• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN

B. Konsep Tentang Pelajaran Sosiologi

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sosiologi

2. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sosiologi

Pembelajaran Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, interaksi sosial, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial.

Selain itu, pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan sehari-hari siswa. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

Adapun Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Proses sosial, 2) Struktur sosial, 3) Perubahan sosial, dan 4) Lembaga dan pranata sosial.

      

21

3. Tujuan Mata Pelajaran Sosiologi

Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, pranata sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial. b) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat c) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial serta saling

menghargai dalam kehidupan bermasyarakat yang multikultural e. Melangsungkan komunikasi sosial untuk mencapai kemandirian

dalam keterampilan hidup di masyarakat.

4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Sosiologi

Adapun Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Sosiologi, meliputi;

a) Memahami sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan

b) Memahami proses interaksi sosial di dalam masyarakat dan norma yang mengatur hubungan tersebut serta kaitannya dengan dinamika kehidupan sosial

c) Mengidentifikasi kegiatan bersosialisasi sebagai proses membentukan kepribadian

d) Mengidentifikasi berbagai perilaku menyimpang dan anti sosial dalam masyarakat

e) Menganalisis hubungan antara struktur dan mobilitas sosial dalam kaitannya dengan konflik sosial

f) Mendeskripsikan berbagai bentuk kelompok sosial dan perkembangannya dalam masyarakat yang multikutural

h) Menjelaskan hakikat dan tipe-tipe lembaga sosial dan fungsinya dalam masyarakat.

i) Melakukan penelitian sosial secara sederhana dan mengkomunikasikan hasilnya dalam tulisan dan lisan.22

C.Konsep Tentang Sikap

1) Pengertian dan Komponen-Komponen Sikap

Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap sering dikaitkan dengan konsep mengenai postur fisik atau posisi tubuh.23 Sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda.

Menurut Sarlito Wirawan, “Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu; sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu”.24 Menurut Nana Sudjana, “Sikap pada hakikatnya adalah kecendrungan berperilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisis, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecendrungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh Sebab itu, sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu”.25

      

22

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiologi, 25 Agustus 2009 23

Saifuddin Azwar, Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995). edisi kedua, h.3-4

24

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2000), h. 94

25

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). Cet. Ke 13, h. 80

Fishbein (1975) mengatakan, “Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek. Sikap merupalkan variabel laten yang mendasari, mengarahkan dan mempengaruhi perilaku”.26

Sikap tidak identik dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati.

Sementara menurut Azwar,27;

Sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu: yang berorientasi pada respon, yang berorientasi pada kesiapan respon, dan yang berorientasi pada skema triadik. Pertama, yang berorientasi pada respon. Dalam pandangan ini, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut. Kedua, yang berorientasi pada kesiapan respon. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Ketiga, yang berorientasi pada skema triadik. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek”.

Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya. Jadi pada perinsipnya komponen sikap menurut para ahli memiliki kesamaan.

      

26

Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Bumi Aksara,), h. 141

2) Pembentukan dan Perubahan Sikap

Sebagaian orang berpendapat bahwa faktor-faktor genetik berpengaruh pada terbentuknya sikap. Meskipun demikian, sebagian besar ahli psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat ini, bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, pelatihan, komunikasi, penerangan dan sebagainya) untuk mengubah seseorang.28

Pemebentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus-menerus antara individu dengan individu-individu lain disekitarnya.

Pada dasarnya, pembentukan sikap tidak terjadi dengan semabarangan. Pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial mengandung arti lebih dari sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling memengaruhi antara individu yang satu dengan yang lain; terjadi hubungan timbal balik yang turut memengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut interaksi sosial itu meliputi hubungan anatara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis disekelilingnya. Interaksi sosial didalam kelompok maupun diluar kelompok bisa mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru.

      

28

Dokumen terkait