• Tidak ada hasil yang ditemukan

xxiii

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:

a. Mengetahui nilai probabilitas emiten memperoleh opini going concern

dengan memperhatikan Quick Ratio

b. Mengetahui nilai probabilitas emiten memperoleh opini going concern

dengan memperhatikan Return on Equity

c. Mengetahui nilai probabilitas emiten memperoleh opini going concern

dengan memperhatikan Debt to Equity Ratio

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka penulis berharap bahwa hasil dari penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu:

a. Bagi Auditor, sebagai suatu tinjauan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan.

b. Bagi investor, memberikan pengetahuan dalam menilai keadaan sesungguhnya dari suatu perusahaan dalam industri Restaurant, Hotel, and Tourism, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

c. Bagi pembaca, memberikan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan pengamatan yang lebih mendalam

xxiv

terhadap faktor-faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap pemberian opini going concern dan pengungkapan rencana manajemen didalam laporan auditor independen.

d. Bagi penulis, memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pegaruh rasio keuangan, rencana manajemen terhadap opini going concern yang diberikan oleh auditor.

xxv BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rasio Keuangan

Rasio keuangan dihitung dengan membagi nilai rupiah pos yang dilaporkan pada laporan keuangan dengan nilai rupiah pos lainnya yang dilaporkan. Tujuan rasio keuangan ini adalah untuk menyatakan suatu hubungan di antara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan dan mudah dibandingkan dengan informasi lainnya. Selain itu rasio juga bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan kegiatan-kegiatan keuangan perusahaan dan melakukan perbandingan dengan hasil tahun-tahun sebelumnya atau dengan perusahaan lainnya.

Berbagai penelitian dilakukan untuk mengkaji manfaat dari analisis rasio keuangan. Seperti Almalia dan Kristijadi (2003), dalam penelitian ini mengakaji analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian ini, menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan, dengan rasio keuangan yang paling dominan adalah rasio profit margin yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan, rasio financial leverage, rasio lancar (current asset), dan rasio pertumbuhan.

Begitu pula dengan hasil penelitian Muliaman D Hadad, dkk (2003), rasio keuangan dinyatakan ampuh untuk menganalisis kondisi keuangan

xxvi

perusahaan, terutama untuk menganalaisis kebangkrutan suatu perusahaan. Manfaat lain dari analisis rasio keuangan adalah dapat digunakan untuk memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini berdasarkan pengujian Mcfoedz (1994) dalam penelitian Almilia dan Kristijadi (2003). Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut cash flows/current liabilities, net worth and total liabilities/fixed assets, gross

profit/sales, operating income/sales, net income/sales, quick assets/inventory,

operating income/total liabilities, net worth/sales, current liabilities/net worth,

dan net worth/total liabilities. Ditemukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke muka, namun tidak bermanfaat untuk memprediksi lebih dari satu tahun. Sofyan Syafri Harahap (2007) menjabarkan keunggulan daripada teknik rasio keuangan, antara lain:

1. Rasio keuangan merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan;

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit;

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain;

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score);

xxvii

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”; 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa

yang akan datang.

Disamping keunggulan seperti yang telah dijelaskan diatas, Sofyan Syafri Harap (2007) juga mengemukakan beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Keterbatasan tersebut, yaitu:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya;

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. 4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa

diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

xxviii d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio keuangan yang menurut penulisnya cocok untuk memahami perusahaan. Umumnya rasio yang paling populer dan dikenal, adalah; rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. Rasio-rasio tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dalam waktu dekat. Analisis posisi likuiditas perusahaan memberikan indikator kemampuan membayar utang jangka pendek perusahaan dan efisiensi operasi manajemen saat ini, semakin likuid sebuah perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut sanggup membayar para karyawan, pemasok, dan pemegang wesel tagihnya (Henry Simamora, 2002:395).

Likuiditas merupakan faktor penting dalam analisis laporan keuangan. Pada akhirnya, perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dapat dipaksa pailit dan tidak mempunyai kesempatan lagi untuk beroperasi. Fokus analisis likuiditas adalah pada modal kerja atau beberapa komponen modal kerja.

xxix a. Quick Ratio

Persediaan dan beban dibayar dimuka merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid. Dalam perusahaan dengan siklus operasi yang panjang, kemungkinan dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengkonversikan persediaan menjadi kas. Oleh karena itu, banyak kreditor yang lebih menyukai Quick Ratio ketimbang rasio lancar sebagai ukuran solvensi jangka pendek perusahaan. Rasio cepat tidak menyertakan persediaan dan beban dibayar dimuka sebagai dasar aktiva lancarnya karena merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid. Quick Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva cepatnya. Aktiva cepat adalah aktiva yang dapat dengan segera dikonversikan menjadi kas. Quick Ratio(Rasio cepat) merupakan pelengkap penting untuk rasio lancar. Rasio untuk menghitung rasio cepat adalah sebagai berikut:

Henry Simamora (2000:526), menyatakan bahwa dalam memutuskan apakah suatu rasio cepat itu memuaskan atau tidak, para pemodal memperhitungkan kualitas surat berharga dan piutang perusahaan. Suatu akumulasi dari surat berharga atau piutang yang

Quick Ratio

= Kas + Setara Kas + Surat Berharga + Piutang Kewajiban Lancar

xxx

kualitasnya buruk, atau keduanya, dapat menyebabkan rasio cepatnya tampak seolah-olah menguntungkan. Pada saat mengacu kepada surat berharga, kualitas yang buruk berarti surat berharga yang kemungkinan besar akan mendatangkan kerugian pada waktu dijual. Piutang dagang bermutu rendah mungkin tidak akan tertagih atau tidak dapat ditagih sebelum jatuh tempo. Kualitas piutang tergantung pada umur piutang, yang dapat dinilai dengan membuat skedul umur piutang atau dengan menghitung tingkat putaran piutang dagang.

b. Current Ratio

Current Ratio (rasio lancar) merupakan ukuran likuiditas relatif yang diperhitungkan perbedaan dalam ukuran absolut. Rasio ini dipakai untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan jumlah aktiva dan kewajiban lancar yang berbeda, serta untuk membandingkan likuiditas perusahaan yang sama dari tahun ke tahun. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah:

Rasio tersebut menunjukkan hubungan aktiva lancar dengan kewajiban lancar menurut nilai mata uangnya. Rasio yang rendah dapat berarti bahwa perusahaan tidak akan sanggup melunasi utang jangka pendeknya dalam kondisi darurat. Rasio yang tinggi dianggap

Current Ratio

= Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

xxxi

menguntungkan bagi kreditor. Walau kreditor jangka pendek umumnya merasa nyaman melihat saldo modal kerja yang besar, saldo yang besar itu sendiri bukanlah menjadi jaminan bahwa utang usaha akan dilunasi ketika jatuh tempo.

John J Wild, et al (2005:188), mengungkapkan alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:

(i) Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar.

(ii) Penyangga kerugian. Semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar nonkas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi.

(iii) Cadangan dana lancar. Rasio lancar menunjukkan keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.

Meskipun rasio lancar merupakan ukuran yang berguna dan relevan terhadap likuiditas dan solvabilitas jangka pendek, ia memiliki keterbatasan yang harus diperhatikan. Rasio lancar merupakan ukuran

xxxii

statis atas sumber daya yang tersedia pada suatu waktu untuk memenuhi kewajiban lancar. Cadangan sumber daya kas lancar tidak memiliki hubungan logis dan sebab akibat dengan arus kas masuk masa depan. Pada hal arus kas masuk masa depan merupakan indikator likuiditas yang terbaik. Arus kas masuk ini tergantung dari faktor-faktor yang tidak dicakup dalam rasio, seperti penjualan, pengeluaran kas, keuntungan, dan perubahan kondisi usaha.

c. Cash Ratio

Apabila dilihat, maka sebenarnya yang digunakan untuk membayar utang adalah kas. Oleh karena itu, rasio kas (cash ratio) ini menawarkan perhitungan kemampuan kas untuk menutupi seluruh utang jangka pendek. Rasio ini kadang-kadang disebut juga dengan

cash to current liabilities ratio. Adapun rumusnya yaitu:

Pada jenis usaha tertentu cash ratio bisa besar. Jenis usaha berbasis internet atau yang biasa dikenal dengan dotcom bisa dijadikan contoh. Karakter usaha ini antara lain:

1) Utang ke lembaga keuangan kecil. Bank tidak terlalu kenal bisnisnya, sehingga kurang berani menyalurkan dana.

Cash Ratio = Cash and Cash Equivalent + Marketable Securities Current Liabilities

xxxiii

2) Adanya cadangan kas besar sebagai cara mengahadapi ketidakpastian usaha.

2. Rasio Profitabilitas

Analisis profitabilitas (profitability analysis) terdiri atas tes yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja laba perusahaan selama tahun tersebut. Hasilnya lalu dipadukan dengan data lainnya guna memprediksi potensi kemampuan perusahaan memperoleh laba, yang dianggap penting bagi kalangan manajer, kreditor, pemegang saham, karena dalam jangka panjang perusahaan harus beroperasi dengan laba yang memuaskan agar tetap hidup. Potensi kemampuan perusahaan memperoleh laba juga signifikan bagi para pemakai laporan keuangan lainnya, seperti pemasok dan serikat pekerja, yang berminat dalam membina hubungan yang berkesinambungan dengan perusahaan yang sehat secara finansial. Kesehatan keuangan perusahaan tergantung pada daya laba di masa yang akan datang.

a. Return on Equity

Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas (Return on Eqiuty). ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan:

Return on Eqiuty = Laba Bersih Setelah Pajak Rata-rata Modal (Equity)

xxxiv

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama (Horne and Wachowicz, 2005:225). ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan.

b. Return on Assets

Para manajer mengemban dua tanggung jawab dalam mengelola perusahaan, tanggung jawab pendanaan dan tanggung jawab operasi (Henry Simamora, 2002:390). Tanggung jawab pendanaan (financing resposibilities) berkenaan dengan bagaimana seorang manajer menghimpun dana yang dibutuhkan untuk menyediakan aktiva bagi perusahaan. Tanggung jawab operasi (operating responsibilities) berhubungan dengan bagaimana seorang manajer memakai aktiva tersebut dengan segera setelah diperoleh. Manajemen perusahaan

xxxv

memikul tanggung jawab atas penggunaan aktiva/aset perusahaan seefektif mungkin dalam mengucurkan laba bagi para pemiliknya.

Return on Assets merupakan suatu ukuran seberapa efektif manajemen telah menjalankan tanggung jawab tersebut.

Ukuran yang tepat bilamana manajemen memperhitungkan investasi pada perusahaan dengan mencakup kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, ekuitas pemilik, yang merupakan keseluruhan sumber dana yang diinvestasikan dalam aktiva. Rasio ini menghubungkan hasil kinerja operasi dengan investasi perusahaan tanpa memperdulikan bagaimana perusahaan mendanai pembelian investasi tadi. Dengan demikian, ROA berupaya untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam membuat dan menjual barang dan jasa kepada pelanggan, aktivitas-aktivitas yang umumnya merupakan tanggung jawab departemen produksi dan departemen pemasaran. ROA mengesampingkan pertimbangan mengenai bauran pendanaan tertentu yang dipakai (ekuitas pemegang saham ataukah utang) oleh perusahaan, aktivitas yang lazimnya merupakan tanggung jawab departemen finansial atau akuntansi. Adapun rumus dari rasio ini adalah sebagai berikut:

Return on Assets = Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Aktiva Rata-rata

xxxvi

Dalam perhitungan rasio ini, hasil biasanya didefinisikan sebagai laba bersih (operating income). Rasio ini kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multidivisional. Manajer divisi mempunyai pengaruh signifikan atas aset yang dipakai dalam divisi namun memiliki kendali yang lemah atas bagaimana aset tadi didanai karena tidak terlibat dalam perancangan perjanjian pinjamannya atau penerbitan obligasi atau modal sahamnya.

c.Contribution Margin

Margin kontribusi sering digunakan dalam analisis titik impas (break even point). Sayangnya pada analisis laba yang bertumpu pada laporan keuangan ke pihak luar, analisis akan kesulitan menemukan biaya variabel. Adapun rumus margin kontribusi adalah sebagai berikut:

Pada kasus khusus memang kita bisa menemukan harga pokok penjualan sama dengan biaya variabel. Tetapi hal tersebut hanya terjadi pada perusahaan dagang. Pada jenis usaha lain tidak ditemui hal

Contribution Margin = Sales – Variabel Cost Sales

xxxvii

yang sama. Kadang-kadang analis membuat asumsi harga pokok penjualan sama dengan biaya variabel. Hal ini dilakukan pada kasus penyusunan laporan keuangan yang sifatnya prediktif (proyeksi, proforma). Laporan keuangan proyeksi perlu disusun untuk beberapa tujuan, misalnya: analisis kredit (terutama jangka panjang), valuasi nilai perusahaan, dan menyusun business plan.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.

3. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka panjang dan komposisi struktur pendanaannya. Rasio ini mengukur hubungan antara pos-pos yang berbeda dari segi ekuitas neraca. Kreditor memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang belum jatuh tempo. Semakin besar persentase kewajiban, semakin tinggi risiko perusahaan mengalami gagal bayar (default). Perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk mendanai pembelian aktiva tetap memikul dua kewajiban: kewajiban pertama untuk membayar bunga obligasi pada tanggal tertentu dan kewajiban kedua

xxxviii

untuk melunasi pokok pinjaman (obligasi) pada saat jatuh tempo. Jikalau sebuah perusahaan gagal memenuhhi komitmen tersebut, pemegang obligasi dapat memaksa perusahaan untuk gulung tikar dan dinyatakan bangkrut.

Dengan demikian, peminjaman meningkatkan risiko default.

Manajemen yang hati-hati akan mencoba untuk mempertahankan jumlah dana pinjaman pada tingkat sedemikian rupa sehinggga beban bunga jauh lebih kecil dari pada laba bersih sebelum dipotong beban bunga. Semakin stabil laba perusahaan, semakin tinggi keyakinan manajemen dalam menentukan tingkat dana pinjaman yang dapat dipertahankannya tanpa harus menempuh risiko yang tidak semestinya.

Para pemegang saham juga menaruh minat terhadap kemampuan perusahaan, minat mereka adalah pada kesanggupan perusahaan untuk mempertahankan laba per lembar saham (earning per share) dan pembayaran dividen. Bunga atas dana yang dipinjam harus dibayar terlebih dahulu sebelum dividen dibagikan kepada para pemegang saham. Jikalau laba usaha sebelum dipotong biaya bunga tidak cukup besar untuk menutupi biaya bunga, maka dividen untuk para pemegang saham tentu akan terpangkas karena laba usaha yangg tersisa tidak memadai. Setiap kelompok kepentingan tadi menghendaki bahwa pendanaan dilaksanakan dengan cara sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko investasi

xxxix

mereka, baik investasi tersebut dalam surat utang maupun ekuitas pemegang saham (Henry Simamora, 2002:400).

a. Total Debt to Total Assets Ratio

Persentase jumlah aktiva/aset yang didanai oleh kreditor menunjukkan sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan utang (debt financing). Rumus rasio total utang terhadap total aktiva, yaitu:

Rasio total utang terhadap total aktiva yang tinggi mengindikasikan risiko default yang lebih besar dan lebih sedikit proteksi terhadap kepentingan kreditor. Persentase ini penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham karena kredior memiliki klaim terlebih dahulu atas aktiva dalam hal terjadi likuidasi. Yaitu, kreditor harus dibayar penuh sebelum aktiva dibagikan kepada para pemegang saham, maka semakin kuat proteksi terhadap kepentingan kreditor (Henry Simamora, 2002:401).

b. Total Debt to Total Equity Ratio

Total debt to equity melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rumus untuk menghitung Debt to equity adalah sebagai berikut:

Total Debt to Total Assets Ratio = Total Kewajiban Total Aktiva

xl

Rasio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan para pemegang saham, kreditor memiliki hak pertama atas aset perusahaan. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat diangggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat aset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain (Henry Simamora, 2001:533).

Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang aset yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Semakin rendah rasionya, maka semakin sedikit kewajiban perusahaan di masa yang akan datang. Para kreditor melihat rasio utang yang tinggi dengan hati-hati. Manakala sebuah perusahaan yang berupaya mencari pendanaan telah memiliki banyak kewajiban, maka tambahan pembayaran utang kemungkinan terlalu besar untuk ditangani oleh perusahaan tersebut. Untuk melindungi dirinya, maka kreditor biasanya mengenakan bunga

Total Debt to Total Eqiuty Ratio = Total Kewajiban Total Ekuitas

xli

tinggi pada pinjaman baru terhadap perusahaan yang mempunyai debt to eqiuty ratio yang tinggi.

c. Debt Service Ratio (Rasio Pelunasan Utang)

Rasio ini menggambarkan sejauhmana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan menutupi utang-utangnya. Perusahaan yang sehat mestinya laba yang diperoleh melebihi kewajiban pembayaran/pelunasan utang. Adapun rumus dari rasio ini adalah sebagai berikut:

B. Opini Audit

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu:

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), seperti yang terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup

Debt Service Ratio = Laba Bersih + Bunga + Penyusutan + Beban Nonkas Pembayaran Bunga dan Pinjaman

xlii

untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dengan pendapatnya ini, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan PABU di Indonesia.

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With Explanatory Language).

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi:

a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan audit independen lain. b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena

keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor

yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen tersebut dapat

xliii

secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai.

d. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan

keuangan komparatif.

f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak direview.

g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat mengilangkan keraguan yang besar

Dokumen terkait