• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan agama dengan seks pranikah di mahasiswa.

b. Tujuan Khusus

1). Untuk mengetahui survei peneliti dari jurnal yang berhubungan dengan pengetahuan agama dengan seks pranikah di mahasiswa.

2) Untuk mengetahui hasil dari jurnal-jurnal yang berhubungan dengan pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah di mahasiswa.

2. Manfaat penelitian a. Bagi pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang hubungan pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah di Mahasiswa. Sehingga pada masa depan akan banyak cara pencegahan dampak dan penanganan yang dapat dilakukan dalam meminimalisir perilaku seksual.

b. Bagi penelitian

Sebagai pengalaman yang sangat berharga yang dapat menambah wawasan serta melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah di Mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dalam meluaskan dan menjadi bahan acuan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku seks pranikah di mahasiswa

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber referensi dan bacaan untuk peneliti selanjutnya yang berkaitannya dengan perilaku mahasiswa mengenai hubungan pengetahuan agama dengan perilaku seks pranikah di Mahasiswa.

d. Bagi Masyarakat

Begi masyarakat terutama pada orang tua agar lebih aktif dalam memperhatikan dan mengarahkan anaknya kepada suatu hal yang positif yang bisa mengembangkan kemampuan anak dan menghindarkan anak dari pengaruh hal negatif misalnya penggunaan ponsel, internet dan alat media lain yang dapat merumuskan dalam hal-hal yang dapat merubah anak menjadi perilaku yang menyimpang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mahasiswa 1. Definisi

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012). Kutipan dari ( Fatimah, 2014) mengatakan bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008), mahasiswa adalah orang yang belajar (pelajar) di perguruan tinggi.

Menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi.

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segera perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012).

2. Karasteristik Perkembangan Mahasiswa

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas.

Dalam banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu.

Transisi ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan penilaiannya (Santrock, 2007)

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti;

terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008).

3. Peran Dan Fungsi Mahasiswa a. Peran Mahasiswa

1) Mahasiswa sebagai kontrol publik yang artinya hal yang berhubungan dalam pemerintahan dengan masyarakat, mahasiswa bertindak sebagai pengawas serta partisipan dalam membahas segala

hal yang mengenai partai politik dalam pengambilan keputusan pemerintahan.

2) Mahasiswa berperan sebagai menyampaikan aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah, yang artinya adalah melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dan dilanjutkan dengan menganalisa masalah-masalah dengan tepat, kemudian menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi kepada pemerintah.

3) Mahasiswa sebagai penyambung lidah pemerintah yang artinya mahasiswa mampu melakukan soisalisasi kebijakan-kebijakan yang salah diartikan oleh masyarakat, sehingga tugas mahasiswa adalah sebagai penerjemah tentang maksud dan tujuan dari kebijakan pemeritah tersebut.

b. Fungsi Mahasiswa

1) Mahasiswa Sebagai Iron Stock yang merupakan generasi yang diharapkan, mampu menjadi pribadi yang tangguh yang memiliki kemampuan serta moral yang baik sehingga nanti dapat menjadi pengganti bagi generasi-generasi sebelumnya.

2) Mahasiswa sebagai Guardian Of Value adalah mahasiswa yang merupakan golongan penyampai dan penjaga nilai-nilai kebenaran yang bersifat mutlak, dimana nilai tersebut diperoleh berdasarkan pemikiran untuk selalu mencari nilai kebenaran yang mereka miliki.

3) Mahasiswa Sebagai Agent Of change adalah salah satu agent pembawa perubahan.

B. Remaja 1. Definisi

Istilah adolescence berasal dari bahas latin adolescer yang berarti remaja yaitu tumbuh kearah kematangan, bukan hanya kematangan fisik namun juga kematangan sosial dan psikologis, Widyastuti (2009). Remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, Alamsyah (2009). Masa yang paling penting dalam kehidupan adalah dimana masa tersebut menjadi keputusan penting yang dipersiapkan untuk menjalankan peran dalam kehidupan (Imron, 2012).

Remaja memiliki makna sangat luas dari segi fisik, psikologis, dan sosial. Secara psikologi remaja adalah usia seseorang yang memsuki proses menuju dewasa muda. Masa remaja merupakan remaja tidak merasakan lagi seperi anak-anak dan merasa bahwa dirinya sudah sejajar dengan orang dewasa yang disekitarnya walaupun orang tersebut lebih tua kutipan dari (Hurlock 2011).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja sangat cepat, baik fisik maupun psikologis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya berlangsung pada usia 11-16 tahun, sedangkan bagi remaja perempuan berlangsung pada usia 10-15 tahun. Pekembngan pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki karena dipengaruhi oleh hormon seksual.

Perkembangan berfikir pada remaja idak luput dari kehidupan emosionalnya yang masih labil (Proverawati, 2013).

Menurut Sarwono (2011) mengatakan bahwa ada 3 tahap perkembangan pada remaja yaitu:

a. Remaja Awal

Remaja awal biasa juga disebut dengan istilah asing yaitu erly adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahan yang terjaddi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan fikiran-fikiran baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang secara erotis.

b. Remaja Madya

Remaja ini dikenal dengn istilah asing yaitu middle adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap pertengahan ini sangat ketergantungan dengan teman sebayanya. Masa ini remaja cenderung memiliki sifat mencintai diri sendiri. Remaja pada masa ini masih labil dalam mengambil keputusan.

c. Remaja Akhir

Remaja pada masa ini biasa disebut dengan istila late adolescence yang merupakan remaja yang usai antara 17-20 tahun. Masa ini merupakan masa yang memiliki sifat egois yaitu lebih mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya sudah berfikir secara matang dan berfikir dalam mengambil keputusan.

3. Perkembangan Remaja a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik pada remaja laki-laki ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jenggot, dan suara membesar. Organ reproduksinya juga sudah mencapai puncak kematangan yang ditandai dengan kemampuannya dalam ejakulasi, dan sudah bisa menghasilkan sperma. Anak laki-laki mengalami ejakulasi pertama kali saat tidur atau yang lebih sering dikenal dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).

perkembangan fisik pada anak perempuan yaitu tumbuhnya payudara, panggul yang membesar, dan suara yang berubah menjadi lembut. Pada anak perempuan mengalami puncak kematangan reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pertama (menarche). Menstruasi merupakan tanda bahwa anak perempuan sudah mampu memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama dengan darah menstruasi melalui vagina (Sarwono, 2011).

b. Perkembangan Emosi

Pada remaja awal mulai ditandai dengan lima kebutuhan dasarnya yaitu : fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan perwujudan diri.

Setiap remaja juga masih menunjukkan reaksireaksi dan ekspresi emosinya yang masih labil. Remaja awal masih belum terkendali dalam meluapkan ekspresinya seperti pernyataan marah, gembira, dan sedih yang setiap saat dapat berubah-ubah dalam waktu yang cepat (Mubiar, 2011).

c. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif remaja dapat dilihat dari mereka dalam menyelesaikan masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang logis. Dalam menyelesaikan masalah remaja juga dapat mencari solusi dan jalan keluarnya secara efektif. Remaja juga mampu berpikir secara abstrak setiap menyelesaikan masalah (Potter & Perry, 2009).

d. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial pada remaja biasanya ditandai dengan ketertarikannya remaja tersebut untuk bersosial pada teman sebayanya.

Remaja pada masa ini biasanya mengalami masalah pada teman dan memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya. Remaja sudah memiliki rasa solidaritas yang tinggi dan memiliki rasa saling menghormati pada teman sebayanya maupun orang yang lebih tua pada mereka. Pada masa ini remaja sudah mementingkan penampilannya ketika bertemu seseorang yang sesama jenis ataupun lawan jenisnya (Potter & Perry, 2009).

C. Perilaku 1. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) perilaku adalah tingkah laku seseorang sebagai respon dari lingkungan sekitarnya. Sedangkan kutipan dari Meiyani (2018), Perilaku merupakan suatu bentuk perbuatan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dalam kehidupan sehari-hari baik yang dapat diamati secara lansung maupun yang tidak, seperti berjalan, berbicara, menangis, tertawa, menulis, membaca dan sebagainya.

Menurut Anik Maryunani (2013), mengatakan bahwa perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain atau orang yang melakukannya.

2. Teori Dorothy E. Jhonson

Menurut teori Dorothy E. Jhonson mengatakan bahwa individu dipandang sebagai sistem perilaku yang selalu mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik dilingkungan internal maupun eksternal, serta memiliki kemauan dalam mengatur dan menyusuaikan terhadap pengaruh yang ditimbulkan.

Menurut teori Dorothy E. Jhonson yang membentuk sistem perilaku adalah:

a. Achievement, merupakn tingkat pencapaian prestasi melalui keterampilan yang kreatif.

b. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan berbagai ancaman yang ada dilingkungan.

c. Seksual, merupakan pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan dicintai.

d. Afiliasi, merupakan mebntuk pemnuhan kebutuhan tambahan dalam mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyusuaian dalam kehidupan sosial, keamanan, dan kelangsungan hidup.

Ketergantungan merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam mndapatkan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Irna Sriwahyuni (2018), dasarnya perilaku dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor bawaan yang diwarisi oleh orang tua.

b. Faktor eksternal dapat berupa stimulus-stimulus yang didapatkan dari lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupu lingkungan masyarakat. Sedangkan perilaku pada masyarakat, umumnya dikelompokkan menjadi dua perilaku yaitu baik atau adaptif dan perilaku tidak baik atau mal-adaptif, adalah sebagai berikut:

1) Perilaku baik (adaptif)

Perilaku baik adalah perilaku yang sesuai atau norma-norma yang ada dalam lingkungan, contohnya peserta didik menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, peserta didik yang memakai seragam sesuai yang ditentukan oleh pihak sekolah.

2) Perilaku tidak baik (mal-adaptif)

Perilaku tidak baik adalah perilaku yang tidak sesuai atau bertentangan dengan norma-norma yang ada, contohnya anak yang tumbuh dengan agresif yang meniru orang tua dan tekanan keadaan yang dalam keadaan keluarga yang tidak harmonis, anak yang suka memukul sebayanya dan sebagainya.

4. Bentuk-Bentuk Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuknya yaitu:

a. Perilaku tertutup (Introvert)

Introvert adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup. Perilaku yang tertutup akan menyebabkan seseorang ini akan terbatas dalam hal persepsi, pengetahuan, san sikap yang terjadi pada orang tersebut sehingga oarang lain tidak dapat mengenal mengenal secara baik.

b. Perilaku Terbuka (Eksrovert)

Eksrovert adalah respon seseorang dalam bentuk nyata atau terbuka.

Perilaku pada seseorang ini sudah jelas responnya dalam bentuk tindakan nyata atau dapat dilihat oleh orang lain sengan terbuka sesuai apa yang dilakukannya.

D. Perilaku Seks Pranikah 1. Definisi

Perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, kutipan dari Sarwono (2010) dalam jurnal (Pratama et al., 2014).

Perilaku seksual adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan. Seks Bebas atau dalam bahasa populer disebut dengan ekstra-martial intercouse atau kinky seks adalah bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar (Banun, 2012).

Tjiptanigrum (2009) mengatakan bahwa perilaku seksual terbagi atas dua yaitu perilaku seksual ringan dan perilaku seksual berat yaitu:

a. Perilaku seksual ringan 1) Menghayal

2) Pergi berkencan 3) Berpegangan tangan

4) Berciuman ringan (pipi dan kening) 5) Saling memeluk

b. Perilaku seksual berat

1) Berciuman pada bibir/ mulut dan lidah 2) Meraba dan mencium area sensitif 3) Menempelkan alat kelamin

4) Berhubungan badan 2. Bentuk-bentuk seks

Ada beberapa bentuk seksual yang biasa dilakukan pada remaja dalam kutipan (Rahadi & Indarjo, 2017) yaitu sebagai berikut:

a. Kissing atau perilaku mencium

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan ransangan seksual, seperti dibibir seperti rabaan pada bagian sensitif yang dapat menimbulkan ransangan.

b. Necking atau berciuman sekitar leher

Necking merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang mencuim disekitar leher dan pelukan yang erat.

c. Petting atau menggesekkan bagian tubuh

Petting merupakan perilaku yang menggesek-gesekan bagian tubuh yang sensitif, seperti bayudara dan alat kelamin. Perilaku ini adalah langkah yang paling mendalam dari necking. Termasuk merasakan dan

mengusap-gusap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik itu dalam maupun diluar pakaian.

d. Intercourse atau persatuan dua organ

Intercourse adalah penyatuan penyatuan dua organ secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk dalam vagina untuk mendapat kepuasan seksual untuk keduanya.

3. Faktor Perilaku Seks a. Peran Orang Tua

Keluarga adalah tempat pertama bagi remaja untuk mendapatkan pendidikan. Pengetahuan seks yang diberikan orang tua kepada remaja harus menggunakan komunikasi dengan tepat yang hanya dapat dilakukan apabila remaja tersebut melihat orang tua sebagai sahabatnya. Namun remaja biasanya telah mempunyai informasi seks sebelum orang tua mulai memberikan pendidikan mengenai seks, (Rahmawati & Ratnawati, 2015).

b. Paparan Pornografi

Di Era globalisasi sekarang ini, penyebaran informasi dilakukan dengan cepat dan mudah. Perkembangan tekhnologi tidak lepas dari kondisi tersebut. Pada remaja terkadang mengambil keuntungan dengan mencari informasi melalui media internet, smartphone, dan vidio porno untuk mencari informasi tentang seks seperti pornografi, (Nurmansyah et al., 2013)

c. Pengetahuan Seks Reproduksi

Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Upaya menuju reproduksi sehat sudah harus dimulai paling tidak pada usia remaja, dimana remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap dan perilakunya kearah pencapaian reproduksi yang sehat, Badriah&Wahyuni (2015) kesehatan reproduksi remaja dimana kondisi sistem yang sehat, fungsi dan proses reproduksi pada remaja yang termaksud kesehatan mental, sosial dan kultural. Ruang lingkup reproduksi remaja yaitu pencegahan penyakit infeksi menular seksual (IMS), infeksi saluran reproduksi (ISR), termasuk HIV/AIDS, pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi, (Irawan Aditia, 2016).

d. Pengetahuan Seks

Seks bebas atau free sex kini telah menjadi tren di beberapa kelompok remaja, serta menjadi budaya bagi masyarakat. Atas dasar fenomena tersebut segala peraturan dan tindakan telah dilakukan. Akan tetapi masih sulit untuk diatasi dan belum menemukan solusi yang terbaik.

Jika dilihat maraknya tindakan asusila dan pergaulan bebas yang ada dibeberapa kelompok remaja disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karna kurangnya pengetahuan seks bebas melalui melalui pendidkan formal (sekolah) dan pendidkan non formal (orang tua) menurut (Mu’tadin.

2008).

Menurut Luthfie,R.E (2009) berpendapat bahwa pendidkan seks atau seks education adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi ini meliputi proses terjadinya

pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, hubungan seksual, tingka laku seksual, serta dalam aspek kesehatan Dalam jurnal (Pratama et al., 2014) e. Pengetahuan Agama

Pengetahuan agama merupakan solusi untuk merubah etika, ahlak dan moral. Dalam hal tersebut pendidikan agama yang diajarkan oleh keluarga, guru disekolah, dan juga para ulama indonesia. Pengetahuan agama Islam disekolah pada umumnya memilki peranan yang penting terhadap pembentukan karakter dan kepribadian serta moralitas sosial remaja dan generasi muda, (Ninda Aulia, 2019).

Zakiah Daradjat, (2009) menulis bahwa persoalan anak-anak, remaja dan pemuda sangat banyak seiring dengan perubahan sosial dan perkembangan zaman. Memberikan pendidkan agama islam kepada remaja berumur 16-18 tahun merupakan umur dimana mereka sudah tidak mudah lagi untuk dididik, dinasihati dan diajarkan. Oleh karena itu saat ini terjadinya krisis moral yang merupakan pangkal dari akhlak, sedangkan pendidikan agama merupakan pendidikan yang mendalami sebuah karakter(akhlak) dalam penelitian (Ninda Aulia, 2019).

Dalam hal ini pengetahuan agama yang memilki kualitas agama yang baik yaitu memiliki moral dan ahlak yang baik maka kemungkinan kecil mencoba melakukan perilaku seksual dibandingkan dengan kualitas agama yang kurang (Nuandri & Widayat, 2014).

Nabi Muhammad Saw bersabda tentang ahlak yang artinya:“Tidak

ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)

4. Dampak Perilaku Seks Pranikah

Ada beberapa akibat yang ditimbulkan pada remaja yang sering melakukan seks bebas diantaranya adalah:

1. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Menurut Kemeskes RI (2013), mengatakan bahwa IMS juga disebut dengan penyakit kelamin, yaitu penyakit yang terjadi akibat hubungan seksual. Di indonesia penderita IMS saat ini cenderung meningkat, kerena itu IMS harus di beri prioritas yang tinggi kerena infeksi menular mempermudah penularan HIV/AISD

2. Menderita HIV/AIDS

Penderita HIV/AIDS sudah terdapat di 32 provinsi dari 300 kabupaten/kota. Penderita ditemukan pada usia produktif, yaitu 15-29 tahun, Depkes (2013).

3. Kehamilan Tidak Diinginkan

Dampak seks yang dialami oleh remaja perempuan adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan ini dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi. Kematian ibu dan bayi disebabkan oleh 4 yaitu, terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat dan terlalu banyak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, dalam kutipan (Ahiyanasari &

Nurmala, 2017).

4. Aborsi

Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) survai data secara online, sekarang ini terjadi setiap harinya kurang lebih 100 remaja yang melakukan aborsi karena hamil diluar nikah. Jika dihitung pertahun maka angka aborsi setiap tahun sekitar 36 ribu janin dibunuh oleh remaja akibat dari seks bebas. Ini menunjukkan bahwa pergaulan seks bebas pada remaja di Indonesia sangat memprihatinkan (Mardiya, 2013).

5. Penggunaan Narkoba

Menurut DP2KBP3A (2017), Seksual juga berkembang dari anak-anak, remaja dan dewasa. Terkadang seksualitas diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual akibat pengaruh penggunaan NAPSA, dalam kutipan (Alfiyah et al., 2018)

5. Pencegahan Perilaku Seks Pranikah 1. Edukasi

Pendidikan seksual disekolah sangatlah bermanfaat oleh para siswa, dikarenakan, dengan adanya pendidikan sejak dini di bangku sekolah tentang pendidikan seksual dapat membantu perkembangan fisik dan kesehatan seksualitas pada remaja. Mereka lebih banyak membutuhkan informasi kesehatan seksual. Maka peran sekolah dalam menghadirkan konten kesehatan seksual bagi para siswa (Brewin, 2014).

2. Peningkatan Pengawasan Orang Tua

Adanya pengawasan dari orang tua tentang penggunaan ponsel ini ternyata dapat membantu pencegahan perilaku seks pada anak Psikolog Elly

mengungkapkan bahwa peran orang tua sangat lah penting, dimana mereka harus mampu menjelaskan kepada anak tentang sisi positif dan negatif dari teknologi yang digunakan (Marlita et al., 2019)

3. Kampaye Publik

Membuat kampaye publik seperti menonton film pendek “Megan Story” adalah kisah Megan yang merupakan tokoh kampaye publik dalam memberantas seks, mamberi manfaat sebagai titik awal untuk manganalisis pemahaman praktik seks saat ini oleh remaja (Crawford, 2016).

4. Menjaga Pergaulan

Pergaulan dengan teman sebaya yang memiliki sifat negatif yang menyimpang akan mempengaruhi kemungkinan perilaku seks lebih tinggi terjadi. Oleh karena itu pergaulan dengan teman sebaya harus bijak memilih untuk menghindari pergaulan bebas.

5. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan agama sejak kecil bagi anak merupakan suatu keharusan bagi orang tua. Dimana, anak harus diajarkan mengenai ahlak yang baik sesuai dengan aturan Al-Quran dan hadits. Ahlak yang baik seperti halnya masalah kesopanan, benar dan salah, pandangan hidup antara baik dan buruk, etika dan moral, sopan santu pada sesama manusia, hubungan manusia dengan Allah AWT (Hannah, 2017).

E. Seks Pranikah Dalam perspektif Islam

Ahlak merupakan suatu perilaku manusia , baik atau buruk seseorang, ataupun salah atau benarnya seseorang itu disebut dengan ahlak. Dalam

Al-Quran, perilaku yang baik merupakan gabungan dari kesadaran moral dan kesucian jiwa. Kerena ini perilaku yang terpuji adalah hasil dari nilai-nilai agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif.

Seks Pranikah adalah masalah sosial yang membutuhkan penanganan secara serius menyangkut masa depan bangsa dan negara. Hal ini bahwa remaja sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan dan pembangunan harus memiliki pemahaman mengenani serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman tentang pengetahuan dampak seks bebas apabila dibiarkan akan membawa remaja turun bebas kedalam lembah perzinaan. Yang dimaksud dengan zina adalah perbuatan berseggama antara laki-laki dan perempuan yang belum resmi menjadi suami istri (Perkawinan).

Seks Pranikah adalah masalah sosial yang membutuhkan penanganan secara serius menyangkut masa depan bangsa dan negara. Hal ini bahwa remaja sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan dan pembangunan harus memiliki pemahaman mengenani serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman tentang pengetahuan dampak seks bebas apabila dibiarkan akan membawa remaja turun bebas kedalam lembah perzinaan. Yang dimaksud dengan zina adalah perbuatan berseggama antara laki-laki dan perempuan yang belum resmi menjadi suami istri (Perkawinan).

Dokumen terkait