrongan-rongrongan politik

bersumber dari golongan komunis yang ingin menempatkan TNI di bawah pengaruh

mereka melalui Pepolit, Biro Perjuangan, dan TNI- Masyarakat.42

Sedangkan tantangan dari dalam negeri yang berdimensi militer yaitu TNI

menghadapi pergolakan bersenjata dibeberapa daerah dan pemberontakan PKI di

Madiun,43 serta Darul Islam (DI) di Jawa Barat yang bermaksud membentuk Negara

Islam di Indonesia pada tahun 1949, yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo.44

Tantangan dari luar negeri yaitu dalam menghadapi Agresi Belanda, maka bangsa

Indonesia melaksanakan perang rakyat semesta dimana segenap kekuatan TNI dan

masyarakat serta sumber daya nasional dikerahkan untuk menghadapi agresi tersebut.

41

Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.10

42

Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.45 43

Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.72

44

(34)

Serangan belanda menarik perhatian Internasional. Dewan Keamanan

Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang dan mendesak supaya kedua belah pihak

segera menghentikan pertempuran dan kemudian mengadakan perundingan untuk

menyelesaikan persengketaan. Pada tanggal 4 Agustus 1947 Presiden Sukarno dan

Jenderal Spoor mengeluarkan perintah penghentian tembak-menembak. Perintah itu

dikeluarkan pada saat TNI berhasil mengkonsolidasikan kekuatannya untuk

melancarkan perang gerilya.

Sekalipun sudah ada gencatan senjata dan resolusi PBB supaya Belanda

kembali kegaris tanggal 4 agustus 1947 ternyata Belanda terus melanjutkan aksi-aksi

militernya. Mereka berusaha merebut daerah seluas mungkin untuk nantinya dituntut

sebagai daerah kekuasaannya dalam perundingan politik. Dalam perkembangannya

Belanda menuntut supaya RI mengakui “garis van mook” itu.

Pemerintah RI mendesak supaya KTN (Komisi Tiga Negara) mempergunakan

kekuasaannya untuk memaksa Belanda supaya mentaati perintah tembak-menembak.

Tetapi ternyata KTN tidak mampu dan sebaliknya Belanda merasa dirinya cukup

mampu untuk langsung menyerang Yogyakarta. Pada tanggal 9 januari 1948 mereka

menyampaikan ultimatum yang berisi bahwa RI harus menyerahkan daerah yang luas

dan TNI ditarik dari daerah gerilya ke Yogyakarta yang sudah berada dalam kepungan

yang rapat. Pemerintah akhirnya terpaksa menerima keinginan Belanda.

Perundingan antara RI dan Belanda pada tanggal 2 November 1949

menghasilkan pembentukan Negara Republik Serikat yang terdiri dari RI dan

Negara-negara yang dibentuk oleh van Mook sebagai hasil dari perundingan Linggarjati 1946,

serta pembentukan komisi militer Belanda-Indonesia dan pembentukan Uni Indonesia

(35)

Sejalan dengan itu, dibentuk pula Angkatan Perang Republik Indonesia

Serikat (APRIS) yang merupakan gabungan TNI dan KNIL dengan TNI sebagai

intinya.45 Pada bulan Agustus 1950 RIS dibubarkan dan Indonesia kembali kebentuk

Negara Kesatuan. APRIS pun berganti nama menjadi APRI.

Pada periode 1950-1959, sistem demokratisasi parlementer yang dianut

pemerintah mempengaruhi kehidupan TNI. Campur tangan politis yang terlalu jauh

dalam intern TNI mendorong terjadinya 17 Oktober 1952 yang mengakibatkan

adanya keretakan dilingkungan TNI AD.46 Disisi lain, campur tangan itu mendorong

TNI terjun dalam kegiatan politik dengan mendirikan partai politik yaitu Ikatan

Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang menganggap dirinya sebagai

“gerakan”,dan bukan sebagai partai.47

Upaya menyatukan organisasi angkatan perang dan kepolisian negara menjadi

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tahun 1962, berdasarkan Surat

Keputusan Presiden No.225/Plt tahun 1962. peyatuan itu pada hakekatnya merupakan

bagian penting dari sejarah TNI. Usaha kearah pembentukan satu ABRI itu di mulai

di masa Ir. Djuanda.48

Menyatunya kekuatan Angkatan Bersenjata dibawah satu komando,

diharapkan dapat mencapai efektifitas dan efesiensi dalam melaksanakan perannya,

serta tidak mudah terpengarung oleh kepentingan kelompok tertentu. Namun hal

tersebut menghadapi tangtangan, dalam situasi yang serba chaos, ABRI melaksanakan

tugasnya sebagai kekuatan hankam dan kekuatan sospol. Sebagai alat kekuatan

hankam, ABRI menumpas pemberontakan PKI dan mendorong terciptanya tatanan

45

Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.65 46

Jamhari, Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI 1945-Sekarang,h.82 47

Sundhaussen, Politik Militer Indonesia 1945-1967 : Menuju Dwi Fungsi ABRI, h.161

48

(36)

politik baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 45 secara murni dan

konsekwen.49

Dalam rangka memperkuat inetgrasi internal, pada tahun 1965 dalam seminar

Angkatan Darat, dibuat doktrin TNI AD Tri Ubaya Sakti sebagai pedoman

perjuangan. Doktrin itu kemudian diikuti oleh AL, AU, dan Kepolisian dengan

doktrin perjuangan masing-masing. Tetapi agar tidak terjadi kekacauan, maka oleh

Mabes ABRI doktrin angkatan tersebut akhirnya diubah menjadi satu doktrin saja

yaitu Catur Dharma Eka Karma (Cadek) pada 1967.50 doktrin ini berimplikasi kepada

reorganisasi ABRI serta pendidikan dan latihan gabungan antara Angkatan dan Polri.

Doktrin ini kemudian berubah pada tahun 1989 guna memungkinkan ABRI lebih

berperan pada semua bidang kehidupan Bangsa dan Negara dengan Dwifungsinya

melalui Tap MPR tahun 1993.

Di samping itu Sumpah prajurit yang juga diubah bunyinya sejak 1992,

dimana kesetiaan prajurit ABRI tidak lagi kepada pemerintah tetapi kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan doktrin berupa kode etik prajurit ditambah dengan

11 azaz kepemimpinan ABRI/TNI dan 8 Wajib ABRI/TNI.

Sementara, berkenaan dengan pembentukan jiwa korsa dan kode etik, serta

dengan terpisahnya kembali struktur Polri dari TNI/ABRI, setelah dikeluarkannya

ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan Tentara Nasional Indonesia

dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.51 Maka doktrin catur dharma Eka Karma

tidak dipakai lagi karena dwifungsi ABRI telah dihapuskan dan Supremasi

Pemerintahan sipil telah mengendalikan pemerintahan Republik Indonesia.

49

Tentara nasional Indonesia, artikel di akses tanggal 12 desember 2006 dari

http://www. TNI. MIL. Id.com

50

Muhammad Rusli karim, Peran ABRI dalam Politik dan Pengaruhnya terhadap pendidikan Politik di Indonesia (1965-1979), (Jakarta : PT. haji mas Agung, 1989) h. 78

51

(37)

Disamping itu catur yang berarti 4 Angkatan telah terpecah menjadi 3 Angkatan dan

Polri, yang masing-masing berbeda tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan kode

etik lainnya seperti Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 11 Azaz kepemimpinan TNI

masih tetap dipakai untuk pembentukan jiwa korsa TNI.

Sapta Marga adalah 7 jalan yang harus dilewati oleh semua Prajurit TNI yang

terdiri dari 3 Marga pertama menunjukan dirinya sebagai seorang pejuang bangsa

Indonesia yang bekerja tanpa pamrih, sedangkan 4 Marga berikutnya menunjukan

dirinya sebagai Profesional. Sapta Marga tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kami warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan

Pancasila.

2. Kami Patriot Indonesia pendukung serta pembela Ideologi Negara, yang

bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.

3. Kami Kesatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa serta

membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.

4. Kami Prajurit Tentara nasional Indonesia adalah bhayangkari Negara dan

bangsa Indonesia.

5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh,

dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan

prajurit.

6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan

didalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap sedia berbakti kepada

Negara dan Bangsa.

7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menempati janji serta

Sumpah Prajurit.52

52

(38)

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah lama mengenal agama.

Agama-agama telah lama hadir dalam kehidupan bangsa Indonesia hidup dan mengakar

dengan kuat sebagai salah satu sendi kebudayaan nasional bangsa. Agama bagi

bangsa Indonesia memiliki posisi penting dan strategis. Dalam perspektif historis,

umat beragama telah menampilkan peran kesejarahan yang besar dan menentukan

bagi perjuangan bangsa dan negara, baik pada periode penegakan

kemerdekaan,maupun pada masa mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Seperti

diungkapkan sejarah, bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan

transformasi dari kekuatan-kekuatan keamanan rakyat. Di antara kekuatan itu adalah

lasykar yang dibentuk oleh umat Islam, seperti Hizbullah, dan laskar-laskar lain yang

dipimpin oleh para komandan yang memiliki keagamaan/keislaman yang kuat, seperti

Jenderal Soedirman yang pernah memperoleh latihan dalam Hizbul Wathan

Muhammadiyah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam sejarah TNI tidak

terlepas dari sejarah perjuangan agama.

2. Tugas TNI

Pertahanan Negara adalah salah satu bentuk upaya bangsa Indonesia dalam

mencapai tujuan nasional. Hakekat pertahanan negara adalah keikutsertaan tiap-tiap

warga negara sebagai perwujudan hak dan kewajibannya dalam usaha pertahanan

negara. Dalam pasal 30 ayat 2 menegaskan bahwa usaha pertahanan negara

dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan semesta, yaitu bahwa Tentara

(39)

Nasional Indonesia merupakan kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan

pendukung.

Tentara Nasional Indonesia di bangun dan dikembangkan secara profesional

sesuai dengan kepentingan politik negara yang mengacu pada nilai dan prinsip

demokrasi, supremasi sipil,hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan

ketentuan hukum internasional yang telah diratifikasi, dengan dukungan anggaran

belanja negara yang di kelola secara transparan dan akuntabel. Dengan perkembangan

kondisi lingkungan yang semakin maju baik Internasional maupun Nasional, maka

Undang-undang nomor 2 tahun 1988 tentang prajurit ABRI sudah tidak sesuai lagi

dan oleh karena itu, perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Dengan telah

diundangkannya Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara

yang menggantikan Undang-undang nomor 20 tahun 1982, peran, fungsi, dan tugas

TNI yang terdapat dalam undang-undang nomor 3 tersebut di pandang perlu untuk

dijabarkan dan diwadahi dalam suatu undang-undang tersendiri. Untuk memelihara

kelangsungan serta kelancaran pelaksanaan peran, fungsi, dan tugas TNI kedepan

maka diperlukan undang-undang tentang TNI.53

Sesuai ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI

setelah terpisahnya TNI dan POLRI, maka dalam jati dirinya TNI adalah sebagai :

a. Tentara Rakyat yang anggotanya berasal dari warga Negara Indonesia.

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan

menyelesaikan tugasnya.

53

(40)

c. Tentara Nasional yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi

kepentingan Negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan

agama.

d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara

baik, tidak berpolitik praktis dalam arti bahwa tentara hanya mengikuti politik

Negara yang menganut prinsip demokrasi, supermasi sipil, hak asasi manusia,

ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi,

tidak berbisnis, dan di jamin kesejahteraannya.

Sesuai undang-undang nomor 34 tahun 2004 peran TNI adalah :

a. TNI berperan sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam

menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.

b. TNI sebagai alat pertahanan Negara, berfungsi sebagai penangkal terhadap

setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam

negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa,

penindakan setiap bentuk ancaman dan pemulihan terhadap kondisi yang

terganggu akibat kekacauan keamanan.54

Dalam UU TNI Pasal 7 ayat 1 dinyatakan bahwa, tugas pokok TNI adalah

menegakkan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 45, serta

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan

gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara berupa :

1. Agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh Negara lain terhadap

kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.

2. Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh Negara lain.

54

(41)

3. Pemberontakan bersenjata, yaitu suatu gerakan bersenjata yang melawan

pemerintahan yang sah.

4. Sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instansi penting dan objek vital

nasional.

5. Spionase, yang dilakukan oleh Negara lain untuk mencari dan mendapatkan

rahasia militer.

6. Aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional atau bekerja

sama dengan teroris dalam negeri atau oleh teroris dalam negeri.

7. Ancaman keamanan di laut atau udara yurisdiksi nasional Indonesia, yang

dilakukan pihak-pihak tertentu.55

Serta pada ayat 2 pasal 7, tugas pokok TNI yang harus dilakukan terbagi

menjadi 2 meliputi :

1. Operasi militer untuk perang

Segala bentuk pengerahan dan penggunaan kekuatan TNI, untuk melawan

militer Negara lain yang melakukan agresi terhadap Indonesia, dan atau dalam konflik

bersenjata dengan suatu Negara lain atau lebih, yang didahului dengan adanya

pernyataan perang dan tunduk pada hukum perang internasional.

2. Operasi militer selain perang, yaitu untuk :

2.a. mengatasi gerakan separatis bersenjata.

2.b. mengatasi pemberontakan bersenjata.

2.c. mengatasi aksi terorisme.

55

(42)

2.d. mengamankan wilayah perbatasan.

2.e. mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, yaitu

objek-objek yang menyangkut hajat orang hidup banyak, harkat dan martabat

bangsa, serta kepentingan nasional yang ditentukan oleh keputusan

pemerintah.

2.f. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik

luar negeri.

2.g. mengamankan presiden dan wakil Presiden beserta keluarganya.

2.h.memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan penduduknya secara

dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta

2.i. membantu tugas pemerintah di daerah yaitu membantu pelaksanaan fungsi

pemerintahan dalam kondisi dan situasi yang memerlukan sarana, alat dan

kemapuan TNI unruk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi,

antara lain membantu mengatasi akibat bencana alam, merehabilitasi infra

struktur, serta mengatasi masalah akibat pemogokan dan konflik komunal.

2.j. membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas

keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur didalam undang-undang.

2.k.membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan

perwakilan pemerintahan asing yang sedang berada di Indonesia.

2.l.membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan

pemberian bantuan kemanusiaan.

2.m.membantun pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search and

(43)

2.n.membantu pemerintahan dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan

terhadap pembajakan,perampokan, dan penyelundupan.56

Saat angin reformasi melanda masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan

euphoria politik, terjadi berbagai bentuk perubahan sosial yang mengarah pada

demokratisasi masih sedang dan terus berlangsung, dalam proses demokratisasi telah

terjadi ekselerasi dengan tumbuhnya kesadaran baru tentang makna reformasi. TNI

(ABRI) sebagai garda terdepan dalam mejalankan fungsi stabilitas dan keamanan

telah mempelopori gerakan dengan melakukan reformasi internal dengan berbagai

kebijakan seperti redifinisi, rektualisasi, dan reposisi peran TNI.57

TNI sampai saat ini masih terus melaksanakan reformasi internalnya sesuai

dengan tuntunan reformasi nasional. TNI tetap pada komitmennya menjaga agar

reformasi internal dapat mencapai sasaran yang diinginkan dalam mewujudkan

Indonesia baru yang lebih baik di masa yang akan datang dalam bingkai tetap

tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1998 secara internal TNI

telah melakukan berbagai perubahan yang cukup signifikan, antara lain :

1. Merumuskan paradigma baru peran ABRI abad XXI.

2. Merumuskan paradigma baru peran TNI yang lebih menjangkau

kemasa depan, sebagai aktualisasi atas paradigma baru peran ABRI

abad XXI, karena paradigma lama TNI masih mengenal doktrin

perang. Pada paradigma baru TNI, doktrin perang tidak lagi relevan

sebagai corak pembentukan kepribadian prajuit, tapi tindakan atau aksi

yang dapat mengkondisikan suatu halangan bagi perluasan perang.

Perang bukanlah tujuan melainkan instrument untuk mencegah perang

yang lebih dahsat.

56

Tentara Nasional Indonesia 57

Wiranto,Redifinisi,reaktualisasi, dan Reposisi Peran TNI dalam Kehidupan Bangsa.

(44)

3. Pemisahan Polri dari ABRI yang telah menjadi keputusan pimpinan

ABRI pada 1 April 1999 sebagai Transformasi awal.

4. Penghapusan kekaryaan ABRI melalui keputusan pensiun atau alih

status.

5. Penghapusan Wansospolpus dan Wansospolda/Wansospolda Tk-1.

6. Penyusutan jumlah anggota F.TNI/Polri di DPR RI dan DPRD I dan II

dalam rangka penghapusan fungsi sosial politik.

7. TNI tidak lagi terlibat dalam politik praktis.

8. Pemutusan hubungan organisatoris dengan partai Golkar dan

mengambil jarak yang sama dengan semua parpol yang ada.

9. Komitmen dan konsisten netralitas TNI dalam pemilu.

10.Penataan hubungan TNI dengan KBT (Keluarga Besar TNI).

11.Revisi doktrin TNI sesuai dengan reformasi dan peran ABRI abad

XXI.

12.Perubahan staf Sospol menjadi stap Komsos.

13.Perubahan Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol) menjadi Kepala Staf

Teritorial (Kaster).

14. Penghapusan Sospoldam, babinkardam, Sospolrem, dan sospoldim.

15.Likuidasi Staf syawan ABRI, Staf Kamtibmas ABRI, dan Babinkar

ABRI.

16.Penerapan akuntabilitas publik terhadap yayasan-yayasan milik

militer/Badan Usaha Militer.

17.Likuidasi organisasi wakil panglima TNI.

(45)

19.Penegasan calon KDH dari TNI sudah harus pensiun sejak

penyaringan.

20.Penghapusan posko kewaspadaan .

21.Pencabutan materi sospol ABRI dari kurikulum pendidikan TNI.

22.Likuidasi organisasi Kaster TNI.

23.Likuidasi Staf Komunikasi sosial (Komsos) TNI sesuai SKEP

Panglima TNI No. 21/VI/2005.

Sebagai alat pertahanan Negara, TNI berkomitmen untuk terus melanjutkan

reformasi internal TNI seiring dengan tuntutan reformasi dan keputusan politik

Negara. Paradigma baru TNI dalam fungsi sosial politik mengambil bentuk

implementasi sebagai berikut :

a) Mengubah posisi dan metode tidak selalu harus didepan. TNI senantiasa siap

melaksanakan perannya dalam spektrum tingkat keadaan, mulai dari

pendekatan fungsi pertahanan negara.

b) Mengubah dari konsep menduduki menjadi mempengaruhi. Bahwa peran

sosial politik TNI secara utuh tidak lagi menduduki personel TNI dalam

jabatan sipil (sebagai dwifungsi), namun senantiasa memberi kontribusi

pemikiran yang kontruktif. Hal ini merupakan manisfestasi dari rasa tanggung

jawab TNI yang selalu peduli pada nasib bangsa.

c) Merubah dari cara-cara mempengaruhi secara tidak langsung menjadi tidak

langsung. Apabila pada masa lalu peran sosial politik TNI terlibat secara aktif

dalam kancah politik, maka pergeseran peran sosial politik TNI menuju pada

cara mempengaruhi secara tidak langsung melalui penyampaian sumbangan

pemikiran dan konsep kebangsaan kepada instansi fungsional dalam kerangka

(46)

d) Senantiasa melakukan role sharing (kebersamaan dalam pengambilan

keputusan penting kenegaraan dan pemerintahan) dengan komponen lainnya

dalam sistem nasional yang terpadu.58

58

(47)

BAB III

PROFIL DAERAH DAN OBJEK PENELITIAN

A. Letak Geografis

Batalyon kavaleri 9/Penyerbu terletak di jalan Raya Serpong Tangerang, yang

berada di Kelurahan Pondok jagung, Kecamatan Serpong tangerang. Adapun batas

wilayah yang menjadi pembatas dari batalyon kavaleri adalah sebelah utara

berbatasan dengan kampung Kandang Sapi, perumahan Alam Sutera, sebelah selatan

berbatasan dengan kampung Cihuni Kelurahan Pegedangan, sebelah barat berbatasan

dengan kampung Wates Kelurahan Pakulonan barat, dan sebelah timur berbatasan

dengan kampung Priang Kelurahan Pondok Jagung Timur.

Selain itu pula, Batalyon Kavaleri berdampingan dengan Yonif ARHANUDRI

1. untuk menuju lokasi Batalyon Kavaleri tidak begitu sulit, karena Batalyon Kavaleri

berada tepat diperbatasan yang menghubungkan wilayah Kabupaten/Kota Tangerang

dan kota mandiri BSD. Oleh karena itu banyak kendaraan roda dua maupun roda

empat yang lalu lalang melewati Yonkav 9/BU ini.

Dengan lancar dan cukup tersedianya sarana maupun prasarana transportasi di

kawasan Batalyon Kavaleri, menjadikan batalyon mudah untuk dijangkau. Adapun

luas keseluruhan wilayah batalyon kavaleri adalah 213,035 M2.

1.Keadaan Anggota TNI Yonkav 9/BU

Catatan keanggotaan batalyon kavaleri menyebutkan bahwa jumlah anggota

batalyon kavaleri sebanyak 658 dan terdiri dari anggota militer dan pegawai negeri

Sipil (PNS) dengan jumlah setiap satuan personel berbeda jumlahnya.

Gambaran lebih rinci mengenai keadaan personel Yonkav 9/BU dapat dilihat

(48)
[image:48.595.106.513.119.571.2]

Table. 1

Komposisi Personel Yonkav 9/BU

No. Satuan Jumlah Personel

1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Letkol Mayor Kapten Lettu Letda Peltu Pelda Serma Serka Sertu Serda Kopka Koptu Kopda Praka Pratu Prada Jumlah 1 1 4 12 4 1 4 7 17 44 45 68 62 74 63 113 122 642

1. PNS 14

Jumlah 658

Sumber data : Statistik Agama dan Press Militer dan PNS

2. Kehidupan Keagamaan di lingkungan batalyon

Berbagai fenomena sosial banyak ditimbulkan akibat agama. Diantaranya

berupa struktur social, pranata sosial, dan dinamika masyarakat yang sangat majemuk.

(49)

satu dengan yang lainnya, hal ini tentunya mengasumsikan bahwa agama-agama yang

ada, memiliki perbedaan pula dalam kepanutannya dan bentuk pelaksanaannya.

Dalam kehidupan keagamaan di lingkungan batalyon kavaleri 9/Penyerbu,

sejauh ini yang menjadi siklus di lingkungannya adalah berupaya mewujudkan para

prajuritnya meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana tersirat dalam Sapta Marga TNI pada marga ke 3. “Kami ksatria

Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran,

kebenaran, dan keadilan.”

Jika dilihat dari keberagamaan prajurit TNI batalyon kavaleri 9/penyerbu,

sebagian besar menganut agama Islam yaitu sebanyak 611 orang, sedangkan sisanya

menganut agama Kristen Protestan sebanyak 20 orang, Katholik sebanyak 10 orang,

dan Hindu sebanyak 14 orang. Sarana peribadatan yang ada di batalyon kavaleri

hanya terdapat 1 buah masjid saja yang diperuntukkan untuk prajurit yang beragama

Islam dalam beribadah. Adapun untuk anggota yang beragama lain telah disediakan

dan diperbolehkan menggunakan gedung-gedung atau aula seperti ruang fitness,

ruang rapat dan gedung lainnya yang terdapat di lingkungan batalyon untuk kegiatan

keagamaan.

Adapun fungsi aula serbaguna yang ada di batalyon kavaleri 9 Serpong

Tangerang adalah sebagai pusat kegiatan TNI batalyon kavaleri 9 dalam

melaksanakan berbagai macam kegiatan kemiliteran yang bersifat formal seperti

pelantikan atau serah terima jabatan dilingkungan batalyon kavaleri. Selain itu, aula

serbaguna inipun sering digunakan untuk berbagai macam kegiatan yakni bimbingan

keagamaan untuk anggota TNI yang Non Muslim, pengobatan massal, seminar umum

(50)

Gambaran tentang keberagamaan prajurit TNI Yonkav 9/BU, dapat dilihat

[image:50.595.79.496.180.500.2]

pada tabel berikut ini.

Table 2.

Komposisi prajurit Yonkav 9/BU berdasarkan agama

No Pemeluk Agama Jumlah Prosentase

1. 2. 3. 4. Islam Kristen Protestan Katholik Hindu 611 20 10 14 93,4 % 3,0 % 1,5 % 2,1 %

Jumlah 655 100 %

Sumber data : Statistik Agama

Gambar

Table. 1 Komposisi Personel Yonkav 9/BU
Table 2.

Referensi

Dokumen terkait

peDrasagd shunl reactor l0 tuvar dai PLTD Bagan Scsar Le lokasi Cadu. lnduk l\,juaro BunEo tuxda PL PLN (Pe$ero) KitlDr S!.rlrrgxBl

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi Balita Tentang Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan Sikap Ibu Bayi

REALISASI PRINSIP PERCAKAPAN PADA TUTURAN GURU DAN SISWA DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR TEKS NEGOSIASI (Kajian

Berdasarkan analisis kelayakan teknis pada jaringan salah satu operator 2G/3G eksisting dengan menggunakan metode Coverage Estimation , dapat disimpulkan bahwa

Based on these trilogy, we found layers of Islamic Performance, starting from the most outward level, let say is Islam as representation of profit oriented/individual welfare and

Abstrak: Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat adalah untuk memberikan percontohan dan pelatihan kepada masyarakat berupa pembuatan kerajinan yang memanfaatkan

taraf signifikan 0,05 diperoleh probabilitas signifikan 0,002 < 0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan gain ternormalisasi atau peningkatan kemampuan pemecahan

Berdasarkan Evaluasi Dokumen Kualifikasi Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Kegiatan Pendataan Kapal Nelayan dan Sosialisasi Program Konversi BBM ke BBG untuk