• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH - DOCRPIJM 1483154619BAB 5 (Keterpaduan Strategi Pengembangan) Final

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH - DOCRPIJM 1483154619BAB 5 (Keterpaduan Strategi Pengembangan) Final"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 1

BAB 5

KETERPADUAN STRATEGI

PENGEMBANGAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH

5.1. Arahan RTRWKabupaten Tapanuli Tengah

Berdasarkan amanat undang-undang nomor 26 tahun 2013 tentang penataan ruang, Kab Tapanuli Tengah telah menyusun RTRW yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor8 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013 – 2033.

Dalam undang-undang tersebut, kawasan strategis dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ruang lingkup dan kewenangannya yaitu kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi dan kawasan strategis kabupaten/kota. Berdasarkan UU no. 26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 30 mendefinisikan kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

5.1.1. Kawasan Strategis Kabupaten Tapanuli Tengah

Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

5.1.2. Kawasan Strategis Ekonomi

Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Permen PU No. 16 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten bahwa kawasan strategis ekonomi adalah kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yang merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

1. Potensi ekonomi cepat tumbuh;

2. Sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi;

3. Potensi ekspor;

4. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

5. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

6. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam mewujudkan ketahanan pangan;

7. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam mewujudkan

ketahanan energi;

(2)

Kawasan Strategis Ekonomi di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat dilihat pada berikut

Tabel5.1

Kawasan Strategis Ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah

No Kawasan strategis

ekonomi Tipologi Lokasi

1 KSK Labuhan Angin

- Potensi ekonomi yang cepat tumbuh

- Potensi ekonomi yang cepat tumbuh

- Potensi ekonomi yang cepat tumbuh

Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Permen PU No. 16 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten bahwa kawasan strategis sosial dan budaya adalah kawasan budidaya maupun kawasan lindung yang merupakan :

1. tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya; 2. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;

3. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

4. tempat perlindungan peninggalan budaya;

5. tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

6. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.

Kawasan Strategis Sosial dan Budaya di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah KSK Cagar Budaya Barus di Kecamatan Barus dan Barus Utara. KSK ini merupakan kawasan konservasi warisan budaya di Kabupaten Tapanuli Tangah.

5.1.4. Kawasan Strategis Lingkungan

Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang dijabarkan dalam Permen PU No. 16 / PRT / M / 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten bahwa kawasan strategis lingkungan adalah kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang merupakan :

(3)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 3

2. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang

hampir punah atau yang diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;

3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;

6. Kawasan rawan bencana;

7. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan hidup.

(4)
(5)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 5

5.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang

5.2.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Sesuai dengan hasil perumusan potensi dan masalah, strategi pengembangan wilayah dan rencana struktur tata ruang wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, maka secara umum prinsip-prinsip dasar penyusunan arahan pola pemanfaatan ruang Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut :

1. Menyeimbangkan pertumbuhan antara wilayah bagian selatan dan bagian utara;

2. Memanfaatkan potensi eksisting dengan optimal;

3. Mengeliminir masalah penyimpangan pemanfaatan ruang (tidak sesuai dengan NSPM) dan masalah kegiatan yang merusak lingkungan;

4. Membantu pemecahan masalah keterbatasan ruang di wilayah Kota Sibolga dan ikut

mendorong peran Kota Sibolga sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;

5. Keterpaduan pemanfaatan ruang dan sistem sarana dan prasarana wilayah dengan Kota Sibolga.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka pengertian rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan-kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan budidaya). Adapun tujuan pengembangan rencana pola ruang adalah :

1. Pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lingkungan;

2. Tersedianya lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga

kerja;

3. Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan;

4. Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting;

5. Mewujudkan aspirasi masyarakat.

(6)

5.2.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan fungsinya, pembagian Kawasan Lindung dibedakan menjadi (sesuai Permen PU No.16/PRT/M2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten):

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

c. kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan

sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

e. kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan

gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;

f. kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam

geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan

g. kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

5.2.2.1. Rencana Pengembangan Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya

a. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air di Kabupaten Tapanuli Tengah telah disatukan dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan airtanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan ini yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terutama berkaitan dengan fungsi hidrorologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan fungsi peresapan bagi air tanah serta perlindungan ekosistim subtropis.

(7)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 7 peka terhadap erosi, yaitu jenis tanah dengan nilai 5 (regosol, litosol, organosol dan rezina) dan kelas lereng lebih besar dari 15%, memiiki bercurah hujan tinggi dan mampu meresapkan air ke dalam tanah. Kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Sibabangun, Kecamatan Tukka, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Kolang, Kecamatan Pasaributobing, Kecamatan Sorkam dan Kecamatan Manduamas.

5.2.3. Rencana Pengembangan Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat; serta meningkatkan keserasian lingkungan wilayah sebagai sarana pengaman lingkungan wilayah yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melestarikan fungsi badan perairan dan kerusakan oleh kegiatan budidaya. Pada Kabupaten Tapanuli Tengah yang termasuk dalam kawasan ini adalah kawasan berada pada sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk dan dam, kawasan sekitar mata air, luas kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Tapanuli Tengah kurang lebih 2.319,64 Ha. Kawasan perlindungan setempat meliputi :

A. Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai adalah wilayah tertentu sepanjang yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kawasan sempadan pantai yang meliputi daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 200 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

Adapun kawasan lindung berupa sempadan pantai ini di Kabupaten Tapanuli Tengah diarahkan terdapat pada kecamatan yang terdapat disepanjang kawasan pesisir Pantai Barat yaitu hampir terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Luasan kawasan lindung untuk sempadan pantai adalah 200 meter dari pasang tertinggi ke arah darat sepanjang garis pantai di Kabupaten Tapanuli Tengah dikurangi kawasan budidaya seperti dermaga, kawasan wisata dan kawasan pendaratan ikan.

Rencana pengembangan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Tapanuli Tengah ditetapkan :

a. Kawasan sempadan pantai yang meliputi daratan sepanjang tepian pantai ditetapkan minimal

200 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat. Pengecualiannya adalah kawasan-kawasan terbangun, seperti pelabuhan, TPI, dan lain sebagainya, dikeluarkan dari kawasan sempadan pantai dan merupakan bagian dari kawasan budidaya;

b. Kawasan pesisir Pantai Barat yaitu Kecamatan Badiri, Kecamatan Pandan, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Kolang, Kecamatan Sorkam Barat, Kecamatan Sosorgadong, Kecamatan Barus, Kecamatan Andam Dewi dan Kecamatan Manduamas.

B. Kawasan Sempadan Sungai

(8)

terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengamankan aliran sungai.

Kawasan sempadan sungai dengan lebar 100 meter di kanan sungai besar dan 50 meter di kiri-kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.

Garis sempadan sungai di kawasan permukiman diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi yaitu antara 10 – 15 meter.

Di Kabupaten Tapanuli Tengah terdapat sungai-sungai yang mengalir ke arah Pantai Barat Sumatera Utara. Sungai-sungai ini telah digunakan untuk irigasi ½ teknis yang dimanfaatkan untuk mengairi sawah serta kebutuhan air minum.

Kawasan sempadan sungai yang ditetapkan/diarahkan sebagai kawasan lindung dapat digunakan untuk kegiatan budidaya sejauh tidak mengganggu fungsi lindungnya, misalnya digunakan untuk lapangan olah raga, kawasan rekreasi, dan sebagainya.

Sempadan sungai, di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah seluas kurang lebih 20,619 (dua puluh ribu enam ratus sembilan belas) hektar meliputi seluruh sungai yang melewati Kabupaten Tapanuli Tengah.

C. Kawasan Sekitar Waduk atau Danau

Kawasan Sempadan Waduk dan Danau, untuk melindungi waduk dan danau dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air waduk dan danau, kondisi fisik pinggir serta dasar waduk dan danau, ditetapkan sepanjang tepian waduk dan danau selebar 100 meter (seratus meter) proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan danau diukur dari titik pasang tertinggi waduk dan danau ke arah darat, meliputi :

a. Danau Pandan di Kecamatan Pinangsori

b. Waduk PLTA Sipan Sihaporas di Pandan

D. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air yang meliputi sekurang-kurangnya radius 200 meter disekitar mata airmelindungi mata air dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kualitas air dan kondisi fisik mata air. Kawasan ini umumnya berada di wilayah perbukitan diantaranya terletak di Kecamatan Barus Utara, Kecamatan Pasaributobing, Kecamatan Kolang, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Tukka, Kecamatan Pinangsori.

E. RTH kawasan perkotaan dengan luas RTH kurang lebih 30% (tiga puluh persen) dari luas seluruh perkotaan meliputi:

a. RTH Perkotaan Pandan;

b. RTH Perkotaan Pinangsori;

c. RTH Perkotaan Tapian Nauli;

d. RTH Perkotaan Sarudik;

(9)

Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten Batu Bara V. 9 f. RTH perkotaan Barus; dan

g. RTH perkotaan Manduamas.

5.2.4. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami

bencana alam. Penentuan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan metode scoring

terhadap informasi geologi. Caranya dengan membobot parameter geologi yang berperan dalam penentuan masing-masing kawasan rawan bencana dan mengalikan dengan nilai kemampuan dari masing-masing parameter geologi sesuai situasi kondisi wilayahnya.

Pola ruang untuk kawasan rawan bencana berdasarkan tingkat kerawaannya dapat dimanfaatkan sebagai kawasan/fungsi budidaya. Sedangkan analisa tingkat kerawanan dilakukan dengan menganalisa aspek fisik geologi dengan metode scoring.

A. Kawasan Rawan Bencana Longsor

Aspek geologi yang mengontrol terjadinya longsor adalah kemiringan lereng, litologi/batuan, bidang lemah atau struktur geologi dengan faktor pemicu adalah curah hujan. Pembobotan dari masing-masing informasi geologi seperti pada Tabel 5.2. Berdasarkan pembobotan tersebut

diperoleh tiga tingkat kerentanan, yaitu kerentanan longsor tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 5.2

Pembobotan Informasi Geologi Untuk Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Tapanuli Tengah

Komponen Klas Komponen Nilai

Kemampuan Bobot Skor

Sumber : RTRW Kabupaten Tapanuli Tengah

(10)

tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung. Sedangkan kawasan dengan kerentanan tinggi, sedang dan rendah dapat difungsikan sebagai kawasan budidaya yang dalam pembangunannya harus memenuhi prasyarat. Bahkan akan lebih baik bila kawasan dengan kerentanan tinggi juga dijadikan kawasan lindung.Sebaran luas kawasan rawan bencana longsor tingkat tingkat dan sedang paling dominan dibanding dengan tingkat kerawanan tinggi (Tabel 5.3).

Tabel 5.3

Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Longsor per Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah

Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Andam Dewi 2.284,03 2.194,62 3.226,52 623,48 8.328,65 Badiri 732,27 4.044,02 9.945,92 1.606,05 16.328,26 Barus - 35,57 914,24 568,94 1.518,75 Barus Utara - 246,15 750,39 77,12 1.073,67 Kolang 520,43 9.360,22 12.803,52 2.991,80 25.675,97 Lumut 1.037,75 2.127,59 4.636,96 446,58 8.248,879 Manduamas 3.569,50 3.847,54 10.600,63 13.858,80 3.1876,48 Pandan 1,79 1.870,82 3.389,06 543,46 5.805,14 Pasaribu Tobing 1.730,56 4.403,35 189,90 - 6.323,81 Pinang Sori 86,83 7.088,91 10.430,21 781,71 18.387,66 Sarudik 230,82 2.809,22 1.634,05 72,31 4746,4 Sibabangun 2.632,22 6.982,71 3.355,12 230,29 13.200,33 Sirandorung 386,75 2.014,37 5.078,39 2.141,59 9.621,11 Sitahuis 1.527,12 3.265,03 1.387,82 - 6.179,97 Sorkam 205,59 6.631,76 6.667,55 1.002,81 14.507,72 Sorkam Barat 59,64 982,47 4.208,26 28,63 5.279,00 Sosorgadong 8.535,44 7.575,46 4.707,63 282,23 21.100,76 Sukabangun - 381,84 3.660,85 546,43 4.589,12 Tapian Nauli - 3.203,22 5.964,74 8.822,04 17.990,00 Tukka 3.421,15 6.464,57 2.508,58 34,13 12.428,43

Jumlah Total (Ha) 26.961,92 75.529,45 96.060,33 34658,41 233.210,10

Sumber : RTRW Kabupaten Tapanuli Tengah

B. Kawasan Rawan Banjir

Gambar

Gambar 5.1  Peta Kawasan Strategis Kabupaten Tapanuli Tengah
Tabel 5.2
Tabel 5.3 Distribusi Sebaran Tingkat Kerawanan Bencana Longsor per Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

 Rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara;  Indikasi Program Utama Perwujudan Pola

 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan. ruang untuk fungsi

dari upaya pembangunan di lingkungan/kawasan yang dimaksud. Ruang lingkup wilayah kegiatan penyusunan Rencana Induk Ibukota Kabupaten Tana Tidung. adalah wilayah yang

Rencana pengembangan SPAM mengacu pada arahan Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah, dengan adanya pengembangan SPAM sesuai arahan tata ruang

1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/K ota (RTRWK) Ada Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) Indikasi Program Bidang Cipta Karya 2 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum

Pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan.. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai

Pola ruang menurut (UU No 26 Tahun 2007) adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang

Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya DPR RI, 2007 Rencana