• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Pendidikan Agama Islam

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Bila Pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir Pendidikan. Dalam proses Pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Oleh karena itu, suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya

Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan Pendidikan Islam selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman,ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat tujuan Pendidikan Agama Islam masih sangat sederhana di banding dengan tujuan Pendidikan Islam pada masa sekarang ini.

Dilihat dari segi cakupan atau ruang lingkupnya, merumuskan tujuan Pendidikan Islam dapat dibagi dalam enam tahapan sebagaimana yang dikemukakan oleh Abudin Nata (2010 : 62) berikut ini:

a. Tujuan Pendidikan Islam secara Universal

Tujuan pendididikan islam yang bersifat universal ini ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan antara kepribadian manusia secara menyeluruh dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.

b. Tujuan Pendidikan Islam secara Nasional

Tujuan pendidikan islam nasional ini adalah tujuan pendidikan islam yang dirumuskan oleh setiap negara (Islam). Dalam hal ini setiap negara merumuskan tujuan pendidikannya dengan mengacu kepada tujuan universal sebagaimana tersebut di atas. Untuk itu tujuan pendidikan islam secara nasional dapat dirujuk kepada tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa seni, serta bertanggung jawab bagi Masyarakat, bangsa dan Negara

c. Tujuan Pendidikan Islam secara institusional

Dalam hal ini tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat taman kanak-kanak atau raudatulatfal, sampai dengan perguruan tinggi

d. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat program studi (kurikulum)

Tujuan pendidikan Islam dalam tingkat program studi ialah tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan program studi.

e. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam yang terdapat pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu.

f. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan

Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan yaitu tujuan pendidikan yang didadasarkan pada tercapainya kompetensi utama dan kompetensi dasar yang terdapat pada pokok bahasan tersebut.

g. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat Sub pokok bahasan

Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat sub pokok bahasan yaitu tujuan pendidikan Islam yang didasarkan pada tercapainya kompetensi yang terlihat pada indikator-indikatornya secara terukur. Misalnya menerjemahkan kosa kata yang berkaitan dengan alat-alat tulis, kosa kata yang berkaitan dengan tempat tinggal, dan sebagainya.

Sementara itu Al-Abrasy dalam M. Bashori dkk (2010 : 10) menguraikan tujuan Pendidikan Islam ada lima yaitu:

a. Membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

c. Membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani.

d. Menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri.

e. Menyiapkan murid agar mempunyai profesi tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas dunia dengan baik atau singkatnya persiapan untuk mancapai rezki.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam sangat penting diterapkan dengan dasar keikhlasan semata-mata karena

Allah Swt dan dicapai secara bertahap mulai dari tujuan yang paling sederhana hingga tujuan yang paling tinggi, kemudian diarahkan pada terbinanya seluruh bakat dan potensi manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka pengabdiannya kepada Tuhan.

Sementara itu, menurut Azra (1999 : 8):

Tujuan Pendidikan Islam adalah tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat.

Adapun Al-Abrasy dalam Muchsin dkk (2010 : 10) menguraikan bahwa tujuan Pendidikan Islam ada lima yaitu:

a. Membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

c. Membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani.

d. Menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri.

e. Menyiapkan murid agar mempunyai profesi tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas dunia dengan baik atau singkatnya persiapan untuk mancapai rezki.

Selain tujuan umum sebagaimana diuraikan di atas, tentu terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin di capai melalui Pendidikan Islam. Tujuan khusus ini lebih praxis sifatnya, sehingga konsep Pendidikan Islam jadinya tidak sekedar Idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang Pendidikan. Dengan kerangka tujuan yang lebih praxis itu dapat di rumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses Pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.

D. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam sebagaimana dikemukakan oleh para pakar Pendidikan adalah Pendidikan yang utuh, menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai situasi dan kondisi. Tujuannya adalah mensejahterakan umat manusia di dunia maupun di akhirat, karena manusia dalam pandangan Islam adalah hamba Allah sekaligus khalifah di muka bumi.

Namun dalam kenyataannya pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, dianggap oleh banyak kalangan masih masih belum berhasil untuk tidak mengatakan gagal. Hal itu dapat dilihat dari lapisan masyarakat terutama dikalangan anak-anak sekolah bahkan aturan Agama dilanggar begitu saja tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan sikap dan prilaku mereka.

Abudin Nata (2003 : 45) mengemukakan bahwa

Dunia Pendidikan saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan Pendidikan tersebut yang menunjukkan sikap yang kurang terpuji. Banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian, penodongan, penyimpangan seksual, menyalahgunakana obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sikap dan prilaku tidak terpuji dilakukan oleh siswa dengan berbagai jenis dan macamnya. Sikap dan prilaku ini tidak lain adalah bentuk dari kegagalan Pendidikan Agama Islam yang dijalankan selama ini.

Apabila dikaji lebih jauh lagi, maka akan nampak dengan jelas bahwa faktor penyebabnya antara lain adalah penekanannya yang cenderung hanya

kepada aspek kecerdasan intelektualnya saja, sementara aspek-aspek yang lain seperti aspek afektif dan psikomotoriknya tidak begitu diperhatikan. Dari sisi ini saja sudah tidak efektif untuk dapat membangun moral dan mentalitas siswa menjadi lebih baik. Dengan kecenderungan penekanan kepada aspek kecerdasan intelektual ini, muncul semacam kepribadian yang terbelah dalam diri siswa, dimana pada satu sisi dia memiliki ilmu pengetahuan Agama, tapi disisi lain dia tidak mampu mengerjakan apa yang telah dia ketahui itu.

Kecuali itu, efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu ditentukan juga oleh metodenya. Kedudukan metode dalam Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Al quran surat Al Baqarah (2) ayat 151 berikut ini:

Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Kemenag RI 2012 : 23).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa metode dan pengajaran ayat-ayat Allah itu terdiri dari tiga macam yaitu yathlu (membaca), yuzakki (mensucikan) dan yu’allim (mengajarkan kitab), al hikmah dan apa –apa yang belum diketahui. Artinya ketika seseorang hendak mengajarkan tentang ayat-ayat

Allah maka pengajaran itu harus dinilai dengan kegiatan membaca dengan baik dan benar, sebagai prasyarat untuk sampai kepada tingkat mensucikan dan mengambil hikmah dari apa yang diajarkan baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui.

Dalam konteks pembelajaran Agama Islam metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang efektiff. Hal ini karena sebuah teori tentang nilai-nilai Agama, betapapun banyaknya bila tidak diamalkan maka hal itu tidak akan berarti apa-apa. Selain dari pada itu memperagakan sesuatu dalam pengajaran Agama akan lebih dapat dimengerti dna diamalkan oleh siswa, ketimbang hanya disampaikan melalui ceramah. Sebagai contoh misalnya, tentang berwudhu, mengajarkan cara berwudhu melalui peragaan secara langsung akan lebih efektif dibanding dengan mengajarkannya melalui ceramah. Artinya pembelajaran Pendidikan Agama Islam cenderung akan lebih efektif bila disampaikan melalui metode demonstrasi dari pada metode-metode lainnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditunjukkan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu. Hal ini dilakukan untuk memecahkan suatu masalah atau ingin membuktikan sesuatu. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis pada proposal ini bersifat penelitian lapangan (Field Research), dimana peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yakni data-data dianalisis dengan menggunakan angka-angka dalam bentuk tabel dan memberikan gambaran dengan kata-kata. Proses pengumpulan data tersebut melalui angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini diperlukan agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Sedangkan obyek penelitiannya yaitu para guru dan siswa sebagai informen dalam penulisan proposal ini.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam suatu penelitian. Anas Sudijono (2010 : 36) mengemukakan bahwa kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan, faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah. Sedangkan Musthafa Edwin Nasution (2008 : 52) menjelaskan variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai yang berbeda atau bervariasi.

Sementara itu Wahyu Agung (2010 : 46) mendefinisikan bahwa:

Variabel adalah Karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan dengan kata lain variabel adalah faktor yang apabila diukur akan memberikan nilai yang bervariasi dan menjadi sesuatu yang menjadi penentu.

Kemudian Setyosari (2010 : 109-110) mengemukakan bahwa variabel terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Menurutnya:

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Sedangkan variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti ini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada dua variabel yang menjadi pusat perhatian yakni metode demonstrasi sebagai variabel bebas sedangkan Pendidikan Agama Islam sebagai variabel terikat.

D. Definisi Operasional

1. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pelajarannnya dengan cara memperagakan sesuatu benda, sehingga menjadi jelas bagi siswa apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran tersebut

2. Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan atau tuntutan oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa yang meliputi pikiran dan raga siswa dengan bahan materi, jangka waktu, serta metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah tercapainya pribadi tertentu dan disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam

Dari uraian di atas maka secara operasional dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah penyampaian materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui peragaan suatu benda ataupun terjadinya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga menjadi jelas bagi siswa apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran tersebut.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan yang menjadi sumber data dan informasi agar penelitian lebih terarah. mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian yang dibutuhkan.

Beni Ahmad Saebani (2008 : 167) mendefinsikan populasi adalah keseluruhan data dalam suatu penelitian. Sementara itu Sugiyono (2009 : 80) menjelaskan bahwa “populasi adalah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Definisi lain dikemukakan oleh Masyuri dan M. Zainuddin (2009 : 151):

Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok obyek yang menjadi masaalah sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari obyek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebaginya sehingga obyek-obyek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan seluruh data baik itu mencakup benda, makhluk hidup manusia, kejadian, atau hal-hal yang ada kaitannya dengan optimalisasi metode tanya jawab dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam kaitannya dengan penelitian ini yang menjadi populasi adalah, guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Adapun jumlah guru ada 12 orang dan jumlah siswa 148 orang. Untuk lebih jelasnya keadaan populasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Keadaan populasi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

No Guru dansiswa Laki-lakiJenisKelaminPerempuan Jumlah

1 Guru 8 4 12

2 KelasVII 23 30 53

3 KelasVIII 31 30 61

4 KelasIX 23 11 34

Jumlah 85 75 160

Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa populasi dariguru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun ajaran 2013 / 2014 berjumlah 160 orang.

2. Sampel

Sampel ditentukan untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebahagian dari populasi.

Kemudian untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasi penyelidikan.

Sugiyono (2009 : 215) mendefinisikan sampel adalah:

Sebagian dari Populasi itu. Pengambilan sebahagian dari keseluruhan individu atau populasi yang menjadi obyek penelitian itu, karena mengingat biaya, waktu dan pikiran yang begitu banyak di perlukan jika harus di teliti secara keseluruhan.

Sedangkan Masyuri dan M. Zainuddin (2009 : 153) mengemukakan:

Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena: 1) peneliti ingin mereduksi (memotong) obyek yang akan diteliti, dan 2) peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya berupa obyek, kejadian, gejala atau peristiwa yang lebih luas.

Definisi lain dikemukakan oleh Arikunto (2001:105) bahwa:

Populasi yang objeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitian menjadi penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil diantara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.

Sementara itu Beni Ahmad Saebani (2008 : 166) mengemukakan bahwa sampel tergantung pada beberapa hal yaitu:

(1) Tipe sampel yang digunakan, (2) Spesifikasi hipotesisnya,

(3) Presentase kemungkinan salah yang diterima, (4) Biaya (dalam arti waktu dan ruang”.

Dari pendapat Arikunto, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15% dari jumlah populasi siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yakni 165x15% adalah 25 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Keadaan Sampel siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013 / 2014

No Siswa Populasi Sampel

1 KelasVII 59 9

2 KelasVIII 41 6

3 KelasIX 65 10

Jumlah 165 25

Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah 25 orang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai dalam sebuah penelitian untuk memperoleh data-data yang akurat dan empiris. Tingkat akurasi hasil penelitian sangat ditentukan oleh instrumennya baik dari sisi kwalitas maupun kwantitasnya. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Secara sederhana observasi diartikan sebagai upaya mengamati dan menyelidiki fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang sedang terjadi dalam obyek penelitian baik langsung maupun tidak langsung guna memperoleh data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawaban.

Menurut Hadi dalam Sugiyono (2009 : 145) bahwa “observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan”.

Sementara itu Margono (2005 : 159) menguraikan jenis-jenis observasi sebagai berikut:

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang banyak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama obyek yang di selidiki, sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang di lakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, misalnya diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto.

Definisi lain dikemukakan oleh Wirawan (2010 : 253) bahwa:

Observasi adalah proses untuk menjaring data dengan menggunakan peneliti sebagai intrumennya. Peneliti menjaring data melalui panca indera dengan melihat, mendengar, dan merasakan sendiri proses terjadinya suatu fenomena ilmu pengetahuan.

Uraian di atas menujukkan observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu waktu tertentu yang diamati. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti khususnya yang berkaitan dengan optimalisasi metode tanya jawab dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Pedoman Wawancara

Menurut Moh. Nasir (2006 : 159):

Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan dengan menggunakan alat padual wawancara.

Definisi lain dikemukakan Mardalis (2009 : 64) bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang di gunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti.

Lebih jauh Beni Ahmad Saebani (2008 : 191) mengemukakan bahwa:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

Dengan demikian peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang responden dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi,dan hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

3. Pedoman Angket

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yakni mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung kepada responden.

Instrumen ini berguna untuk mengukur besar pengaruh antara Pendidikan Agama Islam dan pengamalan ibadah siswa.

Mardalis (2009 : 67) menjelaskan :

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Dari angket ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan berhubungan dengan penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis baik berupa buku, majalah, jurnal yang dianggap penting. Dari

dokumen ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah prosedur yang dilalui oleh peneliti dalam memperoleh data, baik data dari penelitian lapangan, maupun dari perpustakaan. Adapun prosedur pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Observasi yakni, penulis secara langsung mengamati obyek yang di teliti dan mencatat semua gejala dan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Wawancara yakni, penulis mengumpulkan data dengan melalui wawancara dengan guru-guru dan sebahagian siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Dokumentasi yakni, penulis mengumpulan data melalui dokumen-dokumen, sekolah yang ada hubungannya dengan obyek penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Angket yakni, penulis mengumpulkan data dengan melalui daftar pertanyaan untuk kemudian di jawab oleh responden di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data-data seluruhnya terkumpul, penulis kemudian mengolah data-data tersebut dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Kualitatif yakni, bentuk analisis yang menginterpretasi data-data yang diperoleh. Dalam kaitan ini peneliti akan menganalisis tentang penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Deduktif yaitu metode pengolahan data yang berangkat dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus atau kesimpulan.

3. Metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat yang satu

3. Metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat yang satu

Dokumen terkait