DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 1
1.3. Ruang Lingkup Pedoman ... 1
1.4. Istilah dan Definisi ... 1
1.5. Acuan Normatif ... 4
1.6. Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan... 5
1.7. Fungsi dan Manfaat Pedoman RTR KSP ... 6
1.8. Pengguna Pedoman ... 6
BAB II KETENTUAN UMUMRTR KSP 2.1 Kedudukan RTR KSP dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ... 7
2.2 Fungsi dan Manfaat RTR KSP ... 8
2.3 Isu Strategis Provinsi ... 8
2.4 Tipologi KSP ... 10
2.5 Ketentuan Umum Muatan RTR KSP ... 17
BAB III KETENTUAN TEKNIS MUATAN RTR KSP 3.1. Delineasi KSP ... 26
3.2. Fokus penangananKSP ... 27
3.3. Tingkat Ketelitian PetaKSP ... 30
3.4. Muatan RTR KSP... 30
3.4.1 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengembangan KSP, dan Konsep Pengembangan KSP berdasarkan Tipologi ... 30
3.4.2 Arahan Pemanfaatan Ruang KSP ... 58
3.4.3 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang KSP ... 62
3.4.4 PengelolaanKawasan ... 65
3.5.Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat ... 65
3.6. Format Penyajian ... 65
3.7. Masa Berlaku RTR KSP ... 65
BAB IV PROSES DAN PROSEDUR PENYUSUNAN RTR KSP 4.1. Proses Penyusunan RTR KSP ... 69
Kementerian Pekerjaan Umum ii
4.1.1. Tahap Persiapan Peyusunan ... 69
4.1.2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi ... 70
4.1.3. Tahap Pengolahan dan Analisa Data ... 71
4.1.4. Tahap Perumusan Konsepsi Rencana ... 72
4.1.5. Tahap Penyusunan Naskah Rancangan Peraturan Daerah ... 72
4.2. Prosedur Penyusunan RTR KSP ... 73
4.3. Prosedur Penetapan RTR KSP ... 74
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan, Kriteria, dan Isu
Strategis Provinsi ... 11
Tabel 2.2 Kriteria KSP Berdasarkan Tipologi ... 13
Tabel 2.3 Beberapa Jenis KSP dalam RTRW Provinsi ... 15
Tabel 2.4 Ketentuan Umum Muatan Pedoman RTR KSP Berdasarkan Tipologi ... 20
Tabel 3.1 Delineasi KSP ... 26
Tabel 3.2 Fokus penangananKSP ... 27
Tabel 3.3 Skala Peta RTR KSP ... 30
Tabel 3.4 Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan ... 59
Tabel 3.5 Penetapan Arahan Peraturan Zonasi berdasarkan Tipologi ... 64
Kementerian Pekerjaan Umum iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan ... 5
Gambar 2.1 Kedudukan RTR KSP dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ... 7
Gambar 2.2 Ilustrasi Bentuk KSP Berbasis Kawasan dan Objek Strategis ... 17
Gambar 2.3 Penentuan Pentusunan RTR KSP ... 19
Gambar 4.2 Prosedur Penyusunan RTR KSP ... 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU 26/2007), penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan meliputi penataan ruang kawasan strategis nasional (KSN), penataan ruang Kawasan Strategis Provinsi (KSP), dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.Selanjutnya dalam Pasal 14 ayat 3 disebutkan bahwa RTR KSPmerupakan rencana rinci dari rencata tata ruang wilayah provinsi yang disusun sebagai perangkat operasional.
Dalam rangka mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan di wilayah provinsi dalam mendukung penataan ruang RTRW secara efisien dan efektif, perlu suatu proses perencanaan dari masing-masing kawasan strategis secara baik dan benar serta implementasi yang yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang dapat dijadikan pegangan oleh semua pemangku kepentingan di wilayah provinsi untuk menyusun RTR KSP.
Dengan adanya pedoman penyusunan RTR KSP, diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan peraturan pelaksanaan dalam rangka implementasi UU 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
1.2. Maksud dan Tujuan a. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan RTR KSP oleh pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya.
b. Tujuan
Pedoman ini bertujuan mewujudkan RTR KSP yang sesuai dengan ketentuan UU 26/2007 dan peraturan pelaksanaannya.
1.3. Ruang Lingkup Pedoman
Pedoman ini memuat ketentuan umum muatan RTR KSP, ketentuan teknis muatan RTR KSP, dan prosedur penyusunan dan penetapan RTR KSP.
1.4. Istilah dan Definisi
a. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi, yang merupakan penjabaran dari RTRWN, dan yang berisi: tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi; rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola ruang wilayah provinsi; penetapan KSP; arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
b. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisiyang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
Kementerian Pekerjaan Umum 2 kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
c. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsiyang selanjutnya disingkat RTR KSP adalah rencana rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang memuat: tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang, serta pengelolaan kawasan.
d. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan budidaya.
e. Kawasan Strategis Provinsiselanjutnya disingkat KSP adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau Lingkungan.
f. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
g. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
h. Kawasan Perkotaan Besar adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) jiwa.
i. Kawasan koridor ekonomiadalahkawasan yang terdiri dari wilayah-wilayah target kebijakan, inisiatif pembangunan dan proyek infrastruktur yang bertujuan menciptakan dan memperkuat basis ekonomi yang terintegrasi dan kompetitif demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan
j. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
k. Kawasan Cepat Tumbuh adalah kawasan yang telah berkembang atau potensial untuk dikembangkan, yang memiliki keunggulangeografis,dan produk unggulan yang dapat menggerakan ekonomi wilayah sekitarnya yang mempunyai orientasi regional yang dicirikan oleh adanya aglomerasi kegiatan ekonomi dan sentra-sentra produksi/distribusi, adanya potensi sumber daya dan sektor unggulan yang dapat dikembangkan.
l. Warisan Budaya/Adat adalah kekayaan budaya (cultural capital) yang mempunyai nilai penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kerangka memupuk kepribadian masyarakat dan bangsa.
m. Kawasan Permukiman/ Komunitas Adat adalah kawasan permukiman yang masih memegang nilai-nilai adat dan budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu.
n. Kawasan Teknologi Tinggi adalah kawasan yang diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi, pengembanganantariksa, serta tenaga atom dan nuklir.
o. Kawasan Sumber Daya Alam adalah kawasan yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia berupa komponen biotik (hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) dan abiotik (minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah).
p. Kawasan Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakupsumber daya alam dan sumber daya buatan dan mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
q. Kawasan Rawan Bencanaadalah suatu kawasan yang memiliki ancaman atau gangguan baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam dan faktor sosial yang dapat menyebabkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kehilangan harta benda serta dampak psikologis.
r. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
s. Kawasan Kritis Lingkungan adalah kawasan yang berpotensi mengalami masalah dan berdampak kepada kerusakan lingkungan nasional dan global sebagai akibat (a) dampak kegiatan manusia yang berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam, (b) dampak proses kegiatan geologi dan perubahan ekosistem serta terjadinya bencana alam secara alami, dan (c) dampak kegiatan manusia dan perubahan alam yang sangat rentan dan mempunyai risiko tinggi.
t. Kawasan Perlindungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan.
u. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
v. Kawasan inti adalah kawasan kegiatan utama KSP baik yang batasnya telah ditetapkan ataupun yang masih belum/tidak ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
w. Kawasan penyangga adalah kawasan yang melingkupi kawasan inti dari KSP, yang mempunyai pengaruh langsung/tidak langsung terhadap kawasan inti maupun dipengaruhi secara langsung/tidak langsung oleh kawasan inti
x. Jalan arteri primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan secara berdayaguna antar-PKN, antara PKN dan PKW, dan/atau PKN dan/atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.
y. Jalan arteri sekunder adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti dan pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya.
z. Jalan kolektor primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan secara berdayaguna antar-PKW dan antara PKW dengan PKL.
aa. Jalan kolektor sekunder adalah kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. bb. Arahan peraturan zonasiadalah arahan penyusunan ketentuan umum peraturan
zonasi dan peraturan zonasi yang lebih detail, maupun bagi pemanfaatan ruang/penataan KSP termasuk zona sekitar jaringan prasarana wilayah provinsi. cc. Arahan perizinanadalah arahan-arahan yang disusun oleh pemerintah pusat, sebagai
dasar dalam menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota dimana KSP terletak, yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Kementerian Pekerjaan Umum 4 dd. Arahan insentif dan disinsentifadalah arahan yang diterapkan untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan arahan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
ee. Arahan sanksiadalah arahan untuk memberi sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran dalam pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.
ff. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasukmasyarakat hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingannonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
gg. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul ataskehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk bermitra danbergerak dalam menyelenggarakan penataan ruang.
1.5. Acuan Normatif
Pedoman ini disusun dengan memperhatikan antara lain: 1. Undang–Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi; 3. Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
4. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
5. Undang Undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 7. Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
9. Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
13. Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; 14. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 10 1993 tentang pelaksanaan UU No 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi; 23. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan
24. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata ruang Wilayah Nasional;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2009 tentang Reklamasi dan Rehabilitasi Hutan;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan; 30. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan; 31. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil
Terluar;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
33. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar;
34. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 35. Permen PU No 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya; 36. Permendagri No 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah; 37. Permendagri No 50 Tahun 2009 tentang Pembentukan BKPRD;
38. Permen PU No. 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi; 39. Permen PU Nomor 20/PRT/2011 tentang Pedoman RDTR Kawasan Perkotaan;
40. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); dan
41. Permen PU No. 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.
1.6. Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pedoman bidang penataan ruang saling terkait satu sama lain sehingga masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat komplementer. Secara diagramatis keterkaitan dimaksud ditunjukkan pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Kedudukan Pedoman terhadap Peraturan Perundang-Undangan UU No 26 /2007 tentang
Penataan Ruang PP No 15 / 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang
Permen PU No 16/2009 ttg Pedoman Penyusunan RTRW kabupaten Pedoman Penyusunan RTR KSK Permen PU No .15/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi Permen PU No 17/2009 ttg Pedoman Penyusunan RTRW Kota Pedoman Penyusunan RTR KSP Permen PU No. 20/2011 Pedoman Penyusunan RDTR
dan Peraturan Zonasi Permen PU No .15/2012 tentang Pedoman Penyusunan RTR KSN Pedoman -pedoman sektoral Menjadi dasar Menjadi masukan Menjadi masukan Menjadi masukan
Kementerian Pekerjaan Umum 6
1.7. Fungsi dan Manfaat Pedoman RTR KSP a. Fungsi
Fungsi pedoman penyusunan RTR KSP adalah sebagai:
1) acuan yang secara umum memberikan pengertian, wawasan aspek keruangan, dan koridor dalam upaya penyusunan RTR KSP; dan
2) acuan yang secara khusus memberikan prinsip-prinsip, konsep pendekatan, arahan muatan teknis, proses dan prosedur, serta dasar hukum yang melandasi penyusunan RTR KSP.
b. Manfaat
Manfaat pedoman penyusunan RTR KSP adalah untuk:
1) Memberikan panduan untuk mencapai standardisasi kualitas RTR KSP;
2) Memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan persoalan dan keragaman dari setiap KSP; dan
3) Membantu percepatan penyusunan RTR KSP.
1.8. Pengguna Pedoman
Pengguna pedoman meliputiseluruh pemangku kepentingan dalam penyusunan dan penetapan RTR KSP, khususnya instansi pemerintah daerah dan swasta yang akan menyusun RTR KSP dengan penetapan oleh pemerintah daerah serta masyarakat dalam rangka pemahaman pokok-pokok pengaturan RTR KSP.
BAB II
KETENTUAN UMUM MUATAN
RTR KSP
2.
2.1. Kedudukan RTR KSP
Kedudukan RTR KSP dalam sistem penataan ruang dan sistem perencanaan pembangunan nasional dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kedudukan RTRKSP dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
RTR KSP merupakan penjabaran RTRWProvinsi yang disusun sesuai tujuan penetapan masing-masing KSP berdasarkan nilai-nilai strategis yang menjadi kepentingan provinsi.Muatan RTR KSP ditentukan oleh nilai strategis yang menjadi kepentingan pemerintah provinsi. Kepentingan pemerintah provinsi dalam penyusunan dan penetapan RTR KSP harus menguatkan ketetapan yang telah dijabarkan di dalam RTRW provinsi. RTR KSP juga menjadi acuan teknis bagi instansi sektoral dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Kementerian Pekerjaan Umum 8
2.2. Fungsi dan Manfaat RTR KSP a. Fungsi
Fungsi RTR KSP yaitu sebagai:
1) alat koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada KSP yang diselenggarakan oleh seluruh pemangku kepentingan;
2) acuan dalam sinkronisasi program intra pemerintah provinsi maupun dengan pemerintah kabupaten/kota, serta masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan KSP;
3) dasar pengendalian pemanfaatan ruang KSP, termasuk acuan penentuan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten/kota dan dapat dijadikan dasar penerbitan perizinan sepanjang skala informasi RTR KSP setara dengan kedalaman RTRW yang seharusnya menjadi dasar perizinan dalam hal peraturan daerah (perda) tentang RTRW kabupaten/kota belum berlaku.
4) Acuan dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD.
5) Acuan lokasi investasi dalam KSP yang dilakukan pemerintah dan masyarakat. 6) Pedoman untuk penyusunan rencana program dan kegiatan sektoral.
7) Acuan dalam administrasi pertanahan.
b. Manfaat RTR KSP
Manfaat RTR KSP yaitu untuk:
1) mewujudkan keterpaduan antara dalam lingkup KSP;
2) mewujudkan keserasian pembangunan KSP dengan wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/kota di mana KSP berada; dan
3) menjamin terwujudnya tata ruang KSP yang berkualitas.
2.3. Isu Strategis Provinsi
Isu strategis provinsi merupakan hal-hal yang menjadi perhatian provinsi yang diwujudkan dalam bentuk penataan ruang kawasan strategis provinsi dalam rangka melindungi kepentingan provinsi di dalamnya.
Isu strategis provinsi dikelompokkan berdasarkan sudut kepentingan strategis yaitu 1) pertumbuhan ekonomi, 2) sosial dan budaya, 3) pendayagunaan sumber daya dan/atau teknologi tinggi, dan 4) fungsi dan daya dukung Lingkungan hidup.
Isu strategis provinsi dapat berupa isu-isu yang termuat di dalam RTRW Provinsi, antara lain meliputi:
a. Pertumbuhan Ekonomi:
1. Masih adanya ketimpangan perkembangan ekonomi kawasan di dalam provinsi yang disebabkan oleh perbedaan potensi wilayah dan keterbatasan prasarana dan sarana pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah.
2. Belum tersedianya prasarana dan sarana pendukung pengembangan ekonomi wilayah antara lain transportasi (jalan, angkutan sungai, laut, udara), sumber daya air (sumber air bersih dan irigasi), energi, dan telekomunikasi.
3. Belum optimalnya pengembangan sektor-sektor unggulan penunjang pengembangan ekonomi wilayah, yang ditandai dengan peningkatan produksi, produktifitas, dan nilai tambah produk unggulan di kawasan strategis berbasis ekonomi (pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pariwisata dan sebagainya).
4. Belum terbentuk interaksi ekonomi intra wilayahyang ditandai dengan keterkaitan aktivitas ekonomi hulu-hilir.
5. Masih adanya alih fungsi lahan ekonomi potensial, sehingga diperlukan kegiataan penataan ruang untuk menjaga kawasan-kawasan potensial.
6. Masih diperlukan pengembangan industri unggulan untuk mengolah komoditas unggulan menjadi produk-produk unggulan daerah.
7. Masih perlu usaha untuk mengatasi kemiskinan, terbatasnya modal dan investasi, rendahnya akses SDM terhadap pendidikan dan kesehatansehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.
b. Sosial dan Budaya
1. Keberadaan obyek sejarah sebagai catatan sejarah perlu pengamanan sebagai obyek pengembangan kebudayaan dan pariwisata daerah.
2. Keberadaan sebaran obyek pusaka budaya daerah yang perlu ditetapkan sebagai pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata.
3. Keberadaan suku asli yang masih kuat dengan nilai norma dan tradisi adat istiadatnya memerlukan pengamanan dan pelestarian untuk perlindungan sebagai bagian dari adat dan tradisi budaya bangsa.
c. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi
1. Belum tersedianyaalokasi ruang dan pengamanan ruang untuk kegiatan terkait penelitian-pemanfaatan-pengelolaan teknologi tinggiyang menjamin ruang tersebut berfungsi secara baik dalam jangka panjang, menjamin keselamatan masyarakat dan lingkungan hidup.
2. Belum dimilikinya penguasaan teknologi ramah lingkungan dan kebijakan alokasi ruang pendukung untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada, baik yang terbarukan (hasil bumi) maupun yang tidak terbarukan (hasil tambang dan mineral seperti minyak dan gas bumi, panas bumi, batubara, dsb).
3. Belum dipertimbangkannya aspek penataan ruang terkait kegiatan pada saat pemanfaatan SDAdan pasca pemanfaatan SDA yang diwujudkan pada penetapan infrastruktur pendukung, penetapan pusat-pusat pelayanan dan ketentuan zonasi serta upaya revitalisasi kawasan.
d. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
1. Pengendalian kegiatan ekonomi baik yang bersifat masif maupun kegiatan masyarakat adat/tradisional terhadap sumber daya alam yang di daratan maupun di pesisir pantai dan laut, yang dapat memberi tekanan pada kawasan-kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi serta ruang hidup flora dan fauna yang dilindungi.
2. Adanya kerusakan ekosistem baik di darat maupun laut yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi membutuhkan perlindungan yang menjamin keberlanjutan keberagaman flora dan fauna yang ada.
3. Menurunnya daya dukung lingkunganyang menyebabkan berbagai bentuk gangguan lingkungan terutama banjir, longsor, dan menurunnya kualitas air. 4. Tingginya laju konversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian
tergolong tinggi, dan mencegah praktik pembalakkan hutan secara liar dan pertambangan liar.
Kementerian Pekerjaan Umum 10 5. Pengendalian terhadap perkembangan permukiman di kawasan rawan bencana, pembangunan infrastruktur dan bangunan yang mampu meminimalisasi dampak bencana, dan memperhatikan kesiapan mitigasi bencana.
2.4. Tipologi KSP
Penyusunan RTR KSP didekati melalui tipologi KSP. Tipologi KSP bermanfaat untuk memastikan kebutuhan penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan kawasan dan untuk mengantisipasi keragaman KSP.
Pertimbangan penetapan KSP dalam tipologi didasarkan pada:
a. Sudut kepentingan berdasarkan UU no. 26/2007 tentang Penataan Ruang;
b. Kriteria kawasan strategis berdasarkan PP No. 15/ 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
c. Isu strategis provinsi di dalam RTRWProvinsi.
d. Kawasan strategis yang sudah ditetapkan dalam RTRW Provinsi.
Dalam menetapkan tipologi KSP dilakukan dengan mempertimbangkan KSP yang telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi dan kemungkinan ditetapkannya KSP lain. Maka, ditetapkan 12 (dua belas) tipologi sebagai berikut: kawasan perkotaan,kawasan koridor ekonomi, kawasan perdesaan, kawasan cepat tumbuh,kawasan cagar budaya/sejarah, kawasan permukiman/komunitas adat tertentu,kawasan teknologi tinggi,kawasan sumber daya alam,kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup darat, kawasan rawan bencana,kawasan kritis lingkungan, kawasan perlindungan pesisir dan pulau kecil.
Tipologi KSP sebagaimana dimaksud dijabarkan pada Tabel 2.1., kemudian karakteristik KSP berdasarkan tipologi dijabarkan pada Tabel 2.2 serta beberapa contoh jenis KSP yang ada di RTRW Provinsi dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.1Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan, Kriteria, dan Isu Strategis Provinsi SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA
ISU STRATEGIS PROVINSI
TIPOLOGI Pertumbuhan
Ekonomi
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; c. memiliki potensi ekspor;
d. memiliki dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; f. berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan; g. berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; h. dapat merupakan kawasan yang dapat
mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah provinsi
a. masih adanya ketimpangan perkembangan ekonomi wilayah. b. adanya perbedaan potensi wilayah dan keterbatasan prasarana dan
sarana pendukung pertumbuhan ekonomi wilayah. c. belum optimalnya pengembangan sektor-sektor unggulan
penunjang pengembangan ekonomi wilayah.
d. Belum terbentuk interaksi ekonomi intra wilayah yang ditandai dengan keterkaitan aktivitas ekonomi hulu-hilir.
e. Masih terjadi alih fungsi lahan ekonomi potensial.
f. Masih diperlukan pengembangan industri unggulan untuk mengolah komoditas unggulan menjadi produk-produk unggulan daerah. g. Masih adanya kemiskinan, terbatasnya modal dan investasi,
rendahnya akses SDM terhadap pendidikan dan kesehatan..
1. Tipologi Kawasan Perkotaan
Kriteria : a, b, c, d, e, Isu : b,c, d, e,f, g, k.
2. Tipologi Koridor Ekonomi Kriteria : a, b, c, d, e, g, h. Isu : a, b,c, d, e, f, g, k. 3. Tipologi Kawasan Perdesaan Kriteria :b,c, e,f, g, h. Isu : a, b, c, d, e, f, g, i, j, k,
4. Tipologi Kawasan Cepat Tumbuh
Kriteria : a, c, d, e, h Isu :c, d, e, f
Sosial dan Budaya a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
c. merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya;
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau
f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.;
a. Keberadaan obyek sejarah sebagai catatan sejarah perlu pengamanan.
b. Keberadaan sebaran obyek pusaka budaya daerah yang perlu ditetapkan sebagai pengembangan di bidang kebudayaan dan pariwisata.
c. Keberadaan suku asli yang masih kuat dengan nilai norma dan tradisi adat istiadatnya memerlukan pengamanan dan pelestarian untuk perlindungan sebagai bagian dari adat dan tradisi budaya bangsa.
5. Tipologi Kawasan Cagar Budaya/Sejarah
Kriteria : a,b, c, d,e Isu :a, b, 6. Tipologi Kawasan Permukiman/ Komunitas Adat Kriteria : a,b, c, d, e Isu :c. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi Tinggi
a. diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir; b. memiliki sumber daya alam strategis; c. memiliki fungsi sebagai pusat
pengendalian dan pengembangan antariksa;
a. Belum tersedianya alokasi ruang dan pengamanan ruang untuk kegiatan terkait penelitian-pemanfaatan-pengelolaan teknologi tinggi.
b. Belum dimilikinya penguasaan teknologi ramah lingkungan dan kebijakan alokasi ruang pendukung untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada.
c. Belum dipertimbangkannya aspek penataan ruang terkait kegiatan pada saat pemanfaatan SDA dan pasca pemanfaatan SDA.
7. Tipologi Kawasan Teknologi Tinggi Kriteria :a,c Isu : a
8. Tipologi Kawasan Sumber Daya Alam
Kriteria : a, b, Isu :b, c,
Kementerian Pekerjaan Umum 12
12 SUDUT
KEPENTINGAN KRITERIA
ISU STRATEGIS PROVINSI
TIPOLOGI d. memiliki fungsi sebagai pusat
pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
e. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis..
Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. memberikan perlindungan
keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas Lingkungan hidup;
f. merupakan kawasan rawan bencana alam; atau
g. merupakan kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
a. Pengendalian kegiatan ekonomi terhadap sumber daya alam yang di daratan maupun di pesisir pantai dan laut.
b. Adanya kerusakan ekosistem baik di darat maupun laut yang memiliki keanekaragaman hayati.
c. Menurunnya daya dukung lingkungan yang menyebabkan berbagai bentuk gangguan lingkungan terutama banjir, longsor, dan menurunnya kualitas air.
d. Tingginya laju konversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan dan pertaniandan mencegah praktik pembalakkan hutan secara liar dan pertambangan liar.
e. Pengendalian terhadap perkembangan permukiman di kawasan rawan bencana, pembangunan infrastruktur dan bangunan yang mampu meminimalisasi dampak bencana, dan memperhatikan kesiapan mitigasi bencana.
9. Kawasan Perlindungan dan pelestarian Lingkungan Hidup
Kriteria :a, b, c, d, e, g Isu : a, b, c, d, e
10. Tipologi Kawasan Rawan Bencana
Kriteria : f , g Isu : e
11. Tipologi Kawasan Kritis Lingkungan
Kriteria :a, b, c, d, e, f, g Isu : a, b, d, e
12. Tipologi Kawasan Perlindungan Pesisir dan Pulau Kecil
Kriteria :a, b, c, d, e, f,g Isu : a, b, d, e.
Tabel 2.2 Kriteria KSP Berdasarkan Tipologi
TIPOLOGI KRITERIA KSP
1. Kawasan Perkotaan a. dapat berbentuk kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten atau mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota; b. jumlah penduduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) jiwa;
c. dominasi fungsi kegiatan ekonomi berupa kegiatan jasa, perdagangan, dan industri dengan jangkauan pelayanan satu wilayah provinsi dan/atau antarprovinsi; dan
d. ketersediaan prasarana dan sarana dasar perkotaan paling sedikit kantor pemerintah kabupaten/kota, terminal/pelabuhan, kantor cabang perbankan, dan kawasan pertokoan..
2. Koridor Ekonomi a. potensi ekonomi yang beragam dan inklusif;
b. didukung kebijakan pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan kompetitif;
c. memiliki sistem jaringan transportasi darat, laut, dan udara;
3. Kawasan Perdesaan a. dapat berbentuk kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayahkabupaten atau mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah provinsi.
b. potensi kawasan produksi pertanian;
c. sistem jaringan prasarana pendukung kegiatan pertanian;
d. aglomerasi penduduk yang bermata pencaharian petani,nelayan, penambang rakyat, atau pengrajin kecil;
e. kegiatan utama pertanian dan pengelolaan sumber daya alamtermasuk perikanan tangkap;
f. tempat permukimanperdesaan termasuk kawasan transmigrasi, pelayanan jasapemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi; g. kerapatan sistem permukiman dan penduduk yang rendah;dan h. bentang alam berciri pola ruang pertanian dan lingkunganalami. 4. Kawasan Ekonomi
Cepat Tumbuh
a. potensi ketersediaan sumberdaya alam yang meliputi sektor dan produk-produk unggulan yang dapat diperbaharui, kesesuaian lahan, dan ketersedian pencadangan lahan bagi pengembangan investasi, khususnya dalam mendorong industri pengolahan di dalam negeri berbahan baku lokal sebagai potensi penggerak pengembangan perekonomian kawasan secara berkelanjutan;
b. potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang relatif memadai seperti jalan, jembatan, air bersih, listrik, bahan bakar, dan telekomunikasi; serta sarana penunjang, seperti alat angkutan/transportasi, gudang, pendingin (coldstorage), peralatan pengolahan dan distribusi, sesuai kebutuhan pengembangan bisnis sektor dan produk uggulan di kawasan; dan c. keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan, dan
pusat pertumbuhan dengan daerah tertinggal di sekitarnya dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi.
5. Kawasan Cagar Budaya/Sejarah
a. wilayah dimana terdapat benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;
b. wilayah dimana terdapat benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan; dan
c. merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan mempunyai pengaruh sangat penting yang dalam perlindungan budaya/sejarah di wilayah provinsi.
6. Kawasan Permukiman/ Komunitas Adat Tertentu
a. wilayah dimana terdapat permukiman/komunitas adat tertentu dimana terdapat kelompok permukiman tradisionil yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; atau
b. merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW dan mempunyai pengaruh sangat penting yang dalam perlindungan sejarah di wilayah provinsi.
7. Kawasan Teknologi Tinggi
a. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
c. memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; d. potensi pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan, transmisi,
distribusi dan penjualan tenaga listrik kepada konsumen; atau e. memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. 8. Kawasan Sumber a. potensi minyak dan gas bumi termasuk minyak dan gas bumi lepas
Kementerian Pekerjaan Umum 14 14
TIPOLOGI KRITERIA KSP
Daya Alam pantai;
b. potensi sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidakdapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi; atau
c. potensi pertambangan mineral dan batubara. 9. Kawasan
Perlindungan dan pelestarian Lingkungan Hidup
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas yang perlu dilindungi;
b. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;
c. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% (empat puluh persen);
d. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut;
e. ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa;
f. kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan; atau
g. merupakan kawasan yang mempunyai pengaruh sangat penting dalam perlindungan dan pelestarian lingkungan.
10. Kawasan rawan bencana
a. kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana; b. kawasan rawan bencana terdiri dari :
i. longsor, wilayah yang memiliki kerentanan gerakan tanah tinggi ii. zona patahan aktif, wilayah berada 250 m dari zona patahan aktif iii. tsunami, wilayah dengan elevasi rendah yang pernah atau berpotensi
tsunami
iv. letusan gunung berapi, wilayah sekitar kawah/kaldera, wilayah yang terkena aliran uap panas, lahar, guguran batu pijar dan gas beracun v. rawan gempa bumi, wilayah yang pernah atau berpotensi mengalami
gempa bumi dengan skala 7 – 12 MMI vi. bencana lainnya.
11. Kawasan Kritis Lingkungan
a. indikasi terganggunya konservasi/pelestarian keanekaragaman hayati (flora dan fauna);
b. indikasi terganggunya kesuburan tanah;
c. indikasi tergangnggunya fungsi hidrologi/geohidrologis dan hidroorologis; d. pemanfaatan ruang di bentang alam (topografi) yang sudah beresiko
tinggi bencana banjir dan longsor. 12. Kawasan
Perlindungan Pesisir dan Pulau Kecil
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas yang perlu dilindungi
b. Kawasan pesisir yang dilindungi yaitu :
i. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau ii. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
c. Pulau-pulau kecil, yaitu : suatu daratan yang pada saat pasang tertinggi tidak tertutupi air, dengan luas kurang dari 2.000 Km2
d. kawasan perlindungan pesisir dan pulau kecil, terdiri dari ; i. kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; ii. suaka margasatwa laut;
iii. cagar alam laut;
iv. kawasan pantai berhutan bakau; v. taman nasional laut;
Tabel 2.3Beberapa Jenis KSP dalam RTRW Provinsi
TIPOLOGI JENIS KSP DALAM RTRW PROVINSI
1. Kawasan Perkotaan a. kawasan kota dan sekitarnya
b. kawasan perkotaan (dapat terdiri dari beberapa kota) c. kawasan pusat pemerintahan
d. kawasan pusat perdagangan dan jasa skala regional
e. kawasan terpadu pusat bisnis, sosial budaya dan pariwisata skala regional
2. Koridor Ekonomi a. kawasan pengembangan ekonomi (meliputi beberapa kota dalam satu koridor jaringan jalan)
b. kawasan pegunungan (jajaran pegunungan yang memiliki potensi yang sama tetapi berada di wilayah administrasi yang berbeda, terutama berada di Papua)
c. kawasan kepulauan (meliputi beberapa wilayah administrasi yang memiliki potensi pertanian, kehutanan, dan industri pengolahan) d. koridor sungai (pengembangan potensi ekonomi sepanjang
sungai)
e. koridor pantai(pengembangan potensi ekonomi sepanjang pantai) 3. Kawasan Perdesaan a. kawasan pengembangan sektor unggulan pertanian
b. kawasan agroindustri c. kawasan agropolitan
d. kawasan kota terpadu mandiri (KTM) e. kawasan lahan pangan berkelanjutan
f. kawasan pertanian lahan basah dan beririgasi teknis 4. Kawasan Ekonomi Cepat
Tumbuh
a. kawasan strategis ekonomi/ ekonomi unggulan b. kawasan pengembangan pusat pertumbuhan c. kawasan industri skala besar
d. kawasan strategis pariwisata e. kawasan ekonomi khusus f. kawasan bandara g. kawasan pelabuhan
h. kawasan terpadu industri, pergudangan, peti kemas dan pelabuhan.
5. Kawasan Cagar Budaya/Sejarah a. museum b. cagar budaya c. kawasan kota tua d. kawasan wisata terpadu e. kawasan sosial budaya
f. kawasan untuk kegiatan keagamaan g. kawasan istana
6. Kawasan Permukiman/ Komunitas Adat Tertentu
a. kawasan perkampungan/ permukiman adat b. kawasan kesucian pura
7. Kawasan Teknologi Tinggi a. kawasan industri berteknologi tinggi b. kawasan kilang minyak/pembangkit listrik c. kawasan pertambangan mineral radio aktif d. kawasan pendidikan
8. Kawasan Sumber Daya Alam kawasan pertambangan
kawasan sumberdaya mineral & energi kawasan pembangkit tenaga listrik 9. Kawasan Perlindungan dan
pelestarian Lingkungan Hidup
a. kawasan danau
b. kawasan suaka margasatwa c. kawasan taman nasional
d. kawasan daerah aliran sungai (DAS) dan sekitarnya e. kawasan potensi cekungan air bawah tanah f. kawasan ekowisata pegunungan
g. kawasan hutan lindung
10. Kawasan rawan bencana a. kawasan penanggulangan banjir
b. kawasan rawan pangan dan rawan bencana c. kawasan rawan multi bencana
d. kawasan rawan bencana gunung berapi 11. Kawasan Kritis Lingkungan a. kawasan kritis DAS
b. kawasan kritis cekungan air tanah c. kawasan kritis di sekitar pelabuhan 12. Kawasan Perlindungan Pesisir
dan Pulau Kecil
a. kawasan pesisir pantai b. kawasan teluk
Kementerian Pekerjaan Umum 16 16
TIPOLOGI JENIS KSP DALAM RTRW PROVINSI
c. kawasan delta
d. kawasan pesisir dan laut e. kawasan pulau
f. konservasi laut
2.5. Ketentuan Umum Penentuan Muatan RTR KSP
Dasar penentuan muatan RTR KSP yaitu bahwa RTR KSPsebagai rencana rinci dari rencana tata ruang wilayah provinsi berisi : tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan KSP, serta konsep pengembangan KSP. Kemudian dengan tipologi KSP, maka diperlukan tahapan penyusunan dengan kerangka pikir muatan meliputi:
1) Bentuk
Penentuan bentuk KSP didasarkan pada KSP berbasis kawasan dan KSP berbasis objek strategis.
a) KSP berbasis kawasan dicirikan oleh keberadaan wilayah yang direncanakan relatif luas dalam satu kesatuan entitas kawasan fungsional, dapat meliputi satu atau lebih wilayah administrasi kabupaten/kota. Contoh KSP berbasis kawasan antara lain Kawasan Perkotaan Pagar Alam, Kawasan Koridor Ekonomi Banda Aceh-Meulaboh-Subulussalam, dan Kawasan Teluk Balikpapan (Sepaku-Penajam-Balikpapan). b) KSP berbasis objek strategis dicirikan oleh keberadaan objek strategis berkaitan
dengan fungsi strategis objek yang ditetapkan sebagai KSP. Contoh KSP berbasis objek strategis antara lain Majapahit Park di Kabupaten Mojokerto, Observatorium Bosscha di Bandung, dan Puspiptek di Kota Tangerang Selatan.
Gambar 2.2 Ilustrasi Bentuk KSP Berbasis Kawasan dan Obyek Strategis
2) Delineasi
Penentuan delineasi KSP dilakukan sesuai dengan karakteristik tipologi dan dilakukan dengan pertimbangan antara lain:
a) potensi perekonomian kawasan;
b) interaksi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat; c) potensi sumber daya alam kawasan;
d) kondisi daya dukung dan daya tampung fisik dasar; dan e) ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
3) Fokus penanganan
Penentuan fokus penanganan KSP dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang perlu diprioritaskan untuk mewujudkan fungsi kawasan berdasarkan nilai dan isu strategis kawasan sesuai dengan tipologi KSP.
Kementerian Pekerjaan Umum 18 18 Penentuan skala peta KSP disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan dalam
proses perencanaan RTRKSP dan penggunaan RTRKSP, serta kebutuhan muatan materi yang akan diatur di dalam RTR KSP tersebut.
5) Tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan
Penentuan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang KSP dilakukan dengan mempertimbangkan isu strategis dan fokus penanganan KSP.
6) Konsep pengembangan
Penentuan konsep pengembangan KSP sebagai arahan pengembangan struktur ruang dan pola ruang dilakukan dengan menetapkan arahan atau rencana struktur ruang, dan arahan atau rencana pola ruang sesuai dengan kedalaman muatan rencana yang diatur dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang KSP.
7) Arahan pemanfaatan ruang KSP
Penentuan arahan pemanfaatan ruang KSP dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan konsep pengembangan KSP yang dilaksanakan melalui penyusunan indikasi program utama 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (yang tahapan waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan tahapan waktu pelaksanaan RTRWP) beserta indikasi sumber pembiayaan.
8) Arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP
Penentuan arahan pengendalian pemanfaatan ruang KSP dilakukan dengan mempertimbangkan upaya yang diperlukan agar pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan RTR KSP.
9) Pengelolaan Kawasan
Penentuan pengelolaan KSP dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan penanganan kawasan sesuai dengan tipologi KSP.
Penentuan muatan RTR KSP untuk masing-masing tipologi KSP dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.2 berikut:
Gambar 2.3 Penentuan Muatan RTR KSP PENETAPAN TIPOLOGI Sudut Kepentingan (PP No 15/2010 pasal 46) Kriteria (PP No 15/2010 pasal 48, 49, 50, dan 51) Isu Strategis Provinsi Tipologi KSP
PENYUSUNAN KERANGKA MUATAN RTR KSP Identifikasi Bentuk Delineasi Penetapan Fokus Penanganan Penentuan Skala Peta PERUMUSAN MUATAN RTR KSP Arahan Pemanfaatan Ruang Konsep Pengembangan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan KSP di dalam RTRWP
Kementerian Pekerjaan Umum 20 Tabel 2.4Ketentuan Umum Muatan PedomanRTR KSP berdasarkan Tipologi
No Tipologi Bentuk KSP
Pertimbangan Delineasi Kawasan
Fokus penanganan Skala Peta
Muatan Rencana Tata Ruang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Konsep Pengembangan Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Kawasan Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang 1 Kawasan Perkotaan. ) berbasis kawasan Ditentukan berdasarkan sistem perkotaan dan keseimbangan ekologis difokuskan dalam rangka mewujudkan sinergi hubungan fungsional antara kawasan pusat pelayanan (PKW dan / PKL) dan kawasan perkotaan di sekitarnya (PPK dan/ PPL). Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Difokuskan pada - pengembangan kependudukan, - pengembangan perekonomian, - pengembangan struktur dan pola ruang. Difokuskan pada: - hubungan fungsional antara kawasan pusat pelayanan (PKW dan / PKL) dan kawasan perkotaan di sekitarnya (PPK dan/ PPL). - Pengemban gan prasarana utama dan prasarana lainnya Difokuskan pada pengaturan kawasan lindung danpengaturan kawasan budi daya sesuai dengan karakteristik kawasan,. Difokuskan pada perwujudan hubungan fungsional kawasan perkotaan sesuai dengan struktur dan pola ruang. Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, insentif disinsentif, dan sanksi. dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengelolaan kawasan perkotaan. 2 Kawasan Koridor Ekonomi berbasis kawasan Ditentukan berdasarkan keterkaitan spasial ekonomi dan prasarana dan sarana pendukungnya. . 1) Pengaturan kawasan ekonomi yang beragam dan inklusif.
2) Pengaturan sinergi pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan kompetitif; 3) Pengaturan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan udara; 4) Pengaturan pembangunan infrastruktur yang menekankan kerja sama pemerintah dengan swasta (KPS). Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. difokuskan pada - penetapan kegiatan ekonomi, - ketenagakerjaan - sistem prasarana, dan - perlindungan kawasan Difokuskan pada pelengkapan struktur ruang sesuai dengan fungsi kawasan yang terdiri dari hirarki sistem ekonomi dan prasarana pendukungnya .. Rencana pola ruang meliputi pengaturan zona kegiatan ekonomi, Difokuskan pada perwujudan struktur dan pola ruang fungsi kawasan ekonomi. Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, insentif disinsentif, dan sanksi dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani bidang ekonomi.
No Tipologi Bentuk KSP
Pertimbangan Delineasi Kawasan
Fokus penanganan Skala Peta
Muatan Rencana Tata Ruang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Konsep Pengembangan Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Kawasan Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang 3 Kawasan Perdesaan berbasis kawasan Sektor unggulan dan infrastruktur pendukung 1) Sistem pusat pelayanan 2) Perekonomian kawasan 3) Sistem jaringan prasarana utama 4) Sistem jaringan prasarana lainnya 5) Kawasan budi daya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. difokuskan pada - pengembangan sektor unggulan wilayah, - pengembangan sarana pendukung, dan - pengembangan sistem prasarana utama dan prasarana lainnya. difokuskan pada - hubungan sentra produksi, sistem pelayanan, dan pusat koleksi-distribusi, - jaringan prasarana. Difokuskan pada - Pengembangan pertanian tradisional, agroindustry, dan industry wisata & non-wisata. - pengembangan sentra ekonomi unggulan wilayah, meliputi: sentra produksi,sentra pengolahan,sentr a koleksi dan distribusi Difokuskan pada perwujudan fungsi pengembangan potensi ekonomi wilayah yang terpadu Difokuskan pada arahan zonasi struktur ruang, perizinan, dan insentif disinsentif dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani kawasan perdesaan, bidang pertanian, kehutanan, pariwisata.. 4 Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh berbasis kawasan Ditentukan berdasarkan potensi ekonomi kawasan dan prasarana dan sarana pendukungnya. 1) Pengaturan kawasan yang dibutuhkan untuk menunjang fungsi pelayanan infrastruktur. 2) Pengaturan kegiatan ekonomi di kawasan 3) Pengaturan sistem jaringan prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya. Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - Peningkatan fungsi kawasan, - sistem prasarana, dan - perlindungan kawasan Rencana struktur ruang mengikuti struktur ruang dalam RTRW provinsi. . Rencana pola ruang meliputi - pengaturan zona pada kawasan inti dan - pengaturan zona pada kawasan penyangga Difokuskan pada perwujudan fungsi kawasan sesuai dukungan infrastruktur. Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, insentif disinsentif, dan sanksi dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani bidang ekonomi. 5 Kawasan Warisan Budaya/Sejarah Berbasis kawasan/Ob jek strategis Ditentukan berdasarkan obyek budaya/ sejarah dan keterkaitan spasial dengan prasarana dan sarana penunjangnya. 1) Sistem pusat pelayanan (basis kawasan) 2) Sosial dan budaya 3) Sistem jaringan prasarana utama 4) Sistem jaringan prasarana lainnya 5) Kawasan lindung 6) Kawasan budi daya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - Perlindungan terhadap kawasan/objek warisan budaya, - Pengendalian dan pengembangan kawasan inti sesuai kearifan Rencana struktur ruang yang menekankan pada - sistem pusat pelayanan (untuk yang berbasis kawasan) dan - sistem Rencana pola ruang berupa - pengaturan zona pada kawasan inti dan - pengaturan zona pada kawasan penyangga. Difokuskan pada perwujudan kelestarian kawasan dan/atau objek budaya Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, dan insentif disinsentif. dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani bidang social budaya dan sejarah.
Kementerian Pekerjaan Umum 22
No Tipologi Bentuk KSP
Pertimbangan Delineasi Kawasan
Fokus penanganan Skala Peta
Muatan Rencana Tata Ruang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Konsep Pengembangan Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Kawasan Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang
lokal dan nilai-nilai warisan budaya, - Pengendalian dan pengembangan kawasan penyangga untuk melindungi kawasan inti jaringan prasarana (untuk yang berbasis kawasan dan berbasisoby ek strategis) 6 Kawasan Permukiman/ Komunitas Adat Berbasis kawasan/Ob jek strategis Ditentukan berdasarkan kawasan permukiman adat dan keterkaitan spasial dengan prasarana dan sarana penunjangnya. 1) Sistem pusat pelayanan (basis kawasan) 2) Sosial dan budaya 3) Sistem jaringan prasarana utama 4) Sistem jaringan prasarana lainnya 5) Kawasan penyangga. Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - Perlindungan terhadap kawasan/objekP ermukiman/ Komunitas Adat, - Pengendalian dan pengembangan kawasan inti sesuai kearifan lokal dan nilai-nilai warisan budaya, - Pengendalian dan pengembangan kawasan penyangga untuk melindungi kawasan inti Rencana struktur ruang yang menekankan pada - sistem pusat pelayanan (untuk yang berbasis kawasan) dan - sistem jaringan prasarana (untuk yang berbasis kawasan dan berbasis obyek strategis) Rencana pola ruang berupa - pengaturan zona pada kawasan inti dan - pengaturan zona pada kawasan penyangga. Difokuskan pada perwujudan kelestarian kawasan Permukiman/ Komunitas Adat Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, dan insentif disinsentif. dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani bidang social budaya dan sejarah. 7 Kawasan Teknologi Tinggi Berbasis obyek strategis kawasan ilmu pengetahuan dan teknologi dan, kawasan penyangga 1) Sistem jaringan prasarana utama 2) Sistem jaringan prasarana lainnya 3) Kawasan penyangga. Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - Perlindungan dan persyaratan teknis kawasan teknologi tinggi, - pengaturan Rencana struktur ruang berupa arahan spasial yang menekankan pada - penyediaan sistem jaringan Rencana pola ruang meliputi - pengaturan zona di kawasan penyangga untuk menjamin operasionalisa Difokuskan pada perwujudan fungsi kawasan dan/atau objek teknologi tinggi berfungsi secara maksimal Difokuskan pada arahan zonasi dan perizinan dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengembanga n kawasan, pengembanga n iptek..
No Tipologi Bentuk KSP
Pertimbangan Delineasi Kawasan
Fokus penanganan Skala Peta
Muatan Rencana Tata Ruang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Konsep Pengembangan Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Kawasan Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang kegiatan, dan dukungan prasarana kawasan, dan - pengendalianpe manfaatan ruang pada kawasan penyangga prasarana untuk opersionalis asi kawasan, - pengendalia n sistem jaringan prasarana pada kawasan penyangga dan - pengendalia n sistem pusat pelayanan pada kawasan penyangga si instalasi teknologi tinggi 8 Kawasan Sumber Daya Alam Berbasis kawasan kawasan SDA dan prasarana dan sarana penunjang dan kawasan penyangga 1) Sistem pusat pelayanan 2) Sistem jaringan prasarana utama 3) Sistem jaringan prasarana lainnya 4) Kawasan lindung 5) Kawasan budi daya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - pemanfaatan SDA, - pengelolaan Lingkungan, - pengaturan zonasi, - pengaturan kegiatan, - pengaturan sistem jaringan prasarana, dan - pengelolaan kawasan penyangga Rencana struktur ruang yang menekankan pada - sistem jaringan prasarana dan - sistem pusat pelayanan (saat pemanfaata n dan pasca pemanfaata n sumber daya alam) Rencana pola ruang meliputi - pengaturan keseimbangan ekosistem kawasan dan pemanfaatan sumber daya alam pada kawasan inti dan - pengaturan zona pada kawasan penyangga Difokuskan pada perwujudan fungsi keseimbangan kawasan ekosistem terkait pemanfaatan sumber daya alam Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, dan insentif disinsentif. dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengembanga n kawasan dan SDA.. 9 Kawasan Perlindungan dan pelestarian Lingkungan Hidup Berbasis kawasan kawasan inti berupa kawasan yang dilindungi/dilest arikan dan kawasan penyangga 1) Sistem pusat pelayanan 2) Sistem jaringan prasarana utama 3) Kawasan lindung 4) Kawasan budidaya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - pengelolaan Lingkungan, - pengaturan zonasi, Rencana struktur ruang berupa arahan spasial yang menekankan pada - pengendalia n Rencana pola ruang meliputi - pengaturan zona pada kawasan inti dan - pengaturan zona pada Difokuskan pada perwujudan fungsi Lingkungan kawasan yang lestari Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, insentif disinsentif, dan sanksi dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengembanga n kawasan, lingkungan hidup dan
Kementerian Pekerjaan Umum 24
No Tipologi Bentuk KSP
Pertimbangan Delineasi Kawasan
Fokus penanganan Skala Peta
Muatan Rencana Tata Ruang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Konsep Pengembangan Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Kawasan Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang - pengaturan kegiatan, - pengaturan sistem jaringan prasarana, dan - pengelolaan kawasan penyangga pembangun an sistem jaringan prasarana dan - pengendalia n sistem pusat pelayanan. kawasan penyangga sector terkait.. 10 Kawasan rawan bencana Berbasis kawasan Kawasan rawan bencana, kawasan evakuasi dan kawasan penyangga. 1) Sistem pusat pelayanan 2) Sistem jaringan prasarana utama 3) Sistem jaringan prasarana lainnya 4) Kawasan lindung 5) Kawasan budi daya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi difokuskan pada - penetapan kegiatan dalam upaya mitigasi dan adaptasi bencana, - pengaturan sistem evakuasi, dan - pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana Rencana struktur ruang yang menekankan pada sistem evakuasi bencana Rencana pola ruang meliputi - pengaturan zona pada KRB, dan - pengaturan zona pada kawasan evakuasi Difokuskan pada perwujudan sistem evakuasi Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, dan insentif disinsentif. dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengembanga n kawasan dan sector-sektor terkait. 11 Kawasan Kritis Lingkungan Berbasis kawasan DAS, kawasan penyangga 1) Sistem pusat pelayanan 2) Sistem jaringan prasarana utama 3) Sistem jaringan prasarana lainnya 4) Kawasan lindung 5) Kawasan budi daya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi yang difokuskan pada - pengelolaan Lingkungan, - pengendalian sistem pusat pelayanan, - pengendalian sistem jaringan prasarana, - pengaturan fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana struktur ruang berupa arahan spasial yang menekankan pada - pengendalia n pembangun an sistem jaringan prasarana dan - pengendalia n pembangun an sistem pusat pelayanan Rencana pola ruang meliputi - pengaturan komposisi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang menjamin keserasian kemampuan dan pemanfaatan Difokuskan pada perwujudan fungsi keserasian kemampuan dan pemanfaatan unsur dalam alam secara timbal balik Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, dan insentif disinsentif dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengembanga n kawasan dan sector terkait.
No Tipologi Bentuk KSP
Pertimbangan Delineasi Kawasan
Fokus penanganan Skala Peta
Muatan Rencana Tata Ruang Tujuan, Kebijakan dan Strategi Konsep Pengembangan Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pengelolaan Kawasan Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang 12 Kawasan Perlindungan Pesisir dan Pulau Kecil Berbasis kawasan kawasan ekosistem, kawasan penyangga 1) Sistem pusat pelayanan 2) Sistem jaringan prasarana utama 3) Sistem jaringan prasarana lainnya 4) Kawasan lindung 5) Kawasan budi daya Menggunak an skala sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Perumusan tujuan, kebijakan, dan strategi yang difokuskan pada - pengelolaan Lingkungan, - pengendalian sistem pusat pelayanan, - pengendalian sistem jaringan prasarana, - pengaturan fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana struktur ruang berupa arahan spasial yang menekankan pada - pengendalia n pembangun an sistem jaringan prasarana dan - pengendalia n pembangun an sistem pusat pelayanan Rencana pola ruang meliputi - pengaturan komposisi kawasan lindung dan kawasan budi daya yang menjamin keserasian kemampuan dan pemanfaatan Difokuskan pada perwujudan fungsi keserasian kemampuan dan pemanfaatan unsur dalam alam secara timbal balik Difokuskan pada arahan zonasi, perizinan, dan insentif disinsentif dilakukan oleh dinas/lembaga daerah yang menangani pengembanga n kawasan dan sektor terkait..
Kementerian Pekerjaan Umum 26 26
BAB III
KETENTUAN TEKNIS MUATAN RTRKSP
3.3.1. Delineasi KSP
Delineasi merupakan batas yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang digunakan sebagai batas wilayah perencanaan RTR KSP. Kriteria tertentu yang dimaksud disesuaikan dengan tipologi KSP.
Delineasi KSP mencakup kawasan yang mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga atau yang tidak mempunyai kawasan inti dan kawasan penyangga yang penetapannya didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau ketentuan teknis sektoral.
Pertimbangan dalam penentuan delineasi untuk masing-masing tipologi diuraikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1Delineasi KSP
TIPOLOGI PERTIMBANGAN PENENTUAN BATAS WILAYAH PERENCANAAN
(DELINEASI) 1.1. Kawasan
Perkotaan
1) Keterkaitan fungsional sosial-ekonomi dan budaya antara kawasan perkotaan (PKW, PKL, PPK, PPL);
2) Perkembangan area terbangun;
3) Pergerakan masyarakat antar kawasan perkotaan; 4) Faktor keseimbangan ekologis dan sumber daya air; 5) Ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.2. Koridor Ekonomi 1) Mempertimbangkan kebijakan pengembangan daerah, 2) Keterkaitan spasial ekonomi dan transportasi daerah. 3) Memperhitungkan pusat ekonomi dan jalur koridor. 1.3. Kawasan
Perdesaan
1) Sebaran sentra produksi, sentra pengolahan, fasilitas koleksi dan distribusi, dan sistem pusat pelayanan;
2) Aksesibilitas sentra produksi, sentra pengolahan, fasilitas koleksi dan distribusi, dan sistem pusat pelayanan;
1.4. Kawasan Ekonomi Cepat Tumbuh
1) Potensi kawasan yang terdiri dari:
a. sumberdaya alam sektor dan produk unggulan yang terfokus sebagai penggerak perekonomian;
b. sumberdaya manusia dan kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan pengembangan kawasan dan pengelolaan pengembangan bisnis; dan c. sumberdaya prasarana dan sarana pendukung pengembangan bisnis
sektor dan produk unggulan.
2) Ketentuan teknis terkait pengembangan infrastruktur. 1.5. Kawasan Cagar
Budaya/Sejarah
1) Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan/atau kawasan penyangga dalam rangka pengelolaan perlindungan dan pelestarian cagar budaya/sejarah; a) Kawasan inti merupakansitus cagar budaya/sejarah;
b) kawasan penyangga merupakankawasan dengan radius tertentu dari batas kawasan inti yang memiliki fungsi melindungi kawasan inti yang dimaksud;
2) Ketentuan peraturan perundang-undangan. 1.6. Kawasan
Permukiman/ Komunitas Adat Tertentu
1) Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan/atau kawasan penyangga dalam rangka pengelolaan perlindungan dan pelestarian obyek/kawasan warisan budaya;
a) Kawasan inti merupakankawasan dengan batas tertentu sebagai objek/kawasan warisan budaya atau adat tertentu;
b) kawasan penyangga merupakankawasan dengan radius tertentu dari batas kawasan inti yang memiliki fungsi melindungi kawasan inti yang dimaksud;
2) Ketentuan peraturan perundang-undangan. 1.7. Kawasan Teknologi
Tinggi
1) Keterkaitan kegiatan di kawasan inti dan kawasan penyangga dalam rangka melindungi objek vital teknologi tinggi;
a) kawasan inti merupakan kawasan dengan batas tertentu sebagai wilayah instalasi teknologi tinggi dan kegiatan-kegiatan pendukung; b) kawasan penyangga merupakan kawasan dengan radius tertentu dari
batas kawasan inti yang berpotensi mempengaruhi kawasan inti atau sebaliknya sebagai kawasan yang berpotensi dipengaruhi oleh kawasan inti;