BAB I PENDAHULUAN
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dirumuskan untuk memberikan arah kegiatan pembuatan alat sehingga dapat dijadikan ukuran tingkat keberhasilannya.
Tujuan dan manfaat dirumuskan meliputi tujuan umum pembuatan Tugas Akhir.
Tujuan dan manfaat yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Membantu industri kecil dan menengah untuk dapat memotong kayu secara otomatis dengan skala yang lebih besar.
2. Cepat dan aman untuk pada saat proses pemotongan kayu untuk para pekerja.
3. Mengendalikan Alat Pemotong Kayu Otomatis dengan PLC.
4. Membuat program PLC OMRON CP1E untuk Mesin Pemotong Kayu Otomatis dengan bahasa Ladder.
5. Dapat menghubungkan Mesin Pemotong Kayu Otomatis dengan Trainer PLC.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Alat pemotong kayu otomatis adalah alat yang digunakan untuk membantu proses pemotongan kayu untuk indsutri atau usaha rumahan.
Pemotongan kayu berupa pemotongan satu buah kayu agar di potong menjadi balok dalam beberapa bagian. Mekanisme pemotongan alat pemotong kayu ini cukup sederhana yakni dengan menekan Push Buton kemudian Linear Actuator akan terkena sensor reed switch kemudian pisau pemotong yang telah terususun membentuk lingkaran akan memotong bagian kayu yang sudah terkena sensor sehingga kayu menjadi bagian bagian yang sudah terpotong hanya dengan sekali langkah.
Panji Ismail dalam penelitian yang berjudul “Alat Pemotong Kertas Otomatis Berbasis PLC CP1H” mengalami masalah pada ketepatan pembacaan sensor.
Taufik Maulana dalam penelitian yang berjudul “Otomasi Alat Pemotong Dengan PLC CP1E” memiliki masalah linear actuator tidak dapat berhenti saat proses pemotongan
B. Dasar Teori
1. PLC (Programmable Logic Controller)
PLC pertama kali digunakan sekitar pada tahun 1960-an untuk menggantikan peralatan konvensional yang begitu banyak, PLC disusun dan dipakai pertama kali oleh sebuah perusahaan mesin-mesin terkenal sampai sekarang yang bernama General Motor pada tahun 1968. Berdasarkan pada standar yang dikeluarkan oleh Nasional Electrical Manufacture Association (NEME) ICS3-1978 Part ICS-304, PLC didefinisikan sebagai berikut :
“PLC” adalah suatu peralatan elektronik yang bekerja secara digital, memiliki memori yang dapat diprogram menyimpan perintah-perintah
4
untuk melakukan fungsi-fungsi khusus seperti logic, timing, counting dan aritmatika untuk mengontrol sebagai jenis mesin atau proses melalui analog atau digital input/output modules. Didalam PLC berisi rangkaian elektronika yang dapat difungsikan seperti contact relay (baik NO (Normally Open) maupun NC (Normally Close)) pada PLC dapat digunakan berkali-kali untuk semua instruksi dasar selain instruksi output.
PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relay, contactor dan lain lain. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengoperasikan PLC berbeda dengan bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang digunakan adalah Ladder, yang hanya berisi input-proses-output. Disebut Ladder karena bentuk tampilan bahasa pemrogramannya memang seperti tampilan tangga. Disamping menggunakan pemrograman ladder, PLC juga dapat diprogram dengan pemrogaman SFC (Sequential Function Chart) dan pemrograman ST (Statement List), untuk yang ST sudah jarang digunakan lagi.
Kontrol kendali industri pada awalnya mengandalkan pada relay eletromekanik. Relay ini bekerja berdasarkan prinsip kemagnetan. Sistem kendaki ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Membutuhkan ruang kontrol yang besar.
2. Perawatannya susah.
3. Pengembangan sistem tidak mudah.
4. Butuh waktu yang lama untuk membangun, memelihara,memperbaiki dan mengembangkan sistem kendali dengan relay elektromekanik.
Perkembangan komponen mikroelektronik pada akhirnya mampu menghasilkan sistem yang dapat menggantikan fungsi puluhan bahkan ratusan relay elektromekanik hanya dengan satu keping chip mikrokontroller yang dapat diprogram.
Pada Trainer ini menggunakan PLC OMRON seri CP1E, karena dengan segala fasilitasnya dapat menunjang alat yang dibuat. Adapun kelebihan dari PLC OMRON seri CP1E:
1. Harga/biaya terjangkau 2. Aplikasi mudah digunakan 3. Aplikasi mencakup banyak fungsi a. Prinsip Kerja PLC
Pada prinsip sebuah PLC melalui modul input bekerja menerima data-data berupa sinyal dari peralatan input luar (external input device) dari sistem yang dikontrol. Peralatan input luar tersebut antara lain berupa sekelar, tombol, sensor. Data-data masukan yang masih berupa sinyal analog akan diubah oleh modul input A/D (analog to digital input module) menjadi sinyal digital. Selanjutnya oleh prosesor sentral (CPU) yang ada didalam PLC sinyal digital itu diolah sesuai dengan program yang telah dibuat dan disimpan di dalam ingatan (memory). Seterusnya CPU akan mengambil keputusan dan memberikan perintah melalui modul output dalam bentuk sinyal digital. Kemudian oleh modul output D/A (digital to analog module) dari sistem yang dikontrol seperti antara lain berupa kontaktor, relay, solenoid, heater, alarm dimana nantinya dapat untuk mengoperasikan secara otomatis sistem proses kerja dikontrol tersebut.
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut : 1. Programmable
Menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan program yang telah dibuat dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.
2. Logic
Menunjukan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.
3. Controller
Menunjukan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan. Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada
suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output output..
b. Fungsi PLC
Fungsi dari kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat dibagi secara umum dan secara khusus. Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut :
1. Sekuensial Control
PLC memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada operator.
Sedangkan fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC (Computerized Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut.
CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.
c. Kelebihan dan Kekurangan PLC
Adapun kelebihan maupun keuntungan tersebut antara lain:
1. Harganya Lebih Murah
Jika kita melihat kembali kepada sisi fleksibelnya tentunya sudah menjadi jawaban, dimana harga yang dikeluarkan jauh lebih sedikit murah jika dibandingkan dengan menggunakan sistem sebelumnya. Ketika sistem lama (relay) masih banyak menggunakan pengkabelan yang memakan banyak biaya, PLC menawarkan pengkabelan yang sederhana. Pengkabelan dapat dilakukan dengan jumlah yang banyak hanya dengan sebuah PLC, karena PLC mencakup relay, timer, counter, sequencer, dan beberapa fungsi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Fleksibel
Dahulu, penggunaan perangkat sistem kendali membutuhkan banyak sistem pengolahan untuk masing-masing perangkat saja.
Misalnya jika terdapat lima mesin maka dibutuhkan lima pengendali.
Hal tersebut kini teratasi dengan menggunakan PLC. Cukup menggunakan sebuah PLC saja, banyak perangkat yang dapat dijalankan dengan programnya masing-masing. Sistem pengkabelan mulai dibenahi dan direduksi, semakin sedikit kabel yang digunakan dan sederhana. Tak perlu banyak ruang untuk menempatkannya
3. Bisa Melakukan Pemrograman, Pemrograman Ulang dan Koreksi dengan Mudah
PLC memiliki kelebihan dimana sistemnya dapat diprogram ulang secara cepat, proses produksi yang bercampuran dapat diselesaikan dengan cepat. Bahkan ketika sistem sedang dijalankan.
Bila salah satu sistem akan diubah atau dikoreksi, pengubahannya hanya dilakukan pada program yang terdapat di komputer, dengan waktu yang relatif singkat, setelah itu baru didownload ke PLC.
4. Metode Pemrograman Mudah dan Bermacam-macam
Banyak metode untuk membuat suatu program pada PLC.
Seperti pada penjelasan pemrograman pada PLC, disebutkan bahwa terdapat banyak metode yang ditawarkan untuk membuat suatu program pada PLC, di antaranya Ladder Logic Diagram Mncumunic dan Function Block Diagram. Setiap programer dapat memilih metode sesuai dengan kebutuhan dan kamampuan.
5. Sistem Terbaru dengan Wireless
Sistem terbaru dari PLC yaitu dengan menawarkan sistem yang wireless dan dapat diakses oleh penggunaanya dengan mudah dan jarak jauh. Tak harus masuk ke dalam kantor atau ruangan khusus.
6. Upgrade Sistem Komponen Lebih Cepat
Pengguna dapat menambahkan komponen-komponen kendali setiap saat dan tanpa memerlukan tanaga juga biaya yang besar seperti pada pengendali konvensional (relay). Dimudahkan juga dengan komponen yang tersedia dalam bentuk paket modul, pemasangan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Adapun kekurangan-kekurangan PLC dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Operasi dengan Rangkaian yang Statis (Tetap)
Kinerja PLC menjadi tidak optimal dan efektif bahkan memboroskan biaya jika rangkaian pada sebuah operasi tidak dilakukan perubahan secara menyeluruh. Proses justru akan menjadi lambat dan membuat sistem terganggu, mempengaruhi pada hasil produksi dan keluaran.
2. Aplikasi Program PLC Buruk untuk Aplikasi Statis (Tetap) Aplikasi-aplikasi PLC dapat mencakup beberapa fungsi sekaligus. Di lain sisi, beberapa aplikasi merupakan aplikasi dengan satu fungsi. Jarang sekali dilakukan perubahan bahkan tidak sama sekali atau statis. Hal tersebut membuat penggunaan PLC pada aplikasi dengan satu fungsi dinilai tidak efektif bahkan
dapat menghabiskan biaya yang besar alias boros.
d. Konfigurasi System PLC
Dalam System PLC ini terdapat 4 bagian komponen utama yaitu : 1. Central Processing unit (CPU) merupakan otak utama dari PLC yang
terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Mikroprosessor merupakan otak dari PLC yang di fungsikan untuk operasi matematika dan operasi logika.
b. Memori merupakan bagian dari CPU yang digunakan untuk melakukan proses penyimpanan dan pengiriman data pada PLC.
c. Catu daya yang berfungsi untuk mengubah sumber masukan tegangan bolak-balik menjadi sumber tegangan searah.
2. Programmer/monitor digunakan untuk memasukan program ke dalam PLC dan dapat memonitor proses yang di lakukan oleh PLC.
3. Input/output modules untuk merubah sinyal listrik yang datang dari peralatan luar menjadi besaran tegangan dengan level rendah dan kemudian di proses oleh CPU yang menjadi bentuk sinyal dengan level-level tertentu untuk mengontrol peralatan-peralatan output.
4. Spesifikasi PLC Omron
Untuk PLC sekarang ini banyak yang bermunculun, dimana setiap keluaran atau merk dan type PLC mimiliki konfigurasi terminal input/output yang berbeda dan keunggulan masing-masing dan tentunya berrbeda pula segi ukurannya. Berikut ini spesifikasi PLC merk Omron :
Tabel 2.1 Spesifikasi PLC Omron CP1E
Unit PLC dibuat dalam banyak model/tipe. Pemilihan suatu tipe PLC harus mempertimbangkan, yang dibedakan sebagai berikut :
1. Jenis catu daya
2. Jumlah terminal input/output 3. Tipe rangkaian output
Berikut ini spesifikasi dan bentuk fisik dari PLC OMRON :
Gambar 2.2 Bentuk fisik PLC Omron CP1E-N40
Gambar 2.3 Bagian dari PLC e. Dasar Pemrograman PLC
Pada dasarnya PLC tidak dapat melakukan apa-apa tanpa adanya program di dalam memori proses. Program PLC dimasukkan ke dalam memori dengan menggunakan peralatan pemrograman PLC yang sesuai, peralatan pemrograman PLC itu diantaranya :
a. Hand-held Unit.
b. Terminal video.
c. Komputer pribadi/PC.
f. Bahasa Pemrograman
PLC memiliki banyak bahasa pemograman. Sedangkan bahasa yang sering di gunakan atau mudah untuk di gunakan adalah dengan menggunakan diagram ladder.
Diagram Ladder terdiri dari garis vertikal yang di sebut garis bar.
Instruksi yang dinyatakan dengan simbol digambarkan dan disusun sepanjang garis horizontal dimulai dari kiri dan dari atas ke bawah.
Diagram ladder digunakan untuk menggambarkan rangkaian listrik dan dimaksudkan untuk menunjukan urutan kejadian, bukan hubungan kabel antar komponen. Pada Diagram ladder memungkinkan elemen-elemen elektrik dihubungkan sedemikian rupa sehingga keluaran (output) tidak hanya terbatas pada ketergantungan terhadap masukan (input) tetapi juga
terhadap logika. Diagram ladder memuat beberapa blok yang dapat mempresentasikan aliran program dan fungsi seperti :
1. Contact
Contact dapat berupa kontak input (saklar, push button), kontak internal variabel
(relay otomatis) dan lain-lain, ada 4 macam tipe kontak yaitu : a. Kontak NO (Normally Open) adalah kontak yang terdapat pada
Diagram ladder dimana pada saat keadaan sistem belum bekerja kondisi kontak dalam keadaan terbuka.
b. Kontak NC (Normally Close) adalah kontak yang terdapat pada Diagram laddder di mana pada saat keadaan sistem belum bekerja kondisi kontak dalam keadaan tertutup.
c. Kontak rising edge adalah kontak yang terdapat pada Diagram ladder di mana pada saat keadaan sistem mulai bekerja kondisi kontak berubah dari logika “0” menjadi logika “1”.
d. Kontak falling edge adalah kontak yang terdapat pada Diagram ladder di mana pada saat keadaan sistem mulai bekerja kondisi kontak berubah dari logika “1” menjadi logika “0”.
2. Coil
Coil secara umum menyatakan output, ada 4 macam tipe coil yaitu:
a. Coil
b. Negatif coil c. SET coil d. RESET coil
Dibawah ini Instruksi-instruksi Dasar PLC penulisan ladder diagram pada PLC :
1. LOAD
Instruksi load pada PLC mempunyai kode LD. Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut untuk mengeluarkan satu output, logikanya seperti contact NO relay.
Ladder diagram simbol Load ditunjukan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 Instruksi LOAD 2. LOAD NOT
Instruksi Load not pada PLC mempunyai kode LD NOT.
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol hanya membutuhkan satu kondisi logic saja dan sudah dituntut untuk mengeluarkan satu output. Logikanya seperti contact NC relay. Ladder diagram simbol Load not ditunjukkan pada Gambar di bawah ini :
Gambar 2.5 Instruksi LOAD NOT
3. AND
Instruksi AND pada PLC mempunyai singkatan kode AND.
Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang harus terpenuhi semuanya untuk mengeluarkan satu output.
Logikanya seperti susunan seri, Ladder diagram simbol AND ditunjukan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Instruksi AND 4. OR
Instruksi OR pada PLC mempunyai kode OR. Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja (sequence) pada suatu sistem kontrol hanya membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logika untuk mengeluarkan satu output. Logikanya seperti susunan paralel, Ladder diagram simbol OR ditunjukan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Instruksi OR 5. OUT
Intruksi Out pada PLC mempunyai kode OUT. Instruksi ini berfungsi untuk mengetahuan output jika semua kondisi logika ladder diagram sudah terpenuhi. Logika seperti contact NO relay, Ladder diagram simbol Out ditunjukan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.7 Instruksi Out 6. OUT NOT
Instruksi Out not pada PLC mempunyai kode Out not.
Instruksi ini berfungsi untuk mengeluarkan output jika semua kondisi logika ladder diagram tidak terpenuhi. Ladder diagram simbol Out not ditunjukan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.8 Instruksi Out not
7. Timer dan Counter
Instruksi Timer (TIM) dapat digunakan sebagai timer On-delay pada rangkaian relay. Timer number (N) merupakan memori timer yang akan ON ketika sinyal masukan TIM ON dan terus ON sepanjang waktu yang ditentukan oleh SV (set value dengan time base 0,1 detik). Dengan kata lain timer N akan ON tertunda selama SV detik ketika sinyal TIM ON dan saat sinyal TIM OFF maka N juga akan OFF.
Ladder diagram Timer (TIM) ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.9 Instruksi Timer
Intruksi Counter (CNT) merupakan salah satu instruksi counter down dari SV pada saat kondisi ON untuk mengubah sinyal input dari kondisi OFF ke ON sebagai pemicu proses pencacahan. Masukan reset, angka counter, dan nilai set (SV) dapat diaturkan dalam program. Nilai set dapat diberikan antara 0000-9999.
Ladder diagram Counter (CNT) ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.10 Instruksi Counter 8. KEEP
Instruksi KEEP adalah sebuah perintah plc yang berfungsi sebagai coil untuk menjaga atau mengunci alamat pada coil tersebut.
Bisa diartikan menyederhanakan sebuah rangkaian pengunci atau relay lets tanpa perlu kontak bantu, jadi hanya tombol on dan off.
Perintah KEEP untuk tombol ON adalah Set sedangkan OFF adalah Reset.
Gambar 2.11 Instruksi KEEP
9. END
Instruksi END digunakan sebagai tanda program selesai, jika program tidak diberi perintah END maka PC akan memberi peringatan (error) pada display. Ladder diagram perintah END ditunjukan pada di bawah ini.
Gambar 2.12 Instruksi END
g. Konsep Perancangan Sistem Kendali dengan PLC
Dalam merancang suatu sistem kendali dibutuhkan pendekatan-pendekatan sistematis dengan prosedure sebagai berikut :
1. Rancangan Sistem Kendali 2. Penentuan I/O
3. Perancangan Program (Program Design) 4. Pemrograman (Programming)
5. Menjalankan Sistem (Run The System)
2. Linear Actuator
Sebuah Linear Actuator merupakan aktuator yang menciptakan gerak dalam garis lurus, sebagai kontras dengan gerakan melingkar dari motor listrik konvensional. Aktuator linier digunakan dalam peralatan mesin dan mesin industri, dalam peripheral komputer seperti disk drive dan printer, dalam katup dan peredam, dan di banyak tempat lain di mana gerakan linier diperlukan. Silinder hidrolik atau pneumatik inheren menghasilkan gerakan linier, mekanisme lain yang digunakan untuk memberikan gerakan linier dari motor berputar.
Gambar 2.13 Linear Actuator
Pada umumnya Hidrolik actuator atau silinder hidrolik biasanya melibatkan sebuah silinder berongga memiliki piston dimasukkan di dalamnya. Tekanan seimbang diterapkan pada piston menyediakan kekuatan yang dapat memindahkan objek eksternal. Karena cairan hampir mampat, sebuah silinder hidrolik dapat memberikan perpindahan dikendalikan linier tepat piston. Perpindahan ini hanya sepanjang sumbu piston. Sebuah contoh yang sederhana dari aktuator hidrolik dioperasikan
secara manual adalah jack mobil hidrolik. Biasanya meskipun, " aktuator hidrolik " merujuk ke perangkat dikendalikan oleh pompa hidrolik.
3. Motor DC
Gambar 2.14 Simbol dan Bentuk Fisik Motor DC
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik. Motor DC ini juga dapat disebut sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel, Kipas DC, Bor Listrik DC dan Mobil RC.
Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan sejumlah putaran per menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per minute) dan dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut dibalik. Motor Listrik DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan Motor Listrik DC memberikan kecepatan rotasi sekitar 100 rpm hingga 8000 rpm dengan tegangan operasional dari 1,5V hingga 24V.
Apabila tegangan yang diberikan ke Motor Listrik DC lebih rendah dari tegangan operasionalnya maka akan dapat memperlambat rotasi motor DC tersebut sedangkan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan operasional akan membuat rotasi motor DC menjadi lebih cepat. Namun
ketika tegangan yang diberikan ke Motor DC tersebut turun menjadi dibawah 50% dari tegangan operasional yang ditentukan maka Motor DC tersebut tidak dapat berputar atau terhenti. Sebaliknya, jika tegangan yang diberikan ke Motor DC tersebut lebih tinggi sekitar 30% dari tegangan operasional yang ditentukan, maka motor DC tersebut akan menjadi sangat panas dan akhirnya akan menjadi rusak.
Pada saat Motor listrik DC berputar tanpa beban, hanya sedikit arus listrik atau daya yang digunakannya, namun pada saat diberikan beban, jumlah arus yang digunakan akan meningkat hingga ratusan persen bahkan hingga 1000% atau lebih (tergantung jenis beban yang diberikan). Oleh karena itu, produsen Motor DC biasanya akan mencantumkan Stall Current pada Motor DC. Stall Current adalah arus pada saat poros motor berhenti karena mengalami beban maksimal.
4. Solenoid
Solenoida atau Solenoid adalah perangkat elektromagnetik yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi gerakan. Energi gerakan yang dihasilkan oleh Solenoid biasanya hanya gerakan mendorong (push) dan menarik (pull). Pada dasarnya, Solenoid hanya terdiri dari sebuah kumparan listrik (electrical coil) yang dililitkan di sekitar tabung silinder dengan aktuator ferro-magnetic atau sebuah Plunger yang bebas bergerak “Masuk”
dan “Keluar” dari bodi kumparan. Sebagai informasi tambahan, yang dimaksud dengan Aktuator (actuator) adalah sebuah peralatan mekanis yang dapat bergerak atau mengontrol suatu mekanisme. Solenoid juga tergolong sebagai keluarga Transduser, yaitu perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya.
Gambar 2.15 Solenoid
Solenoid sering digunakan di aplikasi-aplikasi seperti menggerakan dan mengoperasikan mekanisme robotik, membuka dan menutup pintu dengan listrik, membuka dan menutup katup (valve) dan sebagai sakelar listrik. Solenoida yang dapat membuka dan menutup katup biasanya disebut dengan Solenoid Valve (Solenoida Katup).
Gambar 2.16 Simbol Solenoid
5. Sensor Reed Switch
Gambar 2.17 Sensor Reed Switch
Reed Switch merupakan salah satu jenis sensor yang terbilang sangat sederhana. Kenapa dikatakan sederhana? karena reed switch ini hanya terdiri dari dua buah plat yang saling berdekatan.
Reed Switch adalah sensor yang berfungsi juga sebagai saklar yang aktif atau terhubung apabila di area jangkauan nya terdapat medan magnet.
Medan magnet yang cukup kuat jika melalui area sekita reed switch, maka dua buah plat yang salaing berdekatan tadi akan terhubung sehingga akan
Medan magnet yang cukup kuat jika melalui area sekita reed switch, maka dua buah plat yang salaing berdekatan tadi akan terhubung sehingga akan