• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

C. Tujuan dan Fungsi Pengawasan Internal Kas

Mengingat mayoritas transaksi di perusahaan melibatkan kas, maka pengawasan internal kas sangat diperlukan guna menghindari terjadinya penyelewengan yang dilakukan terhadap kas.

Pengawasan internal kas mencakup dalam suatu pengawasan internal kas. Pada dasarnya tujuan pengawasan internal kas adalah :

b. Untuk memeriksa kecermatan antara dana dari catatan menurut pembukuan dengan saldo kas yang sebenarnya.

c. Untuk memeriksa pelaksanaan kegiatan/aktivitas mengenai kas

sehingga apabila terjadi penyimpangan dari sistem yang diterapkan dapat diambil tindakan koreksi.

Pengawasan terhadap kas dapat diterapkan dengan cara, yaitu :

1) Pengawasan terhadap penerimaan kas

Sumber penerimaan kas yang lazim dalam perusahaan berasal dari penjualan tunai, penerimaan kas pelunasan piutang untuk penjualan kredit, dan penerimaan lainnya seperti hasil penjualan investasi sementara atau penjualan aktiva tetap perusahaan. Agar semua hasil penerimaan ini dapat diamankan dan menjadi milik perusahaan maka pengawasan internal yang baik harus diciptakan dan dibina.

2) Pengawasan terhadap pengeluaran kas

Sama halnya dengan penerimaan kas, pengeluaran kas juga harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan atau kecurangan dalam pelaksanaannya yang mengakibatkan kerugian perusahaan. Pengeluaran kas biasanya berupa pembayaran yang dilakaukan oleh perusahaan/instansi untuk berbagai macam keperluan, misalnya pembayaran hutang, pembayaran gaji karyawan, dan biaya-biaya lainnya.

Menurut Mulyadi, (2008 : 163), tujuan dari sistem pengawasan internal kas adalah sebagai berikut :

a. Menjaga harta milik perusahaan

Tanggung jawab utama menjaga harta milik perusahaan dan mencegah serta menemukan kesalahan-kesalahan terletak ditangan manajemen, perlu adanya pengawasan internal yang baik agar dapat melimpahkan tanggung jawab secara tepat.

b. Menjaga ketelitian data akuntansi

Sistem akuntansi dan administrasi sangat diperlukan guna menjaga ketelitian data akuntansi yang ada, sistem tersebut dapat berjalan dengan baik dengan mengadakan formulir atau bukti pencatatan yang tersedia, akan dapat diketahui apakah pencatatan itu dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada atau tidak.

c. Mewujudkan efisiensi kerja

Untuk dapat mewujudkan efisiensi kerja, perlu dirancang suatu

sistem dan prosedur operasional tiap-tiap bagian operasi

perusahaan/instansi, sehingga pelaksanaan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan tertib.

d. Membentuk dan menjaga kebijaksanaan manajemen

Dengan adanya formulir, bukti pencatatan dan prosedur yang telah ditatpkan serta adanya pemisahan tanggung jawab yang jelas, diharapkan dapat membantu serta menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pengawasan Internal Kas

Fungsi pengawasan internal kas secara umum antar lain adalah untuk menjamin terselenggaranya pencatatan kas yang akurat, tersimpannya kas dengan aman dan adanya pengeluaran kas yang dilakukan dan disahkan oleh personil dan yang berwenang dan dengan jumlah yang benar. Ciri-ciri dasar dari sebuah pengawasan internal kas adalah sebagai berikut :

a. Secara umum menetapkan tanggung jawab pengelolaan penerimaan

kas.

b. Pemisahan pengelolaan dan pencatatan penerimaan kas. c. Mendepositokan seluruh kas yang diterima.

d. Sistem voucher untuk mengendalikan pembayaran kas. e. Pemeriksaan internal waktu yang tidak terduga.

Menurut Bambang (2011 : 81), Komponen struktur pengawasan internal kas terdiri dari :

a. Lingkungan Pengawasan (Control Environment)

Lingkungan pengawasan mempengaruhi organisasi dalam kesadaran pengawasan orang-orangnya merupakan dasar untuk semua komponen pengawasan intern, menetapkan disiplin dan struktur. Lingkungan pengawasan terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang merefleksikan perilaku keseluruhan manajemen puncak, direktur, pemilik. Berikut ini adalah sub komponen lingkungan pengawasan yaitu :

1) Intergritas dan nilai-nilai etis.

2) Komitmen dan kompetensi

3) Partisipasi Komite Audit dan Dewan Direksi. 4) Falasafah manajemen dan gaya operasi. 5) Struktur organisasi.

6) Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab.

b. Pertimbangan Risiko (Risk Assesment)

Pertimbangan risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, risiko atasan manajemen atas penyiapan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

c. Kegiatan Pengawasan (Control Activities)

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan yang termasuk dalam 4 komponen, membantu tindakan-tindakan seperlunya yang mengarahkan risiko dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada banyak contoh-contoh kegiatan pengawasan dalam organisasi :

1) Pemisahaan tugas yang layak. 2) Otorisasi yang layak.

3) Dokumen dan catatan yang layak. 4) Pengendalian fisik.

d. Komunikasi dan Informasi (Communication and Information) Sistem informasi yang relevan untuk tujuan pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang dapat mengidentifikasi, menyatukan, analisa, klasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi organisasi/lembaga dan menjaga akuntabilitasnya, jumlah aktiva yang hitung. Informasi akuntansi dan sistem komunikasi mempunyai sub komponen seperti penjualan, retur penjualan, penagihan, akuisisi dan sebagainya.

e. Pemantauan (Monitoring)

Monitoring adalah proses penilaian performan, kualitas struktur pengawasan intern dalam suatu waktu. Kegiatan monitoring melalui kegiatan yang berjalan.

Terdapat tujuh (7) macam fungsi struktur pengawasan internal kas secara rinci yang harus terpenuhi untuk mencegah setiap kesalahan yang mungkin terjadi di dalam pencatatan. Struktur pengawasan internal kas tersebut harus memberikan kepastian pada :

1) Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (valid).

Struktur pengendalian internal kas tidak dapat memberikan transaksi fiktif dan yang sebenarnya tidak terjadi di dalam catatan akuntansi lainnya.

2) Setiap transaksi diotorisasikan dengan tepat.

3) Dalam hal ini, jika suatu transaksi tidak di otorisasi, maka dapat mengakibatkan otorisasi yang curang.

4) Setiap transaksi yang terjadi harus dicatat dan hal ini dilakukan guna mencegah hilangnya setiap transaksi dari catatan.

5) Setiap transaksi harus dinilai dengan tepat dan cepat.

Pengendalian yang memadai harus disertai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan transaksi pada berbagai langkah-langkah proses pencatatan.

6) Transaksi yang terjadi harus diklasifikasikan dengan tepat.

Pengklasifikasian perkiraan yang tepat sesuai dengan kode perkiraan klien harus dicatat dalam jurnal.

7) Transaksi yang terjadi dicatat pada waktu yang tepat.

Setiap transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar.

Dokumen terkait