• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan dan Kebijakan Manajemen Risiko Keuangan

Dalam dokumen PT. BANK SINARMAS Tbk. (Halaman 87-97)

Dalam melaksanakan kegiatannya, Perusahaan menyadari bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan telah mengalami perkembangan yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan dan meningkatnya kebutuhan akan praktek tata kelola yang sehat (Good Corporate Governance). Sebagai tanggapan Perusahaan terhadap kondisi tersebut, Perusahaan telah mengimplementasikan kerangka menajemen risiko secara terpadu yang dituangkan dalam Kebijakan Penerapan Manajemen Risiko. Kerangka tersebut digunakan sebagai dasar dalam menetapkan strategi, struktur organisasi, kebijakan dan pedoman serta memperkuat infrastruktur manajemen risiko guna memastikan bahwa semua risiko yang dihadapi Perusahaan dapat diidentifikasi, diukur, dikendalikan, dimitigasi dan dilaporkan dengan baik.

Dalam pelaksanaannya, penerapan manajemen risiko Perusahaan meliputi pengawasan aktif manajemen, penerapan kebijakan dan prosedur, penetapan limit risiko, proses identifikasi, pengukuran dan pemantauan risiko, penerapan sistem informasi dan pengendalian risiko serta sistem pengendalian internal.

Perusahaan terus berupaya meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko dan pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif. Dengan didukung oleh sistem informasi manajemen yang dimiliki, maka pengelolaan risiko di internal perusahaan dapat dioptimalkan. Namun, selain itu Perusahaan tetap harus memantau keandalan sistem pengendalian internal dan sistem informasi manajemen supaya sistem pengelolaan risiko juga mengikuti perkembangan bisnis perusahaan. Perusahaan menerapkan konsep 3 Baris Pertahanan (3 lines of defenses) yaitu unit pengelola risiko, unit manajemen risiko dan audit internal. Unit pengelola risiko mengelola risiko yang melekat dalam kegiatan bisnis mereka sehari-hari sedangkan unit manajemen risiko bertanggung jawab untuk menetapkan kerangka kerja manajemen risiko dan mengembangkan perangkat dan metodologi yang diperlukan. Sedangkan Audit Internal, memberikan dukungan secara independen bagi efektivitas pendekatan manajemen risiko sebagai lini ketiga dari pengendalian intern.

Perusahaan telah membentuk beberapa unit kerja dan komite yang bertanggung jawab untuk mengendalikan dan memitigasi risiko yang secara potensial dihadapi oleh Perusahaan. Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) telah dibentuk untuk membantu Direksi dalam memastikan bahwa kerangka manajemen risiko yang ada telah memadai dan memiliki mekanisme kontrol untuk meminimalisasi berbagai risiko usaha yang dihadapi oleh Perusahaan. SKMR bekerja secara independen terhadap unit-unit operasional dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Manajemen Risiko. Adapun tugas dan tanggung jawab SKMR mencakup:

a. pemantauan pelaksanaan strategi Manajemen Risiko yang telah disetujui oleh Direksi;

b. pemantauan posisi Risiko secara keseluruhan (composite), per jenis Risiko dan per jenis aktivitas fungsional serta melakukan stress testing;

c. kaji ulang secara berkala terhadap proses Manajemen Risiko; d. pengkajian usulan aktivitas dan atau produk baru;

e. evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk mengukur Risiko; f. memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional (risk taking unit) dan atau kepada

komite Manajemen Risiko, sesuai kewenangan yang dimiliki;

g. menyusun dan menyampaikan laporan profil/komposisi Risiko kepada Direktur Manajemen Rsiko dan Komite Manajemen Risiko secara berkala.

Perusahaan melakukan pengelolaan terhadap 8 (delapan) jenis risiko, yang antara lain sebagai berikut:

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya kepada Perusahaan. Risiko kredit dapat timbul dari aktivitas fungsional Perusahaan seperti perkreditan (penyediaan dana), tresuri, investasi dan pembiayaan perdagangan (trade finance).

Risiko kredit dikelola melalui penetapan kebijakan-kebijakan dan proses-proses yang meliputi kriteria pemberian kredit dan persetujuan kredit, penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio. Kebijakan tersebut telah mendapat kajian dari satuan kerja independen (SKMR, SKAI, dan SKK) dan selalu dilakukan evaluasi/penyesuaian dengan perubahan kondisi serta arah kebijakan Perusahaan.

Proses pemantauan kualitas kredit sampai dengan penanganan kredit bermasalah terus ditingkatkan dengan berbagai strategi yang dimonitor secara periodik untuk memastikan agar kualitas portofolio kredit tetap terjaga. Penerapan mekanisme early warning signal merupakan salah satu strategi Perusahaan untuk menjaga kualitas kredit. Pengelolaan kredit yang efektif dapat meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan penggunaan modal yang dialokasikan untuk risiko kredit.

Perusahaan mengukur dan memantau risiko untuk setiap debitur baik secara individual, per sektor ekonomi maupun seluruh portofolio kredit dengan menerapkan four eyes principle secara konsisten. Perusahaan juga telah menerapkan standar dan prosedur untuk mendukung terciptanya suatu proses pemberian kredit yang mempertimbangkan risiko dan perolehan hasil.

Sehubungan dengan eksposur instrumen keuangan yang terkait dengan risiko kredit, telah dikelola dengan baik oleh Perusahaan. Pengelolaan eksposur tersebut telah memperhatikan risk appetite dan risk tolerance yang telah ditetapkan oleh Perusahaan serta disesuaikan dengan ketentuan regulator.

Berikut adalah eksposur maksimum instrumen keuangan dalam laporan posisi keuangan dan rekening administratif yang terkait risiko kredit pada tanggal 30 September 2016 dan 31 Desember 2015:

Jumlah Bruto Jumlah Neto Jumlah Bruto Jumlah Neto

Laporan Posisi Keuangan

Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi Efek-efek Obligasi korporasi 330.072 330.072 315.305 315.202 Reksadana Terproteksi Cipta Terproteksi 3 160.099 160.099 160.907 160.907 Aset lain-lain Tagihan derivatif 33 33 -

-Dimiliki hingga jatuh tempo Penempatan pada bank lain

Negotiable Certificate of Deposit 78.822 78.822 131.188 131.188

Efek-efek

Obligasi korporasi 428.863 428.760 502.953 502.953

Tersedia untuk dijual Efek-efek

Obligasi korporasi 133.377 133.377 130.499 130.499

Pinjaman yang diberikan dan piutang

Giro pada bank lain 842.567 842.567 1.010.895 1.010.895

Penempatan pada bank lain

Call money 121.781 121.781 453.613 453.613

Deposit on call 61.318 61.318 2.024 2.024

Efek-efek

Tagihan atas wesel ekspor 222.427 222.427 207.226 207.226

Kredit yang diberikan (termasuk kredit yang diberikan berdasarkan

prinsip syariah) 18.681.734 18.430.769 17.506.570 17.327.762

Tagihan akseptasi 256.570 224.601 313.640 296.215

Pendapatan bunga akrual 150.955 150.955 133.841 133.841

Aset lain-lain 76.330 75.598 171.530 170.776

Jumlah 21.544.948 21.261.179 21.040.191 20.843.101

Komitmen dan kontinjensi Fasilitas kredit kepada nasabah

yang belum digunakan 369.443 369.443 351.066 351.066

Bank garansi 1.168.369 1.168.369 1.238.927 1.238.927

Irrevocable letters of credit 46.290 46.290 177.498 177.498

Jumlah 1.584.102 1.584.102 1.767.491 1.767.491

30 September 2016 31 Desember 2015

Eksposur maksimum risiko kredit tercermin dari persentase setiap kategori kredit yang diberikan terhadap jumlah kredit. Portofolio kredit yang diberikan terdiversifikasi ke dalam 20 jenis sektor ekonomi, dimana untuk posisi 30 September 2016 dan 31 Desember 2015, kelompok sektor ekonomi yang memperoleh penyaluran kredit terbesar dari Perusahaan adalah sektor ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Rumah Tangga.

Sebagai bagian dari manajemen portofolio, Perusahaan juga melakukan pemantauan perkembangan risiko portofolio kredit melalui perhitungan Credit Risk Profile yang menggambarkan potensi risiko inheren dan efektifitas kualitas penerapan manajemen risiko. Perusahaan juga melakukan monitoring perkembangan dan kualitas portofolio berdasarkan konsentrasi per kategori portofolio, 25 debitur besar, sektor industri, sektor wilayah, jenis produk, tujuan penggunaan, dan jenis valuta. Dengan demikian, Perusahaan dapat mengambil langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko secara portofolio maupun secara individu dan juga melalui penyempurnaan proses penerapan manajemen risiko kredit, baik melalui penyempurnaan kebijakan perkreditan maupun pengembangan sistem informasi kredit yang memadai.

Berikut adalah eksposur risiko kredit atas aset Perusahaan (termasuk kredit yang diberikan berdasarkan prinsip syariah) pada tanggal 30 September 2016 dan 31 Desember 2015:

Belum jatuh tempo Telah jatuh tempo

dan tidak tetapi tidak Mengalami mengalami mengalami penurunan

penurunan nilai penurunan nilai nilai Jumlah

Giro pada bank lain 842.567 - - 842.567

Penempatan pada bank lain

Dimiliki hingga jatuh tempo 78.822 - - 78.822

Pinjaman yang diberikan dan piutang 183.099 - - 183.099

Efek-efek

Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi 490.171 - - 490.171

Dimiliki hingga jatuh tempo 428.863 - - 428.863

Tersedia untuk dijual 133.377 - - 133.377

Pinjaman yang diberikan dan piutang 222.427 - - 222.427

Kredit yang diberikan 18.047.433 - 634.301 18.681.734

Tagihan akseptasi 136.770 - 119.800 256.570

Pendapatan bunga akrual 150.955 - - 150.955

Aset lain-lain 75.631 - 732 76.363

Jumlah 20.790.115 - 754.833 21.544.948

30 September 2016

Belum jatuh tempo Telah jatuh tempo

dan tidak tetapi tidak Mengalami mengalami mengalami penurunan

penurunan nilai penurunan nilai nilai Jumlah

Giro pada bank lain 1.010.895 - - 1.010.895

Penempatan pada bank lain

Dimiliki hingga jatuh tempo 131.188 - - 131.188

Pinjaman yang diberikan dan piutang 455.637 - - 455.637

Efek-efek

Diukur pada nilai wajar melalui laba rugi 476.212 - - 476.212

Dimiliki hingga jatuh tempo 502.953 - - 502.953

Tersedia untuk dijual 130.499 - - 130.499

Pinjaman yang diberikan dan piutang 207.226 - - 207.226

Kredit yang diberikan 17.012.014 - 653.355 17.665.369

Tagihan akseptasi 139.840 - 173.800 313.640

Pendapatan bunga akrual 133.841 - - 133.841

Aset lain-lain 170.776 - 754 171.530

Jumlah 20.371.081 - 827.909 21.198.990

Risiko Pasar

Dalam melaksanakan aktivitasnya, Perusahaan terekspos pada risiko pasar yang terdiri atas risiko suku bunga dan risiko nilai tukar. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Perusahaan seperti kegiatan treasuri dan investasi dalam surat berharga dan pasar uang, kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance). Perusahaan senantiasa melakukan pengelolaan terhadap risiko pasar tersebut secara rutin dan/atau berkala.

Pemantauan terhadap risiko pasar dilakukan secara harian yang memuat informasi mengenai posisi surat berharga yang dimiliki Perusahaan, Posisi Devisa Neto (PDN) serta pemantauan limit-limit risiko pasar lainnya, seperti Value at Risk (VaR) nilai tukar, maksimum posisi surat berharga per issuer, seri, kategori dan maksimum durasi per kategori surat berharga.

a. Risiko Suku Bunga

Pengelolaan risiko suku bunga dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan baik dalam trading book maupun banking book. Risiko suku bunga dalam trading book dihitung dengan metode standar sesuai dengan ketentuan regulator, yaitu meliputi risiko spesifik (menggunakan Metode Jatuh Tempo) dan risiko umum.

Pengelolaan risiko suku bunga pada banking book dilakukan dangn menggunakan analisa repricing gap antara Risk Sensitive Asset (RSA) dan Risk Sensitive Liabilities (RSL) untuk mengukur proyeksi dampak dari perubahan suku bunga terhadap Net Interest Income (NII) bank dan nilai ekonomis modal Bank (economic value perspective). Berdasarkan hasil simulasi analisa repricing gap dengan menggunakan poisisi per 30 September 2016, dampak perubahan suku bunga sebesar 100bps akan mengakibatkan NII bank turun sebesar IDR 2,6 Miliar atau 0,15% terhadap proyeksi NII bank dalam setahun dan Modal Bank berpotensi turun sebesar IDR 53,7 Miliar atau 1,33%. Bila disimulasikan dampaknya terhadap permodalan, besaran kerugian potensial tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan dan CAR masih berada dalam posisi yang aman dan memenuhi ketentuan.

Risiko suku bunga dipantau secara harian antara lain terhadap posisi surat berharga yang dimiliki Perusahaan khususnya yang terekspos risiko pasar, yaitu surat berharga dalam kategori Available for Sale dan Trading Book. Perusahaan memiliki limit/Management Action Trigger yang menjadi acuan bagi Perusahaan dalam mengambil tindakan apabila terdapat potensi kerugian (potential loss) yang timbul dari proses marked to market.

Tabel berikut merupakan rata-rata suku bunga efektif per tahun untuk aset dan liabilitas yang signifikan (tidak termasuk akun Syariah):

Rupiah Mata Uang Asing

% %

Aset

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia 4,42 0,30

Efek yg di beli dengan janji jual kembali 3,22

-Kredit yang diberikan 14,75 11,16

Liabilitas

Simpanan 5,36 0,38

Simpanan dari bank lain 5,55 0,31

Efek yang dijual dengan janji beli kembali 5,92

Rupiah Mata Uang Asing

% %

Aset

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia 4,58 0,12

Kredit yang diberikan 14,71 10,35

Liabilitas

Simpanan 5,56 0,71

Simpanan dari bank lain 6,54 0,10

Efek yang dijual dengan janji beli kembali 2,48

-31 Desember 2015

Tabel berikut ini menyajikan portofolio Perusahaan (tidak termasuk portofolio yang diperdagangkan) pada nilai tercatatnya, yang dikelompokkan menurut mana yang lebih awal antara tanggal re-pricing atau tanggal jatuh tempo kontraktual:

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 1 tahun dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah

Aset

Bunga Mengambang

Giro pada bank lain 842.567 - - - - 842.567 Kredit yang diberikan 1.997.299 1.112.914 3.619.784 646.165 4.080.880 11.457.042

Liabilitas

Bunga Mengambang

Simpanan 11.231.980 - - - - 11.231.980 Simpanan dari bank lain 16.208 - - - - 16.208

30 September 2016

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 1 tahun dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 1 tahun 2 tahun > 2 tahun Jumlah

Aset

Bunga Mengambang

Giro pada bank lain 1.010.895 - - - - 1.010.895 Kredit yang diberikan 1.084.530 834.323 5.090.497 497.594 3.548.329 11.055.273

Liabilitas

Bunga Mengambang

Simpanan 11.615.670 - - - - 11.615.670 Simpanan dari bank lain 31.379 - - - - 31.379

31 Desember 2015

b. Risiko Nilai Tukar

Kebijakan pengelolaan risiko nilai tukar berpedoman pada batas Posisi Devisa Neto (PDN) sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu Perusahaan wajib mengelola dan memelihara PDN paling tinggi 20% dari Modal. Untuk memudahkan Treasury Dealer dalam melakukan pemantauan terhadap PDN, maka Perusahaan telah mengembangkan program bantu yang secara otomatis dapat menunjukkan PDN. Selain itu, pengelolaan risiko nilai tukar secara harian juga dilakukan Perusahaan dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR) untuk mengukur besaran potensi kerugian maksimum yang dapat terjadi sebagai dampak dari adanya perubahan nilai tukar terhadap posisi Perusahan.

Perusahaan telah menetapkan berbagai limit untuk mengantisipasi risiko pasar atas mata uang asing baik karena perubahan kurs maupun fluktuasi suku bunga. Limit yang telah ditetapkan Perusahaan antara lain limit Value at Risk (VaR) nilai tukar, limit maksimum posisi terbuka kumulatif dan per major currency, limit dealer, risk appetite & risk tolerance PDN yang

lebih konservatif dari ketentuan regulator, risk appetite & risk tolerance maksimum kerugian transaksi forex, dll. Kaji ulang terhadap limit-limit tersebut dilakukan secara berkala agar sejalan dengan strategi bisnis Bank maupun kondisi perubahan ekonomi.

Monitoring terhadap eksposur risiko Nilai Tukar dilakukan secara harian meskipun pelaporan masih dilakukan untuk posisi H+1. Namun demikian, diharapkan dari monitoring tersebut dapat memberikan gambaran eksposur risiko secara jelas dan dapat diambil tindakan yang diperlukan sesegera mungkin.

c. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan antara lain oleh ketidakmampuan Perusahaan dalam memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan menutup posisi di pasar. Risiko likuiditas merupakan risiko yang terpenting pada bank umum dan perlu dikelola secara berkesinambungan.

Pemantauan terhadap likuiditas Perusahaan dilakukan secara harian dan sebagai bagian dari sistem informasi manajemen hasil pemantauan tersebut dilaporkan kepada Manajemen. Pemantauan antara lain dilakukan terhadap komposisi posisi keuangan Perusahaan, aktivitas dana keluar dan dana masuk yang tercermin dari transaksi RTGS dan SKN, aktivitas money market, posisi aset likuid baik primer maupun sekunder, serta rasio-rasio likuiditas seperti rasio kecukupan aset likuid dan Loan to Deposit Ratio. Pemantauan terhadap pemenuhan Giro Wajib Minimum baik primer maupun sekunder dilakukan untuk memastikan bahwa Perusahaan selalu menjaga GWM sesuai yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia.

Pengelolaan likuiditas Perusahaan juga dilakukan dengan mempelajari pola pergerakan dana dan atau perilaku nasabah Dana Pihak Ketiga, khususnya dana nasabah inti dan nasabah yang memiliki tingkat volatilitas cukup tinggi. Dengan mempelajari perilaku nasabah, maka Perusahaan dapat menjaga kecukupan likuiditas yang diperlukan secara tepat untuk menutup kebutuhan tersebut. Perusahaan menjaga kecukupan secondary reserves pada level yang aman dengan besaran kecukupan disesuaikan dengan kondisi likuiditas Perusahaan secara spesifik maupun kondisi likuiditas di pasar.

Core fund atau dana yang tidak ditarik oleh nasabah dan dinilai stabil berada dalam besaran yang cukup baik. Perusahaan senantiasa melakukan pemantauan terhadap posisi core fund dan berupaya untuk secara berkesinambungan meningkatkan persentase terhadap jumlah dana yang dimiliki. Core fund menjadi bagian yang sangat penting bagi Perusahaan dalam menjalankan fungsi intermediasi berupa penyediaan dana jangka panjang. Hal ini mengingat portofolio dana pihak ketiga yang dimiliki Perusahaan sebagian besar berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dana mengendap antara lain diciptakan program-program yang mengharuskan dana nasabah ditahan dan tidak dapat ditarik sampai jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan program.

Asset and Liability Committee (ALCO) berperan sebagai forum manajemen senior tertinggi untuk memonitor situasi likuiditas Perusahaan. ALCO bertanggung jawab untuk menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan aset dan liabilitas Perusahaan sejalan dengan prinsip kehati-hatian manajemen risiko dan peraturan yang berlaku. ALCO menyetujui kerangka limit transaksi, mempertimbangkan struktur laporan posisi keuangan jangka panjang dari Perusahaan.

Pada dasarnya, risiko likuiditas dikelola sesuai dengan kerangka kebijakan, pengawasan, dan batasan yang memastikan bahwa konsentrasi pendanaan bersifat minimal, sumber dan jangka waktu pendanaan telah terdiversifikasi.

Berikut adalah jadwal jatuh tempo liabilitas keuangan (termasuk simpanan dan simpanan dari bank lain berdasarkan prinsip syariah) berdasarkan pembayaran kontraktual yang tidak didiskontokan pada tanggal 30 September 2016 dan 31 Desember 2015:

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 6 bulan

dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Jumlah Biaya transaksi Nilai Tercatat

Liabilitas

Liabilitas segera 130.734 - - - 130.734 - 130.734 Simpanan 18.941.458 1.936.793 848.448 262.126 21.988.825 - 21.988.825 Simpanan dari bank lain 1.483.092 300 3.800 - 1.487.192 - 1.487.192 Liabilitas akseptasi 17.109 109.147 10.513 - 136.769 - 136.769 Beban bunga akrual 27.786 - - - 27.786 - 27.786 Liabilitas lain-lain 26.955 - - - 26.955 - 26.955

Jumlah Liabilitas 20.627.134 2.046.240 862.761 262.126 23.798.261 - 23.798.261 30 September 2016

Sampai > 1 bulan > 3 bulan > 6 bulan

dengan s.d. s.d. s.d.

1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Jumlah Biaya transaksi Nilai Tercatat

Liabilitas

Liabilitas segera 181.367 - - - 181.367 - 181.367 Simpanan 18.969.294 1.703.604 1.376.298 307.935 22.357.131 - 22.357.131 Simpanan dari bank lain 1.093.780 18.700 2.000 - 1.114.480 - 1.114.480 Liabilitas akseptasi 20.987 85.418 33.435 - 139.840 - 139.840 Beban bunga akrual 39.395 - - - 39.395 - 39.395 Liabilitas lain-lain 27.393 - - - 27.393 - 27.393

Jumlah Liabilitas 20.332.216 1.807.722 1.411.733 307.935 23.859.606 - 23.859.606 31 Desember 2015

Sebagian besar liabilitas yang dimiliki oleh Perusahaan akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 bulan, namun berdasarkan pengalaman Perusahaan sebagian besar dari liabilitas tersebut pada saat jatuh tempo akan diperpanjang (roll over). Upaya yang dilakukan Perusahaan agar nasabah tetap mempertahankan dananya pada Perusahaan yaitu dengan meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan penawaran suku bunga yang wajar dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, Perusahaan juga mengharapkan dapat menarik nasabah baru untuk menempatkan dananya pada Perusahaan. Perusahaan juga melakukan upaya lain untuk memitigasi adanya penarikan dana secara besar-besaran oleh nasabah dimana Perusahaan juga memantau 100 deposan inti, khususnya 25 deposan inti terbesar, dengan cara mengevaluasi profil dan perilaku dari deposan-deposan tersebut sehingga Perusahaan dapat melakukan antisipasi terhadap penarikan dana besar yang akan dilakukan deposan. Sampai dengan saat ini, Perusahaan tidak pernah mengalami kesulitan likuiditas maupun kondisi yang berpotensi menimbulkan risiko bagi Perusahaan. Apabila terdapat potensi risiko, Perusahaan memiliki sejumlah upaya antisipasi seperti ketersediaan Giro Wajib Minimum, Cadangan Sekunder, serta penetrasi yang baik terhadap pasar antar Perusahaan.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Perusahaan.

Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko operasional juga dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional Perusahaan, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan

perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, Teknologi Sistem Informasi dan Sistem Informasi Manajemen, serta pengelolaan SDM.

Kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pengelolaan risiko operasional di Perusahaan senantiasa disusun, dikaji ulang dan disempurnakan untuk memastikan kecukupan mekanisme kontrol pada semua kebijakan dan prosedur telah memadai. Perusahaan juga secara aktif melakukan sosialisasi untuk membangun budaya sadar risiko dan meningkatkan kualitas kontrol dalam rangka mitigasi risiko operasional.

Perusahaan mulai mengembangkan dan menerapkan beberapa sistem dan perangkat risiko operasional. Perangkat risiko operasional tersebut digunakan untuk mengukur potensi risiko pada kondisi sekarang, lampau (historis) dan untuk mengukur besarnya potensi kejadian risiko di masa depan. Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan Perusahaan dapat lebih komprehensif dalam mengelola risiko operasional.

Untuk mengelola risiko operasional, Perusahaan mengembangkan beberapa perangkat sebagai berikut:

Risk Control Self Assessment (RCSA)

Pelaksanaan RCSA dilakukan secara self - assessment oleh karyawan Perusahaan dalam rangka mengukur besarnya pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh masing-masing karyawan. Melalui pelaksanaan RCSA tersebut, diharapkan seluruh karyawan Perusahaan dapat semakin meningkatkan pengendalian internal serta budaya sadar risiko pada setiap lini bisnis.

Loss Event Database (LED)

Perusahaan membangun dan mengembangkan perangkat risiko operasional lainnya seperti Loss Event Database (LED) yang tujuannya untuk menyusun database atas kejadian-kejadian yang terjadi sebagai akibat risiko operasional serta mengukur besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kejadian operasional tersebut. Melalui LED tersebut, Perusahaan diharapkan dapat mulai menghitung besarnya modal yang diperlukan untuk menutup kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh kejadian-kejadian dalam aktivitas operasional Perusahaan.

 Key Risk Indicator (KRI)

Saat ini, analisa terkait Key Risk Indicator (KRI) telah dilakukan pada aktivitas chargebacks merchant dan untuk kedepannya akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan bisnis.

e. Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari kelemahan aspek hukum, antara lain akibat dari tindakan hukum, tidak adanya peraturan yang mendukung atau kelemahan dari ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum, seperti kegagalan untuk mematuhi persyaratan hukum suatu perjanjian dan celah-celah dalam pengikatan jaminan.

Pelaksanaan identifikasi, pengukuran, dan pemantauan terhadap potensi risiko hukum dilaksanakan terhadap seluruh aktivitas Perusahaan, terutama kegiatan operasional Perusahaan dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki potensi benturan kepentingan atau

f. Risiko Strategis

Risiko strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya Perusahaan terhadap perubahan eksternal.

Perusahaan telah menyusun strategi dan rencana bisnis yang sebelumnya telah didiskusikan dengan Dewan Komisaris, Direksi serta seluruh manajemen Perusahaan. Perusahaan juga melakukan kajian dan evaluasi stratejik bisnis serta realisasi yang telah dicapai oleh Perusahaan sesuai dengan yang terangkum dalam Rencana Bisnis Perusahaan.

g. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

Dalam rangka menerapkan manajemen risiko kepatuhan yang efektif, Perusahaan telah melakukan identifikasi dan pengelolaan terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya eksposur risiko kepatuhan, antara lain yaitu :

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) secara efektif untuk memastikan dan memantau kepatuhan terhadap setiap peraturan dan persyaratan eksternal maupun internal.

 Melakukan pemantauan terhadap setiap perubahan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta memastikan penerapannya pada Perusahaan.

 Melakukan penilaian secara aktif dan berkala terhadap kecukupan kebijakan Pedoman dan Prosedur Internal yang dimiliki oleh Perusahaan untuk memastikan kesesuaiannya terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam dokumen PT. BANK SINARMAS Tbk. (Halaman 87-97)

Dokumen terkait