• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA GUNUNGSITOLI - DOCRPIJM 8795bb0949 BAB VBAB 5 OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA GUNUNGSITOLI - DOCRPIJM 8795bb0949 BAB VBAB 5 OK"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 1 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

BAB 5

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KOTA GUNUNGSITOLI

5.1. Arahan RTRW Kota Gunungsitoli

5.1.1. Kawasan Strategis Kota Gunungsitoli

Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa Kawasan Strategis adalah kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam undang-undang tersebut, kawasan strategis dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ruang lingkup dan kewenangannya yaitu kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi dan kawasan strategis kabupaten/kota. Berdasarkan UU no. 26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 30 mendefinisikan kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

1. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

2. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, antara lain, adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer.

3. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas.

4. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.

(2)

6. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain, adalah kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia.

5.1.2. Kawasan Strategis Ekonomi

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, pasal 5 ayat 5, tentang penataan ruang yang termasuk kedalam kawasan strategis salah satunya dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis ini memiliki kriteria-kriteria antara lain :

1. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

2. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

3. Potensi ekspor;

4. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

5. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

6. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

7. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;

8. Sumber daya alam yang strategis untuk kepentingan pembangunan wilayah;

9. Pengaruh yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal didalam wilayah perencanaan.

Dari kriteria-kriteria tersebut diatas, Kota Gunungsitoli memiliki potensi dalam sektor perikanan laut yang besar, sektor perkebunan (kelapa, karet, coklat/kakao) dan sektor pariwisata (budaya dan bahari), sedangkan Potensi komoditi unggulan pada sektor pertanian tanaman pangan adalah ketela rambat, bayam dan kangkung. Sehingga perlu dilakukan penataan dengan pengelolaan dengan baik agar dapat memberikan nilai ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan khusunya masyarakat Kota Gunungsitoli.

5.1.3. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya

Kawasan strategis ini memiliki kriteria antara lain :

1. Tempat pelestarian dan pengembangan adat-istiadat atau budaya;

2. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

3. Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

4. Tempat perlindungan peninggalan budaya;

5. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

(3)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 3 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

7. Hasil karya cipta budaya masyarakat setempat yang dapat menunjukkan jati diri maupun penanda (vocal point, landmark) budaya lokal;

8. Dan lainnya sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah.

Dari kriteria-kriteria tersebut diatas, sampai dengan saat ini kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan belum diarahkan di Kota Gunungsitoli.

5.1.4. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya Alam (SDA) Dan/Atau Teknologi Tinggi

Kawasan strategis ini memiliki kriteria antara lain :

1. Kawasan yang diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

2. Memiliki sumber daya alam strategis;

3. Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

4. Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;

5. Memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

Dari kriteria-kriteria tersebut diatas, sampai dengan saat ini kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam (sda) dan/atau teknologi tinggi masih belum diarahkan di Kota Gunungsitoli.

5.1.5. Kawasan Strategis Lingkungan

Kawasan strategis ini memiliki kriteria antara lain :

1. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

2. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan atau dilestarikan;

3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup;

6. Kawasan rawan bencana alam;

7. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

(4)

5.1.6. Kawasan Strategis Lainnya Yang Ditetapkan Oleh Kota Sesuai Dengan Kepentingan Pembangunan Keruangan.

a. Kebijakan Nasional dan Provinsi Sumatera Utara

Kebijakan strategis dapat ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah. Pada tingkat nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional, di Kota Gunungsitoli belum ditetapkannya adanya kawasan strategis nasional. Di tingkat provinsi sumatera utara, Kota Gunungsitoli temasuk didalam kawasan strategis kepulauan Nias yang lokasinya tidak ditetapkan secara spesifik.

b. Kawasan Strategis Kota Gunungsitoli

Kawasan strategis Kota Gunungsitoli yang diusulkan berdasarkan potensi, antara lain :

1. Kawasan Strategis Ekonomi, meliputi:

 Kawasan pertumbuhan perekonomian di wilayah Nazalou Lolowua, Teluk Belukar, Olora, Tuhegeo I, Ilir, Pasar Gunungsitoli, Saombo;

 Kawasan pengembangan industri di wilayah Teluk Belukar, Olora

 Kawasan pariwisata bahari di Teluk Belukar, Afia, Pasar Gunungsitoli, Turendra, Fowa dan pendukung pariwisata berupa perhotelan dan sarana prasarana tempat hiburan di wilayah PPK; dan

 Kawasan pengembangan pendidikan di wilayah Gunungsitoli dan Gunungsitoli Idanoi.

2. Kawasan strategis sosial dan budaya meliputi:

 kawasan budaya/rumah adat;

 kawasan situs batu megalith;dan

 kawasan tempat bersejarah.

3. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi : daerah Rawan Bencana Tsunami yang ditetapkan disepanjang pesisir pantai Kota Gunungsitoli.

(5)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 5 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

(6)

5.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang

5.2.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kota Gunungsitoli merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Sesuai dengan hasil perumusan potensi dan masalah, strategi pengembangan wilayah dan rencana struktur tata ruang wilayah Kota Gunungsitoli, maka secara umum prinsip-prinsip dasar penyusunan arahan pola pemanfaatan ruang Kota Gunungsitoli adalah sebagai berikut :

1. Menyeimbangkan pertumbuhan antara wilayah bagian selatan dan bagian utara;

2. Memanfaatkan potensi eksisting dengan optimal;

3. Mengeliminir masalah penyimpangan pemanfaatan ruang (tidak sesuai dengan NSPM) dan masalah kegiatan yang merusak lingkungan;

4. Membantu pemecahan masalah keterbatasan ruang di wilayah kepulauan nias dan ikut mendorong kab/kota di kepulauan nias sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;

5. Keterpaduan pemanfaatan ruang dan sistem sarana dan prasarana wilayah.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka pengertian rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan budidaya). Adapun tujuan pengembangan rencana pola ruang adalah :

1. Pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lingkungan;

2. Tersedianya lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja;

3. Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan;

4. Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting;

(7)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 7 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

(8)

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut diatas arahan pola ruang Kota Gunungsitoli dan memperhatikan Kebijaksanaan Pembangunan yang telah ditetapkan, daya dukung lahan serta kecenderungan perkembangan wilayah secara keseluruhan, maka konsep yang dinilai tepat untuk pola pemanfaatan ruang wilayah Kota Gunungsitoli adalah Konsep Sentra Pertanian (Agropolitan) yang dikombinasikan dengan Konsep Sentra Perikanan (Minapolitan). Pada konsep ini, masing-masing dari Pusat Pengembangan Wilayah yang direncanakan diasumsikan dikelilingi oleh kawasan pertanian (tanaman pangan dan perkebunan) atau oleh kawasan perikanan (budidaya dan perikanan tangkap).

5.2.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Gunungsitoli secara umum bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan lindung lainnya, serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana. Sasarannya adalah untuk:

 Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai budaya dan sejarah bangsa;

 Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam. Jenis pemanfaatan ruang kawasan lindung yang terdapat di Kota Gunungsitoli terdiri dari (Peta 5.2):

1. Kawasan Hutan Lindung;

2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, seperti kawasan bergambut/mangrove, resapan air;

3. Kawasan Perlindungan Setempat, antara lain meliputi : kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sempadan mata air;

4. Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH), yang meliputi taman RT, taman RW, taman kota, dan pemakaman;

5. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya;

6. Kawasan Rawan Bencana Alam, seperti bencana longsor, gempa, tsunami, dan banjir;

5.2.2.1. Kawasan Hutan Lindung

(9)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 9 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

mengacu kepada Kepmenhut No. 44 tahun 2005 dan usulan revisi kawasan hutan. Berdasarkan rencana tersebut maka Kawasan Hutan Lindung yang ada di Kota Gunungsitoli terdapat meliputi :

1. Sebagian kawasan Desa Hilimbowo Idanoi, Tuhegeo II, Ombolata, Onowaembo, Awa’ai di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;

2. Sebagian kawasan Desa Lololakha, Sihare’o I, Sisobahili II Tanase’o, Onozitoli Tabaloho di Kecamatan Gunungsitoli Selatan;

3. Sebagian kawasan Desa Gada, Ononamolo II Lot, Orahili Tumori, Hilinakhe, Onozikho di Kecamatan Gunungsitoli Barat;

4. Sebagian kawasan Desa Hambawa di Kecamatan Gunungsitoli Utara;

5. Sebagian kawasan Desa Nazalou Lolowua di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa;dan 6. Sebagian kawasan Desa Simandraolo di Kecamatan Gunungsitoli.

Dalam rangka menjaga kawasan lindung agar tetap dilestarikan, rencana perwujudan kawasan hutan lindungnya, meliputi:

1. Pencegahan alih fungsi kawasan hutan lindung;dan 2. Pengaturan pemanfaatan kawasan hutan lindung.

5.2.2.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

Rencana kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kota Gunungsitoli adalah kawasan bergambut/mangrove dan kawasan resapan air.

a.

Kawasan Bergambut/Mangrove

Pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi member perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kawasan pantai berhutan bakau yang terdapat di Kota Gunungsitoli terdapat di Kecamatan Gunungsitoli Utara, tepatnya di desa Teluk Belukar dengan luas ± 335 Ha.

b.

Resapan Air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air yang ada di Kota Gunungsitoli terdapat seluas ± 928 Ha, yang pada umumnya terdapat menyebar pada bagian Barat wilayah kota, seperti :

1. Sebagian Desa Teluk Belukar dan Desa Tetehosi Afia di Kecamatan Gunungsitoli Utara; 2. Sebagian Desa Madolaoli di Kecamatan Gunungsitoli;

(10)

c.

Kawasan Sepadan Pantai

Sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Sempadan pantai penting untuk dikembangkan dimana tujuan pengembangan sempadan pantai adalah untuk melindungi kondisi fisik pantai dan mengurangi tingkat abrasi pantai serta sebagai kawasan penyangga (sabuk pohon) dari terjangan gelombang air laut. Adapun penentuan garis sempadan pantai ditetapkan sebesar 100 kali beda tinggi pasang surut atau 100 meter dari titik pasang tertinggi. Kawasan sempadan pantai yang terdapat di Kota Gunungsitoli terdapat pada kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan dan Kecamatan Gunungsitoli idanoi dengan luas ± 384 Ha. Kawasan sepadan pantai tersebut meliputi :

1. Desa Teluk Belukar, Afia, Olora di Kecamatan Gunungsitoli Utara;

2. Desa Bawodesolo, Sisahahili Gamo, Moawo, Saewe, Ombolata Ulu, Sifalaete, Miga, Saombo, Pasar Gunungsitoli, Ilir di Kecamatan Gunungsitoli;

3. Desa Fodo, Luaha Laraga, Ononamolo I Lot Kecamatan Gunungsitoli Selatan;dan 4. Desa Bawodesolo, Hilimbawodesolo, Dahana, Tuhegeo I, Simanaere, Humene,

Siwalubanua II, Fowa, Idano Tae, Binaka Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.

d.

Kawasan Sempadan Sungai

Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan budiday yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:

1. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

2. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:

• Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

• Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

• Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

(11)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 11 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

4. Untuk daerah Kota daerah aliran sungai di Kota Gunungsitoli direncanakan akan dilakukan pengendalian berupa membatasan pembangunan yang mengarah ke bibir sungai. Hal ini berguna untuk mencega banjir dan sedimentasi di sekitar sungai.

Tabel 5.1. Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai

e.

Kawasan Sempadan Mata Air

Kawasan sekitar mata air, didefinisikan sebagai kawasan disekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.Kawasan sempadan mata air ditetapkan sebesar radius 50 meter. Kawasan sempadan mata air yang terdapat di Kota Gunungsitoli diarahkan pada kawasan mata air yang dijadikan sebagai sumber air minum untuk PDAM maupun mata air yang merupakan sumber mata air non perpipaan, yaitu:

1. Sumber mata air binaka di Desa Tuhegeo I;

2. Sumber mata air kalimbungo di Desa Sisobahili Tabaloho;

3. Sumber mata air moawo di Desa Moawo; d. Sumber mata air tumori di Desa Tumori; e. Sumber mata air lasara di Desa Lasara;

4. Sumber mata air idanoi di Desa Ononamolo I Lot;

5. Sumber mata air di Desa Tetehosi Afia, Hambawa, Lasara Sowu, Kecamatan Gunungsitoli Utara;

6. Sumber mata air di Desa Orahili Tumori, Kecamatan Gunungsitoli Barat;

7. Sumber mata air di Desa Onozitoli Sifaoroasi, Tuhemberua Ulu, Kecamatan Gunungsitoli;

(12)

9. Sumber mata air di Desa Ombolata, Faekhu, Lolofaoso, Luaha Laraga, dan Onozitoli Tabaloho, Kecamatan Gunungsitoli Selatan;

10. Sumber mata air di Desa Humene dan Fadoro, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;

11. Sumber mata air Ziwali di Desa Faekhu Kecamatan Gunungsitoli Selatan;dan Sumber mata air di Hela Desa Teluk Belukar Kecamatan Gunungsitoli Utara.

5.2.3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya merupakan kawasan pelestarian bangunan fisik serta pelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis dan budaya Kota Gunungsitoli. Kriteria pengelolaan Kawasan Cagar Budaya :

1. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan situs yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan benda-benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

3. Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; 4. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab

pemerintah/pemerintah daerah;

5. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau memindahkanm benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya;

6. Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan mempertahankan bentuk asli bangunan.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan yang dapat dikembangkan di Kota Gunungsitoli meliputi :

1. Perkampungan Tradisional di Desa Onowaembo Idanoi, Desa Sifalaete Tab, Desa Lololakha, Desa Tumori, Desa Sihare’o Siwahili;

2. Museum Pusaka Nias di Kelurahan Saombo;dan 3. Situs batu Megalith Desa Onozitoli Tabaloho, Batu

Megalith “Fondrako si Tolu Tua” di Desa Dahadano Gawu-Gawu;

(13)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 13 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Rencana pengelolaan bangunan bersejarah direkomendasikan untuk tetap memfungsikan kondisi awal bangunan tersebut. Namun perlu ditetapkan peraturan bangunan untuk tidak merubah kondisi arsitekur bangunan dan untuk selalu melakukan pemeliharaan agar kondisi bangunan tidak rusak.

5.2.4. Kawasan Rawan Bencana

Pola ruang kawasan merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu kawasan yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Berdasarkan tingkat kerawanan bencana, maka pola ruang kawasan rawan bencana dapat diperuntukan untuk fungsi lindung dan atau fungsi budi daya. Analisa penentuan pola ruang, struktur ruang, pemanfaatan dan pengendalian ruang kawasan rawan bencana gempabumi dan longsor Kota Gunungsitoli mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007.

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Penentuan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan metode skoring terhadap informasi geologi. Caranya dengan membobot parameter geologi yang berperan dalam penentuan masing-masing kawasan rawan bencana alam geologi dan mengalikan dengan nilai kemampuan dari masing-masing parameter geologi sesuai situasi kondisi wilayahnya. Dengan metode skoring tersebut akan diperoleh tingkat kerawanan maing bencana sesuai dengan aspek fisik atau kondisi geologi masing-masing. Tingkat kerawaan bencana menyatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya kemungkinan suatu kawasan dapat mengalami bencana, serta besarnya korban dan kerugian bila terjadi bencana, dimana pengukurannya berdasarkan kondisi fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia.

a.

Kawasan Rawan Bencana Longsor

(14)

Tabel. 5.2. Pembobotan Informasi Geologi Untuk Kawasan Rawan Bencana Longsor

Secarah alamiah kawasan ini terutama dikontrol oleh batuan yang secara stratigrafi terjadi perselingan antara batulempung dengan batupasir dari Formasi Lolomatua (Tml) yang menyebar dengan kemiringan dominan antara 25 % - 40 % dan setempat dengan kemiringan > 40 %. Pada kawasan tersebut terdapat curah hujan yang tergolong tinggi (3000 – 3500 mm/thn) dan dapat menimbulkan longsor. Kawasan lainnya berada disekitar jalur patahan yang merupakan bidang lemah. Pada saat musim hujan batu lempung (dengan morfologi bergelombang-terjal) mampu menyerap air namun tidak mampu meluluskan air (sifat impermeabel), sehingga beban atau volumenya semakin meningkat mengganggu keseimbangan lereng dan pada akhirnya terjadi longsoran terutama di tebing-tebing jalan atau sungai. Proses pelapukan batuan menjadi tanah dengan ketebalan yang signifikan yang juga dipicu curah hujan yang tinggi juga memudahkan terjadi longsoran terutama bila berada pada kawasan yang memiliki kemiringan signifikan.

Seperti hanya kawasan kerawanan tinggi, kawasan ini juga masih dikontrol kondisi stratigrafi batuan sedimen dari Formasi Lolomatua (Tml), namun sebarannya membentuk kemiringan yang lebih rendah atau dominan kemiringan 15 % - 25 % dan dengan curah hujan yang tergolong sedang untuk memicu terjadinya longsor (2500 – 3000 mm/thn).

(15)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 15 RENCANA TERPADU PROGRA

Kota Gunungsitoli

atau dominan bermorfologi dataran – miring dengan curah hujan sedang (2500-3000 mm/thn) hingga akan sangat jarang atau tidak terjadi longsoran.

Berdasarkan hal tersebut, maka pola ruang untuk kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung terbatas. Kawasan rawan bencana longsor yang ada di Kota Gunungsioli meliptuti :

1. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; 2. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara; 3. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; 4. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; 5. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan 6. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli

b.

Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

Parameter geologi yang digunakan dalam penentuan kawasan rawan bencana gempabumi adalah sifat fisik batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan Tabel 5.3. Terdapat dua tingkat kerawanan bencana gempabumi, yaitu

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 15 OGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

atau dominan bermorfologi dataran – miring dengan curah hujan sedang (2500-3000 mm/thn) hingga akan sangat jarang atau tidak terjadi longsoran.

Berdasarkan hal tersebut, maka pola ruang untuk kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung terbatas. Kawasan rawan bencana longsor yang ada di Kota Gunungsioli meliptuti :

1. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; 2. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara; 3. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; 4. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; 5. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan 6. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli

b.

Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

Parameter geologi yang digunakan dalam penentuan kawasan rawan bencana gempabumi adalah sifat fisik batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan Tabel 5.3. Terdapat dua tingkat kerawanan bencana gempabumi, yaitu

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 15 H

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

atau dominan bermorfologi dataran – miring dengan curah hujan sedang (2500-3000 mm/thn) hingga akan sangat jarang atau tidak terjadi longsoran.

Berdasarkan hal tersebut, maka pola ruang untuk kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung terbatas. Kawasan rawan bencana longsor yang ada di Kota Gunungsioli meliptuti :

1. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; 2. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara; 3. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; 4. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; 5. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan 6. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli

b.

Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

(16)

kawasan rawan bencana gempa tingkat kerawanan tinggi dan tingkat kerawanan sedang (lihat peta kawasan rawan bencana gempa, Peta 5.4). Data kegempaan yang digunakan dalam menganalisa tingkat kerawanan bencana gempa adalah data keterjadian gempa selama sepuluh tahun (2000-2009).

Tabel. 5.3. Pembobotan Informasi Geologi Untuk Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

Komponen Klas Komponen Nilai

Kemampuan

Bobot Skor

Batuan 1. Kode : Qa, QTg 5

5

25

2. Kode : Tml, TmPg, 4 20

3. Kode : Tomm 1 5

Struktur 1. < 100 m 5

4

20

2. 100 - 500 m 3 12

3. > 500 m 1 4

Kegempaan 1. Intensitas tinggi 5

5

25

2. Intensitas sedang 4 20

3. Intensitas rendah 3 15

4. Intensitas sangat rendah 1 5

Kemiringan lereng 1. Kemiringan 0 % – 8 % 1

5

5

2. Kemiringan 8 % -25 % 2 10

3. Kemiringan 25 % - 40 % 3 15

4. Kemiringan > 40 % 4 20

(17)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 17 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Gambar 5.4 Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi Kota Gunungsitoli

c.

Kawasan Rawan Bencana Tsunami

(18)

Gambar 5.5 Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami Kota Gunungsitoli

d.

Banjir

(19)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 19 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

banjir berada di daerah Kecamatan Gunungsitoli dan Kecamatan Gunungsitoli Utara. Khususnya daerah Gunungsitoli sering terkena banjir akibat meluapnya Sungai Nou Daerah yang sering terkena banjir ini di Kota Gunungsitoli meliputi :

a. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; b. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; c. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan d. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Dari uraian ketiga kawasan rawan bencana yang ada di Kota Gunungsitoli, dapat disimpulkan bahwa pola ruang untuk semua kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanannya tergolong tinggi difungsikan sebagai kawasan lindung.Sedangkan yang memiliki tingkat kerawanan sedang dan rendah difungsikan sebagai kawasan budi daya.

Tabel. 5.4. Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana Kota Gunungsitoli Kawasan Rawan Sedang Kawasan fungsi budi daya

Tsunami Tinggi Kawasa fungsi lindung

Sedang

Kawasan fungsi budi daya

Rendah

(20)

e.

Rencana Mitigasi

Tindakan mitigasi dapat dilakukan dengan melakukan tata ruang yang berwawasan kebencanaan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya bencana, terutama untuk bencana longsor dan banjir atau meminimalisasi dampak bencana guna mengurangi jatuhnya korban pada bencana gempa bumi dan tsunami yang memang tidak dapat dicegah.Secara umum rencana mitigasi bencana yang dapat dilakukan di Kota Gunungsitoli adalah dengan menjadikan kawasan-kawasan yang rawan terhadap bencana menjadi kawasan lindung, namun kawasan tersebut masih dapat digunakan sebagai kawasan budidaya dan semaksimal mungkin tidak dijadikan kawasan pemukiman.

f.

Rencana Mitigasi Bencana Gempabumi dan Tsunami

Unsur-unsur tata ruang di wilayah yang berpotensi terkena bencana gempa dan tsunami meliputi : (1) bangunan penyelamatan; (2) jalur penyelamatan; (3) sabuk pohon; (4) sistem peringatan dini; dan (5) kesadaran publik tentang penyelamatan dari bencana.

g.

Rencana Mitigasi Bencana Longsor

Kondisi topografi Kota Gunungsitoli yang bergelombang hingga berbukit-bukit, menyebabkan kawasan ini berpotensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama pada kawasan bagian Barat (bagian Tengah Pulau Nias) Kota Gunungsitoli. Tanah longsor dapat dicegah dengan menjaga kelestarian fungsi hutan disekitar kawasan yang mempunyai kemiringan lereng diatas 25%. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor antara lain :

1. Menghindari kegiatan budidaya pada kawasan hutan lindung;

2. Melakukan penghijauan kembali atau penanaman pohon pada kawasan hutan yang sudah rusak/gundul;

3. Menjaga kelestarian dan mengembalikan fungsi hutan;

4. Menghindari kegiatan budidaya, terutama permukiman pada lahan dengan kemiringan di atas 25%; Pada kawasan ini sebaiknya dikembangkan tanaman keras atau tahunan yang dapat berfungsi sebagai kawasan penyangga.

h.

Rencana Mitigasi Untuk Banjir

(21)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 21 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Dalam upaya untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana termasuk kewaspadaan dan upaya-upaya jangka panjang, maka Perlu direncanakan Ruang Evakuasi Bencana yang dapat berfungsi sebagai ruang evakuasi masyarakat jika terjadi bencana. Adapun ruang evakuasi bencana menyebar di selurh wilayah Kota Gunungsitoli, yaitu:

1. Kecamatan Gunungsitoli, tepatnya di :

a. Hilihati (Tower TVRI), Kelurahan Pasar; b. Bukit Onozitoli, Desa Onozitoli; c. Kompleks Laverna, Desa Saombo; d. Bukit Ombolata, Desa Ombolata; e. Bukit Lasara bahili, Desa Lasara bahili; f. Bukit Sisobahili, Desa Sisobahili; g. Mega Hill, Desa Sifalaete;

h. Buki Sihare’o (Lauru) Desa Miga.

2. Kecamatan Gunungsitoli Selatan, tempatnya di :

a. SMA Negeri Sukma Nias, Perkantoran Pemerintah Kabupaten Nias, Desa Ononamolo I Lot;

b. Puncak Laowomaru, Desa Fodo; c. Desa Ombolatasimanari;

d. Desa Sihare’o I Tabaloho; e. Tetehosi Ombolata; f. Desa Mazingo Tabaloho; g. Desa Lolofaoso Tabaloho; dan h. Desa Sisobahili II Tanose’o.

3. Kecamatan Gunungsitoli Utara, tempatnya di:

a. Jalan Hela dusun III, Desa Teluk Belukar; b. Yayasan Sekolah Lentera Harapan, Desa Afia; c. Lapangan MIN Center, Desa Olora;

d. Desa Afia;

e. Desa Tetehosi Afia; f. Desa Hambawa;dan

g. Gereja Bouso, Desa Loloana’a Lolomoyo.

4. Kecamatan Gunungsitoli Barat

a. Jalan Hela dusun III, Desa Teluk Belukar; b. Yayasan Sekolah Lentera Harapan, Desa Afia; c. Lapangan MIN Center, Desa Olora;

d. Desa Afia;

(22)

f. Desa Hambawa;dan

g. Gereja Bouso, Desa Loloana’a Lolomoyo.

5. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi

a. Dusun II Desa Onowaembo Idanoi; b. Desa Helefanikha;

c. Perbukitan Simanaere, Desa Simanaere;

d. Perbukitan di depan Rumah Kepala Desa Binaka, Desa Binaka;dan e. Desa Tetehosi Fowa.

6. Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa

a. SD Nazalou Alo’oa Dusun III, Desa Nazalou Alo’oa; b. Gereja Maranata, Desa Lololawa;

(23)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 23 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

(24)

5.2.5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau dipersyaratkan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.

Kawasan ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, berfungsi sebagai salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota dan dalam pola ruang merupakan kawasan yang dapat berfungsi menunjang fungsi lindung. Pengelolaan kawasan/ruang terbuka hijau ini secara umum meliputi :

1. Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau.

(25)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 25 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

3. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan permukiman.

Untuk menghitung kebutuhanluas RTH publik Kota Gunungsitoli digunakan metode perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan persentase yang kemudian dikaitkan dengan kebijakan yang terbaru yaitu Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Kondisi Eksisting RTH privat di Kota Gunungsitoli seluas kurang lebih 148 Ha atau sekitar kurang lebih 0,5 persen dari luas wilayah kota, meliputi:

1. RTH pekarangan rumah tinggal seluas 125 Ha;

2. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas 3 Ha; 3. RTH kawasan peruntukan pariwisata seluas 8,6 Ha;

4. RTH kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan seluas 2,7 Ha; 5. RTH kawasan peruntukan perkantoran seluas 214 Ha; dan

6. RTH kawasan peruntukan lainnya seperti kawasan peruntukan pendidikan kesehatan, peribadatan dan terminal dan TPA seluas 6,3 Ha.

Dalam pemenuhannya maka pengembangan ruang tebuka hijau privat akan mengandalkan luas terbuka hijau pada kawasan budidaya, seperti kawasan perumahan, kawasan pendidikan, perdagangan dan jasa, serta pusat pelayanan umum. Rencana pembagian kawasan ruang terbuka hijau privat tersebut, yaitu :

1. ruang terbuka hijau perumahan di Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli Utara, dengan luas kurang lebih 1.021 hektar;

2. ruang terbuka hijau perdangan dan jasa di Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli Utara, dengan luas kurang lebih 106 hektar;

3. ruang terbuka hijau pendidikan di Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli Utara, dengan luas kurang lebih 811 hektar;

4. ruang terbuka hijau kesehatan di Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli Utara, dengan luas kurang lebih 514 hektar;

(26)

6. ruang terbuka hijau perkantoran di Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli Utara, dengan luas kurang lebih 350 hektar;

7. ruang terbuka hijau TPA Teluk Belukar di Kecamatan Gunungsitoli Utara dengan luas kurang lebih 2 hektar; dan

8. ruang terbuka hijau IPAL Ilir di Kecamatan Gunungsitoli dengan luas kurang lebih 0,4 hektar.

Jenis pemanfaatan ruang yang diarahkan dalam ruang terbuka hijau yang diarahkan pengembangannya di Kota Gunungsitoli terdiri dari :

a. RTH Kawasan Taman Rukun Tetangga; b. RTH Kawasan Taman Rukun Warga; c. RTH Kawasan Taman Lingkungan; d. RTH Kawasan Taman Kecamatan; e. RTH Taman Kota;

f. RTH Hutan Kota;

g. RTH Tempat Pemakaman Umum; h. RTH Kawasan Sempadan;

i. RTH Kawasan Hutan Mangrove;dan j. RTH Kawasan Sumber Air Baku.

Dalam konteks pengembangan Kota Gunungsitoli, keberadaan kawasan pertanian dan perkebunan yang pada umumnya berada di bagian pinggiran (barat) masih dapat tetap dipertahankan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya sebagai bagian dari ruang terbuka hijau, meskipun karakteristik kegiatannya tetap merupakan kegiatan budidaya.

(27)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 27 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

5.2.6. Rencana Kawasan Budidaya

(28)

a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal, berdaya guna dan hasil guna, serasi seimbang dan berkelanjutan;

b. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda;

c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan bididaya tertentu kejenis yang lain.

5.2.6.1. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman di Kota Gunungsitoli pada umumnya dapat dikembangkan pada seluruh wilayah kota, terutama pada lahan yang realitif datar (0 – 8%) dan telah mempunyai jaringan jalan. Namun untuk mendukung rencana struktur tata ruang yang telah ditetapkan maka pengembangan kawasan permukiman tertutama diarahkan pada jalan utama kolektor primer dan pusat-pusat Pelayanan Kota.

Gambar. 5.8. Peta Kawasan Permukiman

a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal, berdaya guna dan hasil guna, serasi seimbang dan berkelanjutan;

b. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda;

c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan bididaya tertentu kejenis yang lain.

5.2.6.1. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman di Kota Gunungsitoli pada umumnya dapat dikembangkan pada seluruh wilayah kota, terutama pada lahan yang realitif datar (0 – 8%) dan telah mempunyai jaringan jalan. Namun untuk mendukung rencana struktur tata ruang yang telah ditetapkan maka pengembangan kawasan permukiman tertutama diarahkan pada jalan utama kolektor primer dan pusat-pusat Pelayanan Kota.

Gambar. 5.8. Peta Kawasan Permukiman

a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal, berdaya guna dan hasil guna, serasi seimbang dan berkelanjutan;

b. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan budidaya yang berbeda;

c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan bididaya tertentu kejenis yang lain.

5.2.6.1. Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman di Kota Gunungsitoli pada umumnya dapat dikembangkan pada seluruh wilayah kota, terutama pada lahan yang realitif datar (0 – 8%) dan telah mempunyai jaringan jalan. Namun untuk mendukung rencana struktur tata ruang yang telah ditetapkan maka pengembangan kawasan permukiman tertutama diarahkan pada jalan utama kolektor primer dan pusat-pusat Pelayanan Kota.

(29)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 29 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman baru di Kota Gunungsitoli di arahkan diluar pusat kota Gunungsitoli sekarang ini. Sampai dengan tahun 2031 luas wilayah perumahan di Kota Gunungsitoli direncanakan mencapai 1.051,04 Ha yang terdiri dari perumahan padat, sedang dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis dapat diperkirakan kebutuhan lahan bagi perumahan sampai tahun 2031 untuk Kota Gunungsitoli adalah 1051,04 Ha yang terdiri dari kavling rumah kecil dengan luas 394,16 Ha (26 .777 unit), kavling rumah sedang dengan luas sekitar 394,14 Ha (13.138 unit), serta kavling rumah besar dengan luas 262,74 Ha(4.379 unit). Kawasan perumahan di Kota Gunungsitoli diarahkan ke sebelah barat dan hendaknya jauh dari pinggir pantai. Jika dilihat pada kondisi eksisting tahun 2010, banyak pembangunan perumahan semakin menyebar disepanjang pinggir pantai di Kota Gunungsitoli yang termasuk dalam kawasan lindung. Direncakan adanya relokasi perumahan yang masuk dalam kawasan lindung ke bagian sebelah barat mengarah ke arah perbukitan yang bisa dibudidayakan yaitu di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; Kecamatan Gunungsitoli Barat dan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Pada dasarnya, setiap penggunaan lahan tidak dibenarkan penggunaan yang bercampur baur. Akan tetapi tata guna lahan dengan penggunaan tunggal untuk kawasan permukiman hampir tidak mungkin dilakukan mengingat :

a. Kawasan perumahan adalah kawasan permukiman bagi penduduk;

b. Dalam kawasan permukiman selalu dibutuhkan adanya sarana-sarana pelengkap yang disebut dengan istilah “penyempurna”;

c. Disamping itu masih diperlukan adanya jaringan fasilitas kebutuhan sehari-hari berupa toko-toko.

Dengan demikian, pembagian tata guna lahan pada kawasan perumahan tidak bersifat kaku atau murni kawasan perumahan. Didalamnya dengan diatur sedemikian rupa sehingga tidak merusak tata lingkungan, dapat saja di ijinkan didirikan bangunan khusus. Penggunaan tanah bagi kawasan perumahan diperinci sebagai berikut :

a. Perumahan Type Besar :

• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain bangunan perumahan besar renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau perdagangan atau administrasi;

• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter; • Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;

(30)

atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah;

• Luas persil 400 – 600 M2 atau lebih.

b. Perumahan Type Sedang :

• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain bangunan perumahan sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan kantor berhimpitan;

• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter; • Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;

• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan besar renggang, bangunan bertingkat, Luas persil 200 – 400 M2 atau lebih.

c. Perumahan Type Kecil :

• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan;

• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter; • Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 1,5 meter;

• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain bangunan perumahan flat, bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang;

(31)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 31 RENCANA TERPADU PROGRA

Kota Gunungsitoli

Tabel. 5.5. Kebutuhan Rumah Di Kota Gunungsitoli Pada Tahun 2031

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 31 OGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Tabel. 5.5. Kebutuhan Rumah Di Kota Gunungsitoli Pada Tahun 2031

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 31 H

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

(32)
(33)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 33 RENCANA TERPADU PROGRA

Kota Gunungsitoli

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 33 OGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 33 H

(RPI2JM)

(34)

5.2.6.2. Kawasan Fasilitas Umum

Kawasan fasilitas pelayanan umum terdiri dari pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Arahan lokasi dari masing-masing kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kawasan Pendidikan

• Perencanaan kawasan pendidikan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing jenis pendidikan, perkembangan penduduk usia sekolah dan skala pelayanannya. Hingga akhir tahun perencanaan luas penggunaan lahan untuk kegiatan pendidikan seluas 144,29 Ha. Dengan demikian maka perencanaan kawasan pendidikan di Kota Gunungsitoli dapat diuraikan sebagai berikut :

• Pengembangan kawasan perguruan tinggi di wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;

• Pengembangan kawasan pendidikan dasar dan menengah diarahkan di seluruh SPPK; dan

• Pengembangan kawasan pendidikan khusus kejuruan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

b. Kesehatan

Rencana pengembangan fasilitas kesehatan di Kota Gunungsitoli terdri atas ; • pusat kesehatan regional di wilayah Kecamatan Gunungsitoli Selatan;

• pusat kesehatan skala kecamatan diseluruh wilayah Kecamatan se-Kota Gunungsitoli.

c. Peribadatan

Fasilitas peribadatan dalam penyediaannya baik itu berupa jenis, macam, dan besaran sangat tergantung pada kondisi setempat. Kondisi tersebut adalah berupa struktur penduduk menurut agama/kepercayaan yang dianut, dan cara atau pola melaksanakan agama/kepercayaannya. Dengan demikian maka fasilitas peribadatan yang mempunyai skala pelayanan lingkungan diarahkan berada pada setiap pusat- pusat lingkungan. Sedangkan bagi fasilitas peribadatan yang mempunyai skala pelayanan tingkat kecamatan sebaiknya diarahkan pada pusat-pusat WP. Dan untuk fasilitas peribadatan yang mempunyai pelayanan skala regional (seperti Gereja Distrik, Gereja Wilayah, Gereja Katederal, Mesjid raya/Mesjid Agung) diarahkan tetap berada pada pusat kota. Rencana luas pola ruang untuk fasilitas peribadatan hingga akhir tahun perencanaan seluas 20,95 Ha.

5.2.6.3. Kawasan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

(35)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 35 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Fungsi utama Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain: • Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang

membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran); • Menyerap tenaga kerja diperkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan

terhadap PDRB.

Arahan pengembangan pola ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Gunungsitoli secara umum adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Perdagangan dan Jasa untuk pelayanan seluruh wilayah Kota Gunungsitoli dialokasikan di Pusat Kota dan di koridor jalan-jalan utama kota.

2. Perdagangan untuk pelayanan setingkat wilayah kecamatan, kawasan perdagangan dan jasa dialokasikan di setiap pusat SPPK di setiap kecamatan di Kota Gunungsitoli . 3. Perdagangan untuk pelayanan setingkat wilayah kelurahan dan lingkungan

permukiman/perumahan yang tidak terjangkau oleh kawasan perdagangan dan jasa dapat dikembangkan kegiatan perdagangan dan jasa menurut kebutuhan di pusat-pusat kelurahan dan di lingkungan-lingkungan permukiman/perumahan.

4. Perdagangan informal dialokasikan di pusat-pusat perdagangan Pusat Kota dan di pusat SPPK di pusat-pusat perdagangan kecamatan secara terencana dan terintegrasi dengan lokasi perdagangan sektor formal, yang ditata dengan mempertimbangkan aspek keteraturan, ketertiban, estetika lingkungan, kenyamanan, dan keamanan dengan mengedepankan norma-norma pemanfaatan ruang publik secara rasional dan adil.

5. Pembangunan Gedung pusat perbelanjaan (Mal, Shopping Center, Supermarket, Hypermarket, dan sejenisnya) diwajibkan menyediakan 10 % (sepuluh persen) dari luas total lantai komersial yang tersedia di dalam pusat perbelanjaan untuk pengusaha kecil, khususnya pengusaha sektor informal dengan harga jual atau harga sewa yang terjangkau, yang pengaturannya ditetapkan dengan peraturan walikota.

Pengembangan kegiatan perdagangan meliputi pasar, pusat perbelanjaan/pertokoan dan sektor informal.

1. Pasar

(36)

a) Pengembangan Pasar tradional di setiap pusat kegiatan lingkungan yang akan melayani skala kota maupun beberapa desa disekitarnya, adapun pasar tradisional yang akan dikembangkan :

• Pusat pasar sembako, pasar ikan (sore), pasar pagi, pasar induk, pasar Ya’ahowu; • Pekan Loloana’a Lolomoyo, Simpang Lima, Hilimbowo Olora, Gawu-Gawu Bo’uso,

Afia, Boe di Kecamatan Gunungsitoli Utara;

• Pekan Lololawa, Nazalou Lolowua di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; • Pekan Onowaembo, Madolaoli di Kecamatan Gunungsitoli;

• Pekan Onozikho, Gada di Kecamatan Gunungsitoli Barat;

• Pekan Hiligodu, Tetehosi, Simanaere, Hiligara, Somolo-molo diKecamatan Gunungsitoli Selatan;

• Pekan Humene, Fadoro Idanoi, Ombolata Idanoi, Onowaembo Idanoi, Fowa, dan Samasi di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;

• Pasar Idanoi di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi; • Pasar Tabaloho di Kecamatan Gunungsitoli Selatan; • Pasar Fondrako di Kecamatan Gunungsitoli Barat; • Pasar Hili Dora’a di Kecamatan Gunungsitoli Utara; • Pasar Alo’oa di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa;dan • Pusat-pusat perbelanjaan lainnya;

2. Pasar Modren

Rencana Pasar Modern meliputi pusat-pusat perbelanjaan di gedung/bangunan bertingkat tinggi yang modern seperti plasa di wilayah PPK. Untuk pusat perbelanjaan skala kecamatan di arahkan di pusat-pusat SPPK, sedangkan untuk pusat perdagangan skala pelayanan kota dan regional di arahkan di Pusat Kota Gunungsitoli dan Kota Baru di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa. Perencanaan pusat- pusat perbelanjaan harus terintergrasi sistem transportasi. Pusat perbelanjaan harus memiliki parkir yang cukup dengan mengakomodasi lokasi bagi becak dan ojek, serta harus menyediakan ruang terbuka untuk sektor informal (secara terbatas dan teratur).

3. Sektor Informal

(37)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 37 RENCANA TERPADU PROGRA

Kota Gunungsitoli

Rencana penataan PKL di Kota Gunungsitoli dapat dilakukan dengan :

1. Mengatur waktu kegiatan para pedagang PKL, misalnya untuk perdagangan makanan/kuliner dapat dimulai pukul 18:00 sampai 22:00 WIB sehingga tidak mengganggu aktifitas lain pada lokasi yang sama dan dapat tetap menghidupkan kegiatan perkotaan pada malam hari.

2. Dikelompokan dalam satu kawasan dengan kemudahan akses dan ketersedian sarana dan prasarana penunjangnya.

3. Kegiatan PKL dikelola dan di awasi oleh pemerintah kota.

4. Melakukan pengawasan tumbuh dan berkembangnya kegiatan PKL 5. Memberikan sanksi kepada PKL yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Gambar. 5.9. Penataan Pedagang Kakilima (PKL) Di Jalur Koridor Perdagangan

5.2.6.4. Kawasan Pemerintahan / Perkantoran

Kawasan pemerintahan/perkantoran yang terdiri dari kantor Pemerintahan Kota Gunungsitoli berada pada satu kawasan yaitu kawasan area perkantoran di wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan Kecamatan Gunungsitoli Selatan. Untuk Area perkantoran swasta ditetapkan di pusat pelayanan kota dan di sub pusat pelayanan kota. Sedangkan

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 37 OGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Rencana penataan PKL di Kota Gunungsitoli dapat dilakukan dengan :

1. Mengatur waktu kegiatan para pedagang PKL, misalnya untuk perdagangan makanan/kuliner dapat dimulai pukul 18:00 sampai 22:00 WIB sehingga tidak mengganggu aktifitas lain pada lokasi yang sama dan dapat tetap menghidupkan kegiatan perkotaan pada malam hari.

2. Dikelompokan dalam satu kawasan dengan kemudahan akses dan ketersedian sarana dan prasarana penunjangnya.

3. Kegiatan PKL dikelola dan di awasi oleh pemerintah kota.

4. Melakukan pengawasan tumbuh dan berkembangnya kegiatan PKL 5. Memberikan sanksi kepada PKL yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Gambar. 5.9. Penataan Pedagang Kakilima (PKL) Di Jalur Koridor Perdagangan

5.2.6.4. Kawasan Pemerintahan / Perkantoran

Kawasan pemerintahan/perkantoran yang terdiri dari kantor Pemerintahan Kota Gunungsitoli berada pada satu kawasan yaitu kawasan area perkantoran di wilayah Kecamatan Gunungsitoli dan Kecamatan Gunungsitoli Selatan. Untuk Area perkantoran swasta ditetapkan di pusat pelayanan kota dan di sub pusat pelayanan kota. Sedangkan

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 37 H

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

Rencana penataan PKL di Kota Gunungsitoli dapat dilakukan dengan :

1. Mengatur waktu kegiatan para pedagang PKL, misalnya untuk perdagangan makanan/kuliner dapat dimulai pukul 18:00 sampai 22:00 WIB sehingga tidak mengganggu aktifitas lain pada lokasi yang sama dan dapat tetap menghidupkan kegiatan perkotaan pada malam hari.

2. Dikelompokan dalam satu kawasan dengan kemudahan akses dan ketersedian sarana dan prasarana penunjangnya.

3. Kegiatan PKL dikelola dan di awasi oleh pemerintah kota.

4. Melakukan pengawasan tumbuh dan berkembangnya kegiatan PKL 5. Memberikan sanksi kepada PKL yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Gambar. 5.9. Penataan Pedagang Kakilima (PKL) Di Jalur Koridor Perdagangan

5.2.6.4. Kawasan Pemerintahan / Perkantoran

(38)

fasilitas perkantoran kecamatan diarahkan berada pada Pusat-pusat WP dan Kantor Lurah/Desa dapat dipertahankan pada pusat-pusat lingkungan.

5.2.6.5. Kawasan Industri

Industri merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian daerah sehingga keberadaan dan tingkat pertumbuhan sektor industri umumnya dapat menentukan seberapa besarnya perkembangan ekonomi daerah tersebut. Untuk mengembangkan sektor industri di Kota Gunungsitoli sebenarnya sangat potensial sekali untuk dikembangkan di beberapa zona industri, baik industri manufaktur maupun industri pengolahan sumber daya alam. Banyaknya hasil pertanian dan perkebunan merupakan bahan dasar atau bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pengembangan sektor industri.

Kawasan yang potensial untuk pengembangan zona industri di Kawasan Perkotaan Gunungsitoli antara lain adalah kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara dan Kecamatan Gunungsitoli; dan Kawasan peruntukan pergudangan di kawasan Kecamatan Gunungsitoli.

5.2.6.6. Kawasan Wisata

Pengembangan kawasan peruntukkan pariwisata di Kota Gunungsitoli pada Tahun 2031 meliputi pariwisata budaya, pariwisata alam dan pariwisata buatan. Jenis Kegiatan dan araha lokasi wisata tersebut meliputi :

• Pariwisata Alam adalah seluruh kawasan atau lokasi alam wilayah Kota Gunungsitoli yang memenuhi syarat teknis sebagai daerah tujuan wisata alam;

• Pariwisata Bahari adalah seluruh tepi pantai yang telah tertata dan memenuhi syarat teknis sebagai daerah tujuan wisata bahari.

• Pariwisata lainnya adalah kawasan-kawasan atau lokasi-lokasi tertentu yang telah ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata khusus, termasuk perhotelan dan plasa-plasa yang telah memenuhi syarat teknis serta patut dan layak menarik perhatian pengunjung.

Tabel. 5.6. Rencana Pola Ruang Kota Gunungsitoli

NO KECAMATAN

Rencana Pola Lindung Ruang Kota Gunungsitoli (HA) Hutan

Lindung

Kawasan RTH

Kawasan Sempadan

Lindung

mangrove Jumlah

1 Kec. Gunungsitoli Idanoi 1612.73 6.77 140.47 0 1759.97

2 Kec. Gunungsitoli Utara 159.65 12.18 279.37 334.953 786.16

3 Kec.Gunungsitoli 0.00 10.44 169.59 0 180.02

4 Kec.Gunungsitoli Alo'oa 38.11 4.45 80.30 0 122.85

5 Kec.Gunungsitoli Barat 1954.65 5.03 77.44 0 2037.12

6 Kec.Gunungsitoli Selatan 2379.81 6.92 112.93 0 2499.66

(39)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 39 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

Tabel. 5.7. Rencana Pola Budidaya

NO KECAMATAN

Rencana Pola Budidaya Kota Gunungsitoli (HA)

Hutan Produksi Konversi

Perkebunan

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Kering

Kawasan Wisata

Kawasan Fasilitas Kesehatan

Kawasan Fasilitas Umum

Kawasan Militer

Kawasan Pemukiman

Kawasan Pendidikan

Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan

Perkantoran Jumlah

1 Kec. Gunungsitoli Idanoi 0 1005.91 180.01 2464.20 0 0.15 35.01 0 294.95 9.53 30.61 4.59 4.032,97

2 Kec. Gunungsitoli Utara 0 526.14 299.17 3874.16 7.51 0.18 4.20 0 506.07 5.81 21.33 26.26 5.270,84

3 Kec.Gunungsitoli 0.252 756.70 52.15 2330.54 1.01 3.30 40.83 0.005 1082.20 22.03 61.83 13.15 4.363,98

4 Kec.Gunungsitoli Alo'oa 742.696 337.90 81.42 2661.63 0 0.11 0.61 0 169.87 2.21 5.22 0.38 4.002,04

5 Kec.Gunungsitoli Barat 0 328.64 0.00 422.67 0.138 0.00 1.03 0 179.59 1.56 5.71 0.62 939,97

6 Kec.Gunungsitoli Selatan 0 1125.79 110.80 377.57 0 0.21 4.75 0 243.16 8.47 5.75 2.96 1.879,46

(40)
(41)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 41 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

(42)

5.3. Rencana Struktur Ruang Terkait Bidang Cipta Karya

5.3.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana air minum diarahkan pada :

• Peningkatan kapasitas dan pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada. • Pengembangan SPAM dengan sistem jaringan perpipaan melayani kawasan permukiman

perkotaan dan pedesaan, kawasan pariwisata dan kawasan industri dan kawasan kegiatan budidaya lainnya

• Pengembangan SPAM dengan membuka jaringan pada kawasan terpencil, pesisir dan pulau kecil terluar.

• Konservasi terhadap kualitas dan kontinuitas air baku melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan prasarana sarana sumber daya air dan sanitasi.

• Pengembangan kelembagaan Badan Layanan Umum (BLU) SPAM

Sistem pengelolaan air minum dikembangkan pada pusat-pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan terutama pada kawasan pusat kegiatan wilayah, kegiatan lokal dan pusat pelayanan kawasan, yaitu:

a. Pusat Kegiatan Lingkungan; b. Pusat Pelayanan Kota; c. Pusat Pelayanan Lingkungan.

Penyediaan dan pengelolaan air minum di Kota Gunungsitoli terdiri atas: a. pembangunan perpipaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); b. perbaikan dan rehabilitasi sistem transmisi dan distribusi;

c. peningkatan cakupan pelayanan di kawasan perkotaan dan perdesaan;

d. pengembangan sistem penyediaan air bersih oleh masyarakat melalui pembentukan kelembagaan pengelola air bersih di perdesaan;

e. optimalisasi pelanggan dan jaringan eksisting dengan memanfaatkan sumber air baru; dan b. pemanfaatan air tanah dangkal dan artesis secara terkendali.

5.3.2. Rencana Sistem Jaringan Drainase

Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun pembuangan air limbah cair dari rumah tangga(domestic)dan sistem pengendalian banjir.

Pengembangan jaringan drainase diarahkan di Pusat Ibu kota dan Pusat Ibu kota Kecamatan dalam upaya untuk mengantisipasi wilayah-wilayah yang rawan bencana seperti banjir, erosi dan sebagainya.

(43)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Gunungsitoli V. 43 RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH

(RPI2JM)

Kota Gunungsitoli

2016 - 2020

• Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;

• Bentuk saluran trapesium kecuali pada tempat tertentu dipasang dengan kemiringan slope

yang sesuai agar tidak terjadi pengendapan dalam saluran.

Pengembangan sistem jaringan drainase di Kota Gunungsitoli diarahkan :

a. Pemanfaatan sungai sebagai saluran primer melalui program normalisasi sungai dan perawatan sungai lainnya;

b. Penyediaan saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan melalui program pembangunan baru dan pemeliharaan;

c. Pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota lainnya.

d. sistem jaringan drainase makro diarahkan untuk melayani suatu kawasan perkotaan (dengan batas administratif kota) dan terintegrasi dengan sistem badan air regional antara lain sungai, danau dan laut sementara jaringan drainase mikro diarahkan dalam rangka melayani kawasan permukiman, yang merupakan bagian dari kawasan perkotaan;

e. sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip menahan dan sebanyak mungkin meresapkan air hujan ke dalam tanah/Onsite Stormwater Detention (OSD) melalui bangunan alam dan/atau buatan seperti sumur-sumur resapan, kolam tendon/retensi, polder, penataan lansekap dan lain-lain;

f. penyediaan sumur-sumur resapan dan kolam retensi ditetapkan pada kawasan perkotaan dengan ruang terbuka hijau kurang dari 30%.

Pengembangan jaringan drainase di wilayah Kota Gunungsitoli meliputi:

a. pembangunan saluran drainase skala tersier di PKL dan PPK;

b. pemeliharaan saluran drainase;

c. perbaikan dan normalisasi saluran drainase; dan

d. perencanaan drainase terpadu dengan jaringan jalan.

5.3.3. Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan

Arahan pengelolaan persampahan bertujuan untuk merubah kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah secara sembarangan dan membuang limbah cair melalui aliran air/sungai. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diarahkan menggunakan sistem daur ulang sampah dengan fungsi fermentasi untuk menghasilkan kompos serta mengembangkan instalasiseptic-tank. Alternatif kedua adalah menimbun sampah ke TPS sebelum dibuang ke TPA sampah. Perkiraan timbunan sampah dan rencana kebutuhan sarana persampahan.

Sedangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini berada di Ibukotakecamatan, diperkirakan kedepannya lokasi tersebut tidak sesuai lagi mengingat Kecamatan tersebut semakin berkembang sebagai Ibukota. Ada beberapa kriteria untuk menentukan lokasi TPA, yaitu sebagai berikut :

(44)

- Tidak berada didekat lokasi mata air;

- Tidak berada dilokasi resapan air;

- Jangkauan dari TPS tidak sulit.

Gambar 5.12

Skema Pembuangan Sampah di Kota Gunungsitoli

Rencana sistem pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan di Kota Gunungsitoli meliputi pengembangan :

a. pengurangan masukan sampah ke TPS dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah

b. pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis

c. rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan bergerak dan tidak bergerak d. pengembangan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten/kota sekitarnya

yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPS

Pengelolaan persampahan di wilayah Kota Gunungsitoli meliputi:

a. pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap wilayah Kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah tangga;

b. optimalisasi Tempat Pemrosesan Pengelolaan Akhir (TPA) sampah dengan sistem sanitary landfill;

c. pengembangan sistem pengelolaan dan pemprosesan sampah secara terpadu, mandiri dan berkelanjutan di sumber penghasil sampah; dan

d. pengelolaan persampahan rumah tangga berbasis masyarakat dengan konsep 3R, yaitureduce

(mengurangi),reuse(menggunakan kembali), danrecycle(mendaur ulang). Tidak berada didekat lokasi mata air;

Tidak berada dilokasi resapan air; Jangkauan dari TPS tidak sulit.

Gambar 5.12

Skema Pembuangan Sampah di Kota Gunungsitoli

Rencana sistem pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan di Kota Gunungsitoli meliputi pengembangan :

a. pengurangan masukan sampah ke TPS dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah

b. pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis

c. rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan bergerak dan tidak bergerak d. pengembangan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten/kota sekitarnya

yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPS

Pengelolaan persampahan di wilayah Kota Gunungsitoli meliputi:

a. pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap wilayah Kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah tangga;

b. optimalisasi Tempat Pemrosesan Pengelolaan Akhir (TPA) sampah dengan sistem sanitary landfill;

c. pengembangan sistem pengelolaan dan pemprosesan sampah secara terpadu, mandiri dan berkelanjutan di sumber penghasil sampah; dan

d. pengelolaan persampahan rumah tangga berbasis masyarakat dengan konsep 3R, yaitureduce

(mengurangi),reuse(menggunakan kembali), danrecycle(mendaur ulang). Tidak berada didekat lokasi mata air;

Tidak berada dilokasi resapan air; Jangkauan dari TPS tidak sulit.

Gambar 5.12

Skema Pembuangan Sampah di Kota Gunungsitoli

Rencana sistem pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan di Kota Gunungsitoli meliputi pengembangan :

a. pengurangan masukan sampah ke TPS dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah

b. pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis

c. rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan bergerak dan tidak bergerak d. pengembangan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten/kota sekitarnya

yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPS

Pengelolaan persampahan di wilayah Kota Gunungsitoli meliputi:

a. pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di setiap wilayah Kecamatan sebagai tempat pembuangan sampah pasar dan rumah tangga;

b. optimalisasi Tempat Pemrosesan Pengelolaan Akhir (TPA) sampah dengan sistem sanitary landfill;

c. pengembangan sistem pengelolaan dan pemprosesan sampah secara terpadu, mandiri dan berkelanjutan di sumber penghasil sampah; dan

d. pengelolaan persampahan rumah tangga berbasis masyarakat dengan konsep 3R, yaitureduce

Gambar

Gambar 5.1  Peta Kawasan Strategis Kota Gunungsitoli
Gambar 5.2 Peta Rencana Pola Ruang Kota Gunungsitoli
Tabel 5.1. Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai
Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota GunungsitoliGambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota GunungsitoliGambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEBIJAKAN PROGRAM RUANG LINGKUP KEGIATAN OUTPUT OUTCOME PENILAIAN KINERJA 1 2 3 4 Angka morbiditas penyakit diare tahun 2010 adalah 30,13/100.000 penduduk dari target

 Upgrading SPAM eksisting baik pada SPAM Induk PDAM Kabupaten Luwu ataupun unit-unit layanan yang telah ada (SPAM IKK dan PAMDES) melalui pergantian pipa yang sudah tua untuk

 Pengembangan prasarana permukiman untuk mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakat.. Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan strategis untuk mendukung pembangunan permukiman dan infrastruktur dalam kerangka menanggulangi kawasan permukiman kumuh.dan

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi

1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/K ota (RTRWK) Ada Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) Indikasi Program Bidang Cipta Karya 2 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum

Perumusan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Musi Rawas ini meliputi: Perumusan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, 1.. Rencana penataan ruang,

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah