• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

2. Tugas dan Peran Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik terikat oleh dinas maupun di luar dinas. Secara umum tugas guru adalah sebagai pendidik dan pengajar serta bertanggung jawab terhadap setiap muridnya. Guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang cakap, dapat diharapkan membangun dirinya, dan membangun bangsa dan negara.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 menegaskan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih adalah meneruskan keterampilan atau kecakapan hidup.

Kegiatan belajar mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan guru. Tanpa adanya guru, pembelajaran akan sulit dilakukan. Guru memiliki peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik. Di sisi lain, guru juga memiliki banyak

kewajiban dalam pembelajaran, mulai dari merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran hingga melakukan evaluasi pembelajaran. Menurut Djamarah (2005: 43-48), peranan yang diharapkan dari guru antara lain: korektor, inspirator, infomator,

organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing,

demonstrator, pengelolaan kelas, mediator, supervisor, dan evaluator. Dari semua proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi pembelajaran guru memiliki berbagai peran.

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan nilai yang buruk. Nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus diperbaiki. Bila guru membiarkan nilai yang buruk, maka guru telah mengabaikan perannya sebagai korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Di sisi lain, guru melakukan koreksi tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah (Djamarah, 2005: 44). Guru melakukan koreksi di luar sekolah karena tidak sedikit anak didik yang melakukan pelanggaran terhadap norma yang hidup di masyarakat.

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan arahan yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik (Djamarah, 2005: 44). Banyak anak didik yang mengalami kesulitan mengenai cara belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Guru bisa memberikan petunjuk mengenai cara belajar. Petunjuk itu dapat berupa teori-teori belajar maupun dari pengalaman yang bisa dijadikan petunjuk cara belajar yang baik.

Sebagai informator, guru harus dapat memberi informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kurikulum (Sadirman, 1986: 143). Informasi yang baik dan efektif diperlukan oleh peserta didik, agar peserta dapat memperoleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kurikulum. Kunci untuk menjadi seorang informator yang baik dan efektif lebih ditekankan pada peguasaan bahan dan bahasa yang baik. Selain itu, informator yang baik juga harus mengerti apa saja kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

Sebagai organisator, guru memiliki sisi lain dari peranan yang diperlukan. Dalam bidang ini guru memiliki berbagai kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan lain-lain. Semua komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa (Sadirman, 1986: 142).

Efektivitas dan efisiensi dalam belajar dalam diri siswa membuat kegiatan belajar mengajar berjalan secara optimal.

Sebagai motivator, guru dapat mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator penting dalam rangka meningkatkan gairah dan pengembangan kegiatan belajar siswa (Mulyasa, 2013: 58). Sebagai upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik malas belajar dan menurunnya pretasi di sekolah. Motivasi dapat berjalan secara efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik (Djamarah, 2005: 45). Selain memperhatikan kebutuhan peserta didik, guru juga dapat memberikan penguatan, pujian dan sebagainya. Peningkatkan motivasi yang dilakukan oleh guru pada peserta didik, bertujuan untuk meningkatkan gairah siswa dalam belajar.

Sebagai inisiator, guru menjadi pencetus ide-ide dalam pendidikan. Proses interaksi edukatif sekarang ini harus diperbaiki sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan (Djamarah, 2005: 45). Perbaikan ini diperlukan agar interaksi edukatif menjadi lebih baik guna memberikan kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan khususnya di bidang interaksi edukatifnya lebih baik dari pada yang dulu.

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik

(Sadirman, 1986: 143). Kemudahan tersebut berguna agar anak didik dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapatnya secara terbuka. Pada era globalisasi, guru harus siap menjadi fasilitator yang demokratis dan profesional. Pada era tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa anak didik lebih pandai dari guru dalam menggunakan fasilitas. Guru harus terus belajar dan meningkatkan kemampuannya agar siap dan mampu menjadi seorang fasilitator yang handal.

Sebagai pembimbing, guru hendaknya dapat membimbing anak didik menjadi manusia yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Ketergantungan anak didik akan semakin berkurang jika semakin dewasa. Bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Di sisi lain, tugas guru sebagai pembimbing juga harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu yang dibutuhkan, memberikan petunjuk serta menilai proses yang dilaluinya (Mulyasa, 2013: 41). Dalam membimbing pesera didik, guru memiliki berbagai kewajiban dan tanggung jawab yang harus direncanakan dan dilaksanakan.

Sebagai demonstrator, guru hendaknya dapat membantu siswa dalam memperagakan apa yang diajarkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah (2005: 47) untuk materi pelajaran yang sulit dipahami

peserta didik, guru harus berusaha dengan membantu dan

memperagakan apa yang diajarkannya. Fungsi utama dari

memperagakan adalah agar materi pembelajaran yang dianggap sulit dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik, sehingga apa yang guru inginkan dapat sejalan dengan anak didik. Ketika keinginan guru telah sejalan dengan anak didik, maka tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik. Usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sebagai lingkungan belajar tidaklah mudah. Lingkungan belajar yang efektif diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengawasan terhadap lingkungan belajar berguna dalam menentukan penilaian pengelolaan (Mulyasa, 2013: 91). Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya proses kegiatan belajar mengajar, sebaliknya kelas yang dikelola dengan buruk akan menghambat proses pengajaran.

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif (Djamarah, 2005: 47). Guru tidak hanya memiliki pengetahuan tentang media saja, tetapi guru juga harus mengetahui cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik. Cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan

peserta didik bertujuan agar guru dapat menciptakan lingkungan yang interaktif dengan peserta didik.

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membangun, memperbaiki, dan menilai secara kritis. Teknik-teknik supervisi harus dikuasai oleh guru dengan baik, agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi mengajar menjadi lebih baik (Djamarah, 2005: 48). Berbagai teknik dapat digunakan dalam meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara berkelompok maupun secara individual. Teknik kelompok dapat digunakan pada saat menghadapi masalah yang sama atau sejenis, sedangkan teknik individual digunakan pada saat menghadapi masalah khusus.

Sebagai evaluator, guru berperan memberikan evaluasi berupa nilai bagi anak didik. Dalam memberikan evaluasi berupa nilai guru dituntut untuk jujur. Guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Djamarah (2005: 48) menyatakan guru tidak hanya menilai hasil dari pengajaran, tetapi juga menilai jalanannya proses pengajaran. Penilaian hasil pengajaran dan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru, diharapkan akan memberikan umpan balik mengenai pelaksanaan interaksi edukatif.

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mempermudah siswa memperoleh sumber belajar yang diinginkan, tetapi hal tersebut dirasa tidak maksimal jika belum mendapat bimbingan dari guru yang

mampu mengemban tugas dan perannya dengan baik. Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai orang yang mentransfer ilmu dan membuat siswa menjadi pintar, tetapi juga sebagai pendidik yang menjadi figur dengan memiliki akhlak dan kepribadian yang baik.

Dokumen terkait