• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN INTERNET SPEEDY DI SURAKARTA

A. Latar Belakang

2. Tujuan Khusus

Sedangkan untuk tujuan khusus pelaksanaan magang di PT. Indmira ini antara lain :

a. Melihat dan memahami secara langsung teknik pembudidayaan dan pengembangan tanaman obat daun dewa (Gynura procumbens Lour.) Merr. dilokasi magang.

b. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman praktek kerja bidang budidaya tanaman daun dewa di PT. Indmira, Kaliurang, Yogyakarta. c. Mengetahui secara langsung upaya dan pengembangan agribisnis

commit to user

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pertanian, budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Usaha budidaya tanaman mengandalkan pada penggunaan tanah atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomis. Kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam (Wikipedia, 2010).

Budidaya tanaman obat, termasuk daun dewa, dilakukan untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup dan memenuhi bahan baku obat tradisional. Dalam budidaya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap mempunyai ciri tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Masalah penanganan pasca panen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau kualitas bahan yang dihasilkan (Anonima, 2009).

A. Deskripsi Tanaman Daun Dewa

1. Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi Daun Dewa atau Gynura procumbens Lour.) Merr.:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledoneae (berkeping dua)

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae (Compositae)

Genus : Gynura

commit to user

Spesies : Gynura procumbens (Lour.) Merr. Sinonim Gynura

procumbens Merr., G. Sarmentosa BL. (Priadi, 2008).

2. Morfologi Tanaman

Ciri morfologi tanaman daun dewa adalah batang pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 30–45 cm, berbentuk segilima, penampang lonjong, berambut halus dan berwarna ungu kehijauan. Daun berdaun tunggal, tersebar mengelilingi batang, bertangkai pendek, berbentuk bulat lonjong, berdaging, berbulu halus, ujung lancip, tepi bertoreh, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau, panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 10 cm. Bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, bentuk bongkol, berbulu, kelopak hijau berbentuk cawan, benang sari kuning dan berbentuk jarum. Biji berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm,berwarna cokelat. Akar merupakan akar serabut, berwarna kuning muda membentuk umbi sebagai tempat cadangan makanan (Anonima, 2008).

Kulit umbi berwarna keabu-abuan hampir seperti kentang, sedangkan dagingnya berwarna bening sampai keruh. Umbi berukuran panjang sekitar 5-8 cm dengan penampang sekitar 3-5 cm. Seperti halnya tanaman lain yang memiliki umbi, dari umbi tanaman daun dewa juga akan tumbuh tunas/anakan yang dapat digunakan sebagai bibit. Perbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan setek batang, setek anakan yang tumbuh di sekitar tanaman induk (batang utama), dan dengan menumbuhkan umbi yang sudah bertunas atau memiliki calon mata tunas (Priadi, 2008).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Daun Dewa

1. Lokasi Tumbuh

Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut). Tanaman tersebut tumbuh di

commit to user

daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 -3.500 mm/tahun dengan tanah yang agak lembab-subur.

(Suharmiati, 2004).

Tanaman ini sangat ideal dibudidayakan di daerah dengan suhu udara 25-32o C. Kelembaban yang dibutuhkan 70-90% dengan penyinaran agak tinggi (Winarto, 2003).

Di dataran tinggi, tanaman ini dapat mengeluarkan bunga yang berwarna oranye, sedangkan di dataran rendah jarang berbunga. Di pulau jawa, tanaman daun dewa banyak ditanam pada ketinggian antara 500-700 m dpl (Priadi, 2008).

2. Keadaan Iklim

Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki iklim sedang sampai basah, dengan curah hujan antara 1.500-3.500 mm/tahun, dan dengan kondisi tanah yang agak lembap sampai lembap serta subur. Tanaman ini menyukai daerah yang tidak terlalu terbuka, paling tidak memiliki naungan lebih kurang 25%, sehingga dapat ditumpangsarikan bersama tanaman lain yang diperkirakan tidak mengganggu pertumbuhnnya. Namun, dari beberapa penelitian, pada areal yang terbuka tanaman ini menunjukkan hasil yang baik.

3. Keadaan Tanah

Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok bagi budidaya tanaman daun dewa. Namun, tanaman daun dewa idealnya ditanam pada lahan yang gembur dan subur, banyak mengandung bahan organik (humus), dan memiliki kondisi pH 6-7. Tanah yang cenderung liat sebaiknya dihindari karena akan menghambat pertumbuhan tanaman dan umbi. Jenis tanah regosol andosol sangat cocok untuk budidaya tanaman daun dewa. Tanaman daun dewa memerlukan intensitas sinar matahari yang cukup, demikian juga sirkulasi udara dan drainase harus baik. Terjadinya genangan air (becek) harus dihindari karena akan menyebabkan gangguan pada proses metabolisme (fisiologis) pertumbuhan tanaman daun dewa. Sebaliknya, di

commit to user

tanah yang terlalu kering (kekurangan air), pertumbuhan tanaman akan terhambat sehingga tanaman kerdil dan merana (Priadi, 2008).

C. Teknik Budidaya Tanaman Daun Dewa

1. Persiapan lahan

Tanaman daun dewa sangat peka terhadap genangan air. Bila lama tergenang, akibatnya akan terjadi pembusukan pada akar dan umbi. Untuk menghindari terjadinya genangan, sebaiknya dibuat bedengan

(Winarto, 2003).

Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung

(Anonima, 2010).

Pengolahan tanah sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma. Mengolah tanah adalah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Arsjad, 2000).

2. Persiapan bahan tanaman

Perbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu setek batang, tunas akar (umbi), dan langsung menebarkan umbinya. Bahan untuk bibit diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan baik dan subur, serta tidak terserang penyakit (Priadi, 2008).

Perbanyakan dengan stek batang biasanya kurang memuaskan. Tanaman cenderung kerdil dan kurus, pertumbuhan daun terhambat dan

commit to user

jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman hasil perbanyakan mata tunas dari umbi (Anonima, 2011).

3. Penanaman

Penanaman yang paling cocok adalah pada saat akhir musim hujan, terutama di daerah-daerah yang memiliki kelembapan tinggi dan air tanah cukup memadai. Penanaman dilakukan dengan memilih bibit yang memiliki pertumbuhan baik dari tempat persemaian, yaitu setelah berumur sekitar satu bulan. Jika akan menggunakan umbi secara langsung, dipilih umbi yang memiliki kenampakan baik dan segar. Bibit-bibit tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Setiap lubang tanam cukup ditanami dengan satu batang setek atau umbi (Priadi, 2008).

Penanaman bibit daun dewa perlu juga memperhatikan saat waktu penanaman, yakni pada pagi atau sore hari. Pada saat penanaman, bibit daun dewa dibenamkan kira-kira sampai batas helai daun yang paling bawah. Kedalaman tanam sekitar 6-8 cm. Lalu tutup dengan tanah sebelah kanan dan kiri lubang tanam. Daun dewa yang ditanam terlalu dalam akan mengalami pertumbuhan lambat dan hasil yang rendah. Namun, bila ditanam terlalu dangkal akan berpengaruh pada batang yang mudah roboh (Winarto, 2003).

4. Pemeliharaan tanaman

a. Pemupukan

Pemupukan yang tepat akan meningkatkan jumlah daun, cabang, dan bobot umbi. Sebagai pupuk dasar dapat digunakan pupuk kandang atau pupuk kompos dengan dosis 0,3-0,5 kg/lubang tanam atau setara dengan 15-12 ton/ha. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman, diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam. Pemupukan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun, terutaman bila tanaman tampak kekurangan unsure hara. Dosis dan waktu pemberian pupuk daun disesuaikan dengan rekomendasi dari jenis pupuk yang digunakan (Priadi, 2008).

commit to user

Pemupukan merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsure hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal. Prinsipnya, pemupukan harus dilakukan secara tepat agar dapat memberikan produktivitas dan pertumbuhan yang maksimal bagi tanaman (Purwa, 2010).

Hormon atau Zat Perangsang Tumbuh (ZPT), merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Yang dimaksud dengan ZPT adalah 2,4-D, 2,4-S-T, IBA, NAA dan lain lain. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman (Anonimd, 2010).

b. Penyiraman

Tanaman yang kekurangan air penampilan daunnya kecil-kecil dan tebal, sedangkan tanaman yang cukup air akan memiliki helaian daun lebar dan panjang. Penyiraman dalam jumlah cukup harus dilakukan secara rutin. Namun perlu dihindari genangan air yang cukup lama disekitar tanaman karena tanaman tidak tahan terhadap genangan air. Adanya genangan air akan menyebabkan umbi membusuk dan tanaman akan layu dan mati.

c. Penyulaman

Penyulaman terhadap tanaman yang mati atau yang tidak baik

pertumbuhannya (abnormal) dapat dilakukan 7-10 hari detelah

penanaman. Penyulaman dilakukan dengan tanaman yang memiliki

pertumbuhan seragam dan baik. Penyulaman diusahakan agar tidak terlambat karena akan berpengaruh pada keseragaman panen dan kemudahan dalam perawatan (Priadi, 2008).

commit to user d. Penyiangan

Perawatan yang paling penting pada tanaman daun dewa adalah penyiangan atau pemberantasan rumput-rumput dan gulma. Penyiangan harus dilakukan secara rutin dan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tangan (Suharmiati dan Maryani, 2003).

Penyiangan harus dilakukan secara rutin, yaitu dengan memberantas rumput-rumput dan tanaman pengganggu. Tujuan penyiangan adalah menghindari terjadinya persaingan zat-zat makanan antara tanaman pokok dan tumbuhan yang tidak diinginkan (gulma). Penyiangan juga bermanfaat untuk meningkatkan intensitas sinar matahari yang masuk (Priadi, 2008).

e. Pengendalian hama penyakit

Perlindungan tanaman dilakukan terhadap kemungkinan adanya gangguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman daun dewa. Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman daun dewa adalah ulat jengkal (Nyctemera coleta) dan kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan daun sampai habis hingga hanya tersisa tulang daun. Sementara, serangan kumbang mengakibatkan daun-daun berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama tersebut dilakukan pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Pemberantasan hama dan penyakit sebaiknya tidak menggunakan pestisida sebab racun atau residu pestisida dapat menempel atau tertinggal pada bagian-bagian tanaman (Priadi, 2008).

commit to user

D. Panen dan Pasca Panen

1. Panen

a. Panen daun

Panen daun pertama dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 1-2 bulan setelah tanam. Panen selanjutnya dapat dilakukan secara rutin setiap satu bulan. Panen dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun-daun tua, sebanyak 4-6 helai ke arah pucuk, yaitu daun yang berwarna hijau tua mengilap. Pada batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap. Setelah dipanen, tanaman di pupuk kembali. Daun tanaman dewa ini dapat digunakan dalam keadaan segar/kering.

b. Panen umbi

Panen umbi dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 4-5 bulan setelah tanam, yaitu setelah tanaman berbunga untuk yang kedua kalinya. Pemanenan dapat dilakukan dengan mencabut atau membongkar tanaman dengan menggunakan cangkul, namun harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai umbi. Luka pada umbi akan menurunkan kualitasnya. Untuk mempermudah pemanenan sebaiknya tanah bedengan disiram terlebih dahulu agar lunak/gembur (Priadi, 2008).

2. Pasca Panen

Pengelolaan pasca panen tanaman obat ditujukan untuk membuat produk tanaman obat menjadi simplisia yang siap dikonsumsi oleh masyarakat umum, industri obat ataupun untuk tujuan eksport. Kegiatan yang meliputi prosesing/pengelolaan bahan sesaat setelah panen sampai tahap penyimpanan dengan tujuan agar diperoleh simplisia yang berkualitas serta tetap stabil selama penyimpanan. Pengelolaan pasca panen tersebut meliputi :

a. Pengumpulan bahan baku

b. Sortasi basah c. Pencucian

commit to user d. Penirisan

e. Pengubahan bentuk f. Pengeringan g. Sortasi kering

h. Pengepakan dan penyimpanan (Katno, 2004).

E. Kandungan dan Kegunaan

1. Kandungan Kimia

Berdasarkan hasil penelitian para ahli bahwa kandungan kimia yang terdapat pada tanaman daun dewa diantaranya berupa senyawa flavanoid, asam fenolat, asam klorogenat, asam kafeat, asam kumarat, asam p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Kandungan dan manfaat senyawa flavanoid, saponin, dan minyak atsiri diindikasikan dapat menurunkan kolesterol darah. Minyak atsiri pada daun dewa diduga dapat merangsang sirkulasi darah, juga bersifat analgetik dan anti inflamasi. Minyak atsiri dan flavanoid juga bersifat sebagai antiseptic. Senyawa lain yang terdapat pada daun dewa adalah alkaloid, tannin dan polifenol (Anonima, 2008).

2. Kegunaan Daun Dewa

Daun dewa (Gynura procumbens Lour. (Merr.)) merupakan tanaman obat yang mempunyai beberapa khasiat penting, sehingga berpotensi untuk dikembangkan. Kandungan tanaman ini antara lain minyak atsiri dan flavonoid (Siswoyo et al. 1994). Bagian tanaman yang biasa digunakan untuk bahan baku obat adalah daun dan umbinya. Manfaat yang penting pada saat ini adalah sebagai obat antikanker, penurun panas, obat penyakit kulit, dan penurun kadar gula dalam darah (Rostiana et al. 1991).

Daun dan umbi dari tanaman daun dewa bisa dipergunakan sebagai obat antikoagulan (mengencerkan bekuan-bekuan darah), anti pembengkakan, luka terpukul, melancarkan sirkulasi darah, menghentikan pendarahan (batuk

commit to user

darah, muntah darah, mimisan), mengurangi pembengkakan atau benjolan pada payudara, serta sangat efektif untuk obat memperlancar haid. Tanaman daun dewa juga memiliki rasa khas dan bersifat netral. Berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman empiris diketahui bahwa tumbuhan ini bersifat antikoagulan, antikarsinogen, antimutagenitas dan diuretic (peluruh kencing). Selain itu juga diketahui bahwa semua bagian tanaman ini dapat dipergunakan untuk mengobati tumor payudara dan luka bakar (Anonima, 2008).

F. Analisis Usaha Tani

Menurut Supriono (2009) analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah:

1. Biaya tetap

Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu.

b. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

2. Biaya variabel

Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel.

b. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan.

commit to user 3. Penerimaan

Menurut Soekartawi (1995 : 77), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q x Pq Keterangan : TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk Pq = Harga produk (Rp) 4. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso, 2005:230).

5. Perhitungan Break Even Point (BEP) a. Break Even Point (BEP) atas dasar unit

BEP (Q) = VC P FC -Keterangan :

BEP (Q) = volume penjualan pada BEP dalam unit

FC = biaya tetap (Rp)

P = harga jual produk per unit (Rp)

VC = biaya variabel per unit (Rp)

P-VC = Contribution Margin

Break Even Point atas dasar unit menunjukkan unit penjualan yang harus dicapai untuk menghindari kerugian. Sedangkan contribution

commit to user

margin/ marjin kontribusi menunjukkan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup semua biaya tetap.

b. Break Even Point (BEP) atas dasar penjualan dalam rupiah BEP (QT) = S VC FC 1 Keterangan :

BEP (QT) = volume penjualan pada BEP dalam rupiah

FC = biaya tetap (Rp)

VC = biaya variabel (Rp)

S = volume penjualan x harga jual per unit (Rp)

1VCS = Contribution Margin Ratio/Rasio marjin kontribusi

Break Even Point atas dasar penjualan menunjukkan besarnya penerimaan minimal yang harus dicapai dari hasil penjualan untuk mencapai keadaan impas dan mampu menutup semua biaya. Rasio marjin kontribusi merupakan rasio dari marjin kontribusi terhadap harga jual. 6. R/C Ratio

Menurut Anonimc (2010), R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. R/C Ratio lebih dari satu maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumusnya yaitu : R/C Ratio =

Produksi Biaya Total Penerimaan Total 7. B/C Ratio

Menurut Anonimc (2010), B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio lebih dari satu

commit to user

maka usaha ini berarti untung dan layak untuk dijalankan. Rumus B/C Ratio adalah keuntungan dibagi total biaya. Rumus B/C Ratio adalah :

B/C Ratio =

Produksi Biaya

Total

Keuntungan

8. Nilai efisiensi penggunaan modal ( ROI atau Return On Investment )

ROI dihitung untuk mengetahui keuntungan modal yang telah digunakan yaitu : ROI = TC Modal MP Keuntungan x100%

commit to user

III. TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu Pelaksanaan Magang

Magang ini dilaksanakan pada Tanggal 16 Februari – 15 Maret 2011.

2. Tempat Pelaksanaan Magang

PT. Indmira Citra Tani Nusantara, Jl. Kaliurang KM 16,3 Yogyakarta.

B. Tata Pelaksanaan Kegiatan Magang

Adapun tehnik yang digunakan dalam pelaksanaan Magang ini yaitu :

1. Wawancara

Melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung yang berhubungan dengan kegiatan yang dipelajari kepada pembimbing lapangan atau pihak yang terkait.

2. Observasi

Pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dengan pengamatan secara langsung di tempat kegiatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh untuk digunakan sebagai pelengkap atau lampiran dalam penyusunan laporan

3. Praktek Langsung

Melakukan praktek secara langsung di lapangan mengenai

pembudidayaan tanaman daun dewa (Gynura procumbens Lour.) Merr. mulai

dari persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, perawatan, pemanenan dan pasca panennya. Selain itu juga mengikuti kegiatan yang dilakukan di PT. Indmira sehingga mahasiswa dapat mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan dalam perusahaan.

4. Studi Pustaka

Mencari referensi sebagai data pelengkap dan pembanding serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah mengenai budidaya dan

commit to user

pemanfaatannya sebagai obat tradisional pada tanaman daun dewa (Gynura procumbens Lour.) Merr. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal, download internet, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.

C. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh ada 2 yaitu sebagai berikut : 1. Sumber Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan wawancara atau interview dengan pemilik atau karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut dan melakukan observasi lapangan.

2. Sumber Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan mencari referensi di luar data primer seperti buku literatur, internet, brosur dan lainnya guna melengkapi atau membandingkan dengan data primer.

commit to user

Dokumen terkait