• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan dan Kebijakan Manajemen Risiko Keuangan

Dalam dokumen PT. BANK SINARMAS Tbk. (Halaman 75-84)

Perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya menyadari bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan senantiasa mengalami perkembangan yang diikuti dengan semakin meningkatnya eksposur dan kompleksitas risiko kegiatan usaha perbankan, serta meningkatnya kebutuhan akan praktek tata kelola yang sehat (Good Corporate Governance). Sebagai tanggapan Perusahaan terhadap kondisi tersebut, Perusahaan menerapkan suatu kebijakan manajemen risiko yang bertujuan untuk memastikan bahwa risiko-risiko yang timbul dalam kegiatan usahanya dapat diidentifikasi, diukur, dikelola dan dilaporkan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat berupa peningkatan nilai perusahaan yang disertai peningkatan kepercayaan pemegang saham dan masyarakat, memberikan gambaran lebih akurat mengenai kinerja di masa mendatang termasuk kemungkinan kerugian yang akan terjadi, dan meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan serta penilaian risiko dengan adanya ketersediaan informasi yang terkini, yang dengan sendirinya meningkatkan kinerja dan daya saing Perusahaan.

Untuk menyesuaikan dengan standar manajemen risiko pada perbankan internasional, Perusahaan secara terus-menerus mengembangkan dan meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko dan struktur pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi bagi Perusahaan adanya potensi risiko secara lebih dini dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang memadai untuk meminimalkan dampak risiko. Kerangka manajemen risiko ini dituangkan dalam kebijakan, prosedur, limit-limit transaksi dan kewenangan dan ketentuan lain serta berbagai perangkat manajemen risiko yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha.

(Angka-angka Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)

Perusahaan memiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) yang bekerja secara independen dari unit bisnis dan audit internal. SKMR bertugas untuk menunjang pengelolaan risiko yang lebih menyeluruh, terpadu, terukur dan terkendali. Tugas dan tanggung jawab SKMR mencakup:

a. Memberikan masukan kepada Direksi dalam penyusunan kebijakan, strategi serta kerangka manajemen risiko;

b. Mengembangkan prosedur dan alat untuk identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko;

c. Pemantauan terhadap pelaksanaan strategi manajemen risiko yang direkomendasikan oleh Komite

Manajemen Risiko dan yang telah disetujui oleh Direksi;

d. Pemantauan posisi/eksposur risiko secara keseluruhan (composite), per jenis risiko maupun per aktvitas fungsional sesuai limit risiko yang ditetapkan;

e. Melakukan stress testing guna mengetahui dampak dari pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen risiko terhadap kinerja masing-masing satuan kerja operasional;

f. Pengkajian terhadap usulan aktivitas dan/atau produk baru yang diajukan atau dikembangkan oleh suatu

unit tertentu yang ada pada Bank. Pengkajian difokuskan terutama pada aspek kemampuan Bank untuk melakukan aktivitas dan atau produk baru termasuk system dan prosedur yang digunakan serta dampaknya terhadap eksposur risiko Bank secara keseluruhan;

g. Memberikan rekomendasi mengenai besaran atau maksimum eksposur risiko yang wajib dipelihara Bank kepada satuan kerja operasional dan kepada Komite Manajemen Risiko, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki Satuan Kerja Manajemen Risiko;

h. Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan oleh Bank untuk mengukur risiko, bagi Bank yang menggunakan model untuk keperluan intern;

i. Penyusunan dan penyampaian laporan profil risiko kepada Direktur Utama dan Komite Manajemen Risiko

secara berkala atau sekurangkurangnya secara triwulanan. Apabila kondisi pasar berubah dengan cepat maka frekuensi laporan harus ditingkatkan. Sedangkan untuk eksposur risiko yang relatif lambat, frekuensi laporan disampaikan sekurang-kurangnya secara triwulanan. Apabila kondisi pasar berubah dengan cepat maka frekuensi laporan harus ditingkatkan.

j. Pelaksanaan kaji ulang secara berkala untuk memastikan :

 Kecukupan kerangka manajemen risiko

 Keakuratan metodologi penilaian risiko

 Kecukupan sistem informasi manajemen risiko.

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi liabilitasnya, yang timbul dari aktivitas fungsional Perusahaan seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri, investasi dan pembiayaan perdagangan (trade finance).

Risiko kredit dikelola melalui penetapan kebijakan - kebijakan dan proses-proses yang meliputi kriteria pemberian kredit dan persetujuan kredit, penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio. Perusahaan juga dengan ketat memantau perkembangan portofolio kredit Perusahaan yang memungkinkan Perusahaan untuk melakukan tindakan pencegahan secara tepat waktu (Early Warning) apabila terjadi penurunan kualitas kredit.

Proses pemantauan kualitas kredit sampai dengan penanganan kredit bermasalah terus ditingkatkan dengan berbagai strategi yang dimonitor secara periodik untuk memastikan agar kualitas portofolio kredit tetap terjaga. Pengelolaan kredit yang efektif dapat meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan penggunaan modal yang dialokasikan untuk risiko kredit.

Perusahaan telah memiliki kebijakan dan pedoman tertulis terkait dengan kegiatan perkreditan yang antara lain mengatur prosedur analisa kredit, persetujuan kredit, pencatatan dan pengawasan kredit, dan restrukturisasi kredit. Kebijakan dan prosedur tersebut dikaji secara berkala untuk disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas bisnis Perusahaan.

Perusahaan mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, sektor ekonomi maupun seluruh portofolio kredit dengan menerapkan four - eyes principle secara konsisten. Perusahaan juga telah menerapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil.

Untuk mendukung pertumbuhan kredit konsumen yang sehat maka dikembangkan Loan Origination System (LOS) untuk penerapan parameter-parameter risiko secara terintegrasi dan menyeluruh dalam proses pengajuan kredit konsumen. Dilakukan juga penyempurnaan kebijakan dan prosedur untuk pengelolaan portofolio kredit konsumen yang lebih baik.

Sebagai bagian dari manajemen portofolio, Perusahaan juga melakukan pemantauan perkembangan risiko portofolio kredit melalui perhitungan Credit Risk Profile yang menggambarkan potensi risiko inheren dan efektifitas kualitas penerapan manajemen risiko.

Berikut adalah eksposur maksimum laporan posisi keuangan dan rekening administratif yang terkait risiko kredit pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013:

Jumlah Bruto Jumlah Neto Jumlah Bruto Jumlah Neto Laporan Posisi Keuangan

Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Efek-efek

Obligasi korporasi 20.248 20.045 40.846 40.638 Aset lain-lain

Tagihan derivatif 210 210 28 28

Dimiliki hingga jatuh tempo Efek-efek

Obligasi korporasi 176.978 176.938 4.012 3.972 Tersedia untuk dijual

Efek-efek

Obligasi korporasi 68.840 68.840 127.454 127.454 Pinjaman yang diberikan dan piutang

Giro pada bank lain 1.601.604 1.601.604 247.772 247.772

Penempatan pada bank lain

Call money 100.000 100.000 432.113 432.113

On Call Deposit 39.317 39.317 -

-Deposito berjangka - - 161.700 161.700

Efek-efek

Tagihan atas wesel ekspor 242.172 242.172 207.001 207.001 Kredit yang diberikan (termasuk kredit

yang diberikan berdasarkan prinsip syariah) 11.778.827 11.717.982 10.966.071 10.909.738

Tagihan akseptasi 269.961 269.961 238.324 238.324

Pendapatan bunga akrual 83.252 83.252 73.261 73.261 Aset lancar lain-lain 107.720 106.654 66.108 65.077

Jumlah 14.489.129 14.426.975 12.564.690 12.507.078

Komitmen dan kontinjensi Fasilitas kredit kepada nasabah

yang belum digunakan 470.176 470.176 265.516 265.516

Bank garansi 1.011.635 1.011.635 921.253 921.253

Irrevocable letters of credit 31.823 31.823 67.942 67.942

Jumlah 1.513.634 1.513.634 1.254.711 1.254.711

30 Juni 2014 31 Desember 2013

Eksposur maksimum risiko kredit tercermin dari persentase setiap kategori kredit yang diberikan terhadap jumlah kredit. Portofolio kredit yang diberikan terdiversifikasi ke dalam 20 jenis sektor ekonomi, dimana untuk posisi 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013, kelompok sektor ekonomi yang memperoleh penyaluran kredit terbesar dari Perusahaan adalah sektor ekonomi Rumah Tangga dan Perdagangan Besar dan Eceran (Catatan 9).

(Angka-angka Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)

Perusahaan mengkategorikan debitur yang menerima kredit berdasarkan segmen pasar, yaitu korporasi, komersial dan ritel. Tabel dibawah ini menunjukan komposisi kredit yang diberikan Perusahaan berdasarkan segmen pasar beserta tingkat NPL pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013:

Baki Debet Kredit bermasalah Baki Debet Kredit bermasalah

% % % % Korporasi 35,08 5,78 29,32 71,84 Komersial 21,94 38,01 21,13 2,84 Ritel 42,98 56,21 49,55 25,32 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 30 Juni 2014 31 Desember 2013

Berikut adalah eksposur risiko kredit atas aset keuangan (termasuk kredit yang diberikan berdasarkan prinsip syariah) pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013:

Telah jatuh tempo

Belum jatuh tempo tetapi tidak

dan tidak mengalami mengalami Mengalami

penurunan nilai penurunan nilai penurunan Jumlah

Giro pada bank lain 1.601.604 - - 1.601.604

Penempatan pada bank lain dan

Bank Indonesia 139.317 - - 139.317

Efek-efek

Diukur pada nilai wajar

melalui laporan laba rugi 20.248 - - 20.248

Dimiliki hingga jatuh tempo 176.978 - - 176.978

Tersedia untuk dijual 68.840 - - 68.840

Pinjaman yang diberikan

dan piutang 242.172 - - 242.172

Kredit yang diberikan 11.593.688 291 184.848 11.778.827

Tagihan akseptasi 269.961 - - 269.961

Pendapatan bunga akrual 83.252 - - 83.252

Aset lain-lain 106.907 - 813 107.720

Jumlah 14.302.967 291 185.661 14.488.919

30 Juni 2014

Telah jatuh tempo Belum jatuh tempo tetapi tidak

dan tidak mengalami mengalami Mengalami

penurunan nilai penurunan nilai penurunan Jumlah

Giro pada bank lain 247.772 - - 247.772

Penempatan pada bank lain dan

Bank Indonesia 593.813 - - 593.813

Efek-efek

Diukur pada nilai wajar

melalui laporan laba rugi 40.846 - - 40.846

Dimiliki hingga jatuh tempo 4.012 - - 4.012

Tersedia untuk dijual 127.454 - - 127.454

Pinjaman yang diberikan

dan piutang 207.001 - - 207.001

Kredit yang diberikan 10.689.337 172 276.562 10.966.071

Tagihan akseptasi 238.324 - - 238.324

Pendapatan bunga akrual 73.261 - - 73.261

Aset lain-lain 65.007 - 1.101 66.108

Jumlah 12.286.827 172 277.663 12.564.662

31 Desember 2013

Risiko Pasar

Dalam melaksanakan aktivitasnya, Perusahaan terekspos pada risiko pasar yang terdiri atas risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Perusahaan seperti kegiatan treasuri dan investasi dalam surat berharga dan pasar uang, kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance). Perusahaan senantiasa melakukan pengelolaan terhadap risiko pasar tersebut secara rutin dan/atau berkala.

Pemantauan terhadap risiko pasar dilakukan secara harian. Pemantauan tersebut antara lain dilakukan terhadap posisi surat berharga kategori available for sale (AFS) dan trading book (TB), Posisi Devisa Neto (PDN) serta transaksi forex.

a. Risiko Suku Bunga

Pengelolaan risiko suku bunga dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan baik dalam trading book maupun banking book. Risiko suku bunga dalam trading book dihitung dengan metode standar sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, yaitu meliputi risiko spesifik (menggunakan Metode Jatuh Tempo) dan risiko umum. Sedangkan risiko suku bunga dalam banking book dikelola dengan melakukan analisa repricing gap antara Risk Sensitive Asset (RSA) dan Risk Sensitive Liabilities (RSL). Analisa repricing gap dilakukan untuk mengukur dampak dari perubahan suku bunga (naik/turun) pada

banking book tersebut terhadap pendapatan bunga bersih (NII). Pengelolaan risiko suku bunga

dilengkapi dengan analisa sensitivitas secara periodik untuk mengukur dampak dari perubahan suku bunga yang signifikan. Berdasarkan simulasi, dampak kenaikan suku bunga sebesar 0.50% (kenaikan BI

Rate terbesar selama satu tahun terakhir) terhadap posisi RSA dan RSL Bank per 30 Juni 2014

berpotensi menurunkan NII sebesar

+

Rp 13 Milyar.

Risiko suku bunga dipantau secara harian antara lain terhadap posisi surat berharga yang dimiliki Perusahaan khususnya yang terekspos risiko pasar, yaitu surat berharga dalam kategori Available for

Sale dan Trading Book. Perusahaan memiliki limit/Management Action Trigger yang menjadi acuan bagi

Perusahaan dalam mengambil tindakan apabila terdapat potensi kerugian (potential loss) yang timbul dari proses marked to market.

Tabel berikut merupakan rata-rata suku bunga efektif per tahun untuk aset dan liabilitas yang signifikan (tidak termasuk akun Syariah):

Rupiah Mata Uang Asing

% %

Aset

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (termasuk giro pada

bank lain) 3,84 0,17

Kredit yang diberikan 13,76 4,86

Liabilitas

Simpanan 5,33 0,66

Simpanan dari bank lain 2,03 0,03

Rupiah Mata Uang Asing/

% %

Aset

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia (termasuk giro pada

bank lain) 3,39 1,13

Kredit yang diberikan 13,19 5,16

Liabilitas

Simpanan 4,80 1,10

Simpanan dari bank lain 2,03 0,04

30 Juni 2014

(Angka-angka Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)

Tabel berikut ini menyajikan portofolio Perusahaan (tidak termasuk portofolio yang diperdagangkan) pada nilai tercatatnya, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau tanggal jatuh tempo kontraktual:

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 1 tahun

dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah

Aset

Bunga Mengambang

Giro pada bank lain 1.601.604 - - - - 1.601.604 Kredit yang diberikan 682.210 1.283.406 1.052.255 1.998.350 2.237.116 7.253.337

Liabilitas

Bunga Mengambang

Simpanan 9.518.872 - - - - 9.518.872

Simpanan dari bank lain 50.436 - - - - 50.436 30 Juni 2014

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 1 tahun

dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah

Aset

Bunga Mengambang

Giro pada bank lain 247.772 - - - - 247.772 Kredit yang diberikan 52.058 638.524 3.216.406 543.849 1.985.335 6.436.172

Liabilitas

Bunga Mengambang

Simpanan 8.915.134 - - - - 8.915.134

Simpanan dari bank lain 201.474 - - - - 201.474 31 Desember 2013

b. Risiko Nilai Tukar

Kebijakan pengelolaan risiko nilai tukar berpedoman pada batas Posisi Devisa Neto (PDN) sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu Perusahaan wajib mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20% dari Modal. Untuk memudahkan Treasury Dealer dalam melakukan pemantauan terhadap PDN, maka Perusahaan telah mengembangkan program bantu yang secara otomatis dapat menunjukkan PDN. Selain itu, pengelolaan risiko nilai tukar secara harian juga dilakukan Perusahaan dengan cara menghitung potensi kerugian yang mungkin timbul sebagai dampak dari adanya perubahan nilai tukar terhadap posisi Perusahaan. Pada tanggal 30 Juni 2014, jika mata uang Rupiah melemah/menguat sebesar 0,3% terhadap Dolar Amerika Serikat dengan asumsi variabel lain konstan, maka laba setelah

pajak untuk tahun berjalan akan lebih tinggi (rendah) sebesar Rp 22 juta, terutama diakibatkan

keuntungan (kerugian) dari penjabaran aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, efek utang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, serta keuntungan (kerugian) penjabaran pinjaman dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.

Perusahaan telah menetapkan berbagai limit untuk mengantisipasi risiko pasar atas mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi suku bunga. Limit yang telah ditetapkan Perusahaan antara lain limit maksimum posisi terbuka kumulatif dan per major currency yang bertujuan untuk membatasi eksposur risiko nilai tukar serta memastikan kepatuhan terhadap ketentuan PDN.

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan antara lain oleh ketidakmampuan Perusahaan dalam memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan menutup posisi di pasar. Risiko likuiditas merupakan risiko yang terpenting pada bank umum dan perlu dikelola secara berkesinambungan.

Pemantauan terhadap likuiditas Perusahaan dilakukan secara harian dan sebagai bagian dari sistem informasi manajemen hasil pemantauan tersebut dilaporkan kepada Manajemen. Pemantauan antara lain dilakukan terhadap komposisi posisi keuangan Perusahaan, aktivitas dana keluar dan dana masuk yang tercermin dari transaksi RTGS dan SKN, aktivitas money market, posisi aset likuid baik primer maupun sekunder, serta rasio-rasio likuiditas seperti rasio kecukupan aset likuid dan Loan to Deposit

Ratio. Pemantauan terhadap pemenuhan Giro Wajib Minimum baik primer maupun sekunder dilakukan

untuk memastikan bahwa Perusahaan selalu menjaga GWM sesuai yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.

Pengelolaan likuiditas Perusahaan juga dilakukan dengan mempelajari pola pergerakan dana dan atau perilaku nasabah Dana Pihak Ketiga, khususnya dana nasabah inti dan nasabah yang memiliki tingkat volatilitas cukup tinggi. Dengan mempelajari perilaku nasabah, maka Perusahaan dapat menjaga kecukupan likuiditas yang diperlukan secara tepat untuk menutup kebutuhan tersebut. Perusahaan menjaga kecukupan secondary reserves pada level yang aman dengan besaran kecukupan disesuaikan dengan kondisi likuiditas Perusahaan secara spesifik maupun kondisi likuiditas di pasar.

Core fund atau dana yang tidak ditarik oleh nasabah dan dinilai stabil berada dalam besaran yang cukup

baik. Perusahaan senantiasa melakukan pemantauan terhadap posisi core fund dan berupaya untuk secara berkesinambungan meningkatkan persentase terhadap jumlah dana yang dimiliki. Core fund menjadi bagian yang sangat penting bagi Perusahaan dalam menjalankan fungsi intermediasi berupa penyediaan dana jangka panjang. Hal ini mengingat portofolio dana pihak ketiga yang dimiliki Perusahaan sebagian besar berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dana mengendap antara lain diciptakan program-program yang mengharuskan dana nasabah ditahan dan tidak dapat ditarik sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan program.

Asset and Liability Committee (ALCO) berperan sebagai forum manajemen senior tertinggi untuk

memonitor situasi likuiditas Perusahaan. ALCO bertanggung jawab untuk menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan aset dan liabilitas Perusahaan sejalan dengan prinsip kehati-hatian manajemen risiko dan peraturan yang berlaku. ALCO menyetujui kerangka limit transaksi, mempertimbangkan struktur laporan posisi keuangan jangka panjang dari Perusahaan.

Pada dasarnya, risiko likuiditas dikelola sesuai dengan kerangka kebijakan, pengawasan, dan batasan yang memastikan bahwa konsentrasi pendanaan bersifat minimal, sumber dan jangka waktu pendanaan telah terdiversifikasi.

Berikut adalah jadwal jatuh tempo liabilitas keuangan (termasuk simpanan dan simpanan dari bank lain berdasarkan prinsip syariah) berdasarkan pembayaran kontraktual yang tidak didiskontokan pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013:

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 6 bulan

dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Jumlah Biaya transaksi Nilai Tercatat

Liabilitas

Liabilitas segera 219.548 - - - 219.548 - 219.548 Simpanan 14.170.310 775.156 272.695 938.276 16.156.437 - 16.156.437 Simpanan dari bank lain 206.187 500 - - 206.687 - 206.687 Surat berharga yang

diterbitkan 355 - - - 355 - 355 Beban bunga akrual 19.561 - - - 19.561 - 19.561 Liabilitas lain-lain 30.917 - - - 30.917 - 30.917

Jumlah Liabilitas 14.646.878 775.656 272.695 938.276 16.633.505 - 16.633.505 30 Juni 2014

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 6 bulan

dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Jumlah Biaya transaksi Nilai Tercatat

Liabilitas

Liabilitas segera 236.072 - - - 236.072 - 236.072 Simpanan 11.759.551 667.732 1.016.655 375.123 13.819.061 - 13.819.061 Simpanan dari bank lain 256.681 - - - 256.681 - 256.681 Surat berharga yang

diterbitkan 355 - - - 355 - 355 Beban bunga akrual 16.925 - - - 16.925 - 16.925 Liabilitas lain-lain 3.651 - - - 3.651 - 3.651

Jumlah Liabilitas 12.273.235 667.732 1.016.655 375.123 14.332.745 - 14.332.745 31 Desember 2013

(Angka-angka Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)

Sebagian besar liabilitas yang dimiliki oleh Perusahaan akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 bulan, namun berdasarkan pengalaman Perusahaan sebagian besar dari liabilitas tersebut pada saat jatuh tempo akan diperpanjang (roll over). Upaya yang dilakukan Perusahaan agar nasabah tetap mempertahankan dananya pada Perusahaan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan penawaran suku bunga yang wajar dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, Perusahaan juga mengharapkan dapat menarik nasabah baru untuk menempatkan dananya pada Perusahaan. Perusahaan juga melakukan upaya lain untuk memitigasi adanya penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dimana Perusahaan juga memantau 100 deposan inti, khususnya 25 deposan inti terbesar, dengan cara mengevaluasi profil dan perilaku dari deposan-deposan tersebut sehingga Perusahaan dapat melakukan antisipasi terhadap penarikan dana besar yang akan dilakukan deposan. Sampai dengan saat ini, Perusahaan tidak pernah mengalami kesulitan likuiditas maupun kondisi yang berpotensi menimbulkan risiko bagi Perusahaan. Apabila terdapat potensi risiko, Perusahaan memiliki sejumlah upaya antisipasi seperti ketersediaan Giro Wajib Minimum, Cadangan Sekunder, serta penetrasi yang baik terhadap pasar antar Perusahaan.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Perusahaan.

Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional juga dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional Perusahaan, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, Teknologi Sistem Informasi dan Sistem Informasi Manajemen, serta pengelolaan SDM.

Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan risiko operasional di Perusahaan senantiasa disusun, dikaji ulang dan disempurnakan untuk memastikan kecukupan mekanisme kontrol pada semua kebijakan dan prosedur telah memadai. Perusahaan juga secara aktif melakukan sosialisasi untuk membangun budaya sadar risiko dan meningkatkan kualitas kontrol dalam rangka mitigasi risiko operasional.

Perusahaan mulai mengembangkan dan menerapkan beberapa sistem dan perangkat risiko operasional. Perangkat risiko operasional tersebut digunakan untuk mengukur potensi risiko pada kondisi sekarang, lampau (historis) dan untuk mengukur besarnya potensi kejadian risiko di masa depan. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan Perusahaan dapat lebih komprehensif dalam mengelola risiko operasional. Untuk mengelola risiko operasional, Perusahaan mengembangkan beberapa perangkat sebagai berikut:  Risk Control Self Assessment (RCSA)

Pelaksanaan RCSA dilakukan secara self - assessment oleh karyawan Perusahaan dalam rangka mengukur besarnya pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh masing-masing karyawan. Melalui pelaksanaan RCSA tersebut, diharapkan seluruh karyawan Perusahaan dapat semakin meningkatkan pengendalian internal serta budaya sadar risiko pada setiap lini bisnis.

Loss Event Database (LED)

Perusahaan membangun dan mengembangkan perangkat risiko operasional lainnya seperti Loss

Event Database (LED) yang tujuannya untuk menyusun database atas kejadian-kejadian yang

terjadi sebagai akibat risiko operasional serta mengukur besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kejadian operasional tersebut. Melalui LED tersebut, Perusahaan diharapkan dapat mulai menghitung besarnya modal yang diperlukan untuk menutup kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian dalam aktivitas operasional Perusahaan.

Untuk kedepannya, Perusahaan juga akan mengembangkan alat ukur lainnya seperti Key Risk Indicator (KRI). KRI merupakan perangkat risiko operasional yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko sejak dini dalam rangka pengendalian risiko terhadap setiap aktivitas bisnis dan operasional Perusahaan. Melalui pengembangan terhadap KRI, kedepannya Perusahaan akan memilki dashboard risiko operasional, dimana dashboard tersebut digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui besarnya potensi risiko operasional Bank.

Perusahaan membentuk Tim Task Force “Tingkat Kesehatan Bank” yang memiliki tugas dan tanggung jawab, antara lain melakukan pemantauan dan penyelesaian masalah manajemen risiko secara tepat guna dan tepat sasaran, menyampaikan laporan kegiatan kepada pengawas dan penanggung jawab secara triwulan, yang selanjutnya akan di presentasikan dalam Rapat Direksi dengan Dewan Komisaris. e. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari kelemahan aspek hukum, antara lain akibat dari tindakan hukum, tidak adanya peraturan yang mendukung atau kelemahan dari ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum, seperti kegagalan untuk mematuhi persyaratan hukum suatu perjanjian dan celah-celah dalam pengikatan jaminan.

Pelaksanaan identifikasi, pengukuran, dan pemantauan terhadap potensi risiko hukum dilaksanakan terhadap seluruh aktivitas Perusahaan, terutama kegiatan operasional Perusahaan dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki potensi benturan kepentingan atau gugatan hukum.

Untuk meminimalkan risiko hukum, Perusahaan antara lain melalui Unit Kerja Corporate Legal pada kantor pusat serta Legal Officer pada Kantor Cabang, selalu melakukan pemantauan terhadap potensi munculnya litigasi/tuntutan hukum kepada Perusahaan. Dalam setiap aktivitas, baik perkreditan, operasional maupun tresuri, Perusahaan juga selalu memperhatikan kelengkapan aspek hukum terutama yang berkaitan dengan aktivitas perikatan perjanjian dengan nasabah/debitur dan kelengkapan dokumen legalitas.

Terkait dengan penerapan manajemen risiko hukum, satuan kerja manajemen risiko juga melakukan kajian-kajian terkait dengan aktivitas Perusahaan yang dapat meningkatkan eksposur risiko hukum serta memberikan rekomendasi dalam rangka memitigasi risiko tersebut.

Dalam dokumen PT. BANK SINARMAS Tbk. (Halaman 75-84)

Dokumen terkait