• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pada permasalahan yang telah penulis kemukakan, maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui kedudukan dan kekuatan hukum dari suatu informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik sebagai alat bukti.

2. Untuk mengetahui tanggapan-tanggapan yang timbul mengenai keabsahan informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik sebagai alat bukti.

3. Untuk mengetahui penggunaan, pelaksanaan dan kekuatan bukti elektronik dalam perkara perdata.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini selain sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan studi sarjana ( S1 ) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, juga dalam pengembangan ilmu secara teoritis, yaitu dapat memberikan masukan dalam hukum pembuktian perdata di Indonesia pada umumnya dan khususnya tentang penggunaan alat bukti elektronik dalam hukum acara perdata Indonesia. Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaaat bagi para pengguna teknologi informasi dalam melakukan aktivitasnya terutama yang berkaitan dengan transaksi-transaksi elektronik sehubungan dengan disahkannya UU No. 11 Tahun 2008 sebagai suatu bentuk perlindungan hukum bagi para pengguna teknologi informasi dan juga dapat bermanfaat bagi para penegak hukum dalam hal bahwa hukum bukan berperan sebagai penghambat perkembangan teknologi, melainkan sebagai penyeimbang dari perkembangan teknologi dengan memberikan jaminan hukum bagi para pengguna teknologi tersebut.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan baik melalui media internet maupun di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terhadap skripsi-skripsi yang ada, ternyata penulisan skripsi yang mengkhususkan diri tentang informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik sebagai alat bukti yang sah dalam hukum acara perdata kaitannya dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 belum pernah dilakukan sebelumnya.

Penulisan skripsi ini berawal dari pemikiran penulis yang didasarkan dengan melihat semakin berkembangnya pemanfaatan teknologi informasi sekarang ini, dimana hal tersebut dapat memicu lahirnya berbagai bentuk konflik atau permasalahan di masyarakat sebagai akibat penggunaan teknologi informasi yang tidak bertanggung jawab sehingga perlu adanya suatu kepastian hukum khususnya dalam hal pembuktian terkait dengan sengketa-sengketa yang timbul dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut.

Oleh karena pengkajian yang berkaitan dengan masalah tersebut belum pernah dilakukan, maka dengan demikian penulisan ini adalah asli. Mengenai keberadaan kutipan pandapat semata-mata penulis gunakan demi kesempurnaan tulisan ini, penulis sama sekali tidak bermaksud untuk melakukan suatu tindakan penjiplakan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan kepustakaan ini penulis akan menguraikan secara garis besar mengenai pengertian dari masing-masing alat bukti elektronik yaitu

informasi elektronik, dokumen elektronik dan tanda tangan elektronik yang akan penulis angkat dalam skripsi ini, juga mengenai pengertian dari alat bukti yang sah.

1. Informasi, dokumen dan tanda tangan elektronik

Perkembangan teknologi informasi yang revolusioner bertumpu pada istilah yang sering disebut sebagai “ informasi elektronik “ yang bahkan menjadi inti dari teknologi itu. Istilah informasi elektronik terdiri dari dua kata yaitu “ informasi “ dan “ elektronik “. Dalam perkembangan literatur terdapat varian yang cukup banyak tentang defenisi “ informasi “. Informasi berasal dari bahasa Inggris yakni “ Information “. Menurut Gordon B. Davis “ Information is a data that has been processed into a form that is meaningful to the recipient and is used of real or perceived value in current or prosperctive action or decisions. ”3 ( Informasi adalah suatu data yang telah diproses ke dalam bentuk yang berarti bagi si penerima dan dirasa perlu dalam masa sekarang atau untuk tindakan maupun keputusan yang akan datang ). Pendapat Gordon B. Davis tersebut menunjukkan bahwa aspek yang paling penting dari suatu informasi adalah pemrosesannya dan validitas dari pemrosesannya. Sedangkan hal yang diproses didasarkan pada perkembangan teknologi informasi itu sendiri. Informasi yang diproses cukup variatif di beberapa negara dengan istilah yang berbeda-beda pula. Kepentingan- kepentingan negaralah yang menentukan cakupan dari suatu defenisi dalam peraturan perundangan negara tersebut karena sangat menentukan dalam kepentingan ekonomi dan politik negara tersebut. Penguasaan terhadap teknologi

informasi menunjukkan arah kemajuan ekonomi suatu negara yaitu dalam artian aspek ruang lingkup informasi.

Secara sederhana, pengertian informasi adalah data atau dokumen hasil pengelolaan sistem informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Sistem informasi itu sendiri merupakan tata cara pengelolaan informasi dengan menggunakan teknologi informasi.

Pengertian dari kata elektronik adalah segala macam alat dan peralatan yang dibuat dan bekerja berdasarkan prinsip elektronika untuk memperoleh, mengolah, menyimpan dan atau menyampaikan informasi dalam format digital, dalam media elektromagnetik, optikal atau sejenisnya.

Dari uraian kata perkata tersebut maka Informasi elektronik dapat didefenisikan sebagai data atau dokumen elektronik hasil dari pengelolaan sistem informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.

Dalam Pasal 1 angka 1 UU ITE memberikan defenisi :

“ Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange ( EDI ), surat elektronik, ( electronic

mail ), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,

kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. “

Defenisi informasi elektronik menurut UU ITE ini tidak jauh berbeda dari defenisi informasi elektronik dalam UNCITRAL Model Law on Electronic Signatures with Guide to Enactment 2001 pada article 2 tentang “ defenition “ terdapat istilah “ data massage “ yang pada dasarnya adalah informasi elektronik

pada umumnya, yaitu :4

“ Information generated, sent, received or stored by electronic optical or

similiar means including, but not limited to, electronic data interchange ( EDI ), electronic mail, telegram, telex or telecopy ; and acts either on its own behalf or on behalf of the person it represents. “

( informasi elektronik adalah informasi yang dihasilkan, dikirim, diterima atau disimpan oleh alat-alat elektronik atau sejenisnya termasuk, tetapi tidak terbatas pada electronic data interchange ( EDI ), surat elektronik, telegram, telex atau telecopy ; dan tindakan-tindakan lainnya untuk kepentingan pribadi atau atas nama orang yang diwakilkan )

UNCITRAL ( the United Nations Commissions on International Trade

Law ) merupakan salah satu organisasi Internasional yang pertama kali mulai

membahas mengenai perkembangan teknologi informasi dan dampaknya terhadap perniagaan elektronik. Hasil dari UNCITRAL berupa Model Law, yang sifatnya tidak mengikat, namun menjadi acuan atau model bagi negara-negara untuk mengadopsinya atau memberlakukannya dalam hukum nasional. Sampai saat ini ada 3 ( tiga ) bentuk Model Law dari UNCITRAL ini :5

1. UNCITRAL Model Law on E-Commerce

2. UNCITRAL Model Law on Electronic Signature

3. UNCITRAL Model Law on International Credit Transfer

Data atau Dokumen adalah fakta berupa angka, karakter, simbol, gambar, tanda-tanda, isyarat, tulisan, suara, bunyi yang mempresentasikan keadaan sebenarnya yang selanjutnya digunakan sebagai masukan suatu sistem informasi.

4 Ahmad. M. Ramli, dkk, Menuju Kepastian Hukum di Bidang : Informasi dan Transaksi

Elektronik, Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2007, hlm. 37.

Jadi, Dokumen Elektronik adalah data atau dokumen yang merupakan hasil luaran dari suatu elektronik.

Dalam Pasal 1 angka 4 UU ITE memberikan defenisi :

“ Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optical, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. “

Mengenai dokumen elektronik ini sebelumnya juga telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan. Dalam konsideran UU No. 8 Tahun 1997 huruf f dikatakan bahwa kemajuan teknologi telah memungkinkan catatan dan dokumen yang dibuat di atas kertas dialihkan ke dalam media elektronik atau dibuat secara langsung dalam media elektronik. Tetapi dalam Undang-undang ini dokumen elektronik hanya terbatas pada dokumen perusahaan. Pasal 1 angka 2 UU No. 8 Tahun 1997 menyebutkan :

“ dokumen perusahaan adalah data, catatan dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya, baik tertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca atau didengar “. Dalam UU No. 8 Tahun 1997 berikut PP No. 88 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pengalihan Dokumen Perusahaan dinyatakan bahwa suatu data yang originalnya adalah dalam bentuk elektronis atau sejak semula dibuat atau diterima dalam sarana bukan kertas dapat langsung dialihkan ke dalam bentuk media lainnya tanpa harus dibuat hasil cetaknya ( hard copy ) terlebih dulu.

Tanda tangan digital ( digital signature ) yang disebut juga dengan tanda tangan elektronik adalah suatu tanda tangan yang dibuat secara elektronik yang

berfungsi sama dengan tanda tangan biasa pada dokumen kertas biasa. Tanda tangan adalah data yang apabila tidak dipalsukan, dapat berfungsi untuk menyatakan bahwa orang yang namanya tertera pada suatu dokumen setuju dengan apa yang tercantum pada dokumen yang ditandatanganinya itu.6 Tanda tangan elektronik sebenarnya dapat memberikan jaminan yang lebih terhadap keamanan dokumen dibanding dengan tanda tangan biasa. Penerima pesan yang dibubuhi tanda tangan elektronik dapat memeriksa apakah pesan tersebut benar- benar datang dari pengirim yang benar dan apakah pesan itu telah diubah setelah ditandatangani baik secara sengaja atau tidak sengaja. Lagi pula, tanda tangan elektronik yang aman tidak dapat diingkari oleh penandatangan di belakang hari dengan menyatakan bahwa tanda tangan itu dipalsukan. Dengan kata lain, tanda tangan elektronik dapat memberikan jaminan keaslian dokumen yang dikirimkan secara digital, baik jaminan tentang identitas pengirim dan kebenaran dari dokumen tersebut.7

Dalam Pasal 1 angka 12 UU ITE memberikan defenisi :

“ Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentifikasi“

Menurut B. Schneier dalam bukunya yang berjudul “ Applied

Cryptography “ definisi dari tanda tangan elektronik sendiri adalah sejumlah

karakter alphanumerik yang dihasilkan dari operasi matematik dari kriptografi,

6 Asri Sitompul, Hukum Internet ( Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 42.

dan dikeluarkan dari sebuah komputer kepada sebuah dokumen elektronik.8 Dari perspektif hukum, tanda tangan elektronik adalah sebuah pengaman pada data digital yang dibuat dengan kunci tanda tangan pribadi ( private

signature key ), yang kebolehan penggunaannya tergantung pada kunci publik ( public key ) yang menjadi pasangannya. Eksistensi tanda tangan elektronik ini

ditandai oleh keluarnya sebuah sertifikat kunci tanda tangan ( signature key

certificate ) dari suatu badan pembuat sertifikat ( certifier ). Dalam sertifikat ini

ditentukan nama pemilik kunci tanda tangan dan karakter dari data yang sudah ditandatangani, untuk kekuatan pembuktian. Sedangkan, dari perspektif teknis, tanda tangan elektronik adalah sebuah nilai numerik yang dipadankan dengan sebuah data, dengan menggunakan sebuah prosedur matematika yang diketahui oleh pemilik kunci kriptografi. Dari perspektif ini, tanda tangan elektronik menjadikan suatu nilai numerik bersifat unik karena nilai numerik tersebut sudah berpadan dengan kunci kriptografi yang dikuasai oleh pemilik aslinya.9

Semua teknis modern menggunakan kriptografi untuk membuat dan mengesahkan tanda tangan elektronik. Metode yang paling sering digunakan untuk pembuatan dan pengesahan ini didasarkan kepada sebuah algoritma untuk membuat dua kunci yang berbeda yang saling berhubungan satu sama lain, yang dikenal sebagai kunci publik dan kunci pribadi. Kunci publik dipergunakan untuk mengenkripsi data, sedangkan kunci pribadi digunakan untuk menerjemahkan data dan untuk mengkonfirmasi tanda tangan elektronik tersebut.10

8 Mieke Komar Kantaatmadja, et.al., Pusat Study Cyberlaw Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Cyberlaw : Suatu Pengantar, Penerbit Elips II, Bandung, 2002, hlm. 68.

9 Ibid., hlm. 68. 10 Ibid., hlm. 69.

2. Alat bukti yang sah

Bukti dalam pengertian sehari-hari adalah segala sesuatu hal yang dipergunakan untuk meyakinkan pihak lain. Dengan demikian bukti disini tidak terbatas macamnya, asalkan barang atau alat tersebut dapat meyakinkan pihak lain tentang pendapat, peristiwa, dalil atau keadaan.

Pengertian bukti menurut hukum adalah alat-alat bukti yang telah ditentukan oleh undang-undang untuk dipergunakan membuktikan suatu peristiwa yang dikemukakan di muka sidang. Pengertian dari alat bukti yang sah itu sendiri yaitu setiap alat bukti yang telah diterima secara sah yang telah diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan untuk dipakai dalam hukum acara yang berlaku di Indonesia.

Dalam hukum acara perdata, alat bukti diatur dalam Pasal 284 RBg/164 HIR yang terdiri atas :

a. bukti tulisan atau surat; b. bukti dengan saksi-saksi; c. persangkaan-persangkaan; d. pengakuan;

e. sumpah.

Alat bukti lain dalam hukum acara perdata yang disebutkan dalam undang-undang adalah pemeriksaan setempat ( Pasal 180 RBg/153 HIR ) dan keterangan ahli ( Pasal 181 RBg/154 HIR ).

Dalam hukum acara pidana, alat bukti diatur dalam Pasal 184 KUHAP yang terdiri atas :

a. keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. bukti surat;

d. keterangan terdakwa; e. petunjuk

Seperti telah disebutkan dalam latar belakang permasalahan bahwa dengan semakin berkembangnya teknologi informasi maka mau tidak mau memberi dampak atau implementasi dalam bidang hukum khususnya dalam hukum pembuktian. Dari perkembangan teknologi informasi ini berkembang juga alat pembuktian yang dipergunakan oleh para pihak yang menggunakan teknologi informasi tersebut, yang dikenal sebagai alat bukti elektronik.

Di Indonesia, alat bukti elektronik sesunguhnya telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Dalam UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 38 menyebutkan bahwa alat bukti elektronik dan alat bukti optik dapat dipergunakan dalam tindak pidana pencucian uang. Alat bukti elektronik juga diakomodir dalam UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, KPK dibenarkan menggunakan alat bukti elektronik dalam pemberantasan korupsi. Begitu pula dalam Pasal 27 Perpu No 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang merupakan Perpu yang dikeluarkan pasca bom Bali I. Namun tidak satu pun dari undang- undang ini yang memberikan tempat atau pengakuan terhadap bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah di pengadilan. Akan tetapi, Pasal 15 ayat ( 1 ) UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan menyatakan bahwa dokumen

perusahaan yang telah dimuat dalam mikroofilm atau media lainnya dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah. Kendatipun demikian dalam undang- undang yang telah disebutkan, alat bukti elektronik sifatnya masih parsial, sebab hanya dipergunakan dalam tindakan hukum tertentu.

Dengan disahkannya UU ITE , alat bukti elektronik telah diakui dan diterima sebagai alat bukti yang sah. Alat bukti elektronik ini dipandang sebagai perluasan dari alat bukti yang telah ada dalam hukum acara di Indonesia. Dalam Pasal 5 ayat ( 1 ) UU ITE disebutkan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Dan dalam Pasal 11 ayat ( 1 ) dikatakan bahwa tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam undang-undang tersebut.

Dengan kata lain informasi, dokumen serta tanda tangan elektronik telah menjadi alat bukti yang sah yang dapat dipergunakan dalam hukum acara di Indonesia, dengan diundangkannya UU ITE.