• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUJUAN

Dalam dokumen PEDOMAN KUSTA (Halaman 35-111)

BAB XIII.PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

A. TUJUAN

g. Peningkatan dukungan kepada program kusta melalui penguatan advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan lainnya untuk meningkatkan dukungan terhadap program kusta.

h. Penerapan pendekatan yang berbeda berdasarkan endemisitas kusta.

4. Sasaran strategis

   ** >+ {6+/36 dibandingkan data tahun 2010.

D. PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA DI KABUPATEN/KOTA BEBAN RENDAH    #

Suatu kabupaten/kota dinyatakan sebagai daerah beban rendah kusta apabila memenuhi semua indikator di bawah ini:

    

39 7     < 5 / 100.000 penduduk atau jumlah total penemuan kasus baru < 30 kasus per tahun selama 3 tahun berturut-turut

+9       **   +  6  terakhir sebanyak < 25 kasus

   "  39                       6 8  3     9 +9    –„/ 2. Tujuan a. Tujuan Umum:      | %% b. Tujuan khusus: 39             kusta. +9           dalam mendeteksi suspek kusta.

{9           pelayanan rujukan dalam tatalaksana pasien kusta.

‚9           upaya deteksi dini kusta.

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

16

3. Kebijakan

 \       "   3/>{/       "  89 "  disesuaikan dengan kondisi setempat.

   "89  39  "     

+9  ƒ *  dalam penatalaksanaan pasien kusta.

 \    " —3/… 39     >

       +9      

oleh PRK.

4. Langkah-langkah dalam menentukan daerah beban rendah

  %                  

mengenai situasi kusta di kabupaten/kota tersebut

*                        \       " 39 \   6    *     … 9 '     * 9 6  *9 |  *  ‹  "      6  +9  +     ‹  …  9 &*     9 "  *9     9 &     ** >+ {9 ^_ƒ    ‚9  |                 "  *        %             _ƒ                 wasor kabupaten/kota, sehingga dapat dibuat kesimpulan apakah         

E. KEGIATAN PROGRAM KUSTA

1. Tatalaksana pasien

No Kegiatan

Kabupaten/kota

Beban rendah Beban # Pus-kesmas Non PRK PRK/ RSUD Wa-sor Semua Pus-kesmas Pelayanan Pasien 1 Penemuan Suspek + + + + 2 Diagnosis - + + +

3 Penentuan regimen dan

mulai pengobatan + + + ‚ Pemantauan pengobatan + + + + 5 Pemeriksaan Kontak + + + + 6  |   + + + 7     •  reaksi + + +

8 Penentuan dan penanganan

reaksi + + + 9 Pemantauan pengobatan reaksi + + + + 10 f•‹  +/ - + + + 11 Penyuluhan perorangan + + + + Pendukung Pelayanan 12 Stok MDT + + +

13 Pengisian kartu pasien + + + +

3‚ Register Kohort pasien + + +

15 Pelaporan + + +

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

18

2. Tatalaksana Program No Kegiatan Kabupaten/kota Propinsi Pusat Beban # Beban rendah

1 Rapid Village Survey + + +

2  |    •

lingkungan + +

3 Pemeriksaan laborato-rium pada pasien dengan

diagnosis meragukan + + + ‚ Penyuluhan , advokasi + + + + 5   puskesmas dan RS + + 6 ‹  Kabupaten, propinsi + 7 Supervisi + + + + 8 * -ran + + + + 9      `# + + + + 10 ƒ *^ & + + + +

11 Rehabilitasi medik Sosial

ekonomi + + + +

12 Seminar dengan FK/

Perdoski + +

13 Seminar dengan sekolah *  

lain + + + +

3. Catatan khusus untuk daerah beban rendah

a. Penemuan pasien ( $  9      *  %        %            \    % lainnya. b. Diagnosis         ƒ™‹ \  non PRK menemukan suspek, harus dirujuk ke PRK/RSUD/wasor   |            |      

      %   on

%   &')#*

*  

Regimen pengobatan diberikan oleh petugas PRK/RSUD/wasor. Pengobatan selanjutnya diberikan oleh puskesmas non PRK.

d. Pemantauan Pengobatan (case holding9

Pemantauan pengobatan dilakukan oleh petugas puskesmas non       %           \           3    *   

 f

 f    ƒ™‹ \  dipandang mampu petugas puskesmas non PRK dapat melaksanakan f     ‹ 

%   

Penanganan pasien reaksi oleh petugas PRK/RSUD/wasor. Jika puskesmas non PRK menemukan pasien reaksi harus dirujuk ke PRK/ RSUD/wasor. Pengobatan reaksi akan diberikan oleh PRK/RSUD/ wasor, selanjutnya pemantauan pengobatan reaksi dilakukan oleh puskesmas non PRK.

g. Perawatan diri

Penyuluhan tentang perawatan diri diberikan oleh PRK/RSUD/ wasor, dan dapat didelegasikan kepada petugas puskesmas non PRK      * fš&   ‹        %         **     *‹   q

h. Rujukan pasien dengan komplikasi

Rujukan pasien dengan komplikasi (misalnya alergi DDS / komplikasi  9 ƒ™‹ "       berat harus dirujuk ke RS kabupaten

  

           ‹      389   86 9

j. Sosialisasi program kusta di Rumah Sakit

Sosialisasi program kusta di RS agar memberikan pelayanan kepada orang yang pernah mengalami kusta tanpa diskriminasi.

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

20

k. Supervisi

Supervisi dari propinsi ke kabupaten maupun kabupaten ke puskesmas diintegrasikan dengan program pengendalian penyakit yang lain. Frekuensi supervisi ke PRK/RSUD dilaksanakan lebih sering daripada puskesmas non PRK.

 8`9

Penyuluhan perorangan dan kelompok diberikan oleh puskesmas sedangkan penyuluhan massa di berikan oleh kabupaten.

        Ī kabupaten

… \              &  petugas PRK atau wasor.

 …   * &    PRK/RSUD, membuat permohonan dan mengambil ke propinsi dan mendistribusikan ke PRK/RSUD yang membutuhkan.

    …   *     kabupaten, membuat permohonan obat ke Pusat dan mendistribusikannya ke kabupaten.

 * 

*        %       *     unit pelayanan. Puskesmas mengirim salinan register kohort ke kabupaten. Pelaporan hanya dilakukan oleh kabupaten dan propinsi.  *     `#

ƒ  *       evaluasi sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Kegiatan ini dapat diintegrasikan dengan program lain.

p. Rujukan rehabilitasi medik bagi orang yang pernah mengalami kusta              persyaratan dan kondisi di lapangan.

‚  "‹

Kegiatan Pelaksana Penanggung Jawab

Peningkatan kemampuan 

Wasor dan Kasi Kasubdin/Kabid

 |     fš& PRK/RSUD/wasor Kasi

Tatalaksana penderita PRK/RSUD/wasor Kasi

\     Wasor dan Kasi Kasubdin/Kabid

` PRK/RSUD/wasor

~’ff

Kadinkes

Advokasi Kasubdin/Kabid Kadinkes

  f  ^ 

Gudang Farmasi / P2M Kasubdin/Kabid

*•  PRK/RSUD/wasor Kasi

     •`# ! • Kasubdin/Kabid

F. INTEGRASI DAN RUJUKAN KUSTA

         "   %% "  dilakukan melalui pendekatan terintegrasi, karena pendekatan tersebut dapat memberikan kesetaraan dan jangkauan pelayanan yang lebih luas kepada orang yang pernah mengalami kusta. Keuntungan integrasi      "      "     diskriminasi yang dihadapi oleh orang yang pernah mengalami kusta. Selain  "     %#       "  panjang akan menjamin kesinambungan program.

Sebagai konsekuensi integrasi, kegiatan dalam program pengendalian penyakit kusta harus dilakukan oleh petugas di semua pelayanan kesehatan umum termasuk sarana pelayanan rujukan.

1. Sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan yang terintegrasi.

Dalam sistem ini pelayanan orang yang pernah mengalami kusta serta *     "     "‹                 ‹        kesehatan tersebut. ƒ                           *

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

22

#     "8 " 9 

Pelayanan rujukan kusta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan       merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan umum.

Sebuah sistem harus ada untuk rujukan pasien-pasien yang sulit ke    8     9 rujukan kembali dari rumah sakit atau spesialis ke sarana pelayanan kesehatan di bawahnya untuk pengobatan lanjutan.

Tergantung kondisi setempat (jangkauan pelayanan, ketersediaan dan                9       dalam pelayanan kusta.

ƒ  "      ‹     harus dapat diperoleh dan tersedia untuk pasien yang membutuhkan. Hambatan utama untuk rujukan di beberapa daerah adalah kesulitan   *   "‹                    8     9          diperlukan. Pada umumnya petugas kesehatan di pelayanan kesehatan  89              ‹  ‹     8‹ 9   kabupaten.

Di daerah beban rendah dimana penyakit kusta kurang dikenal, kemampuan untuk menentukan suspek kusta dan merujuk ke sarana pelayanan rujukan yang telah ditetapkan (rumah sakit kabupaten atau      9                   89

Diagnosis kusta dan pemberian pengobatan harus diberikan di sarana pelayanan rujukan ini. Pengobatan lanjutan dapat diteruskan ke sarana  89               %      " Semua petugas kesehatan di daerah ini harus mengetahui tempat rujukan dan kepada siapa mereka akan merujuk pasien. Petugas diharapkan dapat memberi nasehat pada pasien dengan tepat. Komunikasi yang baik harus tetap dijaga, agar diskusi tentang kemajuan pasien dapat berlangsung terus. Kemajuan telekomunikasi (e-mail, mobile phone dan ƒƒ9*   

       %       ƒ"            8mobile team9 `             "  !f…  ƒ     & "       kesehatan * f &  "    >      %   `  8`9   

untuk pasien dan anggota keluarga mereka

e. Register pengobatan yang sederhana harus tersedia

% ^" "   di sarana pelayanan kesehatan dasar harus mengetahui kemana dan bagaimana merujuk pasien

2. Indikasi rujukan

Akan dijelaskan dalam tatalaksana kasus kusta.

3. Peran berbagai sarana kesehatan dalam sistem rujukan pelayanan kusta

a. Peran puskesmas

39   

+9    %   %     pengobatan bila terjadi reaksi

{9 ‹  ‹          **

‚9 \          program Kelompok Perawatan Diri (KPD/ !  9 69                 

pengobatan maupun yang sudah RFT

„9           masyarakat

9       

Œ9 "    ‹  ƒ™    ƒ  Kusta dan atau Rumah Sakit lain yang mempunyai pelayanan untuk kusta

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

b. Peran Rumah Sakit Umum

39          +9 ‹%   

{9 ‹     

‚9   8     %9 69 ‹      

penyakit lain setara dengan pasien umum lainnya

„9 "     ‹   ƒ    8ƒf  ƒ   9 * ƒ 39  f       8protesa, orthesa,  "|  9 +9             % {9          ‚9    %     

BAB IV

PENEMUAN PASIEN

 *       % %

A. PENEMUAN PASIEN SECARA PASIF (SUKARELA)

Adalah pasien yang ditemukan karena datang ke puskesmas/sarana kesehatan lainnya atas kemauan sendiri atau saran orang lain.

’ >%                 oleh dua aspek yakni:

3 7    …        ‹         jarak rumah pasien ke puskesmas/sarana kesehatan lainnya terlalu jauh, dll.

+ 7      …                      kebutuhan klien, dll.

B. PENEMUAN PASIEN SECARA AKTIF

7        * %    >  …

1. Pemeriksaan kontak

Adalah kegiatan penemuan pasien dengan melakukan kunjungan          8 9         %|   sehingga WAJIB dilakukan.

a. Tujuan

39                "      

+9 Ditemukannya pasien baru sedini mungkin.

b. Sasaran

ƒ       tetangga di sekitarnya.

c. Kegiatan

39 Untuk pasien baru kunjungan rumah dilakukan sesegera mungkin 8      ‹ { 9              | 

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

26

+9 ƒ"   ‹"  ‹ kartu pasien, alat-alat pemeriksaan dan obat MDT.

2. Rapid Village Survey (RVS)

a. Tujuan

39     

+9        {9     * 

b. Sasaran

Kelompok potensial masyarakat desa/kelurahan atau unit yang lebih *  

c. Pelaksanaan

39 Persiapan

         * pelaksanaan kegiatan survei. Dilakukan on the job training8fš&9 %

+9 Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama:

Pertemuan diadakan sesuai dengan tanggal yang ditetapkan            *     berikut:

9 ""

9 ">      penyakit kusta oleh Dokter/ Petugas Puskesmas.

*9 &"‹ 

9      "8         *           # | 9 \  "    disesuaikan dengan kapasitas dan sumber daya yang ada. Tahap kedua:

9      *     dijaring oleh kelompok kerja (target suspek adalah minimum 3/      9         %       hari pada suspek di masyarakat umum. Pasien baru yang ditemukan pada saat pemeriksaan, dibuatkan kartu dan diberikan pengobatan serta penyuluhan yang mendalam. 9 ƒ  *   "‹        

3. Chase Survey

Chase survey        * %

   "  ‹    %     berbagai sumber tentang keberadaan suspek kusta di wilayah tersebut. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan suspek dan penyuluhan kepada masyarakat di lokasi tersebut.

4. Pemeriksaan anak sekolah SD sederajat

Kegiatan ini diprioritaskan pada wilayah yang terdapat kasus anak. ƒ |          ™ ƒ 8™ƒ9

a. Tujuan

39            tentang penyakit kusta.

+9    *  

b. Sasaran

Guru dan murid SD/ sederajat.

c. Pelaksanaan

Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu diberikan penyuluhan tentang kusta kepada murid-murid dan guru-guru.    š   *   Kusta maka perlu dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jumlah anak yang diperiksa dan kasus baru yang ditemukan  *       a. Tujuan 39                  ‹  +9            penyakit kusta. {9           dan bidan desa dalam pengendalian penyakit kusta.

‚9   

b. Sasaran

   ‹  8\ !  9      masyarakat.

c. Pelaksanaan

39 Pertemuan dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten "      ^`   *       \       pelaksana pertemuan.

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

28

+9 Pertemuan lintas sektoral kabupaten

Meningkatkan kesadaran lintas sektor mengenai pengendalian penyakit kusta dan mengharapkan bantuannya dalam ^`

{9  team leader dan kepala puskesmas

Meningkatkan kemampuan peserta dalam mendiagnosis,  |   

‚9  "‹  *

69  % 

Meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam      |   

„9 Pertemuan dengan kepala desa/kader kesehatan

Memberikan pengetahuan tentang penyakit kusta dan mengharapkan bantuan Kades, tokoh masyarakat dalam ^`

9 Kunjungan ke desa

Tim yang terdiri dari team leader, Petugas Puskesmas, Kades/       \   ƒ     q  

 ƒ   & ^   mengadakan penyuluhan dan mengharapkan masyarakat yang mempunyai kelainan di kulit agar memeriksakan diri.

 \  " diperiksa dan bila terdiagnosa kusta dibuatkan kartu pasien dan diberi MDT.

         

ƒ7`^      *  "                |       &   389 ‹ pengawasan kader atau keluarga.

BAB V

KECACATAN DAN REHABILITASI

A. LATAR BELAKANG

Program pemerintah untuk mengendalikan penyakit kusta sudah berjalan ke       **  "         **    +//Œ" ‹** akibat kusta justru meningkat sesudah pengobatan berakhir.

\  **      |    #  >      "       ™    %      %#%%   %Enhance Global

strategy !f  +/33>+/36  ‹    " 

bagian dari program pengendalian penyakit kusta.

+/33   | ™~8United

+  -    / 0# yang menyatakan

‹      "‹     %  (1  9  " ™™~ {„& 2009 pasal 139 ayat 2 yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib menjamin  % %  %           % *         Untuk itu, pemerintah dalam hal ini program pengendalian kusta nasional bertanggung jawab untuk memenuhi hak klien dalam hal rehabilitasi.

B. PENGERTIAN Menurut 2    $         3 8’9**    *{  %  8impairment9 |8 - 4 9      8    49             %   #   %     ›    %   #   "     " ƒ  %       "            5+ 6     789   &     /  : Disability  ‹          "  **  #  

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

30

 *                   baik serta aktualisasi diri.

C. STRATEGI

1. Membangun kerjasama (networking9       bidang atau tugas diluar tupoksi subdit kusta / kemenkes / dinkes 2. Menghilangkan berbagai hambatan agar klien bisa mengakses program

    8 9              8f›9      ** "           {   8 9       

bernegosiasi, mempengaruhi, mengendalikan hidup agar bisa lebih mandiri.

D. KEGIATAN

     !f    \   Masyarakat. Dimana kegiatan ini merupakan kebutuhan minimal yang   % 

1. Kesehatan - rehabilitasi medis

a. Memperbaiki sistem rujukan dan mengembangkan jejaring dengan layanan rehabilitasi medis.

b. Meningkatkan kemampuan petugas tentang kriteria rujukan,      %  " 8contact person } % ""ƒ&9 * %    8    9   %    ‹  89 2. Pendidikan         **    

b. Melakukan advokasi tentang hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang sama di sekolah, bekerjasama dengan dinas pendidikan.

3. Kehidupan sosial-ekonomi dan pemberdayaan a. Membentuk kelompok mandiri (self help group9

 %            pemberdayaan sosial ekonomi yang ada di masyarakat, misalnya    >           8~  9

*    %            untuk mendapatkan pelayanan konseling

d. Mendukung organisasi orang yang pernah mengalami kusta dan kegiatannya.

e. Mendukung pemenuhan hak klien untuk mendapatkan haknya, misalnya bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas koperasi, program pemberdayaan masyarakat yang ada di daerah,  ^ƒ

% *    %        %     "          dengan organisasi orang yang pernah mengalami kusta.

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

BAB VI

PENGELOLAAN LOGISTIK

&"       &         ‹ ™&   *  !f     & negara dihitung berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan melalui suatu % 

      |      ‹        & \       |                    kebutuhan dan persediaan. Agar ada keseragaman dan kesesuaian dalam perhitungan kebutuhan MDT maka diperlukan standarisasi dalam pengelolaan &   

A. PENGELOLAAN LOGISTIK MDT.

  &     * kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, *      # 

ƒ*        kusta dapat digambarkan sebagai berikut :

PERENCANAAN KEBUTUHAN PENGGUNAAN DI UPK KETERSEDIAAN OBAT MDT PENYIMPANAN & PENDISTRIBUSIAN

MONITORING DAN EVALUASI

  &   *     ‹   %                       |    & di Puskesmas, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Selain itu pengelolaan yang | " *    

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

 $  &&  &#  '*  # +    & a. Perencanaan 39  &      >      \>‹ \> \>‹  \> Perhitungan menggunakan blister ini selain untuk memudahkan persediaan dan mengawasi penggunaannya, juga disesuaikan  *!f    &

+9 Formulir standar permintaan MDT harus digunakan untuk menghitung kebutuhan 9 ’ >3   9 ’ >+  *9 ’ >{™ 9 ’ >‚  {9 &        3    kabupaten serta puskesmas/UPK, ditambahkan pada kebutuhan         8^>& 9

‚9  &*~     !f  % 

b. Penyimpanan dan pendistribusian

39 Register stok obat untuk masing-masing kategori dibuat seragam      9  >3\‹ 9  >+\7 *9  >{\‹ 9  >‚\7 +9 ™*   "     %     pengiriman persediaan MDT adalah sebagai berikut:

9      … 9    …  *9 ™ …  9    …

c. Ketersediaan

Untuk menghindari kekurangan dan memudahkan pengepakkan serta pengiriman tepat waktu maka:

39      %         ƒ  

+9    %      satu bulan sebelumnya ke Propinsi

{9   %      satu bulan sebelumnya ke Kabupaten

  …          8š >š  +/3‚9              ‹ f  +/3{   ‹ *   menyiapkan dan mengirimkan MDT paling akhir pertengahan Desember 2013. d. Penggunaan                 |            8|    " ‹ \\9  ' ;  39 }               "‹  program pada kunjungan supervisi.

+9 Format baku digunakan untuk memonitor permintaan dan suplai        8’         &>69 8^  ‰%9 7   %                       ƒ        %        !f>   ’     8^ >‰ •‰9

2. Cara menghitung perkiraan kasus baru: a. Tahunan:

Perkiraan kasus baru yang ditemukan untuk tahun akan datang  š   " * …

39 Menurun/tetap maka perkiraan kasus baru dihitung berdasarkan kasus baru yang ditemukan tahun sebelumnya. Jika data tahun      > sebelumnya.

+9 Meningkat, daerah dapat menentukan perhitungan kasus baru sesuai tren peningkatan tersebut.

Contoh :

™        +/3‚ ž        +/3{ 8š > 9      ditemukan tahun 2012.

b. Semester atau Tribulan:

       "#   

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

36

tersebut. Untuk mengakomodasi hal itu dipakai perhitungan kesesuaian kasus baru yang ditemukan pada semester atau tribulan tahun sebelumnya sesuai tren di daerah tersebut.

Contoh :

™     &  7  > š  +/3‚ š    ditemukan tribulan April - Juni 2013 misalnya 300 kasus. Perkiraan & 7 >š +/3‚{//

<#     ?  # '$ dan PB, maka kebutuhan masing-masing kategori dihitung menggunakan

proporsi dari data yang ada atau laporan sebelumnya.

B. FORMULIR-FORMULIR

1. Kartu register stok MDT - 1,2,3,4

Masing-masing kategori MDT harus mempunyai kartu register stok.   &>3 …\>‹

  &>+ …\>7   &>{ …\>‹   &>‚ …\>7

Keempat kartu register stok MDT ini harus ada dan dipergunakan di           ™       f      ‹   ‹       8’`’f ž  7;  &#  *           "‹          # |  &#  

2. Formulir Permintaan MDT -1; Propinsi (lampiran 9a)

  "‹        %     89                 kebutuhan propinsi dihitung berdasarkan permintaan dari kabupaten/  8’   &>+97         ‹™    keterlambatan memperoleh MDT dari pusat, serta menghindari keterlambatan pendistribusian ke kabupaten, maka kebutuhan dihitung berdasarkan pada laporan tribulan terakhir yang tersedia dari semua kabupaten/kota di propinsi itu.

     8ƒ 9  8š 9                      *       

Penyesuaian perlu dilakukan setelah menerima semua laporan dari     %   & berikutnya untuk menghindari kekurangan atau kelebihan MDT.

3. Formulir Permintaan MDT -2; Kabupaten/Kota (lampiran 9b)

Kebutuhan MDT di kabupaten/kota harus siap sebelum permulaan      ™89

     %          %     &      menghindari keterlambatan penyediaan dan pendistribusian.

  & 8š > ƒ 9   &              š  8    9 ™ "      "‹        %          tersedia.

Penyesuaian harus dilaksanakan setelah menerima semua laporan dari        %     & tribulan berikutnya untuk menghindari kekurangan dan kelebihan MDT.

4. Formulir Permintaan MDT-3: Unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas/ Rumah Sakit) - (lampiran 9c)

’              sewaktu mengirimkan salinan register kohort ke kabupaten dan sekaligus mengambil kebutuhannya. Satu bulan persediaan stok akan mengatasi keterlambatan pengadaan dan pemberian pada pasien di daerah sulit yang diberikan MDT sekaligus lebih dari 1 blister < 4 =)#* Khusus untuk Rumah Sakit yang melayani pasien kusta, obat MDT        ^      &   *   

5. Formulir Permintaan MDT-4: Unit pelayanan kesehatan (Kabupaten/ Puskesmas ) daerah sulit (lampiran 9d)

’            *  | sukar dijangkau di mana transportasi mahal dan sulit. Kebutuhan akan dikirimkan sekali setahun ke lokasi ini oleh propinsi/kabupaten.

\  "           

1  8{9    

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

38

Catatan:

   %    &   %    penjelasan yang mungkin dibutuhkan.

6. Formulir Monitoring MDT-5; Pusat (lampiran 9e)

Formulir ini digunakan untuk memantau permintaan dan penyediaan          3//                   !f Monitoring ini akan membantu pusat mengatur kembali penyediaan dimana diperlukan.

7. Untuk menghitung kebutuhan prednison untuk pasien reaksi berat        #   

a. Kebutuhan predison : jumlah kasus yang mengalami reaksi berat x 336 tab.

    … š         `~^ berulang x 360 tab.

BAB VII

PROMOSI PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA

DAN KONSELING PASIEN KUSTA

A. PROMOSI PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA    #

a. Promosi

Promosi pengendalian penyakit kusta adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri dalam upaya pengendalian penyakit kusta serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kegiatan yang relevan untuk pengendalian penyakit kusta.

b. Konseling

     |                  "   *  *            *   membantu klien memahami pemikirannya sehinga ia dapat    "    pilihan yang ada.

Lebih lanjut mengenai Konseling Kusta dapat dibaca pada Buku Pedoman Konseling Kusta

2. Tujuan

a. Tujuan Umum:

       keluarga dan masyarakat untuk mendukung upaya pengendalian penyakit kusta. b. Tujuan Khusus: 39                     *  ** +9      {9 Meningkatkan dukungan mitra kerja dalam promosi P2Kusta

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

‚/

‚9 Terwujudnya komitmen pengambil keputusan dalam upaya P2 Kusta.

3. Sasaran Promosi P2 Kusta a. Sasaran Primer

Sasaran primer adalah individu atau kelompok yang diharapkan berubah prilakunya dengan dilaksanakannya promosi pengendalian kusta.

Sasaran primer tersebut antara lain: 39 Pasien kusta

+9   8  > 9 {9 Tetangga pasien

‚9 Masyarakat

69 Pasien merupakan sasaran utama dari sasaran primer tersebut diatas

b. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah individu, kelompok dan organisasi yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku sasaran primer.

Sasaran sekunder tersebut antara lain: 39 Kader +9 Tokoh masyarakat {9 Tokoh agama ‚9 Petugas kesehatan 69 ^   „9 ^    9 f   8 &ƒ\ >  9 Œ9 f    % 8\ > 9 ‰9 f    !  8 !  !7 f!7~    > 9 3/9     8 "  "  &    9 339   8&    \ 9 3+9^  ƒ‹ c. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah individu, kelompok dan organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan dan keputusan dalam mendukung upaya pengendalian penyakit kusta.

Sasaran tersier tersebut adalah: 39 Kepala Wilayah/Daerah

{9   %\

‚9  8    9 69 Pimpinan media massa.

4. Strategi Promosi Kesehatan  QX  &

39  …

7#     *                  %      kegiatan pengendalian kusta sesuai dengan bidang dan keahlian masing-masing.

+9 ^…

Adanya komitmen, kebijakan dan dana untuk mendukung upaya pengendalian penyakit kusta.

{9  … 9    …       orientasi 9     …  *    kopi, negosisasi *9 Demonstrasi, kampanye 9 !‹*  …    di koran. b. Bina Suasana 39   \                    *   yang mendukung upaya pengendalian penyakit kusta.

+9 ^

9 &*           terhadap upaya pengendalian penyakit kusta

9 &"   {9  … 9  9 Seminar *9 ^  9 Sarasehan 9 Studi banding %9 Dialog terbuka

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

‚+

c. Gerakan Masyarakat

39  

' %  kesadaran, kemauan individu dan masyarakat agar mau dan   89     kusta.

+9 ^

Adanya upaya masyarakat baik individu maupun kelompok  *   

Adanya masyarakat baik individu maupun kelompok untuk membawa pasien ke petugas kesehatan.

{9  

9   %        *  

9 \     …       *9 Forum pertemuan di masyarakat

9 Kunjungan rumah

9    "  *    ke tenaga kesehatan atau rujukan (oleh, untuk dan dari 9

B. KOMUNIKASI    #

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan           "  *  persamaan antara sumber dan penerima pesan.

         

2. Komponen Komunikasi

Komponen komunikasi terdiri dari:

            %       8 9

           %     89

*      %        disampaikan kepada komunikan.

d. Saluran atau media adalah alat yang dipakai untuk meyampaikan %  

 ™           *       * "     

3. Jenis komunikasi berdasarkan interaksinya

š        %         komunikan, terdiri dari:

a. Komunikasi massa    "*  8  9 * ƒ %   8        9 d. Sasarannya massa e. Komunikasi interpersonal %   "   ƒ %       8         9

h. Sasarannya satu orang atau sekelompok komunikan

C. KOMUNIKASI INTERPERSONAL    #

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antar dua orang atau di antara   *        Komunikasi interpersonal yang baik antara petugas dengan pasien kusta             * **           #     *                  #            ‹   ** kepada anggota keluarganya, akan tetapi dapat disembuhkan dengan    *    "> "    diwaspadai.

Mengingat waktu yang tersedia di sarana pelayanan kesehatan bagi        %   pasien terlalu banyak. Meskipun demikian waktu yang terbatas tersebut   >%%    %       f            *  %              "                  Komunikasi interpersonal yang baik akan memberikan rasa nyaman sehingga pasien mau menjelaskan penyakit yang dideritanya serta bertanya tentang apa yang belum dipahami.

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

‚‚

Diharapkan komunikasi antar petugas kesehatan dengan pasien kusta di  "%%  "  kegagalan komunikasi dapat dihindari.

Dalam melakukan komunikasi, petugas kesehatan harus mampu     " >                * ™  petugas kesehatan harus mempunyai keterampilan dasar, sebagai berikut:

a. Menguasai tatalaksana pengobatan pasien kusta

b. Mahir dalam melakukan penyuluhan kepada pasien termasuk     q

*    

\               %% adalah:

   %   "    agar mudah diingat.

b. Menggunakan bahasa yang sederhana *  "‹

  *        %    

2. Langkah-langkah komunikasi interpersonal

     ‚   sebaiknya dilakukan yaitu:

a. Persiapan

Mempersiapkan diri dan alat bantu atau media yang akan dipergunakan

    %  39 ™*

™*      waktu komunikasi berlangsung.

+9 7" *

   *     >  komunikasi antara lain mendengar dengan baik, memberikan     %  

{9 š 

" %             dan menolong untuk mengingat kembali apa yang harus  

‚9  

   %        >   harus dilakukan.

*   %    *

3. Keterampilan komunikasi interpersonal

Keterampilan yang diperlukan dalam komunikasi interpersonal adalah :

a. Keterampilan mengajukan pertanyaan

Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan hal yang sangat               "    "   %           %           "   ‹  *         mempunyai semangat untuk berkomunikasi.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pasien dapat menggunakan pertanyaan tertutup maupun terbuka. Pada umumnya pertanyaan tertutup dimulai dengan kata :

Apakah ...?, Sudahkah...?, Perlukah ...?, Maukah ...? Model pertanyaan tersebut diatas, biasanya akan memberikan "‹   …             %   yang dapat digali.

Untuk pertanyaan terbuka pada umumnya pertanyaan dimulai  …7   \     menggunakan model pertanyaan terbuka akan lebih banyak %     .

b. Keterampilan mendengar yang baik

Keterampilan mendengar diperlukan oleh petugas dalam melakukan komunikasi interpersonal. Keterampilan mendengar yang baik     >      "        *         %            > simbol pendengaran.   *>… 39 7    

Petugas menunjukkan keinginan dan keseriusan untuk benar-benar memahami permasalahan yang dihadapi pasien.

+9   

Pada saat melakukan komunikasi dengan pasien petugas memandang mata pasien untuk menunjukkan bahwa petugas

Tata Laksana Program Kusta Di Indonesia

‚„

  *  

{9 "           pasien.

Petugas menunjukkan minat besar yang diekspresikan dengan bahasa tubuh dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.

‚9 `8    9

          *    untuk menyelami permasalahan yang dihadapi pasien sehingga petugas dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. 69 %   

Petugas sebaiknya dapat memahami bukan hanya apa yang disampaikan oleh pasien tetapi juga memahami bahasa tubuh dan isyarat yang disampaikan oleh pasien.

„9  "

7   ‹ %      oleh pasien kurang jelas, maka untuk memperjelas sebaiknya petugas mengajukan pertanyaan.

9     > 

™ "    %   yang disampaikan oleh pasien, kadang-kadang petugas perlu mengulang dengan kata yang berbeda tetapi mempunyai makna yang sama.

Œ9        

           %    masalah yang disampaikan oleh pasien. Selanjutnya melakukan  |   %           mempunyai pemahaman yang sama.

‰9 &  

Dalam memberikan anjuran dan nasehat kepada pasien       ^       * 

Cara mendengarkan yang baik: 39 \ 

Cegahlah sikap yang mendesak pasien. Selain itu karena * *3+/             *  "   >  menyatakan makna yang dimaksudkan pasien sebelum pasien

  * +9  ‹

š      ‹    lebih baik anda berterus terang mengatakan hal itu, dari pada         * * {9              * \     *% ‚9 \  

Jaganlah mendengarkan dengan sejumlah gagasan atau dengan    \    pendapat orang lain.

69 š      % 

&      %    makna yang disampaikan pasien.

„9 š      

Fokuskan pada isi pesan bila pasien membosankan anda. 9 š > 

Œ9 š      

Abaikan dulu masalah lain yang sedang anda hadapi, pusatkan     %  

c. Keterampilan memberikan pujian

Pujian perlu diberikan kepada pasien yang telah berbuat sesuatu

Dalam dokumen PEDOMAN KUSTA (Halaman 35-111)

Dokumen terkait