• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2. Tujuan PAK

Menurut Setyakarjana yang merangkum hasil lokakarya di Malino (1997:34) tujuan PAK adalah agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari pandangan-pandangan Kristiani dan dengan demikian mudah-mudahan berkembang terus menjadi manusia paripurna (manusia beriman).

Dapiyanta (2000:149) merumuskan tujuan PAK secara luas dan sempit. Secara luas arah PAK ialah memperluas pengetahuan, memperteguh pergulatan iman (internalisasi), memperkaya penghayatan iman serta memperkembangkan dialog antar iman (jika terdapat peserta yang beragama lain).Secara sempit, Dapiyanta (2000:150) merumuskan tujuan PAK adalah membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Anak memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman.

Tujuan PAK bersifat holistik, artinya sesuai dengan kepentingan hidup naradidik yang mencakup segi kognitif, afeksi, dan praksis. Selain itu bersifat konatif, artinya mendorong semua pihak yang terlibat supaya semakin setia dan konsisten mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal diatas, tujuan PAK dapat dikatakan adalah agar anak mampu menggumuli imannya melalui sudut pandang Kristiani sehingga anak

semakin beriman. Tujuan PAK meliputi seluruh aspek hidup anak, tidak hanya memperhatikan satu sisi saja misalnya segi kognitif saja, atau segi afeksi saja namun melibatkan keseluruhan aspek hidup anak agar anak semakin menjadi manusia yang beriman.

a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah

Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh proses PAK. Komisi Kateketik KWI (2001:14) berpendapat bahwa pewartaan yang berpusat pada kerajaan Allah membawa kita untuk memberi tekanan lebih pada kehadiran nilai-nilai kerajaan itu dalam hidup bersama, seraya memberi kesaksian di tengah-tengah masyarakat.

Berikut merupakan pokok-pokok rumusan yang berorientasi dasar pada nilai-nilai kerajaan Allah yang diungkapkan oleh Komisi Kateketik KWI (2001:15) yakni:

1) Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus merupakan pemenuhan rencana keselamatan Allah yang disampaikan kepada manusia sejak awal mula. Pemahaman mengenai nilai-nilai kerajaan Allah membawa kita untuk mengenal siapa Allah dalam hidup kita. Inilah pengalaman yang menyatukan kita dengan semua manusia, pengalaman akan Allah yang mengundang kita untuk ikut serta dalam pembaruan dunia ini.

2) Dalam tradisi iman kristiani, kerajaan Allah itu hadir dalam diri Yesus, yang datang untuk “mewartakan kerajaan Allah” (Mrk1:16). Ini menunjukkan bahwa kita mengakui peran sentral Yesus dalam menghadirkan keselamatan

Allah di dunia. Oleh karena itu, pemahaman mengenai Yesus dan hidup-Nya menjadi unsur yang penting.

3) Bagaimana nilai-nilai kerajaan Allah yang diwartakan Yesus itu menjadi hidup dalam Gereja. Gereja mempunyai macam-macam kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu umat semakin mengimani Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pewartaan, liturgi, pendalaman iman memiliki muara pada kesaksian seseorang.

Berikut Heryatno (2008:27) merangkum pernyataan Thomas H Groome berkaitan arah dasar pendidikan iman demi kerajaan Allah:

1) Kerajaan Allah merupakan simbol yang mengungkapkan tindakan Allah yang senantiasa hadir dan berkarya di tengah kehidupan manusia. Allah tidak pernah bosan dan berinisiatif mendatangkan kebaikan dan berkat bagi kehidupan manusia. Kerajaan Allah menggambarkan sifat Allah: penuh belas kasih, sabar, setia, menghendaki kedamaian, cinta kasih, kesatuan dan kebahagiaan, kepenuhan dan berakhirnya penderitaan manusia.

2) Memahami Kerajaan Allah dalam konteks masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

3) Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan undangan Allah akan tanggapan manusia. Ia sudah terwujud dan di pihak lain belum mencapai kepenuhannya.

4) Kerajaan Allah menjadi Kabar Gembira terutama bagi orang-orang lemah, miskin dan menderita.

5) Anugerah sekaligus tanggung jawab untuk menjalin relasi dan mengambil bagian dengan-Nya dan sesama anak-anak Allah.

6) Karena Allah mengasihi semua, maka Allah menghendaki supaya manusia hidup saling mengasihi seperti Allah telah mengasihi mereka. Tolak ukur kasih ialah hidup Yesus sendiri yang mengasihi manusia sampai sehabis-habisnya.

7) Allah memanggil manusia untuk bertobat. Pertobatan yang diusahakan bersifat integral, baik segi personal maupun sosial.

8) Kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi yang memperjuangkan pelayanan demi terwujudnya kerajaan Allah.

9) Kesadaran memberdayakan jemaat untuk terus mengarahkan hidupnya demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah.

10) Terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah menjadi tolak ukur dari segala kegiatan pendidikan iman.

Kerajaan Allah adalah karya Allah untuk menyelamatkan hidup manusia yang mengundang manusia untuk menanggapinya. Maka, PAK menuntut prosespendidikan yang membentuk dan memberdayakan naradidik sebagai mitra Yesus dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di sekolah mereka.

b. DemiKedewasaan Iman Kristiani

Menurut Thomas H. Groome, iman yang dewasa diartikan iman yang berkembang semakin matang dan bersifat holistik karena mencakup segi

pemikiran, hati, dan praksis. Iman kristiani mencakup tindakan menyakini (believing), mempercayai (trusting) dan melakukan kehendak Allah (doing God’s will).

Heryatno (2008:31) mengatakan bahwa pendidikan iman di sekolah merupakan proses pendewasaan iman yang diharapkan memperkembangkan secara seimbang dan integratif ketiga hal yang diungkapkan oleh Thomas H. Groome.

c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia

Antara iman dan kebebasan terdapat kaitan yang sangat erat. Iman Kristiani hidup sebagai jawaban dari undangan untuk menjadi bagian anggota kerajaan Allah. Tujuan terdekat PAK adalah iman Katolik dan kebebasan manusia (Thomas H. Groome, 2010:121). Oleh karena itu, PAK di sekolah haruslah dapat mendorong dan membantu naradidik agar terus sampai kepada kebebasan sejati, kepada diri sendiri dan sesama demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah.

Proses PAK di sekolah perlu dibebaskan dari segala unsur yang memaksa, dibebaskan dari segala bentuk indoktrinasi dan manipulasi. Sebaliknya, proses PAK sedemikian rupa diusahakan demi terwujudnya kebebasan utuh yakni kemampuan manusia untuk bertindak memenuhi kebutuhan dasar (bebas paksaan), memilih berdasarkan keyakinan dan kesadaran pilihannya (otonom), dan manusia bebas untuk menghayati keputusannya sendiri dengan segala risikonya (Heryatno, 2008:36).

3. Konteks PAK

Dalam Gravissimum Educationis (GE) artikel 13, diungkapkan bahwa keluarga memiliki tugas utama mendidik dan membutuhkan bantuan dari masyarakat. Konteks PAK perlu dipahami melalui pendekatan yang bersifat kontekstual yang mengajak kita untuk memperhatikan empat lembaga yakni, keluarga, Gereja, masyarakat dan sekolah. Masing-masing lembaga memiliki kekhasan dan sumbangan yang tidak tergantikan. Keempat komunitas ini saling berhubungan dan mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan PAK itu sendiri.

Berhubungan dengan konteks hidup naradidik, Heryatno (2008:41) menyebutkan konteks hidup peserta didik meliputi kebutuhan dan minat mereka, kemampuan daya tangkap mereka, latar belakang, permasalahan hidup dan sebagainya. Berkaitan dengan ini, ada dua pendekatan yakni sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi merupakan proses kita menjadi diri kita sendiri sebagaimana adanya dengan jalan kita berinteraksi dengan orang-orang lain, dengan tatanan dan nilai hidup yang diikuti serta tingkah laku yang diharapkan oleh sekitar kita. Sedangkan edukasi merupakan proses dimana kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan peserta didik agar kita bersama mengalami perkembangan hidup bahkan sampai mencapai kepenuhan.

Dokumen terkait