• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan di Dirikannya Novisiat Santo Stanislaus Girisonta

BAB III : KEHIDUPAN SELIBAT PARA IMAM DI NOVISIAT SANTO

B. Tujuan di Dirikannya Novisiat Santo Stanislaus Girisonta

Di Novisiat Santo Stanislaus Girisonta merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran para calon Imam, yang disiapkan untuk menjadi generasi penerus para Imam Katolik di kemudian hari. Adapun tujuan di dirikan Novisiat Santo Stanlislaus Girisonta adalah:

xxxvii

1) Menguji kesetiaan panggilan Imam serikat Yesus.

Dalam pengujian panggilan yang di lakukan kepada para imam di Novisiat ini, para dihadapkan pada kegiatan-kegiatan keagamaan yang sangat padat. Yang sepenuhnya bertujuan untuk mendidik mereka menjadi imam yang di inginkan oleh serikat yesus. Dalam perjalanannya, tidak semua calon Imam bisa menjadi Imam Katolik. Karena adanya godaan-godaan yang menggoyahkan panggilan mereka sebagai Imam, sehingga tidak jarang banyak dari mereka mundur di tengah jalan.

2) Mengenal dan mempraktekkan cara bertindak serikat Yesus menurut teladan pendiri yaitu Bernasiu Logola.

Untuk bisa mengenalkan dan mempraktekkan tugas dan kewajiban seorang imam, maka di Novisiat di buat jadwal yang sangat ketat yang harus dijalankan oleh para imam. Dengan adanya kegiatan tersebut diharapkan para imam bisa memahami tugas dan kewajibannya sebagai imam.

Lamanya para calon Imam belajar di Novisiat Santo Stanislaus Girisanta, untuk nantinya menjadi Imam Katolik adalah dua Tahun. Pada kurun dua tahun, para calon Imam dilatih dengan metode yang telah diterapkan oleh pengurus Novisiat. Selama dua tahu tersebut, para calon Imam harus bisa mengikuti aturan-aturan yang ada dengan sebaik mungkin. Dengan demikian proses menjadi Imam Katolik dapat tercapai.

Novisiat Santo Stanislaus Girisonta merupakan satu-satunya tempat untuk menguji para calon Imam Katolik di Indonesia. Sehingga para calon

xxxviii

Imam yang ada, merupakan pilihan dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, yang terlebih dahulu di lakukan seleksi oleh masing-masing daerah.

C. Struktur Organisai Novisiat Santo Stanislaus Girisonta Ungaran Struktur Organisai Novisiat Santo Stanislaus Giri Santo

Ketua : R. Sardi Wakil Ketua : R. S. Suyitno Dosen-dosen : Budigo Mulyo

Albertus Nugroho Widiyono Kurris Zahdnweh Susana Yedarninta Surya Warsita A.29

Di Novisiat Santo Stanislaus Girisanta merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran para calon Imam Katolik. Selain tempat untuk belajar bagi para calon Imam Katolik, di Vovisiat juga tempat untuk menguji kesetiaan para calon Imam Katolik yang dilakukan oleh pengurus Novisiat.

Dalam pembelajaran dan pengujian tersebut, pengurus Novisiat melakukannya sesuai dengan kemampuan dan tugas oleh masing-masing

29

xxxix

pengurus. Para pengurus harus bisa mengenalkan dan mempraktekkan tugas dan kewajiban seorang Imam, kepada calon Imam. Dengan demikian, para calon Imam diharapkan bisa menerima pengetahuan dan bisa di terapkan nantinya ketika menjadi Imam Katolik.

D. Kehidupan Selibat di Kalangan Imam di Novisiat Santo Stanislaus Girisonta Ungaran

1. Aktivitas Keseharian Para Imam di Novisiat Santo Stanislaus Girisonta Ungaran

Di Novisiat Santo Stanislaus Girisanta merupakan tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran para calon Imam. Adapun kegiatan sehari-hari para Imam adalah:

04.30 - 07.30 : Bangun pagi, meditasi satu jam, perayaan ekaristi 30 menit, evaluasi 15 menit dan sarapan. 07-30 - 09.00 : Kuliah 09.00 - 10.15 : Kerja bakti 10.15 - 10.30 : Minum 10.30 - 12.00 : Kuliah 12.00 - 12.10 : Istirahat 12.10 - 12.30 : Pemeriksaan batin 12.30 - 13.05 : Makan siang

13.05 - 14.00 : Doa singkat (merapikan tempat makan) 14.00 - 14.45 : Istirahat (tidur)

xl 14.45 - 15.15 : Bangun tidur

15.15 - 16.30 : Meditasi dan bacaan rohani 16.30 - 17.00 : Minum

17.00 - 18.30 : Kuliah dan studi pribadi 18.30 - 19.00 : Ibadah bersama

19.00 - 20.15 : Makan

20.15 - 21.00 : Kegiatan bersama 21.00 - 21.30 : Bacaan rohani

21.30 - 22.00 : Pemeriksaan batin dan persiapan meditasi esok hari.

22.00 - 04.30 : Istirahat (tidur malam). Aktivitas lain di Novisiat antara lain:

1) Setiap hari selasa diharuskan berbahasa Inggris dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2) Setiap hari senin diharuskan berbahasa jawa dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

3) Setiap hari kamis jalan-jalan di sekitar Novisiat dan bagi imam yang jalan-jalan keluar dari Novisiat tidak diperbolehkan membawa uang.

4) Setiap malam minggu nonton TV pada jam 20.30-22.00.

5) Pada hari minggu terakhir setiap akhir bulan tidak boleh bicara.30

30

xli

2. Cara Imam dalam Menjalani Hidup Selibat

Manusia mempunyai berbagai macam nafsu antara lain nafsu makan, seks, balas dendam dan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari nafsu itu muncul dalam berbagai kondisi. Namun perlu adanya penataan terhadap munculnya nafsu-nafsu tersebut. Apabila manusia menata nafsunya dalam peran akal budi dengan kehendak yang didisiplinkan dengan prinsip hidup seimbang dan sehat maka nafsu tersebut akan terkendali. Liar tidaknya nafsu ditentukan oleh pengelolaan nafsu-nafsu yang lain. Karena nafsu satu dengan yang lain saling berkaitan.

Ada dua hal penting dalam penataan nafsu

a. Penataan indra atau pengendalian panca indra.

b. Pengendalian batin (pikiran, perasaan, dan keinginan) termasuk imajinasi

Dengan adanya pengelolaan nafsu-nafsu yang ada pada setiap manusia termasuk seorang imam, maka nafsu-nafsu yang ada akan mudah dikendalikan dengan cara hidup cukup dan teratur. Karena kebutuhan satu dengan kebutuhan yang lain akan saling berhubungan. Apabila salah satu kebutuhan dipenuhi dengan berlebihan maka akan mempengaruhi kebutuhan yang lainnya.31

Ada dua cara para imam dalam menjalani hidup selibat yaitu:

31

xlii a. Jalur Rohani

Pada jalur ni, para imam menjalani hidup selibat dengan cara melakukan ibadah, meditasi dan pembacaan rohani. Dengan cara tersebut para imam dapat menjalankan hidup selibat dengan baik. Kegiatan tersebut dilakukan terus menerus untuk dapat menjaga seorang imam menjalani hidup selibat.

Kontemplasi merupakan salah satu cara para yesuit melakukan doa tanpa kata dan tanpa pemikiran diskursif, dengan demikian dibedakan dari meditasi yang (masih) menimbang-nimbang sesuatu dan beralih dari pengertian yang satu ke yng lain. Kata dan ide yang terus berganti, refleksi untuk menyegarkan wawasan atau mengambil keputusan, bukanlah yang didamba dalam kontemplasi. Proses seperti ini justru menjadi halangan. Yang diinginkan adalah hanyalah keseempatan untuk menyatakan cinta, harapan, percaya dan syukur kepada Tuhan dalam satu dua patah kata saja. Kata itu diualang-ulang sehinbgga lama kelamaan makna dan manfaatnya kian meresap. Dan tibalah saatnya waktu kerinduan yang lebih mendalam disadri oleh orang berdoa. Apa yang semua merupaskan cinta atau syukur yang diungkapkan dalam kata-lata yang kurang bermakna, kini semakin menjadi sikap persembahan, meski pemberian diri seutuhnya mungkin belum berlangsung.

Pergeseran dari meditasi ke kontemplasi biasanya dianggap sebagai langkah maju, yang dapat diharapkan akan terjadi pada tahap

xliii

terrtentu. Kontemplasi dipandang sebagai keadaan yang dicapai secara berjuang. Hanya orang yang sering bermeditasi dpat meraih kontemplasi, dan biasanya justru pada waktu meditasi mulai merasa kering. Konsep berjenjang ini memainkan peranan pennnting dalam memahami kontemplasi itu sendiri.

Kontemplasi kristiani memerlukan meditasi kristiani. Yaitu refleksi atas cita-cita kristiani yang agung yakni pribadi Kritus sendiri beserta kebenaranNya dan segala sesuatu yang telah dipikirkan, dirasakan, dikehendaki, dikatakan dikerjakan atas namaqNya dalam bimbingan Roh Kudus. Tanpa kaitan ini kontemplasi tidak bercorak khas kristiani. Kontemplaasi pernah digambarkan sebagai perhatian sederhana yang disertai cinta "pandangan penuh cinta" atau mengintip ke surga dengan mata rohani. Contemplare (latin) berarti memandang dengan saksama, melihat dan meneliti yaitu mengamati tanda-tanda yang terjadi di `templum´ yaitu tempat ibadah tempat mencari tahu kehendak ilahi.

Terdapat tiga bentuk kontemplasi. Pada bentuk atau tingkat pertama, orang menemukan Tuhan dalam segala makhluknya (entah gunung atau punthukan kecil, gajah atau uget-uget, pohon beringin atau pohon kates). Pada tingkat kedua, perhatian terpusat pada tingkatan eksistensi/ keberadaan yang tidak mungkin dicapai dengan pancaindera. Perhatian menjauhi bayangan, gambaran, bahkan gagasan, sampai terjadi `Malam Pancaindera´: yaitu keringnya hidup

xliv

rohani yang mencemaskan dan mengelisahkan, tetapi mendiorong agar orang mencari Tuhan secara lebih langsung, agar lebih dimiliki olehNya. Pada bentuk atau tingkat yang ketiga dan paling sempurrna, orang `mati´ terhadap kehendaknya sendiri : di `Malam Roh´ini Cinta mutlak dianugerahkan.

Dengan demikian, para imam menjalani hidup selibat dengan cara melakukan ibadah, meditasi dan pembacaan rohani. Dengan cara tersebut para imam dapat menjalankan hidup selibat dengan baik. Kegiatan tersebut dilakukan terus menerus untuk dapat menjaga seorang imam menjalani hidup selibat.

b. Jalur Jasmani

Pada jalur ini, seorang imam harus bisa mengontrol pola kehidupannya, seperti hidup seimbang dan disiplin. dengan hidup seimbang dalam misalkan: menjaga pola makan yang cukup, istirahat yang cukup dan olahraga, maka nafsu-nafsu liar yang ada pada diri imam akan mudah terkontrol. Karena nafsu-nafsu yang ada akan saling berkaitan, apabila salah satu nafsu tidak dapat dikendalikan, maka nafsu-nafsu yang lain akan terpengaruh.32

3. Hal-hal Yang Dibolehkan dan Yang Tidak Dibolehkan dalam Hidup Selibat.

a. Hal-hal yang diperbolehkan dalam hidup selibat.

Dalam hidup selibat, seorang imam diperbolehkan di antaranya:

32

xlv

1) Ciuman yang tidak berlebihan dengan lawan jenis. 2) Berhubungan dengan masyarakat atau umatnya 3) Makan dan minum secukupnya

4) Hidup seimbang (makan, minum dan olah raga yang cukup) 5) Disiplin

b. Hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam hidup selibat

Dalam hidup selibat, seorang imam tidak diperbolehkan diantaranya: 1) Bersetubuh

2) Ciuman yang berlebihan

3) Melihat seorang wanita yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan nafsu.33

33

xlvi BAB IV

MENGATUR NAFSU DALAM KEHIDUPAN IMAM KATOLIK

A. Kedudukan Nafsu

Nafsu ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, Nafsun (kata mufrad) jama nya, anfus atau Nufusun dapat diartikkan ruh, nyawa, tubuh dari seseorang, darah, niat, orang dan kehendak. Dalam bahasa Inggris Psycho diartikan jiwa atau mental jiwa menurut bahasa Indonesia adalah: roh manusia yang ada di tubuh dan menyebabkan hidup, atau seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan, pikiran angan-angan dan sebagainya

Dalam tinjauan kebahasaan jiwa dalam bahasa Arab mengandung arti lebih luas dibandingkan dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Arab ruh sebagai tanda adanya kehidupan, atau nyawa. Atau diartikan tubuh/jasad manusia, atau keinginan-keinginan manusia. Dalam bahasa Inggris hanya mengandung arti jiwa dan mental, dalam arti lain sikap atau keadaan seseorang.

Istilah nafsu sering diartikan pada hal yang serba negatif yang sesungguhnya tidak selamanya nafsu berarti buruk. Nafsu, dapat juga diartikan jiwa seperti dalam tinjauan kedua bahasa tersebut di atas. Jiwa dalam pandangan filsafat dapat digambarkan ”tidak dapat menentang dorongan naluri, sehingga ia tetap pada suasana naluri, sehingga orang terhindarlah dari rasa kurang harga diri yang sangat menyedihkan. Ia tahu bagaimana seharusnya, tetapi tidak bisa melaksanakannya.

xlvii

Setiap nafsu yang dimiliki setiap manusia sama pada umumnya, meskipun seorang iman Katolik sekalipun. Namun nafsu itu menjadi tantangan yang berat bagi seorang Imam, apalagi seorang Imam harus hidup selibat (tidak kawin) dalam menjalani tugas-tugasnya sebagai Imam Katolik.

Seorang Imam diharuskan bisa mengendalikan nafsu dalam hidupnya dengan melakukan pola hidup seimbang dan disiplin. Seorang Imam sama dengan manusia lainnya mempunyai berbagai macam nafsu antara lain nafsu makan, seks, balas dendam dan lainnya. Nafsu-nafsu itu muncul dalam situasi dan kondisi apapun pada seorang Imam.

Dengan demikian perlu adanya penataan terhadap munculnya nafsu-nafsu yang muncul. Seorang Imam dalam menyalurkan setiap nafsu-nafsunya tidak seperti orang pada umumnya, seperti ketika seorang Imam mempunyai nafsu terhadap lawan jenisnya. Dalam hal tersebut, bukan berarti seorang Imam harus berhubungan seks dengan lawan jenisnya. Akan tetapi di dialihkan atau disublimasi dengan kegiatan-kegiatan lain, seperti dengan berdoa atau bermeditasi.

Setiap nafsu yang ada pada seorang Imam bukan berarti harus dimatikan. Seperti seorang Imam mempunyai sahwat untuk berhubungan dengan lawan jenis. Dalam hal ini, dukan berarti sahwat yang dimiliki seorang Imam harus dimatikan. Akan tetapi harus biasa diketahui kenapa nafsu itu muncul?. Karena setiap nafsu yang ada akan salin berhubungan, seperti makan yang berlebihan. Apabila hal itu terjadi akan berakibat fatal terhadap nafsu yang lain, seperti ingin tidur terus.

xlviii

Dengan demikian apabila seorang Imam bisa menata nafsunya dalam peran akal budi dengan kehendak yang didisiplinkan dan prinsip hidup seimbang dan sehat, maka nafsu tersebut akan terkendali. Karena liar tidaknya nafsu ditentukan oleh pengelolaan nafsu-nafsu yang lain.

B. Akibat-akibat Yang Ditimbulkan Dari Hidup Selibat 1) Hidup disiplin

Kebiasaan hidup disiplin yang diterapkan seorang imam untuk menjalani aktivitasnya setiap hari, menjadi tumbuh dan melekat pada kehidupannya sehari-hari. Karena dengan disiplin maka kehidupan seorang imam akan mudah terkontrol dan terkendalikan.

2) Ketenangan Batin

Ketenangan batin ini di dapat, karena dalam menjalani hidup selibat seorang imam diharuskan menjalankan ibadah-ibadah yang dapat menenangkan jiwanya. Dengan melakukan meditasi, puasa dan bacaan rohani secara rutin maka, seorang imam akan memperoleh ketenangan batin tersebut. Dengan begitu kontrol terhadap nafsu-nafsunya dapat terkendalikan.

3) Hidup seimbang

Dalam hidup seimbang ini, seorang imam harus bisa menjaga kebutuhan jasmani dan rohaninya dengan cara makan dan minum secukupnya, olah raga yang cukup dan teratur dan lainnya. Karena dengan cara tersebut nafsu-nafsu yang muncul pada seorang akan mudah

xlix

terkontrol. Apabila salah satu kebutuhan hidup seorang imam dipenuhi secara berlebihan, maka akan mempengaruhi kebutuhan yang lainnya. 4) Bijaksana

Keutamaan kebijaksanaan ini berdasarkan kepada pemahaman bahwa tinggi rendahnya martabat manusia perlu dilihat dalam keselarasannya dengan hidup moral yang de facto ia praktekkan dalam hidup kongkrit.

5) Jujur, rendahan hati, dan ikhlas

Kebenaran dan keadilan adalah prinsip fundamental buat adanya pribadi dan gereja. Dan prinsip ini berdasar pada penghormatan, penghargaan dan ketaatan terhadap tata kodrat dan nilai seluruh pribadi kristus. Dan ini berarti memahami dan menangkap kuasa Allah serta batas-batas wewenang seturut rencana ilahi buat masing-masing orang.

C. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam hidup selibat. Karena selibat tidak termasuk hukum ilahi, maka terdapat alasan pro dan kontra untuk mempertahankan hukum itu, walaupun ideal hidup tidak menikah demi Kerajaan Allah tetap harus dipegang oleh orang beriman sebagai nasihat Yesus sendiri.

1). Faktor-faktor yang mendukung dalam hidup selibat a. Penerapan hidup disiplin

Untuk bisa menjaga nafsu yang ada pada seorang imam, maka mereka harus hidup disiplin dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

l

Karena dengan disiplin mereka akan selalu mengingat tanggung jawab sebagai imam dan menjadi tauladan hidup bagi umat Nya.

b. Hidup seimbang

Dalam menjalani hidup sehari-hari, seorang imam harus dapat menjaga nafsunya dengan pola hidup seimbang. Dalam hidup seimbang ini, seorang imam harus bisa menjaga kebutuhan jasmani dan rohaninya dengan cara makan dan minum secukupnya, olah raga yang cukup dan teratur dan lainnya.

c. Peraturan-peraturan seorang imam

Peraturan hidup yang harus dijalani seorang imam akan mempengaruhi pola kehidupan seorang imam. Karena dengan menjalani peraturan yang ada sebagai imam, maka akan memudahkan mereka dalam menjalani tugasnya sebagai panutan umat Nya. Meskipun banyaknya godaan, seorang imam akan mudah terhindar dari godaan tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila seorang imam dapat menjalankan hidup disiplin dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari.

2). Faktor-faktor yang menghambat dalam hidup selibat a. Lingkungan

Lingkungan sebagai tempat untuk beraktivitas dalam menjalani tugasnya sebagai imam sangat berpengaruh terhadap pola pengendalian nafsu seorang imam. Karena godaan yang ada tidak jarang melemahkan niat baik yang ada pada seorang imam dalam

li

menjalani tugasnya. Sehingga tak jarang seorang imam melanggar aturan yang ada sebagai imam.

b. Keluarga

Keluarga sebagai gerbang awal para imam untuk menjalani panggilan sebagai imam, seringkali menjadi penghambat seorang imam menjalani panggilan Tuhan. Pada kenyataannya, banyak para imam yang gagal menjalankan tugasnya sebagai imam karena pengaruh keluarga.

c. Perang batin dalam diri seorang imam

Ketidakmampuan seorang imam dalam menjalani hidup sebagai imam, membuat mereka gagal menjadi seorang imam. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pola seorang imam dalam menjalani hidup, misalnya tidak mampu mengontrol nafsu yang ada pada seorang imam. d. Kesepian

Setiap orang tidak tahan dengan kesepian, termasuk seorang Imam. Hal ini dapat diketahui dari proses seorang calon imam menjadi imam. Dari 10 orang calon imam yang ada, hanya 20% sampai 25% yang nantinya menjadi imam.34

34

lii BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menguraikan pembahasan-pembahasan tersebut di atas mengenai “KONSEP NAFSU DALAM PRESPEKTIF IMAM GEREJA KATOLIK (Studi di Novisiat Santo Stanlislaus Girisonta Ungaran Semarang)”, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Konsep nafsu menurut Imam Gereja Katolik

Setiap nafsu yang dimiliki setiap manusia sama pada umumnya, meskipun seorang iman Katolik sekalipun. Namun para imam bisa mengendalikan nafsu mereka dengan pola hidup seimbang yang diterapkan adalah kehidupan sehari-hari. Seorang Imam sama dengan manusia lainnya mempunyai berbagai macam nafsu antara lain nafsu makan, seks, balas dendam dan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari nafsu itu muncul dalam berbagai kondisi. Namun perlu adanya penataan terhadap munculnya nafsu-nafsu tersebut. Apabila manusia menata nafsunya dalam peran akal budi dengan kehendak yang didisiplinkan dengan prinsip hidup seimbang dan sehat maka nafsu tersebut akan terkendali. Liar tidaknya nafsu ditentukan oleh pengelolaan nafsu-nafsu yang lain.

liii

Ada dua hal penting dalam penataan nafsu para Imam Katolik a. Penataan indra atau pengendalian panca indra.

b. Pengendalian batin (pikiran, perasaan, dan keinginan) termasuk imajinasi

Dengan adanya penataan nafsu-nafsu yang ada pada setiap manusia termasuk seorang Imam, maka nafsu-nafsu yang ada akan mudah dikendalikan dengan cara hidup cukup dan teratur. Karena kebutuhan satu dengan kebutuhan yang lain akan saling berhubungan. Apabila salah satu kebutuhan dipenuhi dengan berlebihan maka akan mempengaruhi kebutuhan yang lainnya

2. Implikasi nafsu Imam Katolik dalam kehidupan

Implikasi nafsu yang di lakukan oleh Imam Katolik dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

a. Penerapan hidup disiplin

Untuk bisa menjaga nafsu yang ada pada seorang imam, maka mereka harus hidup disiplin dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Karena dengan disiplin mereka akan selalu mengingat tanggung jawab sebagai imam dan menjadi tauladan hidup bagi umat Nya.

b. Hidup seimbang

Dalam menjalani hidup sehari-hari, seorang imam harus dapat menjaga nafsunya dengan pola hidup seimbang. Dalam hidup seimbang ini, seorang imam harus bisa menjaga kebutuhan jasmani

liv

dan rohaninya dengan cara makan dan minum secukupnya, olah raga yang cukup dan teratur dan lainnya

B. SARAN-SARAN

Dengan adanya beberapa uraian di atas, maka penulis memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan yaitu sebagai berikut:

1. Setiap agama mempunyai aturan yang harus di jalankan oleh penganutnya, termasuk para imam katolik yang harus hidup selibat untuk mengabdikan dirinya kepada Tuhan. Hal ini haruslah menjadi pelajaran bagi kita dalam menjaga keyakinan yang kita yakini dalam beragama.

2. Sebagai manusia yang berbudi kita harus menghormati dan menghargai setiap ajaran-ajaran yang dijalankan oleh setiap agama.

3. Kita harus saling menjaga keharmonisan antar umat beragama, meskipun berada keyakinan.

C. PENUTUP

Puji syukur Alhamdulillah, sebagai pemberi syafa’at yang sempurna kepada umat Islam khususnya dan kepada seluruh manusia serta alam pada umumnya yang telah memberikan bantuan tiada kiranya baik berupa kasih sayang, petunjuk, kesehatan, rizki, ilmu dan banyak lagi yang lainnya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul. “KONSEP NAFSU DALAM PERSPEKTIF IMAM GEREJA KATOLIK (Studi Kasus Para Imam dalam Menjalani Hidup Selibat)”.

lv

Penulis menyadari, sekalipun telah mencurahkan segala usaha dan kemampuan dalam penyusunan skripsi ini, namun masih banyak kekurangan dan banyak kesalahan baik dari segi penulisan maupun segi yang lain. Meski penulis sudah berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Semoga skripsi ini di terima untuk memperoleh, memenuhi dan melengkapi syarat-syarat Sarjana Sastra I. Akhirnya harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan, bermanfaat sebagai tambahan ilmu dan wawasan bagi para pembacanya. Amin.

lvi

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat, Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006.

Berkhof, Sejarah Gereja, Jakarta: Gunung Mulia, 1995.

Heuken, Adolf , 150 Tahun Serikat Yesus Berkarya di Indonesia, Jakarta: Cpta Loka Caraka, 2009.

Konvrensi Waligereja Indonesia, Imam Katolik, Yogyakarta: Kanisius, 1996. Looy, Van Der, Selibat Para Imam, Flores: Nusa Indah, 1996.

Looy, Van D, Selibat Para Imam, Flores: Nusa Indah, 1996.

Muhadjir, Neong, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, Ed.IV, 2000.

Ridick, Joyce, “Kaul harta melimpah dalam bejana tanah liat ” Yogyakarta: Kanisius, 1986.

Ridick, Joyce, “Kaul harta melimpah dalam bejana tanah liat ” Yogyakarta:

Kanisius, 1986.

Risanto, Bayu, dkk., Girisonta: Dari Novisiat Menatap Taman Getsemani,

Dokumen terkait