II.3. Persyaratan Umum Rumah Sakit
II.3.9. Tujuan Insenerasi Limbah Medis
Untuk menghancurkan infeksius dan patologi pada limbah medis. Penyimpanan limbah infeksius maksimum 24 jam (pada musim kemarau, untuk musim hujan hingga 48 jam), agar tidak menyebar dan membahayakan lingkungan sekitar. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, beberapa contoh jenis limbah medis rumah sakit ini bisa dikelompokkan sebagai limbah infeksius yang berkategori B3, yakni:
1. Limbah laboratorium mikrobiologi, termasuk sisa jaringan tubuh, sisa reagent dan peralatan lab yang terkontak jaringan tubuh yang terinfeksi.
2. Darah dan produk darah, misal: serum, plasma.
3. Benda-benda tajam, misal: jarum suntik, limbah gelas lab, pecahan pipet.
4. Limbah sisa berupa jaringan tubuh, darah dan cairan tubuh yang terinfeksi pada saat kegitan operasi, otopsi, obsteterik (kandungan).
6. Jaringan tubuh manusia atau hewan yang mengandung patologi dengan kandungan virus tinggi.
7. Limbah terkena darah yang berasal dari unit dialysis.
II.3.10. Zona Bangunan Rumah Sakit
Pengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit antara lain:
1. Zona dengan Risiko Rendah
Zona ini meliputi: ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis dan ruang pendidikan atau pelatihan.
A. Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.
B. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,berwarna terang dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
C. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka arus kuat,dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
D. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter. 2. Zona dengan Risiko Sedang
Zona ini meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona ini sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
3. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawaan intensif, laboraturium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy) dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berkut:
A. Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
- Dinding ruang laboraturium dibuat dari porselin atau keramk setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna gelap.
- Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
B. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, bewarna terang dan pertemuan antara lantai dengan di dinding harus berbentuk konus. C. Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat, warna terang,
mudah dibersihkan, kerangka harus kuat dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
D. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
E. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
Zona ini meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang patologi dengan ketentuan:
A. Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.
B. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
C. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
D. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
E. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit.
F. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
G. Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas kebawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ulta Clean Air) System.
H. Tidak dbenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
I. Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan ditutup.
J. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas langit-langit.
K. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
Gambar 13. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan RS Pola Pembangunan Horizontal Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2010
Gambar 14. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan RS Pola Pembangunan Vertikal Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B, 2010
II.3.11. Perencanaan Bangunan Rumah Sakit
Berikut ini penjabaran mengenai perencanaan bangunan rumahsakit, diantaranya: 1. Prinsip Umum
Perlindungan terhadap pasien merupakan hal yang harus diprioritaskan. Terlalu banyak lalu lintas akan menggangu pasien, mengurangi efisiensi pelayanan pasien dan meninggikan risiko infeksi, khususnya untuk pasien bedah dimana kondisi bersih sangat penting. Jaminan perlindungan terhadap infeksi merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam kegiatan pelayanan terhadap pasien.
Mengontrol aktifitas petugas terhadap pasien serta aktifitas pengunjung rumah sakit yang datang agar aktifitas pasien dan petugas tidak terganggu. Tata letak pos perawat harus mempertimbangkan kemudahan bagi perawat untuk memonitor dan membantu pasien yang
sedang berlatih di koridor pasien dan aktifitas pengunjung saat masuk dan ke luar unit. Bayi harus dilindungi dari kemungkinan pencurian dan dari kuman penyakit yang dibawa pengunjung dan petugas rumah sakit. Pasien di ruang ICU dan ruang bedah harus dijaga terhadap infeksi.
2. Prinsip Khusus
Prinsip khusus pada perencanaan bangunan rumah sait terdiri dari:
A. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman untuk semua bagian bangunan merupakan faktor yang penting. Ini khususnya untuk rumah sakit yang tidak menggunakan AC.
B. Rumah sakit minimal mempunyai tiga akses atau pintu masuk atau gerbang masuk, terdiri dari pintu masuk utama, pintu masuk ke Unit Gawat Darurat dan Pintu Masuk ke area layanan Servis.
Gambar 15. Contoh Gambar Akses Pintu Masuk RS Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012
C. Pintu masuk untuk service sebaiknya berdekatan dengan dapur dan daerah penyimpanan persediaan (gudang) yang menerima barang-barang dalam bentuk curah, dan bila mungkin berdekatan dengan lif service. Bordes dan timbangan tersedia di daerah itu. Sampah padat dan sampah lainnya dibuang dari tempat ini, juga benda-benda yang tidak terpakai. Akses ke kamar mayat sebaiknya diproteksi terhadap pandangan pasien dan pengunjung untuk alasan psikologis. D. Pintu masuk dan lobi disarankan dibuat cukup menarik, sehingga pasien dan
pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama.
E. Jendela sebaiknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk mencegah serangga lainnya yang berada di sekitar RS, dan dilengkapi pengaman.
F. Alur lalu lintas pasien dan petugas RS harus direncanakan seefisien mungkin. G. Koridor publik dipisah dengan koridor untuk pasien dan petugas medik,
dimaksudkan untuk mengurangi waktu kemacetan. Bahan-bahan, material dan pembuangan sampah sebaiknya tidak memotong pergerakan orang.
H. Lebar koridor 2,40 m dengan tinggi langit-kangit minimal 2,40 m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila ramp digunakan, kemiringannya sebaiknya tidak melebihi 1 : 10 ( membuat sudut maksimal 70).
I. Alur pasien rawat jalan yang ingin ke laboratorium, radiologi, farmasi, terapi khusus dan ke pelayanan medis lain, tidak melalui daerah pasien rawat inap. J. Alur pasien rawat inap jika ingin ke laboratorium, radiologi dan bagian lain, harus
Gambar 16. Contoh Model Aliran lalu lintas dalam RS Sumber : Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B, 2012