• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum

4) Tujuan Pembelajaran

Perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang didalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran hendaknya diletakkan dan dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah rencana pembelajaran, yang akan mewarnai komponen-komponen perencanan lainnya.

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno berikut ini dikemukakan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli: Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi

mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.40

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.

Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:41

a) Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri;

b) Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;

c) Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran;

d) Memudahkan guru mengadakan penilaian.

5) Metode

Metode merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Karena itu,

40 Hamzah B. Uno. Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 18

41

Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 39

penyusunannya hendaknya berdasarkan analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan perilaku awal siswa. Sugeng Listyo juga menjelaskan dalam hubungan ini, ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yakni:42

a) Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, di mana materi pembelajaran terutama bersumber dari mata ajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator. Siswa sebagai penerima pesan. Bahan pelajaran adalah pesan itu sendiri. Dalam rangkaian komunikasi tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.

b) Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar modular, paket belajar, dan sebagainya.

c) Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang di tempuh ialah dengan mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari: karyawisata, nara sumber, kerja

42 Sugeng Listyo Prabowo, Perencanaan Pembelajaran, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 27

pengalaman, survei, proyek pengabdian/pelayanan masyarakat, berkemah dan unit.

Sebenarnya di buku pegangan Guru pada K-13 terdapat beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang bersesuaian yang telah ditentukan didalamnya, yaitu:

“Seperti kemampuan guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam sesuai dengan materi pembelajaran, misalnya alat yang tersedia, gambar, multimedia, studi kasus, narasumber, dan lingkungan.”43

Akan tetapi itu bukan menjadi patokan, hanya saja contoh dan kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh guru. Apabila bisa mengembangkan lebih dari itu, maka akan lebih baik lagi pembelajaran yang sedang dilakukan. Yang perlu diingat adalah metode digunakan agar pembelajaran menjadi lebih aktif, efektif, dan efisien. Bukan hanya gurunya saja yang selalu aktif, tapi yang lebih penting adalah muridnya.

Inti dari K-13 adalah menuntut bagaimana peserta didik bekerja lebih aktif sementara guru hanya digunakan untuk fasilitator selama pembelajaran yang fungsinya hanya memantau kegiatan siswa dan meluruskan pandangan siswa atau aktivitas siswa yang dianggap kurang tepat. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Mulyasa sebagai berikut:

“Ketika membahas tentang kelemahan KTSP 2006 sebagai bentuk evaluasi pada K-13, bahwasannya standar proses pembelajaran pada KTSP belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran

yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.”44

Hal ini jelas berarti status guru pada proses pembelajaran menurut K-13 hanya menjadi fasilitator sebagai pelengkap dan pembelajaran tidak berpusat pada guru. Karena dalam KTSP, proses pembelajaran berpusat pada guru, jadi sebagai bentuk tindak lanjut evaluasi dari KTSP, fungsi guru pada K-13 hanya sebagai fasilitator.

b. Pelaksanaan

Sebelumnya, perlu diketahui bahwasannya pelaksanaan K-13 berjenjang dan bertahap. Tidak semerta-merta semua dilaksanakan bersama. Hal ini sebagaimana penuturan Sholeh Hidayat sebagai berikut:

“Menurut penuturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan waktu lalu, mempertimbangkan dua opsi dalam penerapan K-13 yang akan di mulai pada tahun ajaran 2013/2014. Pilihan atas kedua opsi tersebut masih menunggu masukan sejumlah pihak melalui uji publik yang di tutup pada 23 Desember 2012. secara prinsip K-13 diterapkan mulai tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap, tetapi pola penerapannya masih dipertimbangkan. Opsi pertama, kurikulum baru diterapkan di kelas I, IV, VII, dan X secara serentak di semua sekolah, Opsi kedua, diterapkan di kelas I, IV, VII, dan X hanya di beberapa sekolah.”45

Hal ini jelas adanya, sebagaimana kebijakan yang telah di tetapkan. Dan pada kenyataannya yang terjadi di lapangan adalah opsi yang kedua, yaitu K-13 diterapkan di kelas I, IV, VII, dan X hanya di bebrapa sekolah.

44

Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 61 poin ke-6.

45 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 159

Kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.