• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 3: Berbagai Macam Sumber Bacaan: Tak Menjadi Masalah

I) Kitab-kitab yang ditulis pada tahun 50 & 60 M, pada abad pertama

9. Tuhan Yang Ajaib

Orang Kristen percaya hanya kepada satu Tuhan, tetapi Tuhan kita bukanlah Tuhan yang sederhana yang dengan mudah dapat dimengerti oleh manusia. Dia adalah Pencipta sedangkan manusia adalah ciptaan. Dia tidak terbatas sedangkan manusia terbatas. Kita hanya bisa mengenal Dia sejauh Dia menyatakan Diri atau memperkenalkan diriNya kepada kita. Orang Kristen percaya bahwa pengenalan kita akan Tuhan bersumber dari Alkitab. Di dalam Alkitab dinyatakan Tuhan itu esa, tetapi Dia menyatakan diri-Nya kepada kita dalam tiga pribadi, dengan kata lain Tuhan yang esa ini adalah Tlihan yang berpribadi. Ia adalah sahabat yang baik bagi jutaan umat Kristen di dunia, dalam waktu yang sama Ia menjawab permintaan mereka melalui doa.

Memang hal semacam ini tidaklah mudah untuk dipahami, karena itu, apabila kita tidak mengerti sampai kepada bagian-bagian kecil dengan baik, tidaklah menjadi soal. Apakah tanah liat mengerti sesuatu tentang si pembuat bejana? Berdasarkan iman kita menerima bahwa Tuhan memiliki tiga pribadi dalam satu esensi. Lagipula Tuhan itu bersifat Roh sehingga Dia tidak terbatas atau dibatasi oleh dunia yang fana ini.

Dalam Alkitab Tuhan memberikan kepada kita informasi mengenai siapa Dia sebenarnya, tetapi kita tetap tidak dapat mengerti Tuhan dengan sempurna, karena Dia adalah Roh dan tak terbatas. Alkitab mengajarkan doktrin Tritunggal, tiga pribadi tetapi satu natur. Ini memang sulit dimengerti secara akal manusia, tetapi bukan berarti ini tidak mungkin terjadi. Bukankah banyak hal di dunia ini yang kita tidak mengerti tetapi jelas ada. Mengapa kita harus menuntut untuk mengerti Tuhan dengan sempurna ?

Untuk apa sebenarnya umat Kristen mengemukakan doktrin semacam ini? Mengapa kita harus berpegang teguh kepada suatu pengajaran, yang telah menimbulkan perpecahan yang parah di kalangan umat, menyebabkan kebimbangan selama berabad-abad, dan telah memberikan peluang pula bagi para musuh kita untuk dijadikan sasaran empuk untuk mengejek kita? Mengapa kita harus membentuk semacam pengajaran yang begitu konyol? Jawabannya ialah bahwa: "Pengajaran itu bukanlah buatan kita'!

Kita mengatakan bahwa kita mengikuti Alkitab. Jika demikian, maka kita harus mengikuti semua yang tertulis di dalamnya, tidak peduli apakah kita mengerti atau tidak. Alkitab mencatat empat hal tentang pokok ini. + Tuhan itu Esa (Ulangan 6:4; Markus 12 :29; 1 Korintus 8:4-6).

• Yesus adalah Tuhan (Yohanes 2028-29; Kolose 2 :9).

• Roh Kudus adalah Tuhan ( 2Korintus 3:17; Kisah Para Rasul 5:3-4). • Bapa juga adalah Tuhan (Yesaya. 63:16; Yohanes 8:54; Filipi 2:11).

Jadi menurut Alkitab Tuhan itu satu. Hanya ada satu Tuhan, bukan tiga, tetapi kita tidak dapat menyangkal apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang tiga pribadi Ilahi yang berbeda sebagai satu Tuhan.

Pasal Sembilan: Tuhan Yang Ajaib

Ada banyak ayat lainnya, di samping yang sudah kami kemukakan di sini. Silahkan bertanya kepada setiap orang Kristen yang rajin membaca Alkitab. Mereka pasti dapat menunjukkan ayat-ayat itu kepada anda. Jadi, meskipun kita masih belum mampu memahami hal ini sepenuhnya, kita tetap percaya dan mengatakan bahwa ada tiga pribadi ilahi tetapi hanya satu Tuhan, yang disebut Tritunggal. Istilah ini tidak muncul secara eksplisit di Alkitab. Ini hanya sekadar sebutan yang kita berikan bagi suatu pengajaran Alkitab yang khusus, akan tetapi pengajaran itu sendiri benar berasal dari dalam Alkitab.

Orang-orang yang menertawakan paham Tritunggal berkata, "1 + 1 + 1 = 3". Tentu saja orang Kristen pun mengetahui rumus penjumlahan, tetapi apabila kita harus menggunakan cara berpikir anak-anak dalam melihat Tuhan yang Maha kuasa ini, maka kita harus menggunakan cara perkalian, yakni: 1x1x1 = 1. Disekeliling kita masih banyak hal yang tidak kita pahami, tetapi kita tahu bahwa itu keterbatasan kita, sebagai contoh bagaimana cara kerja gelombang radio? Mengapa ada gravitasi bumi?, dll. Terlebih lagi dalam mengerti Tuhan, jika kita tidak mengerti, bukan berarti itu tidak ada, tetapi kita yang terbatas untuk mengerti dengan sempurna.

Semua orang pasti mengetahui tentang komputer. Dengan komputer kita dapat memakai internet dan sistem email. Dengan 3 komputer yang berbeda, yang mungkin letaknya sangat berjauhan, kita tetap dapat memakai email kita dengan memakai pasword. Pada waktu yang bersamaan kita dapat membuka email kita. Bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana prosesnya? Kita tidak dapat mengerti dengan sempurna, demikian juga Tritunggal, kita tidak dapat mengerti tetapi itu tersirat dan tersurat dalam Alkitab.

Sebaliknya, hal ini menguatkan keyakinan saya, bahwa inilah Firman Tuhan. Manusia tidak mungkin mereka-reka suatu pengajaran yang aneh, apabila dia menyadari bahwa ia akan menuai tertawa sebagai hasilnya. C. S. Lewis berkata:

“Apabila agama Kristen itu merupakan sesuatu ajaran yang dikarang-karang, tentu saja kita dapat menyusunnya dengan cara yang lebih gampang. Akan tetapi agama Kristen bukanlah sesuatu yang dibuat-buat. Kita tidak dapat bersaing dalam soal kesederhanaan dengan arang-arang yang merekayasa agama. Mana mungkin kita berbuat demikian? Soalnya kita berhadapan langsung dengan /akta/akta. Tentu saja, siapa saja mampu membentuk pandangan yang sederhana apabila ia tidak punya fakta-fakta untuk diperhitungkan di dalamnya" (Mere Christianity hal.145)

Sudah berabad-abad lamanya, umat Kristen menggunakan berbagai analogi untuk melukiskan apa sesungguhnya Allah Tritunggal itu meskipun sebuah analogi tidak akan sempurna menjelaskan keberadaan Allah Tritunggal. Namun analogi dapat memberikan gambaran sedikit tentang keberadaan yang lebih kompleks itu.

Saya senang dengan analogi yang bersifat pribadi, yang menurut pendapat saya, lebih mendekati kebenaran yang sesungguhnya tentang Tuhan itu, yaitu analogi dari Agustinus. Ia melihat dengan cermat 1 Yohanes 4:8 yang menyatakan bahwa Allah itu kasih. Ia merenungkan hal ini dan menjelaskan bahwa kita membutuhkan tiga hal untuk mengekspresikan cinta-kasih. Kita memerlukan seseorang yang mengasihi [subyek], kita memerlukan seseorang yang dikasihi [obyek], dan kita membutuhkan Roh kasih untuk mengasihi. Demikianlah Bapa Sorgawi mengasihi Sang Putera. Sang Putera menerima dan mengembalikan

cinta-kasih Sang Bapa, sedangkan Roh Kudus ibarat kekuatan yang mengikat erat hubungan cinta-kasih di antara keduanya.

Walaupun demikian, menurut Alkitab, Roh Kudus itu juga merupakan suatu pribadi yang mempunyai kesadaran sendiri, tak bedanya dengan kedua oknum Ilahi lainnya (baca Yohanes 14 : 26,16 :13; 1 Korintus 12 : 11). Pada dasarnya Agustinus menyatakan bahwa hakekat Tuhan ialah cinta-kasih dan ketiga pribadi Ilahi itu semuanya memiliki hakekat cinta kasih itu.

Saya senang dengan penjelasan Agustinus ini, namun saya berpendapat kita masih bisa mendapatkan pemahaman yang lebih dekat lagi dengan kebenaran. Yang berikut ini merupakan suatu upaya untuk melukiskan Allah Tritunggal menurut pengertian yang nyata.

Yesus seringkali menyatakan bahwa Ia melakukan kehendak Bapa-Nya di surga, yang telah mengutus Dia. Marilah kita pikirkan bagaimana seorang duta besar mewakili negaranya dan berbicara untuk kepentingan negaranya. Duta besar itu membawa serta pada dirinya kewenangan dari negaranya. Pada saat ia berbicara, maka yang berbicara adalah negaranya. Pada hakekatnya Yesus, Roh Kudus dan Bapa Sorgawi ibarat Duta Besar, namun mereka sangatlah berbeda dengan duta-duta besar yang pernah anda atau saya kenal. Masing-masingnya memiliki dan membawa serta kewenangan negara pada diri mereka, maka negara itulah yang menjadi hakekat dari Allah Tritunggal itu. Hakekat itu adalah satu Allah yang sejati.

Itu sebabnya mengapa Yesus berani mengatakan, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9). Baik Yesus maupun Bapa Sorgawi memiliki hakekat yang sama.

Di sinilah letak permasalahan Allah Tritunggal yang sukar dipahami itu. Hakekat Allah hadir 100% baik di dalam pribadi Bapa, Anak (Yesus), maupun Roh Kudus. Ketiganya memiliki hakekat itu sekaligus secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Memang sukar bagi manusia untuk mengerti sepenuhnya bagaimana hakekat Allah itu dapat hadir 100% di dalam setiap oknum dalam waktu yang bersamaan.

Lagi pula, kehadirannya di mana-mana, pada waktu yang bersamaan, adalah bagian dari hakekat Tuhan. Itulah sifat Tuhan yang sejati. Oleh karena setiap pribadi dari Tritunggal memiliki hakekat yang sama (Allah), maka setiap oknum memiliki semua sifat Tuhan sepenuhnya, sehingga Ketiganya adalah Tuhan Walaupun demikian tidak terdapat tiga Tuhan melainkan satu.

Ketiga duta besar tadi tidak mungkin berbeda sifat dan pendapat satu dengan yang lainnya, oleh karena ketiganya merupakan satu utusan negara yang sama, masing-masing dipenuhi dengan 100% hakekat pribadi yang sama itu. Kini kita mengerti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus ketika ia menyatakan, "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan" (Kolose 2:9).

Ayat ini mengandung beberapa pengertian. Pertama, Allah tidak dapat mati (kekal). Kedua, Allah itu esa, dan karena itu saya boleh berdoa di dalam nama Yesus, atau di dalam nama Bapa (bnd. Yohanes 17:11b). Dalam hal ini saya berdoa kepada Tuhan yang sama. Hakekat Tuhan itu satu. Yesus berkata, 'Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30). Doa saya akan sampai kepada ketiga pribadi Ilahi itu, tidak peduli pribadi Ilahi mana yang saya sebutkan atau panggil dalam doa itu.

Pasal Sembilan: Tuhan Yang Ajaib

Tuhan tampil dalam tiga oknum Ilahi yang berbeda, akan tetapi masing-masing-Nya memiliki hakekat Allah di dalam diriNya. Walaupun demikian, masih tetap saja hanya ada satu hakekat pada diri mereka, yakni satu Tuhan. Itulah sebabnya apabila kita berdoa kepada Tuhan Yesus ataupun kepada Allah Bapa, bukanlah masalah sama sekali karena kita sedang berdoa kepada satu Tuhan yang sejati. Selanjutnya Ia mempunyai kepedulian yang besar terhadap tiap-tiap manusia. Tuhan mengetahui semua permohonan doa kita, meskipun menurut kenyataannya ada bermilyar-milyar umat manusia sedang berdoa serentak bersamaan waktunya dengan kita. Itu tidak menjadi soal, oleh karena Tuhan tidak tergantung kepada dimensi waktu dan ruang.

Semua hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan prinsip ilmu pengetahuan. Thhan telah menciptakan hukum-hukum yang tepat bagi ilmu pengetahuan, yang sedang diusahakan oleh ilmu pengetahuan untuk dijelaskan. Begitu pula Tuhan menciptakan kemampuan bagi umat manusia untuk berpikir dengan menggunakan nalarnya. Semua hal ini tidak bertentangan atau melawan ilmu pengetahuan atau akal sehat dalam bernalar, sebaliknya melampaui dunia ilmu pengetahuan manusia.