• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam kerangka perencanaan wilayah, yang dimaksud dengan ruang wilayah adalah ruang pada permukaan bumi dimana manusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Ruang adalah wadah pada lapisan atas permukaan bumi termasuk apa yang ada diatasnya dan yang ada dibawahnya sepanjang manusia masih dapat menjangkaunya. Dengan demikian ruang adalah lapisan atas bumi yang berfungsi menopang kehidupan manusia dan mahkluk lainnya, baik melalui memodifikasi maupun sekedar langsung menikmatinya. Dalam hal ini kata “ruang” selalu terkait dengan wilayah sedangkan kata “wilayah” setidaknya harus memiliki unsur : lokasi, bentuk, luas dan fungsi. Pemanfaatan ruang dalam upaya pengembangan kawasan harus berakar pada kemampuan sumber daya alam dan kreativitas seluruh pelaku pembangunan di kawasan perkotaan.Selain itu, pengembangan kawasan perkotaan tidak boleh hanya berorientasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi semata namun harus memberikan perhatian yang seimbang serta tanggap terhadap bencana dan perubahan iklim (Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum 2013).

Menjadi konsekuensi dan hak warga untuk mengetahui rencana pembangunan ruang dan wilayah dan memahami kebutuhan bersama. Kewenangan pengaturan ruang dan wilayah sampai tingkat pemerintahan terendah perlu dipadankan secara terpadu dan menyeluruh. Area pemukiman menyatu atau berdekatan dengan area perdagangan memiliki dinamika tinggi yang dapat menuai masalah perdata dan administratif lebih kompleks daripada area pertanian atau industri.

RTRW Kabupaten Karanganyar yang telah disusun dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar nomor 6 tahun 2003 adalah dimaksudkan untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka pelaksanaan program

(2)

2

pembangunan di Kabupaten Karanganyar khususnya di Kecamatan Karanganyar. Akan tetapi dalam prakteknya terjadi perubahan-perubahan yang tidak sesuai dengan rencana, terutama dalam hal pemanfaatan ruang. Perkembangan infrastruktur baru dalam rangka meningkatkan pelayanan warganya dan laju pertumbuhan penduduk yang pesat di Kecamatan Karanganyar, akan meningkatkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam khususnya tanah, sehingga mendorong terus berlangsungnya kegiatan perubahan penggunaan tanah sebagai bagian dari pemanfaatan ruang. Perubahan penggunaan tanah atau tanah tersebut selain mengakibatkan berkurangnya luas satu jenis penggunaan tanah dan bertambahnya luas penggunaan tanah yang lain, juga akan memberikan dampak terhadap rencana pemanfaatan ruang RTRW.

I.2.Lingkup Kegiatan

Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka lingkup kegiatan pada skripsi ini sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, observasi lapangan, dan data yang diperoleh dari lembaga yang terkait.

2. Pengumpulan data hanya dilakukan di Kecamatan Karanganyar.

I.3.Tujuan

Berdasarkan dari latar belakang yang tertera di atas, maka tujuan dari kegiatan aplikatif ini adalah:

1. Menyajikan informasi persebaran, keberadaan, dan penggunaan tanah di Kecamatan Karanganyar dalam bentuk spasial.

2. Menguraikan kesesuaian penggunaan tanah yang terjadi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.

(3)

I.4.Manfaat

Pelaksanaan kegiatan aplikatif ini diharapkan dapat memberi manfaat seperti yang tertera di bawah ini:

1. Sebagai alat perbandingan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar khususnya Kecamatan Karanganyar.

2. Sebagai bahan masukan bagi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dalam memberikan pertimbangan perencanaan tata ruang.

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian atau kegiatan aplikatif yang terkait dengan skripsi ini.

I.5.Landasan Teori 1.5.1. Penggunaan Tanah

Tanah merupakan sumber utama kesejahteraan dan kehidupan masyarakat dan karenanya tanah haruslah digunakan dan dimanfaatkan dengan optimal. Perwujudan penggunaan dan pemanfaatan tanah yang optimal tersebut dilakukan melalui penyusunan rencana tata ruang yang semestinya mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Penggunaan tanah (bahasa Inggris: land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian dan permukiman, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten bahwa ketentuan umum peraturan zonasi penggunaan tanah RTRW kabupaten dapat dilihat pada Tabel I.1.

(4)

Tabel I.1. Jenis-jenis zonasi wilayah kabupaten

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Zona Berdasarkan Pola Ruang

Deskripi

Wilayah Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan

A. Kawasan Lindung

A1. Kawasan lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

(Contoh)

(Contoh)

Kawasa hutan yang mempunyai

fungsi pokok sebagai perlindungan - Boleh untuk wisata alam

sistem penyangga kehidupan untuk dengan syarat tidak merubah

- Kawasan hutan lindung mengatur tata air, mencegah banjir, bentang alam

mengendalikan erosi, mencegah - Dilarang untuk kegiatan yang

intrusi air laut, dan memelihara berpotensi mengurangi luas

kesuburantanah kawasan hutan

A2. Kawasan perlindungan setempat

B. Kawasan Budi Daya

B1. Kawasan peruntukan hutan produksi

B2. Kawasan hutan rakyat

B3. Kawasan peruntukan pertanian

B4. Kawasan peruntukan perkebunan

B5. Kawasan peruntukan perikanan

B6. Kawasan peruntukan pertambangan

B7. Kawasan peruntukan industri

B8. Kawasan peruntukan pariwisata

B9. Kawasan peruntukan permukiman

(Contoh)

(Contoh)

Kawasan yang diperuntukkan untuk

perkotaan tempat tinggal atau lingkungan - Membatasi kegiatan komersil

hunian yang ada di kawasan pada zona perumahan

(5)

I.5.2. Penyimpangan Penggunaan Tanah

Arti kata penyimpangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sikap atau tindakan di luar kaidah yang berlaku (kbbi.web.id). Penyimpangan penggunaan tahan berarti tindakan modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian dan permukiman berada di luar kaidah yang berlaku. Penyimpangan penggunaan tanah tidak lepas dari faktor perilaku serta latar belakang masyarakat yang menempatinya, misalnya tumbuhnya pemukiman kumuh dan bangunan sekitar bantaran memperlihatkan ciri perilaku penghuninya. Tindakan manusia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan cara pandangnya (Budihardjo, 1993). Dari landasan ini manusia menumbuhkan rasa memiliki dan mempertahankannya.

1.5.3. Penataan Ruang

Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (UU No. 24/1992 Pasal 1). Penataan ruang bertujuan untuk 1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, 2) Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budi daya. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang (UU No. 26/2007 Pasal 1).

Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah, wewenang penyelenggaraan penataan

ruang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang mencakup kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan

ruang, yang didasarkan pada pendekatan wilayah dengan batasan wilayah administratif (Bratakusumah, 2009). Dengan pendekatan wilayah administratif tersebut, penataan ruang seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas wilayah nasional,

(6)

6

wilayah provinsi, wilayah kabupaten dan wilayah kota, yang setiap wilayah tersebut merupakan subsistem ruang menurut batasan administratif (Erwiningsih,2011).

I.5.4. Rencana Tata Ruang Wilayah

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan tata ruang. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional (Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008).

Rencana Tata Ruang Wilayah sendiri dimulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang disebut RTRWN dengan skala minimal 1:1.000.000 yaitu arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dengan skala minimal 1:250.000 yaitu hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan tata ruang wilayah nasional dan pulau/kepulauan ke dalam struktur dan pola ruang wilayah provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK/K) dengan skala minimal 1:50.000 untuk kabupaten dan 1:25.000 untuk kota yaitu hasil perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran RTRWP ke dalam struktur dan pula ruang wilayah kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan dengan skala minimal 1:10.000 yaitu hasil perencanaan tata ruang yang merupakan bagian wilayah kabupaten yang dapat dilakukan pada tingkat wilayah kecamatan atau beberapa wilayah desa (Permendagri No. 50 Tahun 2009).

Dalam kegiatan aplikatif ini menggunakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kabupaten pada aspek keruangan, yang pada dasarnya

(7)

mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. .

Strategi penataan ruang wilayah kabupaten adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup rencana sistem perkotaan wilayah kabupaten dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan peruwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan atau pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah kabupaten.

I.5.5. Peta Tematik Penggunaan Tanah

Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi

(8)

8

yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya (Badan Informasi Geospatial, 2013).

Pemilihan sumber data disesuaikan dengan maksud dan tujuan pembuatan peta serta kedaan medan yang dihadapi. Terdapat beberapa sumber data yang digunakan pada pemetaan yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan, dengan penginderaan jauh atau dari peta yang sudah ada (base map). Peta Tematik Pertanahan diperlukan untuk Visualisasi Spasial Data Pertanahan dan produk kegiatan pertanahan dalam rangka mempermudah perencanaan program pertanahan dan evaluasi program pertanahan (Geoservice Peta Tematik Pertanahan BPN RI 2013). Kegiatan di lapangan hanya diperlukan untuk pembuktian apakah penafsiran sudah betul atau belum dan juga melengkapi rincian di lapangan yang tidak dapat dilihat secara langsung pada potret. Tujuan utamanya adalah untuk secara spesifik mengkomunikasikan konsep data. Contoh Peta Zona Nilai Tanah, Peta Penggunaan Tanah, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Peta Prosentase Hak Tanggungan dan Peta Administrasi Desa (GeoservicePeta TematikPertanahan BPN RI 2013). Dalam kegiatan aplikatif kali ini lebih dikhususkan terhadap peta tematik penggunaan tanah.

Peta tematik penggunaan tanah adalah suatu jenis peta yang memperlihatkan informasi secara kualitatif dan kuantitatif dari bentuk-bentuk penggunaan tanah saat ini dalam hubungannya dengan unsur-unsur topografi. Dalam kegiatan aplikatif ini dibuat peta penggunaan tanah dimana penggunaan tanah merupakan bentuk penggunaan untuk kegiatan manusia terhadap tanah. Peta penggunaan tanah merupakan peta tematik yang menampilkan informasi aktifitas penggunaan tanah yang dilakukan oleh manusia. Adapun penggunaan tanah yang ditampilkan dalam peta penggunaan tanah antara lain perumahan, pertanian, industri, jalan, sungai, dan sebagainya. Perubahan penggunaan tanah lebih dipengaruhi oleh manusia. Dengan berdasarkan pemikiran terhadap pemenuhan kebutuhan hidup manusia, maka sering terjadi perubahan penggunaan tanah seperti daerah pertanian (sawah) diubah menjadi daerah industri, pemukiman dan lain sebagainya (Sudiarto, 1994).

(9)

1.5.6.Evaluasi

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Sudiono 2005). Dapat diambil kesimpulan dari pengertian tersebut bahwa setiap kegiatan evaluasi atau penilaian adalah suatu proses yang sengaja direncanakan untuk mendapatkan informasi atau data, dan dengan berdasarkan daa tersebut kemudian akan dicoba untuk membuat suatu keputusan.

Tentunya informasi atau data yang dikumpulkan tersebut haruslah data yang sudah sesuai untuk mendukung tujuan dari evaluasi yang telah direncanakan tersebut. Ada banyak sekali contoh-contoh evaluasi yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu kegiatan evaluasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

.

1.5.7. Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah kegiatan penyadapan data dari citra dan digunakan untuk tujuan tertentu (Sutanto, 1992). Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan unsur-unsur seperti rona atau warna, bentuk, pola, ukuran letak bayangan, situs dan asosiasi kenampakan obyek yang merupakan kaidah dasar dalam interpretasi citra.

Pengenalan obyek merupakan bagian penting dalam interpretasi citra, tanpa dikenali identitas dan jenis obyek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Sutanto, 1992). Ekstraksi informasi dari citra memerlukan teknik interpretasi sesuai kondisi lapangan. Agar hasil interpretasi citra sesuai dengan keadaan obyek sebenarnya di lapangan, maka disamping harus memiliki pengetahuan tentang obyek yang diinterpretasi juga harus mengetahui karakteristik obyek dengan memperhatikan unsur interpretasi. Dalam penelitian, digunakan unsur-unsur interpretasi citra secara visual sebagai berikut:

(10)

10

1. Rona dan warna

Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra, sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak (Sutanto, 1992).

2. Bentuk

Bentuk merupakan variabel kuantitatif yang memberi kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya.

3. Ukuran

Ukuran adalah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.

4. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau pengulangan pola rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.

5. Pola

Pola obyek yang tampak dapat dibedakan antara yang merupakan obyek alamiah atau buatan manusia.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar. Oleh karenanya, bayangan membantu identifikasi obek-obyek terutama obyek yang tinggi sehingga dikenali.

7. Situs

Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar suatu obyek dapat dikenali. Misal, tanah kosong cukup luas diidentifikasi sebagai alun-alun dan tidak diidentifikasi sebagai sawah karena letaknya yang berada di tengah permukiman padat.

(11)

8. Asosiasi

Asosiasi merupakan keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya. Karena adanya keterkaitan ini maka terlihat suatu obyek pada citra sering merupakan sebuah petunjuk bagi adanya obyek lain.

9. Konvergensi Bukti

Dalam mengenali obyek dalam citra dianjurkan untuk menggunakan sebanyak mungkin unsur interpretasi sehingga pengenalan obyek mengarah ke satu titik simpul. Sembilan unsur interpretasi citra ini disusun secara berjenjang atau secara hirarki berdasarkan tingkat kesulitan interpretasi dapat dilihat pada Gambar I.1 berikut ini (Sutanto, 1992).

Gambar.I.1 Susunan hierarki unsur interpretasi citra (Sutanto, 1992)

RONA/ WARNA UKURAN TEKSTUR BENTUK POLA TINGGI SITUS BAYANGAN ASOSIASI Unsur Dasar Susunan Kerungan Rona Primer Sekunder Tersier Lebih Tinggi Tingakat Kerumitan

(12)

12

1.5.8. Skema Klasifikasi

Skema klasifikasi adalah pemilihan klas yang akan dilakukan, ini perlu dilakukan karena tidak semua klas yang ada dapat diperoleh dari citra. Sehingga klasifikasi penggunaan tanah merupakan upaya pengelompokan berbagai jenis penggunaan tanah yang ke dalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem tertentu. Telah disebutkan di atas bahwa tidak semua kategori klasifikasi penggunaan tanah dapat diinterpretasi pada citra Ikonos sehingga diperlukan pemilihan skema klasifikasi tertentu, dalam kegiatan aplikatif ini klasifikasi penggunaan tanah mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 06 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah seperti pada Tabel.I.2.

Tabel.I.2. Klasifikasi penggunaan tanah

No Penggunaan Tanah Deskripsi

1 Waduk dan Sungai Besar

 Alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan

 Danau yang dibuat oleh manusia dengan cara membendung aliran sebuah sungai besar. Cara demikian dapat membuat volume air terkumpul dalam jumlah besar.

2 Kawasan Pemukiman

Peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya.

3 Kawasan Lindung

peruntukan ruang yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah

(13)

banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah

4 Kawasan Pertanian Lahan Basah

peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial.

5 Kawasan Industri

Peruntukan ruang kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

6 Lahan Kering Perkebunan

Kawasan atau daerah yang memiliki jumlah evaporasi potensial melebihi jumlah curah hujan actual atau daerah yang jumlah curah hujannya tidak mencukupi untuk usaha pertanian tanpa irigasi

7 Hutan Produksi

Kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya.

8 Kawasan Pertambangan

Peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan pertambangan bagi daerah yang sedang maupun yang akan segera melakukan kegiatan pertambangan golongan bahan galian A, B, dan C

(14)

14

1.5.9. Overlay Peta dengan ArcGIS 10

Analisis overlay adalah sekelompok metodologi yang diterapkan dalam pemilihan lokasi optimal atau modeling kesesuaian. Ini adalah teknik untuk menerapkan skala umum dari nilai-nilai input yang beragam dan berbeda untuk membuat analisis terpadu (resources.arcgis.com).

Analisis overlay sering memerlukan analisis berbagai faktor. Misalnya, memilih lokasi untuk pembangunan perumahan baru berarti menilai hal-hal seperti biaya tanah, kedekatan dengan sarana yang ada, kemiringan, dan frekuensi banjir. Informasi ini ada dalam raster yang berbeda dengan skala yang berbeda nilai: biaya, jarak, derajat, dan sebagainya. Anda tidak dapat menambahkan raster biaya tanah ke raster dari jarak ke utilitas (meter) dan memperoleh hasil yang tepat.

Selain itu, faktor-faktor dalam analisis Anda mungkin tidak sama pentingnya. Ini mungkin biaya tanah lebih penting dalam memilih sebuah lokasi daripada jarak ke jalur utilitas.Bahkan dalam raster tunggal, Anda harus memprioritaskan nilai-nilai. Beberapa nilai-nilai dalam raster tertentu mungkin ideal sesuai tujuan (misalnya, lereng 0 sampai 5 derajat), sementara yang lain mungkin baik, yang lain tidak baik, dan yang lain tidak dapat diterima.

Berikut ini daftar langkah-langkah umum untuk melakukan analisis overlay: 1. Mendefinisikan masalah.

2. Memecahkan masalah menjadi submodels. 3. Tentukan layer yang signifikan.

4. Klasifikasi atau mengubah data dalam lapisan. 5. Muatan input layer.

6. Menambah atau menggabungkan lapisan. 7. Menganalisis.

langkah 1-3 adalah langkah-langkah umum untuk hampir semua pemecahan masalah spasial dan sangat penting dalam analisis overlay.

(15)

 Mendefinisikan masalah adalah salah satu aspek yang paling sulit dari proses pemodelan. Tujuan keseluruhan harus diidentifikasi. Semua aspek dari langkah-langkah yang tersisa dari proses pemodelan overlay harus berkontribusi terhadap tujuan keseluruhan ini. Komponen yang berkaitan dengan tujuan harus didefinisikan. Beberapa komponen mungkin gratis, dan lain-lain yang kompetitif. Namun, definisi yang jelas dari masing-masing komponen dan bagaimana mereka berinteraksi harus ditetapkan. Tidak hanya itu penting untuk mengidentifikasi apa masalahnya, pemahaman yang jelas perlu dikembangkan untuk menentukan ketika masalah diselesaikan, atau ketika fenomena puas. Dalam definisi masalah, langkah-langkah khusus harus dibentuk untuk mengidentifikasi keberhasilan hasil dari model.

 Memecahkan masalah menjadi submodels. Kebanyakan masalah overlay yang kompleks. Sebagai contoh, model kesesuaian untuk mengidentifikasi lokasi terbaik untuk sebuah resor ski dapat dipecah menjadi serangkaian submodels bahwa semua membantu daerah ski menguntungkan. submodel pertama bisa menjadi submodel medan yaitu mengidentifikasi lokasi yang memiliki berbagai medan yang menguntungkan untuk pemain ski dan snowboarders. Memastikan orang dapat mencapai area ski dapat ditangkap dalam sebuah submodel aksesibilitas. Termasuk dalam submodel yang dapat diakses dari kota-kota besar serta akses jalan lokal. Sebuah submodel biaya dapat mengidentifikasi lokasi-lokasi yang optimal untuk pembangunan. Submodel ini dapat mengidentifikasi lereng datar. Atribut atau lapisan tertentu dapat berada di beberapa submodels. Sebagai contoh, lereng curam mungkin menguntungkan dalam submodel medan tapi merugikan untuk biaya untuk membangun submodel.

 Menentukan lapisan signifikan atribut atau lapisan yang mempengaruhi setiap submodel perlu diidentifikasi. Setiap faktor menangkap dan menjelaskan komponen dari fenomena submodel yang menentukan. Setiap faktor kontribusi untuk tujuan submodel, dan setiap submodel berkontribusi terhadap tujuan keseluruhan dari model overlay. Semua dan hanya faktor yang berkontribusi terhadap mendefinisikan fenomena tersebut harus dimasukkan dalam model overlay. Untuk faktor-faktor tertentu, lapisan mungkin perlu dibuat. Sebagai contoh, mungkin lebih diinginkan untuk menjadi lebih dekat dengan jalan

(16)

16

utama. Untuk mengidentifikasi jarak setiap sel dari jalan, Euclidean Distance dapat dijalankan untuk menciptakan raster jarak.

 Reklasifikasi / transformasi sistem nomor yang berbeda tidak dapat langsung dikombinasikan secara efektif. Misalnya, menambahkan lereng penggunaan lahan akan menghasilkan hasil yang berarti. Keempat sistem penomoran utama adalah:

 Rasio-rasio Skala memiliki titik referensi, biasanya nol, dan angka-angka dalam skala yang sebanding. Sebagai contoh, nilai-nilai elevasi adalah angka rasio, dan ketinggian 50 meter adalah setengah setinggi 100 meter.

 Interval-Nilai-nilai dalam skala interval relatif terhadap satu sama lain, namun tidak ada titik referensi umum. Sebagai contoh, skala pH adalah interval tipe, di mana semakin tinggi nilainya di atas nilai netral 7, dan semakin rendah nilai di bawah 7, semakin asam itu. Namun, nilai-nilai tidak sepenuhnya sebanding. Misalnya, pH 2 tidak dua kali lebih asam sebagai pH 4.

 Sebuah urutan skala urutan menetapkan urutan seperti yang datang pertama, kedua, dan ketiga dalam perlombaan. Order didirikan, tetapi nilai-nilai order yang ditetapkan tidak dapat langsung dibandingkan. Misalnya, orang yang datang pertama adalah tidak selalu dua kali lebih cepat sebagai orang yang datang kedua.

 Tidak ada hubungan antara nilai-nilai yang ditetapkan dalam skala nominal. Sebagai contoh, nilai penggunaan lahan, yaitu nilai nominal, tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Sebuah penggunaan lahan dari 8 mungkin tidak dua kali lebih banyak sebagai penggunaan lahan dari 4.

Karena potensi rentang yang berbeda dari nilai-nilai dan berbagai jenis sistem setiap lapisan masukan mungkin memiliki penomoran, sebelum beberapa faktor dapat dikombinasikan untuk analisis, masing-masing harus direklasifikasi atau ditransformasikan ke skala rasio umum.

 Muatan faktor-faktor tertentu mungkin lebih penting untuk tujuan keseluruhan daripada yang lain. Jika hal ini terjadi, sebelum faktor digabungkan, faktor dapat ditimbang berdasarkan kepentingan mereka. Sebagai contoh, dalam submodel bangunan untuk pengalokasian resor ski, kriteria kemiringan mungkin dua kali lebih penting untuk biaya

(17)

konstruksi sebagai jarak dari jalan. Oleh karena itu, sebelum menggabungkan dua lapisan, kriteria kemiringan harus dikalikan dua kali lipat jarak ke jalan.

Tambah / combine dalam analisis overlay, diharapkan untuk membangun hubungan semua faktor input bersama-sama untuk mengidentifikasi lokasi yang diinginkan yang memenuhi tujuan dari model. Sebagai contoh, lapisan masukan, setelah ditimbang dengan tepat, dapat ditambahkan bersama-sama dalam model overlay bahan tambahan .Dalam pendekatan kombinasi ini, diasumsikan bahwa lebih menguntungkan faktor, yang lebih diinginkan lokasi akan. Dengan demikian, semakin tinggi nilai pada output raster dihasilkan.

 Menganalisa langkah terakhir dalam proses pemodelan adalah menganalisis hasilnya. Apakah lokasi yang ideal memenuhi kriteria? Ini mungkin bermanfaat tidak hanya untuk mengeksplorasi lokasi terbaik diidentifikasi oleh model tetapi juga menyelidiki situs yang paling menguntungkan selanjutnya.

1.5.10. Kesesuaian, Mendukung, dan Ketidaksesuaian dalam Penggunaan Tanah Kesesuaian penggunaan tanah dengan tata ruang merupakan analisis korelasi jenis penggunaan tanah saat ini dengan kondisi ideal yang akan diwujudkan, yang tercermin drama rencana pemanfaatan tata ruang (Neraca Penatagunaan Tanah Kota Yogyakarta, 2007).

Sesuai apabila penatagunaan tanah yang ada benar-benar sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang wilayah.

Mendukung apabila penatagunaan tanah yang ada tidak sesuai dengan fungsi kawasan pada rencana tata ruang, namun keberadaannya dapat dipertahankan sepanjang tidak menganggu atau bertentangan serta masih memberikan kontribusi terhadap perwujudan peruntukan fungsi kawasan sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah.

Tidak sesuai apabila penatagunaan tanah yang ada tidak sesuai dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah.

Gambar

Tabel I.1. Jenis-jenis zonasi wilayah kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Defek kecil yang melibatkan margo palpebra superior dapat diperbaiki dengan penutupan langsung jika teknik ini tidak mengambil tekanan yang terlalu besar pada luka.. Penutupan

Penelitian menunjukkan bahwa bangunan bioklimatik akan menggunakan lima sampai enam kali lebih energi daripada bangunan konvensional selama hidupnya melalui penggunaan

pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan kelas dalam mengajar dikarenakan status guru yang bersangkutan. Keterbatasan ini menyebabkan praktikan

Berdasarkan analisis data penelitian dengan bantuan program SPSS di dapat nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,675 yang menunjukkan bah- wa hubungan antara variabel

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pemberian izin belajar,

Dalam penetapan jenis kontrak, baik penyedia jasa maupun pengguna jasa harus memperhatikan risiko-risiko yang akan timbul dari masing-masing kontrak tersebut, sehingga pada

Pada saat di a saat di IIGD pasi GD pasien masih belu en masih belum sadarkan di m sadarkan diri dan did ri dan didapatkan tekanan darah apatkan tekanan darah yan yang g tinggi

Hasil uji stabilitas terhadap karakter tinggi bunga pertama di tiga lokasi pada genotip BT-1dan BT-3 mempunyai (βi)> 1 artinya genotipe memiliki stabilitas di bawah