• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan KSP, dan Konsep

Dalam dokumen BAB II KETENTUAN UMUMRTR KSP (Halaman 34-62)

BAB III KETENTUAN TEKNIS MUATAN RTR KSP

3.4. Muatan RTR KSP

3.4.1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan KSP, dan Konsep

Pengembangan KSP berdasarkan Tipologi a. Tipologi Kawasan Perkotaan

Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan perkotaan mencakup hal-hal berikut:

1) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan KSP

Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi KSPtipologi kawasan perkotaan, meliputi:

a) posisi strategis dalam konteks lokasi geografis dan perekonomian terhadap wilayah disekitarnya;

b) hubungan sistem perkotaan;

c) kondisi sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya; dan

d) kondisi daya dukung dan daya tampung fisik dasar.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:

a) Tujuan

Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan sinergi hubungan fungsional antara kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di

sekitarnya sebagai pusat permukiman dan kegiatan perekonomian skala regional.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:

(1) kebijakan pengembangan kependudukan (pertumbuhan, distribusi, dan ketenagakerjaan),

(2) kebijakan pengembangan perekonomian perkotaan,

(3) kebijakan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan (sistem kota-kota) dan pelayanan sosial-ekonomi-budaya masyarakat,

(4) kebijakan struktur ruang terkait sistem jaringan yang mendukung operasionalisasi sistem perkotaan,

(5) kebijakan pola ruang terkait optimasi penggunaan ruang (termasuk di dalamnya RTH perkotaan).

c) Strategi

Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :

(1) Perumusan strategi terkait kebijakan pengembangan kependudukan, meliputi:

(a) strategi terkait pengaturan pertumbuhan penduduk yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan perkotaan;

(b) strategi terkait arahan sebaran penduduk yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan perkotaan, serta peluang pengembangan infrastruktur perkotaan;

(c) strategi terkait ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan peluang pengembangannya di sektor perkotaan.

(2) Perumusan strategi terkait kebijakan pengembangan perekonomian perkotaan, meliputi:

(a) strategi terkait penentuan sektor perekonomian perkotaan yang mempertimbangkan potensi wilayah, peluang eksternal, daya dukung dan daya tampung kawasan perkotaan;

(b) strategi terkait sebaran kegiatan perekonomian perkotaan yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung kawasan perkotaan, serta peluang pengembangan infrastruktur perkotaan;

(c) strategi penentuan sektor perekonomian perkotaan terkait penyedian lapangan kerja yang selektif sesuai visi pembangunan perkotaan yang dicanangkan yang berbasis jangka waktu perencanaan.

(3) Perumusan strategi terkait kebijakan sistem pusat-pusat pelayanan perkotaan (sistem kota-kota) dan pelayanan sosial-ekonomi-budaya masyarakat, meliputi:

Kementerian Pekerjaan Umum 32 32 (a) strategi terkait jumlah, jenis, dan sebaran pusat kegiatan

utama perkotaan sebagai aplikasi dari kebijakan perekonomian.

(b) strategi terkait jumlah, fungsi, dan sebaran pusat-pusat pelayanan perkotaan yang berorientasi pada pelayanan sosial-ekonomi-budaya masyarakat yang tinggal di perkotaan.

(4) Perumusan strategi terkait kebijakan sistem jaringan prasana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya yang mendukung operasionalisasi sistem perkotaan, meliputi :

(a) strategi terkait pengembangan sistem jaringan transportasi yang berorientasi jauh kedepan, efisien (integrasi moda), berbasis pada transportasi massal dan ramah lingkungan. (b) strategi terkait pemenuhan kebutuhan sistem jaringan

energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem penyediaan air minum, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan untuk pelayanan kegiatan utama dan pelayanan masyarakat perkotaan.

(5) Perumusan strategi terkait kebijakan pola ruang terkait optimasi penggunaan ruang, meliputi:

(a) strategi terkait distribusi ruang untuk kawasan lindung dalam rangka menjamin keberlangsungan kegiatan perkotaan melalui upaya pengurangan resiko bencana sehingga terwujud lingkungan perkotaan yang aman dan berkelanjutan,

(b) strategi terkait distribusi ruang untuk kawasan budidaya yang mempertimbangkan kesesuaian fungsi kegiatan perkotaan agar terwujud lingkungan perkotaan yang nyaman dan produktif.

2) Konsep pengembangan kawasan

Konsep pengembangan KSPtipologi perkotaan dijabarkan sebagai berikut:

a) Rencana struktur ruang

Rencana struktur ruang kawasan perkotaan dikembangkan untuk mendukung fungsi sosial dan budaya yang berkualitas dan sekaligus sebagai motor penggerak ekonomi regional dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung fisik lingkungan alamiahnya.

Rencana struktur ruang kawasan perkotaan terdiri atas:

(1) Penetapan sistem pusat-pusat permukiman yang terdiri atas: (a) kawasan perkotaan inti; dan

(b) kawasan perkotaan di sekitarnya

Kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya dilayani oleh pusat dan sub pusat pelayanan sebagai orientasi kegiatan pelayanan perkotaan.

(2) Sistem jaringan transportasi yang menjamin efisiensi pergerakan orang atau barang dari kawasan perkotaan di sekitarnya dengan

kawasan perkotaan inti dan antarkota pada kawasan perkotaan di sekitar perkotaan inti.

(3) sistem jaringan energi;

(4) sistem jaringan telekomunikasi;

(5) sistem jaringan sumber daya air meliputi sumber air baku dan prasarana air baku; dan

(6) sistem jaringan prasarana perkotaan.

b) Rencana pola ruang

Rencana pola ruang KSP tipologi kawasan perkotaan terdiri atas : (1) rencana pola ruang kawasan lindung disusun dengan

memperhatikan:

(a) mengacu penetapan kawasan hutan,

(b) mengacu penetapan RTH perkotaan yang berfungsi lindung, (c) mengacu penetapan kawasan lindung non RTH,

(d) penetapan kawasan lindung lainnya ditetapkan berdasarkan analisis.

(2) rencana pola ruang kawasan budidaya disusun dengan memperhatikan:

(a) mengacu penetapan kawasan hutan untuk kawasan hutan produksi,

(b) dominasi kegiatan berdasarkan analisis daya dukung dan daya tampung.

(c) orientasi pengembangan kawasan terkait kebutuhan pengembangan permukiman perkotaan, pengembangan kegiatan primer dan sekunder.

b. Kawasan Koridor Ekonomi

Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan koridor ekonomi dengan sebagai berikut:

1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan mempertimbangkan:

a) posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan disekitar kawasan;

b) sektor utama pendukung kawasan koridor ekonomi; c) ketenagakerjaan dan penyediaan permukiman; d) infrastruktur ekonomi; dan

e) area terbangun sekitar kawasan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan, kebijakan, dan strategipenataan ruang yaitu sebagai berikut:

a) Tujuan

Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada

Kementerian Pekerjaan Umum 34 34 perwujudan kawasan koridor ekonomi yang memiliki keunggulan serta

dukungan jaringan prasarana yang handal.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:

1) kebijakan terkait dengan penetapan kegiatan; 2) kebijakan terkait dengan ketenagakerjaan;

3) kebijakan terkait dengan dukungan sistem jaringan prasarana kawasan;

4) kebijakan terkait dengan penetapan standar pelayanan minimal prasarana dan sarana pendukung; dan

5) kebijakan terkait dengan pelindungan kawasan (termasuk RTH kawasan).

c) Strategi

Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan strategi difokuskan pada:

1) strategi terkait dengan penetapan jenis kegiatan yang akan dikembangkan pada kawasan koridor ekonomi, meliputi:

(a) strategi penetapan jenis kegiatan dengan mempertimbangkan posisi geografis kawasan, keberadaan bahan baku, serta peluang pasar baik lokal, regional, maupun internasional; dan (b) strategi penetapan jenis kegiatan dengan mempertimbangkan

persaingan usaha.

2) strategi terkait dengan ketenagakerjaan, meliputi:

(a) strategi penetapan target penyerapan tenaga kerja; dan (b) strategi penetapan komposisi tenaga kerja.

3) strategi terkait dengan dukungan sistem jaringan prasarana utama kawasan yaitu strategi penetapan standar pelayanan minimal pelayanan sistem jaringan transportasi (darat, laut, dan udara); 4) strategi terkait dengan penetapan standar pelayanan minimal

prasarana dan sarana pendukung kawasan termasuk hunian khusus, meliputi:

(a) strategi penyediaan permukiman;

(b) strategi penyediaan sistem jaringan energi;

(c) strategi penyediaan sistem jaringan telekomunikasi; (d) strategi penyediaan sistem jaringan sumber daya air; (e) strategi penyediaan sistem penyediaan air minum; dan (f) strategi penyediaan sistem jaringan air limbah.

5) strategi terkait dengan pelindungan kawasan (termasuk RTH kawasan), meliputi:

(a) strategi pengaturan ruang sekitar kawasan dari kegiatan disekitar kawasan yang berpotensi mengganggu; dan

(b) strategi pengaturan aksesibilitas menuju kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus.

2. Konsep pengembangan

Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:

a) Rencana struktur ruang

Rencana struktur ruang terdiri atas:

1) sistem pelayanan yang ada pada RTRW ; dan

2) sistem jaringan prasarana dan sarana untuk mendukung fungsi kawasan, meliputi:

(a) sistem jaringan prasarana utama yang mendukung aksesibilitas kawasan koridor ekonomi dengan pusat kegiatan ekonomi lain terkait yang terintegrasi dengan rencana sistem prasarana utama pada RTRW; dan

(b) sistem jaringan prasarana lainnya yang terintegrasi dengan rencana sistem prasarana utama pada RTRW.

b) Rencana pola ruang

Rencana pola ruang terdiri atas:

1) rencana pola ruang di kawasan inti yang meliputi ruang-ruang untuk berbagai kegiatan yang telah ditetapkan dan ruang pendukung kegiatan terkait dengan pelindungan kawasan (seperti ruang pembuangan limbah kawasan serta pengaturan RTH kawasan); dan

2) rencana pola ruang kawasan penyangga yang lebih menekankan kepada fungsi penyangga yang membedakan aktivitas kawasan inti dengan kawasan di sekitarnya. Fungsi penyangga ini antara lain dimaksudkan untuk menjaga tingkat kesehatan masyarakat di sekitar kawasan industri, dengan fungsi untuk:

(a) mengurangi kebisingan; (b) mengurangi hamparan debu;

(c) meningkatkan produksi oksigen untuk mengimbangi produksi gas berbahaya seperti karbondioksida dan karbonmonoksida; (d) menjaga iklim mikro untuk mengurangi ekspose panas (heat)

dari kegiatan kawasan; dan

(e) menjaga jarak aman kontaminasi air tanah.

(f) Rencana pola ruang diarahkan berupa greenbelt (dapat berupa hutan) yang disesuaikan dengan luasan kawasan yang berpotensi memberikan dampak.

c. Tipologi Kawasan Perdesaan

Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan mencakup hal-hal berikut:

1) Tujuan, Kebijakan, dan Strategi

Kementerian Pekerjaan Umum 36 36 a) kondisi sektor unggulan pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah.

b) Kondisi infrastruktur ekonomi c) Dukungan ketenagakerjaan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:

a) Tujuan

Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan pengembangan kawasan dalam rangka mendorong investasi untuk pengembangan sektor unggulansebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:

(1) Kebijakan pengembangan ekonomi wilayah termasuk didalamnya kebijakan pengembangan sektor unggulan yang selektif dan terukur,

(2) Kebijakan pengembangan struktur ruang terkait penguatan sistem pusat pelayanan, sistem koleksi dan distribusi, serta sistem jaringan prasarana pendukung.

c) Strategi

Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :

(1) Perumusan strategi terkait kebijakan pengembangan ekonomi wilayah termasuk didalamnya kebijakan pengembangan sektor unggulan yang selektif dan terukur meliputi:

(a) menetapkan kegiatan ekonomi unggulan wilayah, mempertimbangkan penyediaan lapangan kerja yang sesuai kebutuhan wilayah.

(b) menetapkan rencana pengembangan sektor unggulan wilayah yang terukur dan berbasis pasar lokal dan nasional. (2) Perumusan strategi terkait kebijakan pengembangan struktur

ruang terkait penguatan sistem pusat pelayanan, sistem koleksi dan distribusi, serta sistem jaringan prasarana pendukung meliputi:

(a) menetapkan lokasi sentra unggulan ekonomi wilayah, meliputi; sektor primer (kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, dan peternakan) dan sistem pusat pelayanan pendukung sentra unggulan ekonomi wilayah;

(b) menetapkan sistem jaringan prasarana transportasi terkait sentra unggulan ekonomi wilayah, pusat-pusat permukiman, dan pusat koleksi-distribusi; dan

(c) mengembangkan sistem jaringan prasarana lainnya terkait kebutuhan pengembangan kawasan.

2) Konsep pengembangan kawasan

Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan sektor unggulan dijabarkan sebagai berikut:

a) Rencana struktur ruang

Rencana struktur ruang kawasan, terdiri atas:

(1) rencana struktur ruang yang mengacu pada RTRWP serta memperhatikan RTRW terkait (RTRWkab/kota).

(2) penetapan sentra ekonomi unggulan wilayah dengan memperhatikan hirarki sistem perkotaan dalam wilayah kabupaten/kota untuk mendukung dan menguatkan fungsi dan kinerja kawasan.

Sentra ekonomi unggulan wilayah yang dimaksud yaitu:

(a) sentra produksi primer (pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan peternakan),

(b) sentra produksi sekunder (industri pengolahan/industri manufaktur), dan

(c) Outlet distribusi.

Sistem perkotaan yang dimaksud meliputi: (a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL); dan

(b) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) untuk mendukung pengembangan kawasan agropolitan (pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan) dan minapolitan (perikanan).

(3) Sistem jaringan transportasi kawasan direncanakan untuk mendukung transportasi barang dan orang (tenaga kerja) dari sentra produksi (primer, sekunder, dan tersier), pusat-pusat kegiatan Lingkungan(PKL), dan outlet distribusi meliputi jaringan transportasi darat, laut, dan udara yaitu;

(a) sistem jaringan transportasi darat meliputi jaringan jalan, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan;

(b) sistem jaringan transportasi laut dengan memperhatikan tatanan kepelabuhanan;

(c) sistem jaringan transportasi udara dengan memperhatikan tatanan kebandarudaraan;

(4) sistem jaringan energi mencakup sistem pembangkit energi dan jaringan transmisi sesuai dengan kebutuhan kawasan;

(5) sistem jaringan telekomunikasi meliputi jaringan terestrial sesuai dengan kebutuhan kawasan; dan

(6) sistem jaringan sumber daya air meliputi sistem jaringan air baku (penyediaan dan distribusi) dan sistem jaringan irigasi sesuai dengan kebutuhan kawasan.

b) Rencana pola ruang

Rencana pola ruang, terdiri atas:

(1) rencana pola ruang mengacu pada RTRWP, serta memperhatikan RTRW terkait (RTRW kab/kota).

(2) rencana pola ruang kawasanbersifat arahan untuk meningkatkan produktifitas dan menjaga kontinuitas produksi.

Kementerian Pekerjaan Umum 38 38

d. Kawasan cepat tumbuh

Muatan yang diatur dalam RTR KSP tipologi kawasan cepat tumbuh yaitu sebagai berikut:

1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang dirumuskan dengan mempertimbangkan:

a) kondisi sektor unggulan pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah, melalui pertimbangan pasar regional maupun nasional;

b) kondisi infrastruktur ekonomi; dan

c) dukungan ketenagakerjaan dan sistem perkotaan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka secara rinci muatan tujuan, kebijakan, dan strategipenataan ruang yaitu sebagai berikut:

a) Tujuan

Tujuan disusun sebagai arahan perwujudan KSP yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Perumusan tujuan difokuskan pada perwujudan pengembangan kawasan ekonomi kawasan memiliki sektor unggulansebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:

(1) kebijakan terkait dengan pengembangan ekonomi yang berbasis pengembangan ekonomi lokal; dan

(2) kebijakan terkait dengan penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi, sistem jaringan prasarana prasarana dan sarana pendukung.

c) Strategi

Strategi disusun sebagai penjabaran kebijakan ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan strategi difokuskan pada:

(1) strategi terkait dengan pengembangan ekonomi yang berbasis pengembangan ekonomi lokal, meliputi:

(a) strategi perwujudan kegiatan ekonomi unggulan wilayah; (b) strategi pembangunan faktor-faktor pendukung

pengembangan ekonomi unggulan wilayah.

(c) strategi pembangunan hubungan fungsional antarfaktor pendukung pengembangan ekonomi unggulan wilayah.

(2) strategi terkait dengan penguatan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi sistem jaringan prasarana, meliputi:

(a) strategi pengintegrasian rencana pengembangan pusat pelayanan kegiatan ekonomi kawasan dengan kebijakan sistem perkotaan pada RTRW; dan

(b) strategi pengintegrasian rencana pengembangan sistem jaringan prasarana dengan kebijakan sistem jaringan prasarana dalam RTRW.

Konsep pengembangan dirumuskan sebagai berikut:

a) Rencana struktur ruang

Rencana struktur ruangterdiri atas:

(1) sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dengan rencana sistem perkotaan pada RTRW;

(2) sistem jaringan transportasi yang terintegrasi dengan rencana sistem jaringan transportasi pada RTRW;

(3) sistem jaringan energi yang menjabarkan kebutuhan dan sistem penyediaan energi yang terintegrasi dengan rencana sistem jaringan energi pada RTRW;

(4) sistem jaringan telekomunikasi yang menjabarkan kebutuhan dan sistem penyediaan telekomunikasi yang terintegrasi dengan rencana sistem jaringan telekomunikasi pada RTRW; dan

(5) sistem jaringan sumber daya air yang menjabarkan kebutuhan dan sistem penyediaan sumber air dan prasarana air yang terintegrasi dengan rencana sistem jaringan sumber daya air pada RTRW.

b) Rencana pola ruang

Rencana pola ruangterdiri atas:

1) kawasan lindung yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi usaha inti yang dapat berupa potensi wisata, potensi hasil hutan bukan kayu, potensi ladang penggembalaan, dan potensi ekonomi lainnya kecuali potensi pertambangan; dan

2) kawasan budi daya yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi sektor unggulan terkait dalam skala ekonomi tertentu yang terintegrasi dengan pola ruang RTRW.

e. Tipologi Kawasan Warisan Budaya/ Sejarah

Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan warisan budaya/ sejarah mencakup hal-hal berikut:

1) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan KSP

Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi KSPtipologi kawasan warisan budaya/sejarah, meliputi:

a) Nilai keunikan dan kearifan lokal warisan budaya/sejarah,

b) Kondisi Lingkungan non terbangun, terbangun dan kegiatan di sekitar kawasan dan/atau obyek warisan budaya/sejarah yang berpotensi mendukung maupun mengganggu,

c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang mengancam kawasan dan/atau obyek warisan budaya/sejarah (khususnya kebakaran, banjir dan pergerakan tanah),

d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:

Kementerian Pekerjaan Umum 40 40 Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan Lingkungan kawasan

dan/atau obyek budaya/ sejarahdaerah yang lestari pada jangka panjang.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:

(1) Kebijakan terkait kawasan dan atau obyek warisan budaya/sejarah yang harus dilindungi,

(2) Kebijakan terkait kawasan inti; pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan warisan budaya/ sejarahdan pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan dan sarana penunjang sesuai standar pelayanan minimum serta kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya;

(3) Kebijakan terkait kawasan penyangga; batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan prasarana kawasan dan sistem pusat pelayanan sesuai standar pelayanan minimum yang ditetapkan di kawasan penyangga.

c) Strategi

Muatan strategi berdasarkan pada rumusan pengaturan kebijakan. Acuan minimal strategi diuraikan sebagai berikut :

(1) Perumusan strategi terkait perlindungan kawasan dan atau obyek warisan budaya/ sejarah dikoordinasikan dengan pengelola kawasan, meliputi:

(a) penetapan kawasan dan/atau obyek warisan budaya/ sejarahyang harus dilindungi;

(b) penetapan target dan wujud perlindungan. (2) Perumusan strategi terkait kawasan inti, meliputi:

(a) penetapan jenis; (b) penetapan intensitas; (c) penetapan pengelolaan;

(d) eksplorasi (penjabaran) kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya/ sejarah;

(e) penetapan jenis dan standar pelayanan minimum berbasis kearifan lokal dan nilai warisan budaya.

(3) Perumusan strategi perwujudan kawasan penyangga, meliputi: (a) penetapan batas kawasan penyangga;

(b) penetapan zonasi dan kegiatan kawasan penyangga;

(c) penetapan dukungan sistem jaringan prasarana minimum kawasan penyangga.

(d) Penetapan sistem jaringan prasarana utama yang tidak berpotensi menggangu keberlanjutan nilai-nilai warisan budaya/ sejarah,

(e) Penetapan sistem pusat pelayanan kawasan yang tidak berpotensi mengganggu kelanjutan nilai-nilai warisan budaya/sejarah, dan memberikan dukungan pengembangan jasa wisata

2) Konsep pengembangan kawasan

Konsep pengembangan KSP tipologi kawasan warisan budaya/sejarah dijabarkan dalam konsep rencana struktur ruang dan rencana pola ruang (untuk keseluruhan wilayah sampai dengan kawasan penyangga) dengan skala 1:10.000-1:25.000, serta rencana pola ruang untuk kawasan inti dengan skala 1:5.000.

a) Rencana struktur ruang

Konsepsi rencana struktur ruang (sampai dengan batas wilayah penyangga) terdiri atas:

(1) Penetapan lokasi kawasan inti (sesuai peraturan perundang-undangan) dan pusat-pusat kegiatan di Lingkungan luar kawasan inti yang berfungsi sebagai kawasan penyangga;

(2) Dukungan aksesibilitas;

(a) jaringan jalan akses, dari simpul transportasi (bandara, terminal, stasiun, pelabuhan) menuju pusat pelayanan terdekat lokasi obyek dan/atau kawasan,

(b) jaringan jalan lokal menghubungkan pusat pelayanan terdekat dengan ruang publik pada lokasi obyek dan/atau kawasan (dilengkapi dengan fasilitas parkir sesuai jenis moda yang diatur), juga berfungsi sebagai jaringan jalan wisata untuk mendukung aksesibilitas panorama obyek warisan budaya/sejarah,

(c) pedestrian

(3) Dukungan prasarana pada pusat pelayanan terdekat lokasi obyek dan/atau kawasan;

(a) sistem jaringan air bersih, (b) sistem drainase kawasan, (c) sistem jaringan energi, (d) sistem pembuangan limbah, (e) sistem persampahan,

(f) sistem jaringan telekomunikasi.

(4) Dukungan sarana pada pusat pelayanan terdekat lokasi obyek dan/atau kawasan terkait jasa wisata;

(5) Penyediaan sarana dan prasarana di Lingkungan kawasan inti didasarkan pada kebutuhan dan nilai adat istiadat serta nilai-nilai warisan budaya.

b) Rencana pola ruang

Terkait kawasan penyangga memperhatikan RTRW terkait yang dapat direvisi sesuai visi pengembangan kawasan warisan budaya dan sejarah.

Terkait kawasan inti, produk yang dihasilkan menjadi ketetapan langsung RDTR pada wilayah terkait.

Kementerian Pekerjaan Umum 42 42 (a) zona pemanfaatan terbatas (zona privat, zona suci atau

zona inti), didasarkan pada kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya;

(b) zona publik, didasarkan pada kebutuhan fungsi pendukung pengembangan obyek dan/atau kawasan. (misal; terkait pengembangan jasa wisata)

(2) Penetapan zonasi pada kawasan penyangga;

(a) zona penyangga, jika dibutuhkan dukungan terhadap obyek dan/atau kawasan berupa ruang bebas aktifitas publik. (misal; penetapan radius tertentu untuk pemanfaatan non terbangun)

(b) zona publik dan jasa wisata, berada kawasan yang diperbolehkan untuk digunakan kegiatan publik dan jasa wisata.

f. Tipologi Kawasan Permukiman/Komunitas Adat Tertentu

Muatan yang diatur dalam tipologi kawasan permukiman/komunitas adat tertentu mencakup hal-hal berikut:

1) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan KSP

Pertimbangan perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi KSPtipologi kawasan permukiman/komunitas adat tertentu, meliputi:

a) Nilai keunikan dan kearifan lokal,

b) Kondisi lingkungan di sekitar kawasan permukiman adat yang berpotensi mendukung maupun mengganggu,

c) Daya dukung fisik dasar terkait potensi bencana yang mengancam kawasan permukiman adat (khususnya kebakaran, banjir dan pergerakan tanah),

d) Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan permukiman adat.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka acuan muatan pengaturan tujuan, kebijakan, dan strategi adalah sebagai berikut:

a) Tujuan:

Aspek tujuan difokuskan pada perwujudan Lingkungan kawasan permukiman adat yang lestari pada jangka panjang.

b) Kebijakan

Kebijakan disusun sebagai arah tindakan dalam rangka mencapai tujuan. Perumusan kebijakan difokuskan pada:

(1) Kebijakan terkait kawasan permukiman adat yang harus dilindungi,

(2) Kebijakan terkait kawasan inti; pengaturan zona dan kegiatan pada kawasan permukiman adat dan pelayanan sistem jaringan prasarana kawasan dan sarana penunjang sesuai standar pelayanan minimum serta kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya;

(3) Kebijakan terkait kawasan penyangga; batas, zonasi, penetapan kegiatan, dukungan sistem jaringan prasarana kawasan dan sistem pusat pelayanan sesuai standar pelayanan minimum yang

Dalam dokumen BAB II KETENTUAN UMUMRTR KSP (Halaman 34-62)

Dokumen terkait