• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan

2.4.2. Tujuan Pembangunan

Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dilakukan secara berkelanjutan. Artinya melanjutkan apa yang telah dibangun, membangun yang belum dibangun dan menambah bagian-bagian baru sesuai kebutuhan nyata masyarakat. Prinsip pembangunan seperti ini yang perlu dilaksanakan dalam sebuah kepemimpinan di daerah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kesinambungan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dalam aktivitas pemerintahan dan pembangunan pada periode lima tahun sebelumnya, maka untuk memelihara serta melanjutkan aktivitas pemerintahan dan pembangunan dimaksud demi mencapai masyarakat daerah yang maju, mandiri, damai dan sejahtera, perlu ditetapkan visi-misi Pembangunan yang hendak dilaksanakan dalam periode lima tahun kepemimpinan pasangan yang terpilih sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dalam kurun waktu tersebut. Visi-Misi yang ditetapkan hendaknya jelas sasaran yang hendak dibangun, sasaran yang dibangun itu dikehendaki menjadi apa setelah lima tahun baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya berazaskan nilai-nilai Pancasila.

Tujuan utama pembangunan bukan lagi menciptakan tingkat pertumbuhan GNP (Gross National Product) yang setingi-tingginya, melainkan penghapusan dan pengurangan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang.

26 Tiga tujuan inti pembangunan adalah:

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan keamanan,

2. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan,

3. Perluasan rentang pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu dan bangsa, yakni membebaskan mereka dari ketergantungan (Todaro:2005)

Selain itu ada kaitan antara tujuan pembangunan ekonomi dan tujuan pembangunan nasional dengan dimensi jangka waktu pendek dan panjang yaitu:

1. Tujuan pembangunan ekonomi jangka pendek yang berhubungan dengan tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, kesejahteraan masyarakat yang semakin adil dan merata serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan berikutnya.

2. Tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

Pada tahap awal pembangunan dititikberatkan pada bidang ekonomi dengan harapan akan berpengaruh pada bidang lain.

27 2.4.3. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJM Nasional yang memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 tahun. Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan dokumen perencanaan organisasi perangkat daerah untuk periode 1 tahun. (UU RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional)

2.4.4. Pengarusutamaan Gender (PUG)

Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming) merupakan sebuah upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya kesetaraan dan keadilan gender (marginalisasi, stereotipe, subordinasi, kekerasan dan beban ganda). Sesuai dengan Inpres No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan Nasional, pengertian Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyususnan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional.

28 Menurut Ihromi dalam Hak Azasi Perempuan (2005:31), tujuan pengarusutamaan gender adalah mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan nasional.

Pengarusutamaan gender berfungsi untuk menciptakan mekanisme-mekanisme kelembagaan bagi kemajuan perempuan di semua bidang kegiatan dan kehidupan masyarakat dan pemerintahan.

Peranan wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban yang dijalankan oleh wanita pada status atau kedudukan tertentu dalam pembangunan, baik pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan, baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, berarti peranan wanita dalam pembangunan sesuai dengan konsep gender atau peran gender, mencakup produktif, peran reproduktif, dan peran sosial yang dinamis. Dinamis dalam arti, dapat berubah atau diubah sesuai dengan perkembangan keadaan, dapat ditukarkan antara pria dan wanita dan bisa berbeda lintas budaya.

Mengupayakan peranan perempuan dalam pembangunan, dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender tersebut, perlu didukung oleh perilaku saling menghargai dan saling menghormati, saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli, dan saling pengertian antara pria dan wanita. Dengan demikian tidak ada pihak (pria dan wanita) merasa dirugikan dan pembangunan akan menjadi lebih sukses.

WID (Women in Development) atau perempuan dalam pembangunan merupakan Pendekatan kebijakan yang digunakan untuk memadukan perempuan

29 ke dalam kegiatan pembangunan yang dimulai pada awal 1970-an, dan selama 40 tahun terakhir berevolusi berdasarkan pengalaman, peninjauan, dan reformulasi strategi serta tujuan melalui beberapa tahap pendekatan berorientasi kesejahteraan, kesejajaran, perang melawan kemiskinan, dan pendekatan aliran-utama.

“Sekitar tahun 1980an, WID telah diterima dan diterapkan secara internasional sebagai penekanan strategis dengan sasaran mencapai integrasi perempuan dalam semua aspek proses pembangunan dan kemudian negara-negara dunia ketiga pun beramai-ramai memasukan agenda WID ke dalam program pembangunan di negaranya masing-masing.” (Asian Development Bank, 1998:18)

WID yang merupakan bagian diskursus pembangunan, dan merupakan pendekatan dominan bagi pemecahan persoalan dunia ke Tiga dan merupakan strategi arus utama developmentalism tentang bagaimana mendorong partisipasi perempuan dalam program pembangunan. Agenda utama program WID adalah bagaimana melibatkan kaum perempuan dalam kegiatan pembangunan.

Asumsinya, penyebab dari keterbelakangan perempuan adalah karena mereka tidak berpartisipasi dalam pembangunan. Disini WID menginginkan bagaimana kaum perempuan bisa memiliki derajat yang sama atau sejajar dengan kaum laki atau tidak lagi ada kesenjangan antara kaum perempuan dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang pembangunan.

Namun dalam perkembangannya WID ini mengalami banyak kendala atau kelemahan-kelemahan serta kritik-kritik dalam pengimplementasiannya. Hasil tinjauan unit-unit masalah perempuan pemerintah yang seringkali dengan sumber daya dibawah rata-rata dan sangat marjinal menunjukkan, bahwa mereka telah tidak dapat secara efektif mempengaruhi kebijakan nasional atau membawa kesejajaran gender yang tadinya dibayangkan dalam pikiran pada waktu pendiriannya. Sehingga membuat pendekatan seperti ini tidak dapat menurunkan

30 kesenjangan antara kaum laki-laki dan perempuan. Proyek-proyek hanya untuk perempuan seringkali dipikirkan dan didanai secara kurang, bahkan kadang-kadang dibebankan ke pundak kaum perempuan yang telah terbebani dengan beban-kerja yang berat, hanya dengan imbalan yang kurang pula.

“Sehingga dengan adanya keadaan seperti itu, diperlukan suatu Transformasi sosial, yang dimana tujuan dari Tranformasi sosial itu tidak hanya memperbaiki status perempuan namun juga memperjuangkan martabat dan kekuatan perempuan. Sehingga muncul suatu pendekatan GAD (Gender and Development), yang dimana pendekatan itu lebih mencakup kepada hak-hak perempuan, peranan perempuan sebagai peserta aktif, dan pelaku pembangunan dan peranan mereka sebagai aktor dengan suatu agenda khusus dalam pembangunan.” (Asian Development Bank, 1998 : 19)

GAD melihat negara adalah sebagai aktor penting yang akan mempromosikan emansipasi perempuan. Strategi yang ditempuh adalah institusionalisasi gender dalam kebijakan negara dan perubahan sosial. Pada titik ini, GAD akan banyak berbicara lebih jauh tentang persoalan struktur sosial, politik, ekonomi yang melingkupinya. Tujuan daripada GAD adalah untuk melakukan transformasi sosial atas struktur gender yang tidak adil sekarang ini. Pendekatan GAD ini menggunakan analisis gender dalam menguraikan problem perempuan dalam pembangunan. Pendekatan ini melihat bahwa perempuan bukanlah kelompok otonom melainkan mereka terbagi ke dalam kelas, ras, dan keyakinan. Peranan perempuan dalam masyarakat juga tidak dapat dilihat sebagai otonom melainkan sudah terbentuk melalui internalisasi gender. Pendekatan GAD meletakkan persoalannya bukan pada perempuannya, melainkan pada ideologi atau keyakinan yang dianut oleh laki-laki dan perempuan tersebut yang kemudian pada akhirnya akan sangat berpengaruh pada kebijakan dan pelaksanaan pembangunan.

31

“Akibat kebijakan-kebijakan pembangunan yang buta gender mengakibatkan dampak yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Analisis gender memusatkan perhatiannya pada ketidakadilan struktural yang disebabkan oleh keyakinan gender yang mengakar dan tersembunyi di berbagai tempat, seperti tradisi masyarakat, keyakinan agama, serta kebijakan dan perencanaan pembangunan.”

(Laily, 2008:324)

Tujuan akhir pendekatan GAD adalah terjadinya pergeseran hubungan kekuasaan yang akan memberikan otonomi lebih besar terhadap kaum perempuan.

Kesetaraan dan keadilan gender masih sulit untuk dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum perempuan. Oleh sebab itu pemerintah telah mengambil kebijakan, tentang perlu adanya strategi yang tepat sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Bagi pendekatan GAD, letak persoalannya bukanlah pada kaum perempuan sebagaimana diasumsikan semula, akan tetapi pada bagaimana menghapuskan segala bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemberdayaan (empowerment) dan perubahan struktur gender.

Perbedaan antara WID dan GAD, pada dasarnya, berdasarkan atas pendekatan penilaian dan penanganan posisi yang tidak sama dari perempuan dalam masyarakat. GAD tidak menyisihkan perempuan sebagai subyek sentral. Namun kiranya lebih, sementara pendekatan WID difokuskan secara eksklusif pada perempuan untuk meningkatkan posisi ketidaksejajaran perempuan, maka pendekatan GAD mengakui, bahwa peningkatan status perempuan memerlukan analisis mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan maupun menyamakan pendapat dan kerjasama laki-laki. Jadi dapat dijelaskan bahwa pendekatan GAD ini tidak hanya terpaku pada perempuan saja dalam usahanya melakukan kesetaraan serta berperan aktif dalam pembangunan yang tanpa menghiraukan laki-laki namun dalam pengimplementasiannya

32 pendekatan ini memerlukan kaum laki-laki dalam memperjuangkan kesetaraannya. (Ihromi, 1995:176)

2.5. Definisi Konsep

Konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek – objek tertentu yang mempunyai ciri – ciri yang sama (Umar 2004:51). Adapun defenisi konsep dari penelitian ini adalah :

1. Implementasi Kebijakan. Implementasi Kebijakan merupakan bagian dari kegiatan dalam proses kebijakan publik. Implementasi merupakan bagian terpenting karena menjalankan ide yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai analisis dari sebuah kebijakan. Pemerintah mempunyai kemampuan melaksanakan kebijakan bagi kehidupan masyarakat.

Kemampuan dari pemerintah dapat dilihat berdasarkan seberapa banyak kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah itu sendiri. Dalam penelitian ini akan dilihat implementasi kebijakan pengarusutamaan gender dalam pembangunan daerah di bidang perencanaan sesuai dengan Pergubsu No.

43 Tahun 2018.

2. Pengarusutamaan Gender. Pengarusutamaan Gender (Gender Mainstreaming) merupakan sebuah upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang menyebabkan tidak tercapainya kesetaraan dan keadilan gender (marginalisasi, stereotipe, subordinasi, kekerasan dan beban ganda).

33 3. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

2.6. Hipotesis Kerja

Sejalan dengan konsep-konsep implementasi yang telah penulis kemukakan, maka penulis merumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini yaitu Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan Daerah Di Bidang Perencanaan Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terkait dengan teori Edward III meliputi: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini menggunakan metode ilmiah untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah yang diteliti, mengidentifikasi dan menjelaskan data yang ada secara sistematis. Metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2006:43). Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan implementasi kebijakan pengarusutamaan gender dengan menggunakan empat indikator dari Edward III yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berkaitan dengan aktivitas-aktivitas serta masalah-masalah yang terkait dengan judul penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yang beralamatkan Jl. Pangeran Diponegoro No.21 A, Madras Hulu, Kec.

Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara 20152, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Provinsi Sumatera Utara, yang beralamatkan Jl. Iskandar Muda No.272, Petisah Tengah, Kec. Medan Petisah,

35 Kota Medan, Sumatera Utara 20112 sebagai implementor kebijakan pengarusutamaan gender.

3.3. Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data – data dan informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian, dapat diperoleh melalui informan penelitian. Dalam penelitian kualitatif subjek inilah yang menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan selama proses penelitian (Suyanto 2005:108).

Dalam menentukan informan penelitian dalam penelitian ini peneliti menggunakan model purposive sampling, yaitu “pemilihan sekelompok subjek penelitian didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Subjek tersebut merupakan kelompok kunci dari kelompok yang ada dalam populasi” (Sutrisno Hadi, dalam Hamidi 2010:92).

Penentuan informan selanjutnya menggunakan teknik snowball sampling.

Menurut Ford Julienne (dalam Hamidi 2010:94) snowball sampling adalah pengumpulan data oleh peneliti baik melalui wawancara yang pasti akan bergulir dari satu informan pada informan lainnya maupun dengan observasi pasti dari satu social setting ke social setting yang lain. Penelitian kualitatif tidak dapat berhenti hanya dengan menggunakan purposive sampling karena hanya akan diperoleh informan yang memenuhi kriteria bukan informan-penelitian. Pengumpulan data dengan intensive-interview harus dilakukan melalui wawancara mendalam dari satu informan bergulir pada informan lainnya yang memenuhi kriteria sampai mengalami titik jenuh.

36 Berdasarkan keterangan di atas, maka peneliti menggunakan 2 teknik penentuan informan penelitian, yaitu purposive sampling lalu dilanjutkan dengan snowball sampling.

Berdasarkan keterangan di atas, maka peneliti menggunakan 2 teknik penentuan informan penelitian, yaitu purposive sampling lalu dilanjutkan dengan snowball sampling.

Informan penelitian sebagai berikut :

1. Kepala Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Sumatera Utara 2. Sekretaris Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Sumatera Utara 3. Anggota Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Sumatera Utara

4. Focal Point Pengarusutamaan Gender Sumatera Utara di Bappeda dan Dispppa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

37 Tabel 3.1. Matriks Informan

No. Informan Penelitian Informasi yang Dibutuhkan

38 3.4. Teknik Pengumpulan Data/Informasi

Teknik pengumpulan data menurut Noor (2011:138) merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan dalam penelitian, karena hal ini bertujuan untuk mendapatkan data – data penelitian. Pada teknik pengumpulan data, menggunakan multi sumber bukti yang mana artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda – beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data sebagaimana yang diharapkan (Sugiyono 2011:101). Adapun teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumplan data dapat dilakukan dengan melakukan beberapa cara diantaranya :

a) Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Hadi dalam Sugiyono (2011:145). Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung kondisi objek yang di teliti. Dalam hal ini penulis melakukan observasi di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Proses observasi yang dilakukan melihat pengimplementasian kebijakan PUG di Pemprovsu yang kemudian akan dirangkum sebagai

39 data primer pengamatan secara langsung melalui dokumentasi kamera dan dokumen resmi.

b) Wawancara

Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011:231) merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data melalui sesi pertanyaan yang diajukan kepada narasumber baik secara formal maupun informal sesuai kebutuhan yang di perlukan di lokasi penelitian. Bungin (2013:133) mengatakan bahwa wawancara sering dianggap sebagai interview yang artinya adalah memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan dengan atau tanpa menggunakan pedoman (giude) wawancara.

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara : a) Dokumentasi

Dokumen menurut Sugiyono (2011:241) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,

40 patung, film dan lain-lain. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen, catatan catatan, surat-surat, laporan, serta sumber-sumber yang ada dilokasi tempat penelitian yang relevan dengan objek penelitian.

b) Studi kepustakaan

Menurut Sugiyono (2011 : 291) studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur - literatur ilmiah.

3.5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu – satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong 2006:247).

Langkah-langkah analisis data setelah dilakukannya pengumpulan yaitu:

a) Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

41 mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat di ambil.

b) Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

c) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan muncul dari data yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya yaitu validitasnya.

Dari penjelasan di atas ketiga langkah dalam analisis data kualitatif tersebut semuanya bertujuan untuk memudahkan peneliti menginterpretasikan informasi yang didapatnya dari lapangan, mulai dari mencatat, merekam jawaban, menyederhanakan data hingga mengelompokkan data untuk dapat kemudian menarik kesimpulan.

3.6. Keabsahan Data

Data atau informasi dalam penelitian perlu diuji keabsahan atau kebenarannya. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data di lapangan. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji keabsahan data adalah sebagai berikut :

a) Triangulasi Metode

Keabsahan atau kebenaran informasi diperiksa dengan teknik pengumpulan data yang berbeda.

b) Triangulasi Peneliti

42 Informasi yang diperoleh oleh salah seorang tim peneliti, diuji oleh anggota tim yang lain, atau dengan kata lain data diperiksa melalui peneliti (pengumpul data) yang berbeda.

c) Triangulasi Sumber

Informasi tertentu ditanyakan kepada informan yang berbeda atau antara informan dengan dokumentasi.

d) Triangulasi Situasi

Bagaimana penuturan seorang informan jika dalam keadaan ada orang lain dibandingkan dengan dalam keadaan sendiri.

e) Triangulasi Teori

Apakah ada keparalelan penjelasan dan analisis atau tidak antara satu teori dengan teori lainnya terhadap data hasil penelitian. (Hamidi 2010:95)

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu triangulasi dengan metode dan sumber data. Teknik ini untuk menguji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti. Keabsahan data diperlukan untuk mengetahui kebenaran data yang digunakan. Keabsahan data juga diperlukan untuk memperkaya data yang digunakan oleh peneliti.

43 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

4.1.1. Letak Geografis Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan provinsi yang terletak di Indonesia bagian barat tepatnya di Pulau Sumatera dengan Ibu Kota Medan. Dilihat dari sejarahnya, Sumatera Utara sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda yang saat itu masih bernama Gouverment Van Sumatra dengan luas wilayah yang meliputi seluruh pulau Sumatera dan dipimpin oleh satu pemerintah daerah (Gubernur) yang berpusat dikota Medan. Namun pasca Kemerdekaan Indonesia, Provinsi Sumatera sendiri dibagi menjadi tiga provinsi berbeda yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, serta Sumatera Selatan yang kemudian memiliki hak untuk mengatur daerahnya masing-masing. Sementara itu Sumatera Utara sendiri merupakan gabungan dari tiga sub wilayah yakni Karesidenan Aceh, Karesidenan Sumatera Timur, dan Karesidenan Tapanuli. Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 10 – 40 Lintang Utara dan 980 – 1000 Bujur Timur.

Pada sebelah utara berbatasan dengan provinsi Aceh, pada sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, pada sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan pada sebelah Barat, Sumatera Utara berbatasan dengan Samudera Hindia. Daratan Provinsi Sumatera Utara memiliki

Pada sebelah utara berbatasan dengan provinsi Aceh, pada sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka, pada sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan pada sebelah Barat, Sumatera Utara berbatasan dengan Samudera Hindia. Daratan Provinsi Sumatera Utara memiliki

Dokumen terkait