• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun lampiran dari pembahasan ini adalah Fatwa PWNU Jawa Tengah Tentang Pelarangan Perizinan Pendirian Toko Modern, UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM, dan data lain yang berkaitan.

28 BAB II

KEBEBASAN BEREKONOMI

A. Kebebasan Berekonomi.

Allah telah menciptakan alam semesta dan manusia. Dan Allah juga telah menundukkan segala sesuatu di langit dan bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena itulah Allah mewajibkan manusia untuk berbuat baik dan beriman kepada-Nya. Dalam hal ini pula Allah menghendaki kita menggunakan segenap kemampuan yang ada, baik fisik maupun mental untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk me-maksimalkan atau memanfaatkan apa yang telah diberikan oleh Allah maka yang mesti umat manusia lakukan adalah Produksi yaitu mengolah apa yang ada sehingga dapat lebih bermanfaat. Semenjak manusia lahir ke muka bumi, ia akan senantiasa berusaha untuk menjaga eksistensi dan fungsinya dimuka bumi sebagai seorang khalifah. Untuk mewujudkan hal tersebut manusia melakukan kompetisi dengan lingkungannya baik dengan alam, tumbuhan, binatang maupun dengan manusia itu sendiri. Kompetisi yang terjadi tersebut akan sangat dipengaruhi oleh sumber daya (resources)

sebagai hukum positif dan nilai - nilai ketuhanan sebagai hukum normatif. Dengan kata lain siapa yang paling mampu mengoptimalkan sumber daya tersebut yang diikuti nilai - nilai keagamaan, maka dialah yang akan menjadi pemenang.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi, sudah menjadi hal yang lumrah seorang manusia dituntut untuk mampu mengoptimalkan

29

fungsi dalam dirinya yakni fungsi produksi, fungsi distribusi dan akhirnya melakukan konsumsi dengan tetap memegang nilai - nilai dan etika kemanusiaan (Said Saad Morthon, 2004: hal Pengantar).

Semakin bertambahnya jumlah manusia dimuka bumi ini, maka secara otomatis akan membuat semakin besarnya tingkat kompetisi yang terjadi. Hal ini menuntut pemikiran yang keras bagaimana caranya untuk mendapatkan penghasilan dan bertahan hidup ditengah semakin sempitnya peluang usaha yang ada. Dengan demikian maka timbulah berbagai macam cara untuk bertahan hidup dan memperluas lapangan usaha, tanpa harus mendzolimi dan merugikan pihak lain demi terciptanya peradaban manusia yang baik, seimbang, adil dan berdasar kesejahteraan bersama, bukan kesejahteraan pribadi atau golongan, karena islam tidak memperbolehkan umatnya untuk bekerja dengan cara yang haram walaupun tujuan akhirnya untuk suatu hal yang baik dan terpuji, seperti untuk membangun masjid, madrasah, pondok pesantren, dan lain sebagainya. Islam merupakan agama yang tidak membernarkan adanya

slogan “tujuan menghalalkan segala cara“, karena sebaliknya, Islam adalah

agama yang berusaha keras untuk bersih dalam cara dan sarana sebagaimana bersih dalam tujuan itu sendiri.

Islam tidak membenarkan adanya monopoli ekonomi yang hanya berputar pada suatu lingkup saja, seorang mukmin memang boleh untuk memiliki harta, akan tetapi ia tidak boleh dikuasai oleh harta. Ia boleh menguasai dunia, tapi tidak boleh dikuasai oleh dunia. Bagi seorang

30

mukmin dunia dan harta adalah sarana, bukan tujuan. Tujuan keberadaanya di dunia ini adalah semata – mata untuk menggapai ridlo Allah dengan cara menyembah Allah dan berijtihad untuk menegakkan Kalimatullah di atas bumi. Sedangkan harta dan kenikmatan itu sendiri tak lebih dari sarana untuk mewujudkan tujuanya, yaitu mencapai ridho Allah SWT.

Kebebasan berekonomi merupakan hak asasi bagi setiap individu manusia. Dalam pasal 38 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil“. Pasal tersebut mengimplikasikan bahwa sejatinya setiap manusia diberikan kebebasan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat dimana dengan pekerjaan, manusia tersebut ikut ambil bagian dalam bidang perekonimian. Pada pasal sebelumnya, yaitu pada Pasal 9 (1) ditegaskan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup, dan mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya”. Pasal ini juga memberikan pengertian bahwa

manusia berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupanya serta meningkatkan kualitas hidupnya yang mana hal tersebut dapat dicapai salah satunya yaitu melalui kegiatan ekonomi.

Pasal 13 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM juga menegaskan

bahwa “Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat

31

manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa dan umat manusia “. Dan yang terakhir, kebebasan berekonomi bagi setiap individu manusia tersebut secara jelas dilindungi oleh pemerintah atau negara, di mana pada Pasal 71 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa

“Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia“. Isi dari pasal tersebut kemudian dijelaskan lebih lanjut lagi ke dalam Pasal 72 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

bahwasanya “Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana diatur pasal 71, meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan negara, dan bidang lain“.

B. Toko Modern. 1. Pengertian.

Pasar Modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas) (Sinaga, 2006). Pasar modern antara lain adalah mall, supermarket,

32

pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang rijek / tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah dikenakan pajak).

Pemerintah menggunakan istilah pasar modern dengan toko modern sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/MDAG/ PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Dalam Perpres No 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern,

pada pasal 1 (satu) disebutkan bahwa : “Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya”. Sedangkan yang

33

yang digunakan untuk menjual barangdan terdiri dari hanya satu penjual.

Sedangkan Toko Modern, tersebut dalam Dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern menyatakan bahwa :

“ Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. Batasan Toko Modern ini dipertegas di

pasal 3, dalam hal luas lantai penjualan sebagai berikut: a) Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter per segi); b) Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter per segi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter per segi); c) Hypermarket, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter per segi); d) Department Store, diatas 400 m2 (empat ratus meter per segi); e) Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter per segi). “

2. Jenis – Jenis Ritel / Toko Modern. a) Minimarket.

Minimarket adalah toko berukuran relatif kecil yang merupakan pengembangan dari Mom & Pop Store, dimana pengelolaannya lebih modern, dengan jenis barang dagangan lebih banyak. Mom & Pop Store adalah toko berukuran relatif kecil yang dikelola secara tradisional, umumnya hanya menjual bahan pokok / kebutuhan sehari - hari yang terletak di daerah perumahan / pemukiman, biasa dikenal sebagai toko kelontong (Tambunan dkk,2004:4).

34

Pada kelompok Minimarket, di Indonesia hanya terdapat 2 pemain besar yaitu Indomaret dan Alfamart. Minimarket merupakan jenis pasar modern yang agresif memperbanyak jumlah gerai dan menerapkan sistem franchise dalam memperbanyak jumlah gerai. Dua jaringan terbesar Minimarket yakni Indomaret dan Alfamart juga menerapkan sistem ini. Tujuan peritel minimarket dalam memperbanyak jumlah gerai adalah untuk memperbesar skala usaha (sehingga bersaing dengan skala usaha Supermarket dan Hypermarket), yang pada akhirnya memperkuat posisi tawar ke pemasok (Pandin, 2009).

b) Supermarket.

Supermarket adalah bentuk toko ritel yang operasinya cukup besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume penjualan tinggi, terkelompok berdasarkan lini produk, self-service, dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti daging, hasil produk olahan, makanan kering, makanan basah, serta item-item produk non-food seperti mainan, majalah, toiletris, dan sebagainya (Sopiah,2008:50-51). Pada kelompok Supermarket, terdapat 6 pemain utama yakni Hero, Carrefour, Superindo, Foodmart, Ramayana, dan Yogya + Griya Supermarket (Pandin, 2009).

Dalam perkembangannya, format Supermarket tidak terlalu

35

konsumen, Supermarket kalah bersaing dengan Minimarket (yang umumnya berlokasi di perumahan penduduk), sementara untuk range pilihan barang, Supermarket tersaingi oleh Hypermarket (yang menawarkan pilihan barang yang jauh lebih banyak) (Pandin, 2009).

c) Hypermarket

Hypermarket merupakan toko ritel yang dijalankan dengan mengkombinasikan model discountstore, supermarket, dan

warehouse store di satu tempat. Barang-barang yang ditawarkan

meliputi produk grosiran, minuman, hardware, bahan bangunan, perlengkapan automobile,perabot rumah tangga, dan juga furniture (Sopiah,2008:52).

Pada kelompok Hypermarket hanya terdapat 5 peritel dan 3 diantaranya menguasai 88,5% pangsa omset Hypermarket di Indonesia. Tiga pemain utama tersebut adalah Carrefour yang menguasai hampir 50% pangsa omset hypermarket di Indonesia, Hypermart (Matahari Putra Prima) dengan pangsa 22,1%, dan Giant (Hero Grup) dengan 18,5%. (Pandin, 2009). Hypermarket menawarkan pilihan barang yang lebih banyak dibanding Supermarket dan Minimarket, sementara harga yang ditawarkan Hypermarket relatif sama – bahkan pada beberapa barang bisa lebih murah daripada Supermarket dan Minimarket (Pandin, 2009)

36

C. Landasan Hukum Bisnis Ritel / Toko Modern.

Bisnis ritel adalah penjualan barang secara eceran pada berbagai tipe gerai seperti kios, pasar, department store, butik dan lain-lain (termasuk juga penjualan dengan sistem delivery service), yang umumnya untuk dipergunakan langsung oleh pembeli yang bersangkutan. (http://www.fas.usda.gov/info/factsheets/China/distribution.html). Bisnis ritel di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok besar, yakni Ritel Tradisional dan Ritel Modern (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia,

www.aprindo.org). Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang membuat masyarakat menuntut kenyamanan yang lebih dalam berbelanja. Ritel modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada 1962. Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. Awal dekade 1990-an merupakan tonggak sejarah masuknya ritel asing di Indonesia. Ini ditandai dengan beroperasinya ritel terbesar

Jepang ‘Sogo’ di Indonesia. Ritel modern kemudian berkembang begitu

pesat saat pemerintah, berdasarkan Kepres No. 99 th 1998, mengeluarkan bisnis ritel dari negatif list bagi Penanaman Modal Asing. Sebelum Kepres No. 99 th 1998 diterbitkan, jumlah peritel asing di Indonesia sangat dibatasi (Media Data, Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, 2009 : 63).

37

Saat ini, jenis-jenis ritel modern di Indonesia sangat banyak meliputi Pasar Modern, Pasar Swalayan, Department Store, Boutique, Factory Outlet,

Specialty Store, Trade Centre, dan Mall / Supermall / Plaza. Format-format ritel modern ini akan terus berkembang sesuai perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat (Ibid, 90 – 95).

Peraturan tentang bisnis Ritel / Waralaba sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 57 / M-DAG / PER / 9 / 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 / M-DAG / PER / 8 / 2012 Tentang Penyelenggaraan Waralaba. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53 / M-DAG / PER / 8 / 2012, bahwa pada Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan Waralaba adalah : “Hak khusus yang dimiliki oleh orang

perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan /atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan Perjanjian Waralaba “.

Undang-undang yang terkait dengan pengaturan toko modern terdapat dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan pemerintah untuk menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah, serta koperasi, dan bagi bidang usaha yang terbuka

38

untuk usaha besar harus bekerjasama dengan usaha mikro, kecil, dan menengah, serta koperasi.

UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menyatakan bahwa Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba memberikan kesempatan dan mendahulukan usaha mikro, kecil, dan menengah yang memiliki kemampuan. Pengaturan mengenai toko modern juga terdapat dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, dan Permendag No. 53 Tahun 2012 tentang Waralaba untuk Jenis Usaha Toko Modern. Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern mengamanatkan pengembangan kemitraan antara pemasok usaha kecil dengan perkulakan, hypermarket, department store, supermarket, dan pengelola jaringan minimarket.

D. Batasan Kebebasan Toko Modern.

1. Prinsip Dasar Pembatasan Toko Modern.

Regulasi mengenai toko modern merupakan bagian dari pengelolaan perekonomian nasional. Dalam Pasal 33 ayat (1) dan ayat (4) dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan pedoman mengenai dasar dan penyelenggaraan perekonomian nasional. Pada Pasal 33 ayat (4) menyatakan bahwa, perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan,

39

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Menurut Nasution (2007), perekonomian diatur secara baik dengan maksud agar kegiatan ekonomi dapat menyejahterakan semua orang. Keteraturan dalam seluruh sektor ekonomi mulai dari produksi, konsumsi, dan distribusi, serta keteraturan dalam berbagai kegiatan seperti perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian, yang akan menghasilkan kesejahteraan. Sedangkan Asshiddiqie (2010) menyatakan bahwa, kegiatan ekonomi digerakkan oleh mekanisme pasar yang dikendalikan oleh pemerintah menuju ekonomi pasar yang efisien, tetapi berkeadilan. Peran pemerintah, tidak terbatas hanya sebagai regulator, tetapi juga melakukan tindakan yang diperlukan dan bahkan menjadi pelaku langsung apabila timbul eksternalitas negatif, kegagalan dalam mekanisme pasar, ketimpangan ekonomi, atau kesenjangan sosial.

Prinsip - prinsip demokrasi ekonomi tersebut dituangkan dalam peraturan perundangan yang lebih rendah, seperti UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pada Pasal 29 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mengatur kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba untuk mengutamakan penggunaan barang dan/atau bahan hasil produksi

40

dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa yang disediakan dan/atau dijual berdasarkan perjanjian waralaba.

Ketika toko modern menjamur dan membuat pasar tradisional sulit berkembang, maka pemerintah melakukan penataan melalui peraturan menteri dalam negeri, termasuk kewajiban melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah. Peraturan ini menunjukkan keberpihakan pemerintah kepada usaha mikro, kecil dan menengah, dan sesuai prinsip-prinsip demokrasi ekonomi. Dalam hal ini diperlukan peran pemerintah dan pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan.

2. Pembatasan Toko Modern.

Pembatasan Mengenai Toko Modern diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 70 / M – DAG / PER / 12 / 2013. Kemudian Pembatasan mengenai Zonasi, Jumlah Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, serta jarak antara Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dengan Pasar Tradisional atau toko eceran tradisional ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati / Walikota setempat dengan mempertimbangkan pemanfaatan ruang dalam rangka menjaga keseimbangan antara jumlah Pasar Tradisional dengan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Pembatasan mengenai Luas lantai penjualan Toko Modern diatur dalam pasal 6 yaitu : Minimarket kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi), Supermarket lebih dari 400 m2 (empat ratus meter

41

persegi), Department Store lebih dari 400 m2 (empat ratus meter persegi), Hypermarket lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi), dan Perkulakan lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi). Kemudian pada pasal 7 disebutkan bahwa sistem penjualan dan jenis barang dagangan yang harus diterapkan dalam Toko Modern meliputi :

Minimarket, Supermarket, dan Hypermarket menjual secara eceran berbagai jenis barang konsumsi terutama produk makanan dan / atau produk rumah tangga lainya yang dapat berupa bahan bangunan, furniture, dan elektronik. Department Store menjual secara eceran berbagai jenis barang konsumsi terutama produk sandang dan perlengkapanya dengan penataan berdasarkan jenis kelamin dan / atau tingkat usia konsumen. Perkulakan menjual secara grosir berbagai jenis barang konsumsi. Dan pada pasal 8 ayat 1 disebutkan bahwa Toko Modern hanya dapat menjual barang pendukung usaha utama paling banyak 10% (sepuluh persen) dari keseluruhan jumlah barang yang dijual di outlet / gerai Toko Modern.

E. HAM (Hak Asasi Manusia).

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat atau ada pada setiap individu manusia. Dalam Pasal 1 ayat 1 UU HAM (UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Hak

Asasi Manusia adalah “Seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

42

merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan ahrkat dan martabat manusia”. Dengan adanya Hak tersebut menimbulkan bahwa setiap manusia mempunyai Hak

– hak atau kebebasan dalam berbagai bidang kehidupan tanpa adanya diskriminasi dari pihak manapun.

Sedangkan yang dimaksud diskriminasi, pada UU No. 39 tahun 1999 pasal 1 ayat 3 dijelaskan bahwa Diskriminasi adalah

“Setiap pembatasan, pelecehan, atau pengecualian yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat, pengurangan, penyimpangan atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial,

budaya, dan aspek kehidupan lainnya”.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan diantaranya adalah bahwa setiap individu bebas dan berhak untuk melakukan kegiatan berekonomi tanpa ada pembatasan, pelecehan, pengurangan, dan pengecualian dari pihak manapun.

Setiap pembatasan, pelecehan, pengurangan dan pengecualian yang dilakukan terhadap seorang individu, maka hal tersebut dikatakan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Pasal 1 ayat 6 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) adalah

43

“Setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja ataupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orangyang dijamin oleh Undang - undang ini dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,

berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku”.

Pembatasan, pelecehan, pengurangan dan pengecualian terhadap seorang individu tersebut tidak sesuai dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan diri manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, dan kecerdasan serta keadilan (BAB II Pasal 2 UU No. 39 Tahun 1999).

Kemudian pada pasal selanjutnya (Bab II Pasal 1,2,3 UU No. 39 Tahun 1999) , dijelaskan pula bahwa

“Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi”.

Selanjutnya pada Bab II Pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 disebutkan bahwa

“ Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi

44

manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun

dan oleh siapapun” .

Pada Pasal 11, disebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak” (Bab III Pasal 11 UU No. 39 Tahun 1999). Kemudian pada pasal 13 juga dijelaskan

bahwa “Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh mamfaat dari ilmu dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa dan umat manusia” (Bab III Pasal 13 UU No. 39 Tahun 1999).

Dari beberapa pasal tersebut, dapat dilihat bahwa pada dasarnya setiap individu manusia bebas untuk melakukan apapun asalkan tidak bertentangan dan menyalahi peraturan perundang – undangan. Bahkan Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia (Pasal 71 UU No. 39 Tahun 1999). Kemudian yang dimaksud dengan Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaiman diatur pasal 71, meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan negara,

Dokumen terkait