• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Organisasi

3. Tujuan Berorganisasi

Dalam pembahasan sebelumnya bahwa hampir semua manusia untuk memenuhi kebutuhan perlu hidup berkelompok atau berorganisasi. Secara lebih terperinci tujuan seseorang masuk dalam organisasi menurut Wursanto, yaitu kelompok dapat memberikan perlindungan sehingga seseorang mem-peroleh rasa aman, kelompok dapat membantu seseorang untuk menghadapi kesulitan, kelompok dapat memberikan prestige status sosial dan pengakuan, kelompok dapat memberikan dorongan dan semangat, serta kelompok dapat memberikan bimbingan dan pengarahan dalam rangka meningkatkan prestasi seseorang, dan kelompok dapat memberikan kepuasan yang bersifat psikologis dan kepuasan sosial.40

Di dalam organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, untuk membangun dan menghasilkan sesuatu pencapaian yang lebih baik, yang sesuai dengan keinginan secara bersama-sama. Oleh sebab itu, organisasi perlu menyediakan bagi bakat tersebut, sumber daya yang sesuai dengan kemampuannya.

39

Siswanto dan Agus Sucipto, Teori dan Perilaku Organisasi: Sebuah Tinjauan Integratif., h. 61.

40

BAB III

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Organisasi Ekstra di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keberadaan mahasiswa secara substantif, tak terlepas dari peran perubahan yang dimiliki oleh setiap kampus. Fungsi utama perguruan tinggi adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dengan kata lain, perguruan tinggi adalah pusat perkembangan peradaban (center of civilization). Karena itu, potensi ini jika dikelola dengan baik dan terorganisir, maka kampus bisa dijadikan pusat pergerakan (center of movement).1

Pasang surut perkembangan kampus di tanah air juga tak terlepas dari perkembangan politik dan ekonomi Indonesia. Selama Orde Baru, perguruan tinggi menjadi bagian integral dari kekuasaan Soeharto. Tepatnya tahun 1974 lewat SK menteri P dan K No 028/U/1974 tentang NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Isi keputusan ini sangat membelenggu langkah pergerakan mahasiswa yang sejatinya harus senantiasa bergerak, merambah, serta mengembangkan nalar intelektualitasnya. Dengan NKK-BKK semua kegiatan mahasiswa kala itu harus seluruhnya melalui persetujuan pihak pimpinan kampus, yang notabenenya mereka adalah antek-antek penguasa.2

Ini tentu saja bertentangan dengan idealnya mahasiswa yang selalu menempatkan dirinya menjadi oposisi kritis pada pemerintahan yang sedang

1

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi, (Penerbit: Visi Indonesia, Jakarta, 2011), h. 8.

2

berkuasa. Dampak yang paling terlihat adalah mahasiswa kehilangan ruang politiknya yang bebas dan kreatif. Kemudian juga berimbas pada pemisahan organ ekstra dan intra kampus.3

Peristiwa Reformasi Mei 1998 turut andil dalam pembentukan sistem demokrasi di kampus UIN Syarif Hidayatullah yang sebelumnnya menganut sistem Senat Mahasiswa. sistem pengganti senat itu disebut sistem Student Government (SG) atau pemerintahan mahasiswa. Periode-periode awal sistem SG yang dimanifestasikan ke dalam Pemilihan Umum Raya Kampus (PEMIRA) sebagai representasi sistem Student Government yang berdaulat, mahasiswa mempunyai kedaulatan politiknya di kampus.4

Bagi aktivis mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sistem SG adalah keniscayaan sejarah karena tumbangnya rezim orde baru yang melahirkan reformasi adalah bagian dari perjuangan mahasiwa dalam mengawal perubahan. “Siapapun yang ingin membubarkan sistem ini (SG) kita siap mempertahankannya sampai titik darah penghabisan”, begitulah salah satu pernyataan salah satu mahasiswa dalam forum debat capres yang dihadiri ratusan mahasiswa UIN Jakarta. Adapun budaya politik yang dibangun berdasarkan sentimen ideologis.5

3

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 8.

4

Renal Rinoza Kasturi & Dwi Anggraini Puspa Ningrum, “Pemira UIN Syarif Hidayatullah”,

Ciputat, Tangerang Selatan, 31 Mei 2010, h. 1.

5

B. Profil Sejarah HMI

1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya HMI

“Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mulabuka lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya.” (Media, No.7 Th. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, h. 32).6

Dengan ungkapan ini, jelaslah hubungan Lafran Pane dengan HMI tidak bisa dipisahkan. Latar belakang pemikiran Lafran Pane untuk mendirikan HMI, adalah identik dengan latar belakang munculnya pemikiran HMI. Dengan demikian, untuk memahami pemikiran Lafran Pane, akan senantiasa terdapat proses komunikasi dan ekspresi dengan lingkungannya, yaitu negara Indonesia. Yang berpendudukan mayoritas beragama Islam, dengan segala realitas dan totalitasnya. Pemikiran Lafran tidak bisa dipahami tanpa meletakkannya dalam suatu proses sejarah atau tradisi panjang yang melingkupinya.7 Sesuai dengan konteksnya, latar belakang munculnya pemikiran HMI adalah:8

a. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang kemerdekaan. b. Kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan,

pemaham-an dpemaham-an penghayatpemaham-an serta pengalampemaham-an ajarpemaham-an Islam. c. Kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan. d. Munculnya polarisasi politik.

e. Perkembangan paham dan ajaran komunitas.

f. Kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis.

6

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat (Palembang: Hasil Kongres HMI XXVI, 2008), h. 1.

7

Ibid., h. 1-2.

8

g. Kemajemukan bangsa Indonesia.

h. Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.

Menangkap realitas historis dan berbagai persoalan dan perkembangan yang mengikutinya, tampilah Lafran Pane. Ia seorang mahasiswa, sejak menjadi mahasiswa aktif dalam mengamati dan memikirkan secara seksama perkembangan sosial, politik dan budaya di tanah air. Idealisme ini diangkat menjadi suatu yang empiris dan pemikiran yang memiliki daya dukung konstruktif, guna merespon berbagai persoalan yang dihadapi saat itu.9

Setelah berulang kali mencoba mengadakan pembicaraan yang selalu gagal karena mendapat penentangan dari beberapa organisasi mahasiswa. Akhirnya, pada tanggal 5 Februari 1947 secara resmi dideklarasikan berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Lafran Pane bersama 14 orang lainnya yaitu: Kartono Zarkasy (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (istri Dahlan Husein, Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta), Zulkarnaen (Bengkulu), dan Mansyur.10

2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan HMI

Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia, agar berkehidupan

9

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 2-3.

10

sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifatullah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya. Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dan inspirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.11

Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas di mana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.12

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI,13 yaitu : terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan

11

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132.

12

Ibid., h. 131.

13

bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah SWT.

Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.14

3. Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP)

Secara garis besar dalam haluan nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) dari HMI,15 sebagai berikut :

a. Hidup yang benar di mulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya, yaitu taqwa.

b. Iman dan taqwa dipelihara serta diperkuat dengan melakukan ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang teguh kepada kebenaran, sebagaimana yang dikehendaki oleh hati nurani yang hanief. c. Kerja kemanusiaan atau amal sholeh mengambil bentuknya yang utama

dalam usaha yang sungguh-sungguh secara essesial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang maupun waktu.

14

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 132.

15

d. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan melahirkan “jihad”, yaitu sikap hidup berjuang. Berjuang itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong-royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan.

e. Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana, yaitu : “beriman, berilmu dan beramal”.

C. Profil Sejarah HMI Cabang Ciputat

HMI cabang Ciputat berdiri pada tahun 1960, bermula dari sebuah komisariat yang diketuai oleh Abu Bakar, dan kemudian pada tahun berikutnya 1961, dijadikan sebuah cabang.16 Menghadirkan cabang Ciputat dalam sejarah HMI tentu saja merupakan sebuah kewajaran belaka, mengingat masing-masing cabang memiliki sejarah dan karakteristiknya yang tidak saja berbeda, unik, namun tentu saja memiliki kekhasannya masing-masing. Kebutuhan mengetahui sejarah HMI cabang Ciputat, yang jelas tidak didasarkan atas sikap arogansi yang cenderung hanya membanggakan kejayaan masa lalu.17

Seperti diungkapkan Wahyudi Nafis, menghadirkan tulisan semacam ini setidaknya didasari tiga gagasan. Pertama, kalau memang HMI cabang Ciputat dikatakan oleh sebagian alumni-alumninya pernah memiliki kejayaan, dengan berbagai data dan fakta, maka mungkin saja hal semacam ini bisa menjadi stimulus bagi para kader di hari ini. Kedua, seandainya statemen “HMI cabang Ciputat pernah memiliki kejayaan” sementara diterima, maka kita bisa menelaah strategi dan perangkat apa saja yang membuat para kader di masa itu berhasil.

16

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 27.

17

Ketiga, kita kembali mempertanyakan, apakah benar para kader HMI di masa tertentu di Ciputat pernah mengalami keberhasilan.18

Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa HMI cabang Ciputat saat ini masih sangat dihormati di cabang-cabang lain di seluruh Indonesia. salah satu faktor utamanya adalah Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang sangat identik dengan Cak Nur (sapaan akrab Nurcholish Majid) yang notabene merupakan kader Ciputat. Hal ini berdampak psikologis bagi kader-kader HMI cabang Ciputat sampai saat ini, terbukti ketika kader dari Ciputat mengikuti Latihan Kader II (Intermediate Training) di luar Ciputat, sehingga kita mungkin akan heran bahwa kader-kader HMI cabang lain akan banyak bertanya tentang Ciputat dengan wajah antusias dan kekaguman. Hal ini karena track-record

intelektual HMI cabang Ciputat yang masih terimajinasikan dengan baik ketokohan dan banyaknya buku-buku karya alumni-alumni Ciputat.19

Dan dari mahasiswa yang bergabung di dalam organisasi HMI cabang Ciputat adalah mayoritas berlatar belakang lulusan SMA dan SMK/STM. Karena memiliki tingkat intelektualitas keIndonesian kekinian (pelajaran umum) dari pada lulusan dari pondok pesantren dan MAN yang notabenenya belajar kitab-kitab dan berbahasa Arab, dan sedikit sekali mempelajari pelajaran umum. Akan tetapi, dari lulusan pondok pesantren dan MAN tersebut ingin meningkatkan intelektualitas agar lebih mendalami ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Maka, mereka memilih bergabung di dalam organisasi tersebut. Adapun terlihat dari tabel asal sekolah anggota organisasi HMI dan data anggota dari masing-masing fakultas, sebagai berikut:

18

Modul LK I (Basic Training): Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat., h. 25-26.

19

Tabel. 1

Asal sekolah anggota HMI cabang ciputat angkatan 2005-2011

Asal Sekolah Jenis Kelamin Orang (@) Persen (%)

L P

Pondok Pesantren 827 517 1344 23%

MAN 916 601 1517 26%

SMA/SMK/STM 1673 1323 2996 51%

Jumlah 3416 2441 5857 100%

Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat

Tabel. 2

Anggota HMI cabang ciputat dari masing-masing fakultas, angkatan 2005-2011

No Fakultas Orang (@) Persen (%)

1 Fakultas Ekonomi 498 8.5%

2 Fakultas Sains dan Teknologi 467 8.0%

3 Fakultas Dakwah 857 14.6%

4 Fakultas Ushuluddin 329 5.6%

5 Fakultas Adab dan Humainora 414 7.1%

6 Fakutas Syariah 546 9.3%

7 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 1197 20.4%

8 Fakultas Dirasat Islamiyah 282 4.8%

9 Fakultas Psikologi 537 9.1%

10 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 476 8.2%

11 Fakultas Kedokteran 254 4.4%

Jumlah 5857 100%

Sumber: Sekretariat HMI Cabang Ciputat

Dan melihat data base dari masing-masing fakultas dari anggota organisasi HMI di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang lebih dominan atau paling banyak kader/anggota HMI tersebut ialah di fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Dawah, Fakultas Syariah, dan Fakultas Psikologi. Maka, yang lebih dominan menjadi salah satu basis dari kekuatan organisasi HMI tersebut. Sedangkan yang minoritas, akan meningkatkan kemampuan untuk mencari atau mengkrekrut kader/anggota dari organisasi tersebut untuk menjadi kekuatan di fakultas serta jurusannya.

D. Profil Sejarah PMII

1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran dan Berdirinya PMII

PMII dan NU merupakan dua organisasi yang mempunyai hubungan romantika historis yang spesial. Kita bisa katakan, NU adalah ibunya PMII, karena dialah yang melahirkan organisasi kemahasiswaan ini 50 tahun silam. Karena adanya “hubungan darah”, kedua organisasi ini pun punya beberapa kemiripan. Misalnya, secara demografis, basis massa keduanya mayoritas berasal dari masyarakat desa atau kalangan pesantren. Karakter ini membawa implikasi pada prilaku komunal dan tradisionalis yang melekat pada warga NU dan kader PMII. Pada awalnya, kelekatan tradisionalisme dan budaya dalam kultur NU diyakini oleh sebagian masyarakat, tetapi belakangan ini, sesuatu yang berkaitan dengan dialektika dan akulturasi dengan budaya (lokal) mendapat apresiasi banyak kalangan.20

Nuansa demografis ini ternyata mempengaruhi konstruksi konsep teologis. Kesadaran untuk bekerja sama, gotong-royong dan penghormatan terhadap perbedaan menjadi tipikal keagamaan yang berkembang di kultur masyarakat agraris di pedesaan. Hal ini juga berbanding lurus dengan penghargaan atas tradisi lokal masyarakat pinggiran yang menjunjung tinggi realitas multikultural dan keseimbangan gerak ibadah ritual dan amal sholeh.21

Berangkat dari logika hubungan darah, PMII pun menyetarakan landasan teologisnya pada Islam ala ahlussunnah wal jamaah (aswaja), yang kini berkembang menjadi manhaj al-fikr (metodologi berfikir). Romantika NU-PMII ini pun terus berproses dari periode ke periode. Dalam periode awal

20

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1.

21

sekitar tahun 60-an, PMII memang banyak terlibat dalam percaturan politik sehingga pemikiran-pemikiran tentang kebangsaan lebih menonjol.22 Keterlibatan PMII dalam politik praktis ini berakhir ketika mendeklarasikan sebagai organisasi independen (keluar dari struktur NU) pada tahun 1972, yang dikenal dengan Deklarasi Murnajati. Keputusan ini diambil karena kondisi perpolitikan sudah tidak tepat lagi sebagai wahana kekiprahan PMII di masa depan. Kreativitas dan progresifitas pilihan ini membuktikan pola pemikiran yang ingin di tanamkan PMII harus dinamis, dialogis, kritis dan

open minded.23

Independensi PMII ini justru memberikan keleluasan ruang gerak untuk bersikap kritis. Ketika Orde Lama beralih ke Orde Baru dengan kekuatan Golongan Karya sebagai lembaga kekuasaanya, PMII tampil mengkritisi kebijakan-kebijakan yang ditetapkan Orde Baru. Kekuasaan pemerintahan Orde Baru telah memancangkan jerat-jerat hegemoninya dengan mengendalikan semua kekuatan masyarakat.24

2. Motivasi Dasar Kelahiran dan Tujuan PMII

Kehadiran organisasi tentu memiliki tujuan yang sering diidentikkan dengan gerakan. Transformasi dalam struktur masyarakat perlu didukung dan dikawal oleh gerakan semacam ini. PMII sebagai organsiasi gerakan mahasiswa yang merupakan bagian dari struktur masyarakat menengah, harus memiliki orientasi yang jelas dan konsep yang matang terhadap proses transformasi yang diinginkan oleh mahasiswa.25

22

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 1.

23 Ibid., h. 2. 24 Ibid. 25 Ibid., h. 35.

PMII sebagai gerakan kaum santri, yang berpotensi untuk keterbukaan dengan dunia baru yang disebut dengan “pembangunan peradaban” sudah dimiliki sejak dini. Sebut saja konsep-konsep keIslaman, seperti bertaqwa, tawakal, ikhlas, muthi’ilallah, dan seterusnya merupakan konsepsi kehidupan para santri yang sudah ditempa sejak mereka di pondok pesantren. Disinilah fungsi PMII untuk menjemput sumberdaya natural yang dimiliki kaum santri untuk dapat difasilitasi, diorganisasikan, dipetakan potensi “skill personal” untuk didistribusikan sesuai peranannya di masyarakat.26

Sikap dasar kegairahan dan keterbukaan terhadap ilmu, merupakan ekspresi mental keIslaman mereka dalam memposisikan nilai-nilai Islam tidak terbatas teologi “urusan syurga dan neraka” saja. Akan tetapi para santri-lah yang mampu meletakkan Islam sebagai shirat, thariq, ataupun syar’i. Karena mengIslamkan diri adalah peleburan dalam perjalanan menuju pengetahuan yang dinamis dan berkelanjutan. Hal ini, sama halnya dengan prinsip PMII yang selalu mengedepankan konsep atau prinsip “kritis transformatif” dan anti kemapanan.27

Di sinilah, peran keagamaan umat Islam, terutama kaum santri sebagai hanya hamba Tuhan (abdullah) harus ditransfigurasikan menjadi wakil Tuhan (khalifatullah). Transfigurasi yang dimaksud adalah transformasi peran (figurasi) dari manusia yang punya kepentingan hanya untuk dirinya sendiri, segala tentang kebaikan dan keselamatan diri, diubah menjadi pada orientasi sosial kemasyarakatan, kemaslahatan umat dan kesejahteraan sesama manusia. Inilah peran yang sering disebut dengan “khalifatullah”, bahwa Tuhan tidak

26

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 37.

27

memilih-milih dalam memberikan anugerahnya yaitu sebuah semangat yang ditiru dan dikembangkan dalam kehidupan organisasi ini.28

3. Nilai-nilai Dasar Pergerakan (NDP)

Landasan dasar yang selama ini menjadi pendoman di organisasi PMII dan diajarkan secara temurun pada kader baru masih bersifat deskripsi normatif tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan Sang Pencipta, interaksi antar sesama, dan interaksi dengan lingkungan.

E. Profil Sejarah PMII Cabang Ciputat

PMII Ciputat dideklarasikan pada tanggal 9 September 1960. Di antara para pendirinya adalah Zamroni (alm), Prof.Dr. Chotibul Umam, Drs. Nadjid Mukhtar, MA. (alm), Drs. Muzakkir Djaelani, Drs. Zarkasih Noor, Imam Yamin, Ari Amnan, Lamingi Lamtamdid (alm), Abdurrahman K, Zuhdi Anwar, H. Rusli, Jamhari, dan Mahmudi (alm). Serangkaian pertemuan persiapan telah dilakukan sebelumnya. Di antaranya adalah pertemuan tanggal 18-22 Juni 1960, yang membahas pentingnya mendirikan PMII cabang Ciputat. Pemilihan Ciputat sebagai nama cabang dari organisasi PMII, bukan komisariat IAIN, didasarkan atas pertimbangan lokasi di mana kampus dan organisasi ini berada. Pembentukan PMII ini sempat mengagetkan anggota organisasi lain, karena PMII lebih awal berdiri kemudian menyusul HMI dan IMM Ciputat.29

Saat itu, mahasiswa yang belajar di IAIN (ADIA sebelumnya) umumnya adalah mereka yang ditugaskan belajar dari daerahnya masing-masing.

28

Mochammad Afifuddin, Menggerakkan Pergerakan; Kaderisasi, Kemandirian, Sinergi., h. 37-38.

29

Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia

Kebanyakan dari mereka adalah guru di madrasah (PGA) atau pegawai keagamaan. Latar belakang beragam, berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dan kecenderungan paham keagamaan yang plural. Sebagian mereka berasal dari keluarga nahdliyin dan banyak yang aktif di kegiatan Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU).30

Sebelumnya PMII didirikan, para mahasiswa NU tergabung dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) yang didirikan pada Desember 1955 di Jakarta dan Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama yang didirikan di SurakaRta oleh Mustahal Ahmad. Namun, secara resmi organisasi kemahasiswaan untuk kader-kader NU ditampung di bawah IPNU. Di dalam struktur IPNU, ada badan atau lembaga yang khusus menghimpun mahasiswa-mahasiswa NU. PMII secara resmi didirikan di Surabaya pada 17 April 1960. Organisasi inilah yang kemudian menghimpun mahasiswa-mahasiswa dari kalangan nahdhiyin. Organisasi PMII berada di bawah struktur PBNU, seperti organisasi IPNU dan Anshar. Faktor-faktor didirikannya PMII adalah:31

1. Karut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.

2. Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada. 3. Pisahnya NU dari Masyumi.

4. Tidak nyamannya lagi mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasinya dan terpinggirkannya mahasiswa NU.

30

Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia

(Jakarta: CV. Soluma Kreasi, jil. 1, 2010), h. 1.

31

5. Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang notabene HMI adalah underbouwnya.

Setelah PMII didirikan, beberapa mahasiswa yang berlatar belakang IPNU dan NU berkumpul dan sepakat untuk merencanakan pendirian PMII Ciputat. Kemudian, mereka menyebarkan formulir anggota PMII secara door to door ke mahasiswa yang tinggal di perumahan komplek. Sebelumnya, formulir anggota HMI sudah lebih dulu beredar di kalangan mahasiswa. Para pendiri PMII termasuk yang mendapat formulir HMI, namun mereka menolak dan justru menyebar kembali formulir yang berbeda, yaitu anggota PMII.32

Alasan utama pendirian PMII adalah mengumpulkan mahasiswa-mahasiswa dari kaum nahdhiyin dan mempertahankan tradisi keagamaan diwujudkan melalui kegiatan pembinaan anggota PMII ke dalam satu wadah organisasi. Program pembinaan anggota dilakukan secara rutin melalui kegiatan pertemuan mingguan dengan agenda utama pembacaan kitab barzanji dan tahlilan. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi seputar ilmu pengetahuan, keorganisasian, dan wawasan lainnya.33

Cita-cita awal pendirian organisasi underbow NU ini bersifat idealis, meskipun kemudian berkembang tujuan pragmatis. Tujuan idealis berkenaan dengan penyebaran dan penguatan paham “ahlus sunnah wal jamaah” di perguruan tinggi, terutama IAIN Jakarta. adapun tujuan pragmatis berkisar pada keterlibatan orang-orang dalam pengelolaan IAIN Jakarta.34

32

Dari Ciputat Untuk Bangsa: Setengah Abad Peran Pergerakan Untuk Islam Dan Indonesia., h. 2.

33

Ibid., h. 3.

34

Dengan demikian, kebanyakan mahasiswa yang bergabung di PMII cabang Ciputat ialah orang-orang yang berlatar belakang NU atau keluarga NU dan juga orang-orang yang dahulunya pesantren. Maka, mahasiswa yang

Dokumen terkait