• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Dinkmayer (1979 dalam Corey, 1984), konseling kelompok Adlerian mempunyai 4 tujuan pokok yang berhubungan dengan 4 siklus proses konseling konseling kelompok. Tujuan ini digunakan untuk konseling indivdu dan konseling kelompok:

1. Membangun dan mempertahankan hubungan empati antara konseli dan konselor yang berdasarkan pada kepercayaan bersama dan rasa hormat dan dimana konseli merasa dimengerti dan diterima konselor

2. Menyediakan suasana konseling dimana konseli dapat datang untuk mengerti kepercayaan dasar mereka dan perasaan tentang dirinya dan menemukan mengapa kepercayaan mereka bisa salah.

3. Membantu konseli mengembangkan pandangan ketujuan mereka yang salah dan kebiasaan kalah diri melalui proses konfrontasi dan interpretasi 4. Membimbing konseli dalam menemukan alternatif dan mendorong mereka

36 2.2.4 Teknik Konseling kelompok Adlerian

Konseling Adlerian menggunakan berbagai teknik untuk membantu siswa untuk mengeksplorasi perilaku. beberapa teknik ini tepat untuk konseling secara umum dan lainnya lebih sesuai untuk pengaturan individu atau kelompok. beberapa penjelasan teknik umum mengikuti:

1. Pelacakan. Siswa berpindah dalam ruangan, konselor sekolah yang profesioanal mengatakan kepada siswa apa yang sedang dia lakukan. contonya, "kamu memilih sebuah truk dan bawa itu kesini”. Ini dapat

digunakan untuk mengembangkan hubungan dengan siswa dan untuk mengatakan bahwa apa yang dia lakukan itu ssangat penting. Teknik ini sangat bekerja dengan baik dalam konseling (Kottman & Johnson, 1993) 2. Pemberitahuan kembali. Mengulang pernyataan dari apa yang mau siswa

katakan. Jika siswa mengatakan, “ boneka itu ingin memelukmu.” Konselor dapat merespon dengan “ boneka itu ingin memelukku”. Teknik Menyatakan

kembali akan menjadi yang lebih sesuai di dalam konseling dan sebagai cara untuk menyajikan, mengembangkan hubungan dan membantu siswa untuk mengembangkan diri. Kottman & Johnson (1993 dalam Erford , 2004)

3. Refleksi. Mencerminkan emosi siswa untuk membantunya menjadi lebih sadar dan memahami perasaan sendiri. konselor harus berusaha untuk mencerminkan level permukaan dari emosi baik menekankan perasan. Sebuah contoh siswa melempar mainan rusak, menendang dan berkata, "Yang selalu terjadi padaku" Konselor mungkin mengatakan "Kadang-kadang Anda merasa

37

marah karena hal-hal tidak bekerja dan Anda merasa seperti yang sering terjadi pada Anda” Kottman & Johnson (1993 dalam Erford, 2004)

4. Ingatan awal. Teknik ini mengharuskan siswa untuk mengingat beberapa peristiwa kehidupan awal (yang biasanya berasal dari waktu siswa itu 4-6 tahun). Ingatan ini membantu konselor untuk mengidentifikasi apa yang siswa percaya tentang dunia, dirinya, dan orang lain. ingatan ini dapat mencerminkan tema sebaik emosi yang spesifik adalah penting untuk memahami siswa. Konselor dapat mengidentifikasi jika siswa menyampaikan perasaan aman, dirawat, dan dapat mengontrol hal-hal. Kottman & Johnson (1993 dalam Erford, 2004)

5. Metafora konseling. Siswa akan sering menggunakan metafora dari simbol dan konselor sekolah yang profesional dapat menggunakan metafora siswa untuk mengerti dan membantu anak mengerti diri mereka. Ini dapat digunakan dalam konseling, dimana siswa akan menggunakan metafora secara spontan,

seperti “ Ini boneka ayah. Dia datang ke rumah dan berubah menjadi dokter dan memakan memakan seluruh keluarga, Kottman & Johnson (1993 dalam Erford, 2004). Secara jelas contoh ini menyediakan konselor sekolah yang profesional dengan yang sangat bagu tentang bagaiman perasaan siswa dan melihat dunia.

6. Bercerita bersama. Metafora siswa dapat juga digunakan untuk membantu siswa memahami kepercayaan dan pandangan hidupnya. Konselor sekolah yang profesional dapat memiliki anak yang menceritakan sebuah cerita dari permulaan tengah dan akhir. Cerita siswa mungkin berisi beberapa

38

kepercayaan dan persepsi yang salah dan konselor sekolah yang profesional dapat mengambil keuntungan untuk mengulang cerita dengan pandangan yang lebih positif dan adaptif untuk membantu siswa mengembangkan perspektif baru Kottman & Johnson (1993 dalam Erford, 2004)). Game bercerita bersama (Erford, 2000) progam CD-ROM yang berbasis progam window membantu memfasilitasi siswa bercerita bersama dengan menyediakan latar belakang dan karakter yang berbeda.

7. Permainan konseling. Siswa yang lebih tua tidak berharap untuk mendatangi konseling atau tidak ingin untuk mendiskusikan emosinya atau untuk mengubah perilaku mereka. Game, antara yang dibeli ditoko dan game spesial yang didesain untuk konseling, seperti beberapa seri yang dikembangkan oleh Erford (2004) ( progam CD-ROM berbasis Window 2000 a-b, 2001 a-c, 2002 a-c), dapat digunakan untuk memancing siswa yang enggan. Bermain game dapat menyediakan konselor sebuah kesempatan untuk mengamati perilaku siswa dan untuk mengidentifikasi beberapa dari sikap siswa dirinya dan orang lain. Game yang dimainkan dalam kelompok, secara umum dapat menyediakan imformasi tentang kemampuan sosial, keinginan untuk menunggu, mengambil bagian menangani ketidakjanjian. Konselor sekolah yang profesional dapat menggunakan kemampuan ini untuk membantu siswa menemukan pikirannya. Berperasaan dan perilaku, mengembangkan rasa kompetensi, dan membangun harga diri. Kadang siswa mengatakan ketiak bermain game dan memberi informasi yang lebih dari sesi tatap muka, Kottman (1990 dalam Erford).

39

8. Simulasi dan bermain peran. Menggunakan drama yang kreatif dapat memotivasi siswa yang lebih tua dalam pengaturan kelompok. anggota kelompok dapat menggunakan bermain peran untuk menemukan perilaku yang berbeda dan untuk mengamati bagaimana perilaku ini berakibat pada yang lain. Simulasi dan bermain peran dapat dengan membantu anggota kelompok mengembangkan sikap empati untuk orang lain, mengembangkan kemampuan sosial, menemukan dunia terdalam dengan lainnya, mengembangkan kemampuan mendengarkan dan kehadiran, bekerjasama dengan yang lain, belajar kemampuan mengambil keputusan, dan mengembangkan kemampuan untuk mengamati dan mengevaluasi diri yang lain, Kottman (1990 dalam Erford, 2004)

9. Pertanyaan “dapatkah ini”. Pertanyaan “ dapatkah ini” membuat konselor

menjadi sadar tentang perasaan salah perilaku siswa dan membantu siswa mengidentifikasi salah perilakunya. Jadi, jika konselor merasa terganggu oleh kesadaran siswa mencoba untuk membuat konselor melihatnya, konselor dapat

berkata “ dapatkah ini Kamu membuatku sibuk karena Kamu ingin aku

memberi perhatian kepadamu?”. Ini akan membantu siswa menjadi lebih sadar

denngan tujuan dari salah perilakunya, Poppen dan Thompson (1974 dalam Erford, 2004).

10. Tujuan paradoxical. Sebuah eksperimen, konselor dapat memiliki siswa melakukan kebalikan dari apa yang siswa harapkan untuk menemukan gejala atau salah perilaku. Ini dapat membantu siswa mengembangkan kesadaran yang besar dari akibat salah perilakunya jika dia tidak menahan diri

40

melakukan ini, tapi dengan sengaja melakukan ini. Contohnya, jika konselor mengatakan kepada siswa, sama seperti eksperimen, untuk dengan sengaja tidak membuat tugas rumah. Ini mungkin membantu siswa menjadi sadar dengan fakta bahwa dengan memilih perilakunya. Dengan tidak membuat tugas rumah tidak atraktif ketika ini diijinkan, dan mem bangtu siswa melihat bagaimana bodoh dan lucu siswa salah perilaku mereka, Dinkmayer (1979 dalam Erford, 2004). Teknik ini harus digunakan secar hati-hati untuk waktu yang terbatas, dengan siswa yangs sesuai (dan dengan persetujuan dan dukungan dengan guru siswa) untuk bekerja secara efektif.

11. Berpura-pura pada subklien. Teknik ini menyambut kepada sebuah kegiatan sekolah asrama dimana siswa akan berpura-pura untuk membuat siswa menyerah. Disini, konselor mengidentifikasi tujuan dan mengulangi beberapa salah perilaku dan merusak kelucuan. Dari siswa dengan menurunkan kesenangan klien mungkin dapat dari salah perilaku. Contohnya, konselor mungkin dengan merefleksi kepada siswa yang lebih tua bahwa masalah minum-minumannya mungkin adalah cara untuk siswa tetap berhubungan kepada ayah yang dia nyatakan benci, karena ayah adalah alkoholic dan itu adalah sesuatu yang klien dapat bagikan, Carlson & Sperry (2001 dalam Erford, 2004).

12. Berakting “seperti jika”. Konselor sekolah yang profesional dapat

memiliki siswa, sebuah tugas atau latihan, berakting dengan cara dia ingi berakting. Siswa mungkin menahan diri pada awalnya, mengatakan bahwa ini hanya berpura-pura dan tidak nyata. Bagaimanapun juga, konselor dapat

41

menghubungkan untuk mencoba pikiran baru untuk mengganti pakaian. Siswa mungkin mencoba untuk memakai dan melihatnya bekerja. Jika siswa tidak mencoba dan merasa lebih baik, klien mungkin memutuskan untuk berperilaku berbeda. Ini dapat dilakukan untuk beberapa waktu, kemudian siswa dapat kembali kepada konselor untuk mendiskusikan hasilnya, Dinkmayer (1979 dalam Erford, 2004). Sebuah contoh seperti bahwa siswa

yang malu dapat berakting seperti dengan berkata ramah dan mengatakan “ hallo” untuk tiap orang yang ditemui.

13. Menangkap seseorang. Seperti siswa menjadi lebih sadar, konselor sekolah yang profesional dapat menyarankan bahwa siswa menangkap dirinya melakukan sesuatu yang siswa mungkin ingin ubah. Pertama, siswa akan mencoba untuk menangkap dirinya terlalu lambat melakukan sesuatu. Seperti praktek siswa belajar untuk mengantisipasi dan mencegah situasi tertentu / mengubah perilakunya. Ini dapat dilakukan dengan rasa humor, dan bekerja baik jika siswa dapat tertawa tentang dirinya, Dinkmayer (1979 dalam Erford, 2004).

14. Membuat perpindahan. Kadang, siswa harus dimotivasi untuk berubah. Taktik ini harus digunakan secara hati-hati dan dalam rasa percaya dan hubungan konselor sekolah yang profesional berkembang dengan siswa. Untuk membuat perpindahan, konselor dapat menggunakan kejutan untuk menghantam siswa keluar dari kemalasan. Contohnya, jika siswa memutuskan ingin menyerah, konselor mungkin setuju dengannya, Dinkmayer (1979 dalam

42

Erford, 2004). Jika digunakan secara benar, tida mengatakan hal yang diinginkan dapat berakibat dalam waktu dari kesadaran diri yang dalam. 15. Mencegah pemberontakan kekuatan. Sering, siswa akan mencoba sejalan dengan konselor dalam peran dasar pada keinginan siswa dan keyakinan tentang dunia. Dengan demikian, siswa mungkin mencoba untuk memancing konselor ke dalam mengukur yang siswa tidak suka. Konselor harus tetap sadar tentang perasaan anak mencoba untuk memperoleh dan mencegah memberinya untuk rasa tersakiti atau ketidakberanian. Secara umum, konselor mencegah kekuatan pemberontakan dengan anak, Dinkmayer (1979 dalam Erford, 2004).

16. Pengaturan tugas dan komitmen. Disini, konselor membantu siswa untuk mengidentifikasi apa yang dia dapat lakukan dengan masalah dan berjanji untuk melakukan ini untuk periode waktu yang spesifik. Jika siswa sukses, siswa mungkin merasa didorong dan berlanjut untuk berubah. Jika tidak, perilaku baru dapat ditemukan dan siswa dapat mencoba lagi, Dinkmayer (1979 dalam Erfort, 2004)

17. Teknik tekan tombol. Siswa mengerti bahwa siswa bertanggung jawab untuk perasaan baik baik dan buruk yang siswa alami. Manusia mengatur mood siswa. Teknik ini, siswa dapat di tuntun secara mental mengalami sendiri sesuatu yang memberi perasaan yang sangat baik. Kemudian, siswa dapat menvisualisasi sebuah pengalaman yang membuatnya merasa sangat buruk. Sama seperti anak melakukan ini, konselor sekolah yang profesional dapat membantu siswa belajar untuk menghubungkan bagaimana pikiran

43

seseorang tentang pengalaman yang menuntun perasaan seseorang tentang pengalaman, Carlson & Sperry (2001 dalam Erford, 2004).

Dokumen terkait