• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

29 19 00653WATI

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H / 2014 M

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENGEFEKTIFKAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 PASIMARANNU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Skripsi : PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENGEFEKTIFKAN PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 PASIMARANNU KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Nama Mahasiswa : WATI

Nim : 29 19 00653

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

23 Shafar 1435 H Makassar, ---

6 Januari 2014 M Di setujui oleh

Pembimbing I

Dra. Mustahidang Usman, M. Si NBM: 623 184

Pembimbing II

Dr. Hj. Maryam, M. Th.I NIP: 19601231 199303 2 007

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, peneliti yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya peneliti sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

23 Shafar 1435 H Makassar, ---

6 Januari 2014 M

Peneliti Wati

(4)

PRAKATA

مﯾـــــــﺣرــﻟا نــﻣﺣرــﻟا ﷲ مـــــــــﺳﺑ ِﮫِﻟَا ﻰَﻠ

.ُدْﻌَﺑﺎﱠﻣَا . َ نْﯾِﻌَﻣ ْ ﺟاَ ِﮫِﺑﺎَﺣْﺻَا َ و

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah rabbul alamin atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam atas junjungan Nabiullah Muhammad Saw.

Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Mengefektifkan Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar” penulis tidak dapat menyelesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi dapat penulis selesaikan pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda dan Ibunda yang tercinta telah mengasuh dan mendidik peneliti dengan kasih sayang, dan tak kenal lelah serta pengorbanan apapun sehingga penulis sampai kejenjang pendidikan S1 (Strata satu), kepada keduanya penulis senantiasa memanjatkan do’a semoga Allah Swt. mengasihi dan mengampuni dosa-dosa keduanya dan menentramkan kehidupannya di dunia dan di akhirat.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membina universitas ini dengan sebaik-baiknya.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

(5)

4. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Unismuh Makassar.

5. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si dan Ibu Dr. Hj. Maryam, M. Th.I sebagai pembimbing I dan II dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah mendidik dan memberikan Ilmu Pengetahuan selama ini kepada penulis.

7. Bapak Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta seluruh responden yang telah memberikan informasinya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

8. Kepada saudara-saudara penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun materil selama penulis masih dalam jenjang pendidikan.

Akhirnya kepada Allah Swt kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya, Amin.

23 Shafar 1435 H Makassar, --- 6 Januari 2014 M

Peneliti

(6)

ABSTRAK

Wati, NIM: 29 19 00653 “Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Mengefektifkan Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar” (dibimbing oleh Mustahidang Usman dan Hj. Maryam).

Penelitian ini membahas tentang penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu. upaya-upaya yang dilakukan dalam penerapan metode demonstrasi pada pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu. Faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan metode demonstrasi dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Field research), yakni peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Metode digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu sumber dari wawancara, angket, observasi dan dokumentasi, guna memperoleh sesuatu kesimpulan yang betul-betul akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode demonstrasi pada bidang studi Pendidikan Agama Islam diterapkan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar agar pengajaran Pendidikan Agama Islam lebih efektif dan efisiendimana 30% responden memilih sangat diterapkan, 51% memilih diterapkan dan 19% memilih kurang diterapkan.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengefektifkan metode pemberian tugas dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah membangun komunikasi dengan orangtua siswa, menambah sarana dan prasarana belajar, menambah buku-buku referensi seperti buku-buku paket dan bacaan, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Faktor-faktor penghambat peningkatan motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam adalah kurangnya kepedulian dari orangtua, kurangnya sarana dan prasarana belajar, kurangnya buku-buku referensi pokok dan penunjang belajar serta kurangnya lingkungan yang kondusif untuk belajar.

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Keadaan populasi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014 ... 34 Tabel 2: Keadaan Sampel siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013 / 2014 ... 35 Tabel 3: Data Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 41 Tabel 4: Keadaan Guru Negeri 2 Pasimarannu Tahun Ajaran

2013/2014... 42 Tabel 5: Keadaan Siswa SMP Negeri 2 Pasimarannu Kecamatan

Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013/2014 ... 43 Tabel 6: Sarana Fasilitas Belajar SMP Negeri 2 Pasimarannu

Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013/2014 .... 44 Tabel 7: Pendapat responden tentang penerapan metode demonstrasi

dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar... 45 Tabel 8: Pendapat responden tentang pahamnya siswa dengan

penerapan metode demonstrasi pada pengajaran Pendidikan Agama Islam ... 47 Tabel 9: Pendapat responden tentang pembelajaran kerja kelompok

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada bidang studi. 48 Tabel 10: Pendapat responden tentang aplikasi metode tanya jawab

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pasimarannu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa... 50

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

PRAKATA ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A. Metode Demonstrasi... 7

1. Pengertian Metode Demonstrasi ... 7

2. Dasar-Dasar Penggunaan Metode Demonstrasi ... 9

3. Penggunaan dan Langkah-Langkah Metode Demonstrasi 12 B. Efektifitas Pengajaran ... 15

C. Pendidikan Agama Islam ... 17

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 17

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... 19

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 22

D. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaan Pendidikan Agama Islam... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Defenisi Operasional Variabel... 32

E. Populasi dan Sampel ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data... 39

H. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN ... 41 A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar 41

(9)

B. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Mengefektifkan Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu ... 45

C. Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Penerapan Metode Demonstrasi Pada Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar ... 52

D. Faktor-Faktor Yang Menjadi Pendukung Dan Penghambat Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu ... 56

BAB V PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran-saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA... 63

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya program utama setiap lembaga Pendidikan adalah peningkatan mutu pembelajaran. Bagi dunia Pendidikan saat ini, peningkatan mutu pembelajaran menjadi tantangan tersendiri, mengingat berbagai aspek tuntutan kehidupan juga mengalami perkembangan, dan semua hampi terkait dengan persoalan mutu. Dan mutu apa saja selalu selalu terkait dengan Pendidikan sedangkan Pendidikan intinya terletak pada proses pembelajarannya. Apabila mutu pembelajaran mengalami peningkatan maka sudah tentu aspek-aspek yang lain juga akan mengalami peningkatan, misalnya output Pendidikan dan lain-lain.

Itulah sebabanya gerakan mutu terpadu walaupun tercatat masih tergolong baru. Edward Sallis (2010 : 45) mengemukakan sebagai berikut:

Peningkatan mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperoleh kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus disesuaikan dengan aktualibilitas yang baik. Institusi-institusi harus mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan Pendidikan yang bermutu pada peserta didik.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa mutu sangat penting bagi sebuah institusi Pendidikan. Oleh karena itu mutu harus selalu ditingkatkan, utamanya adalah mutu pembelajaran. Pembelajaran yang bermutu akan menghasilkan peserta didik yang bermutu pula. Tanpa pembelajaran yang bermutu suatu institusi Pendidikan tidak akan memperoleh peserta didik yang

(11)

cerdas dan berhasil. Tak terkecuali mutu pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Secara lebih spesifik lagi, pada pembelajaran Agama bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama. Terutama bila dilihat dari aspek minimnya jumlah jam Pendidikan Agama Islam di dalamnya.

Dengan jumlah jam Pendidikan Agama Islam yang sangat sedikit itu, seakan- akan menjadi sesuatu yang mustahil, siswa dapat memiliki sikap dan mental Agama yang baik. Pada kenyataannya memang menunjukkan demikian adanya. Terdapat semacam pergeseran nilai di kalangan siswa sekolah, misalnya tawuran antar pelajar, perkelahian, tidak adanya keopanan, dan prilaku-prilaku kriminal lainnya.

Abudin Nata (2003 : 45) dalam kaitan ini mengemukakan sebagai berikut:

Dunia Pendidikan saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan Pendidikan tersebut yang menunjukkan sikap yang kurang terpuji. Banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian, penodongan, penyimpanan seksual menyalah gunakan obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.

Petikan uraian di atas menggambarkan tentang betapa rendahnya mutu Pendidikan kita. Para pelajar di negeri ini seringkali melakukan sikap yang tidak terpuji misalnya, melakukan tindakan kriminal seperti tawuran antar pelajar, pencurian, penodongan dan sikap-sikap terlarang lainnya. Apa yang ditampilakn oleh kaum pelajar di atas sebenarnya marupakan potret dari kegagalan Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah maupun di rumah.

(12)

Apalagi dicermati dengan seksama maka kegagalan tersebut tidak terlepas dari mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang rendah.

Oleh karena itu, muncul suatu pertanyaan mengapa mutu pembelajaran Agama bidang studi Agama Islam tidak mengalami peningkatan. Boleh jadi jawabannya adalah selain faktor minimnya jumlah jam pelajaran, sebagaima diuraikan sebelumnya. Juga karena faktor metode pembelajaran yang kurang efektif. Metode memang memegang peranan penting dalam sebuah pembelajaran. Katakanlah mungkin materi dan jumlah jam pelajarannya yang kurang, namun apabila dibarengi dengan metode pembelajaran yang efektif, tentu hasilnya akan berbeda, jika metode yang digunakan tidak efektif.

Sebagaima telah dimaklumi bahwa ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam meningkatkan mutu pembelajaran Agama Islam di sekolah antara lain adalah metode demonstrasi yakni suatu metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperoleh suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik, misalnya guru memperlihatkan bagaimana cara melakukan shalat, cara berwudhu, cara bertayammum dan bentuk-bentuk Agama Islam.

Metode demonstrasi ini dinilai sebagai metode yang lebih efektif dibanding metode-metode lain dalam meningkatkan mutu pembelajaran Agama bidang studi Pendidikan Agama Islam. Efektifitas metode ini lebih kepada apa yang diajrkan oleh guru dilhat langsung oleh siswa sehingga lebih

(13)

mudah untuk ditirukan. Peniruan suatu kegiatan dalam proses pembelajaran akan lebih melekat dalam pikiran siswa dari pada hanya sekedar diceramahkan. Metode demontrasi mengharuskan siswa mengalami apa yang telah diajarkan oleh guru. Sekalipun demikian, faktanya tidak seluruh guru menerapkan metode demonstrasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran Agama melalui bidang studi Pendidikan Agama Islam, sehinngga pembelajaran Agama di sekolah cenderung membosankan siswa dan berujung kepada kegagalan.

Kajian ini akan mencoba melihat lebih jauh tentang penerapan metode demonstrasi dalam dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu?

2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan dalam penerapan metode demonstrasi pada pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu?

3. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan metode demonstrasi dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu?

(14)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam penerapan metode demonstrasi pada pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan metode demonstrasi dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Sebagai sarana untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi pihak sekolah, sebagai sumbangan berharga dalam mengetahui penerapan metode demonstrasi dal dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu.

(15)

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam menilai keterampilan mereka dalam mengajar utamanya tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran adalah cara guru menyampaikan mata pelajaran kepada siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai sebuah cara masing- masing guru mempunyai metode yang berbeda-beda untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa, sesuai dengan perbedaan bidang studi yang diajarkannya. Diantara sekian banyak metode yang biasa digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran adalah metode demonstrasi.

Ahmad Tafsir (2008 : 9-11) mengemukakan bahwa:

Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian-pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu kata tepat dan cepat sering diungkapkan dalam ungkapan efektif dan efisien.

Dengan demikian dari uraian di atas diperoleh gambaran bahwa metode adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran dengan efektif dan efisien, cepat dan tepat, mudah dipahami oleh siswa. Efektif dan efisien, cepat dan tepat mengandung makna sistematis, metodologis dan berdasarkan kaedah-kaedah ilmu pengetahuan, sehingga mudah dicerna dan dimengerti oleh siswa apa yang disampaikan oleh guru.

(17)

Adapun metode pembelajaran adalah cara guru membelajarkan siswa dengan sistematis, efektif dan efisien, cepat dan tepat serta dapat dipahami dan dicerna dengan mudah oleh siswa.

Ahmad Sabri (2010 : 49) mengemukakan pengertian metode pembelajaran sebagai berikut:

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknis penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh siswa pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual maupun secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.

Uraian tentang pengertian metode pembelajaran di atas menjelaskan tentang cara guru menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan baik penyampaiannya itu bersifat individual maupun kelompok atau klasikal.

Banyak cara yang ditempuh oleh guru untuk mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan diantaranya adalah metode pembelajaran demonstrasi.

Dzakiyah Daradjat (2009 : 296) megemukakan pengertian metode demonstrasi sebagai berikut:

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.

Memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau murid itu sendiri baik secara langsung.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi

(18)

pelajarannnya dengan cara memperagakan sesuatu benda, sehingga menjadi jelas bagi siswa apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran tersebut.

Metode demonstrasi sebagai suatu metode pembelajaran digunakan oleh guru agar pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh misalnya shalat, apabila shalat itu diajarkan melalui metode demonstrasi yakni guru mencontohkan atau memperlihatkan cara shalat dzuhur lalu diikuti oleh siswa, maka hal ini akan sangat mudah dipahami oleh siswa dan melekat dalam pikiran mereka, jika dibandingkan dengan hanya mengajarkan tentang teori-teorinya.

Efektifitas metode demonstrasi dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di sekolah. Utamanya di sekolah umum semacam Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Dasar-dan Tujuan Penggunaan Metode Demonstrasi

Pemilihan suatu metode bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajarannya pada umumnya dilatar belakangi oleh kecocokan materi tersebut dengan metode yang digunakannya. Mengingat tidak seluruh metode cocok digunakan untuk semua materi pelajaran. Oleh karena itu diperlukan suatu pemilihan metode yang memiliki dasar-dasar yang sesuai dengan metode demonstrasi.

(19)

Darwyn Syah (2007 : 152) mengemukakan bahwa metode demonstrasi dipilih oleh guru dalam menyajikan materi pembelajaran dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbagan sebagai berikut:

a. Mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, atau menggunakan komponen-komponen sesuatu.

b. Membandingkan suatu cara dengan cara lain c. Mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu d. Ingin menunjukkan suatu keterampilan

Lebih jauh tentang dasar-dasar penggunaan metode demonstrasi ini, dikemukakan oleh Abdurrakhman Binting. (2010 : 53-54) bahwa metode demonstrasi memiliki keunggulan disatu sisi dan kelemahan disisi lain.

Beberapa keunggulan metode peragaan jika digunakan dalam pembelajaran teori atau praktek adalah sebagai berikut:

a. Dalam pembelajaran teori, peragaan dan memberikan pemahaman yang lebih konkrit tentang bagian suatu obyek atau langkah-kangkah suatu proses.

b. Dalam pembelajaran praktek, peragaan atau demonstrasi akan menuntut siswa untuk menguasai keterampilan tertentu secara lebih mudah dan sistematis, termasuk mengingat key process area (area proses kunci) atau langkah-langkah kunci yang harus dikuasai oleh siswa.

Sementara kelemahan utama yang sering dialami pengajar dalam menerapkan metode ini adalah:

a. Memerlukan waktu persiapan dan pelaksanaan yang lebih banyak b. Membutuhkan peralatan yang kadang kala mahal atau tidak dimiliki

oleh sekolah

c. Agar efektif, peragaan harus dilakukan secara berulang dan dalam kelompok yang kecil agar siswa mendapat kesempatan untuk memperhatikan atau memainkan peran.

Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa pemilihan dan penggunaan metode demonstrasi oleh guru dalam menyajikan suatu materi

(20)

pelajaran memiliki begitu banyak manfaat yang menjadi dasar pertimbangannya, di samping beberapa kelemahan yang biasa dialami oleh guru sebagai suatu metode.

Kekuatan metode demonstrasi ini adalah diantaranya karena ia dapat menunjukkan kebenaran sesuatu kepada siswa, di samping menjalankan suatu keterampilan tertentu, sekolah membandingkan dengan yang lain.

Kebenaran sesuatu tersebut lebih dikarenakan siswa memperoleh gambaran langsung dengan cara peragaan semua hal, baik yang berkaitan dengan peraturan maupun proses membuat sesuatu. Dengan demikian siswa dituntun untuk menguasai keterampilan tertentu secara lebih mudah dan sistematis.

Adapun kelemahan metode demonstrasi dalam hal ini adalah terkait dengan waktu persiapan dan pelaksanaan yang dibutuhkan oleh guru atau siswa yang begitu lama, kemudian peralatan peragaan yang begitu mahal dan tidak terjangkau oleh guru maupun sekolah, serta efektifitas pengajaran yang kadang terganggu, mengingat peragaan harus dilakukan secara berulang- ulang dengan tujuan agar semua siswa mendapat kesempatan untuk memperhatikan, menganalisa serta memainkan peran lebih jauh dan lebih banyak lagi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar pemilihan dan penggunaan metode demonstrasi adalah kejelasan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, baik itu dari aspek pengaturan, proses maupun

(21)

penggunaan komponen-komponen suatu materi yang disajikan, selain tentunya adalah kelemahan-kelemahannya sebagai sebuah metode.

3. Penggunaan dan Langkah-Langkah Metode Demonstrasi

Penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat guru memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh guru dan pelatih yang ditunjuk setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan latihan keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru atau pelatih.

Metode demonstrasi ini sangat efektif menolong siswa mencari jawaban atas peragaan, misalnya bagaimana prosesnya? terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya? melalui pengamaan induktif.

Martinis Yamin (2011 : 141) mengemukakan beberapa kemungkinan penggunaan metode demonstrasi sebagai berikut:

a. Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang atau latihan kerja

b. Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak , petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan prosedur melaksanakan suatu kegiatan

c. Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya.

d. Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan

e. Untuk menumbuh motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita laksanakan

f. Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam

(22)

buku, karena siswa memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.

g. Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen h. Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka ia akan memperoleh

pengalaman-pengalamana praktik untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan dari lingkungan sosial.

Uraian di atas menjelaskan bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran tidak bersifat umum, tetapi hanya pada kegiatan-kegiatan pebelajaran tertentu yang sesuai dengan metode tersebut misalnya, bersifat formal, materi pembelajaran berbentuk keterampilan gerak, bermaksud menyederhanakan materi atau proses, memotivasi siswa, dan meminimalisir kesalahan. Oleh karena itu, ada batasan-batasan tertentu dimana metode demonstrasi tersebut tidak dapat digunakan yakni:

a. Bilamana alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa

b. Para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman pribadi.

c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas

d. Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas, kemudian didemonstrasikan terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata.

e. Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banyak dan membosankan bagi peserta yang lain.

(23)

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran dibatasi oleh situasi dan kondisi alat, aktivitas, ruang dimana alat itu dipergunakan, kenyataan-kenyataan yang melingkupi penggunaan alat dan situasi serta kondisi siswa yang mana pada saat tertentu alat yang dipergunakan itu membosankan bagi siswa.

Adapun langkah-langkah metode pembelajaran demonstrasi dijelaskan oleh Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2011 : 127) sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan TPK

b. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan c. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan

d. Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang telah disipkan

e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisis

f. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan.

g. Guru membuat kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi mempunyai langkah-langkah dan penggunaan yang secara spesifik berbeda dengan metode-metode atau model pembelajaran lainnya. Dalam metode pembelajaran demonstratif terdapat banyak hal yang mempengaruhi sekaligus yang membatasi penggunaannya baik dari aspek ruang dimana siswa belajar, alat dimana siswa digunakan serta pada diri siswa itu sendiri atau guru yang menerapkannya.

B. Efektifitas Pengajaran

Nugraha (2006 : 6) mengemukakan bahwa:

(24)

Efektifitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang telah direncanakan dapat tercapai, semakin banyak rencana yang dapat dicapai, berarti semakin efektif pula kegiatan tersebut.

Kemudian Dewi Padmo (2008:15) bahwa:

Efektifitas adalah: Suatu keadaan yang mengandung pengertian terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan sesuatu dengan maksud tertentu yang memang dikehendakinya, maka orang itu efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang dikehendaki. Efektivitas, adalah kemampuan seseorang melaksanakan tugas, kewajiban dan hasilnya sesuai aturan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa efektifitas merupakan hal yang berkaitan dengan keberhasilan, manfaat atau akibat yang dikehendaki yang ingin dicapai dari suatu perlakuan yang diterapkan kepada subjek penelitian.

Sementara itu pengajaran secara sederhana diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Dalam proses pengajaran terjadi interaksi belajar mengajar antara komponen-komponen pengajaran khususnya antara guru dan siswa antara siswa dengan siswa, dan antara guru dan siswa dengan komponen-komponen pengajaran lainnya.

Dengan kata lain pengajaran adalah suatu cara bagaimana memberikan pengalaman belajar serta keterampilan kecakapan hidup bagi peserta didik.

Pengetian efektifitas pengajaran dikemukakan Wina Sanjaya (2009 : 83) bahwa:

(25)

Efektifitas pengajaran berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Sedangkan Abdul Majid dalam Darwyn Syah dkk (2007 : 30) mengemukakan bahwa

Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajara, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Uraian tersebut memperlihatkan bahwa pengajaran merupakan komponen pendidikan yang terpenting dalam pelaksanaan proses belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan pengajaran, baik tujuan dari setiap lembaga pendidikan maupun tujuan dari pelajaran setelah proses pembelajaran berlangsung. Karena itu, suatu kendala dan tantangan yang cukup berat bagi seorang pengajar atau guru yang menyelenggarakan proses pembelajaran tanpa mengerti dan mengetahui materi mengenai pengajaran.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.

(26)

Langgulung (2002 : 256) menyebutkan bahwa Pendidikan Islam paling tidak mempunyai delapan pengertian dalam konteks yang berlainan, sebagaimana tersebut di bawah ini:

a. Pendidikan keAgamaan (Al-Tarbiyah Al- Diniyah) b. Pengajaran Agama (Ta’ alim AL-Din)

c. Pengajaran keAgamaan (Al-Ta’ alim Al-Diny) d. Pengajaran keIslaman (Al-Ta’alim AL-Islami) e. Pendidikan dalam Islam (Al-Tarbiyah fi Al-Islam)

f. Pendidikan di kalangan orang orang Islam (Al-Tarbiyah Inda Al- Muslimin)

g. Pendidikan orang-orang Islam (Al-Tarbiyah Al-Muslimin) h. Pendidikan Islam (Al-Tarbiyah Al-Islamiyah)

Menurutnya, beberapa istilah di atas harus digabungkan agar dapat diperoleh pengertian yang cocok mengenai apa yang di maksud dengan Pendidikan dalam Islam (al-tarbiyah fi al-Islami), Pendidikan dikalangan orang Islam. (al-Tabiyah indal muslimin). Dan kerangka pikir yang menangani berbagai masaalah pengajaran dan konsep-konsep Pendidikan dalam asas- asas teorinya dan media praktisnya sebagaimana dinyatakan dalam Al-qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai dasar pokok.

Kemudian menerima sumbangan pemikiran yang di bawa oleh para pakar dalam berbagai bidang seperti pakar fiqh, hadits, falsafah dan pakar pemikir Islam lainnya sepanjang sejarah.

W.J.S. Poerwadarminto (2007 : 250) mengemukakan bahwa:

Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata "didik"

yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.

(27)

Kemudian ditinjau dari segi terminology, banyak batasan dan pandangan yang dikemukakan para ahli untuk merumuskan pengertian pendidikan, namun belum juga menemukan formulasi yang tepat dan mencakup semua aspek, walaupun begitu pendidikan berjalan terus tanpa menantikan keseragaman dalam arti pendidikan itu sendiri.

Selanjutnya Haidar Putra Daulay (2004 : 143), mengemukakan bahwa

“Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi Muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.”

Pendidikan Islam adalah proses bimbingan atau tuntutan oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa yang meliputi pikiran dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu pada jangka waktu tertentu pada metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah tercapainya pribadi tertentu dan disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. Dalam hal ini Pendidikan Islam diarahkan pada bimbingan dan bukan pengajaran yang sesuai dengan ajaran islam.

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam secara umum berdasarkan asas demokratis, manusiawi, toleransi dan berdasarkan ajaran luhur lainnya.

Pendidikan diselenggarakan dengan menghargai hak anak didik dari manapun etnis, kultur, Agama atau kondisi ekonominya. Kepentingan anak didik

(28)

menjadi kepentingan utama yang tidak boleh dikalahkan oleh atau demi kepentingan lainnya.

a. Al quran

Muhammad Salim Muchsin dalam Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir (2010 : 32) mendefinisikan bahwa:

Al quran dengan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil (diriwayatkan) kepada kita dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi yang tidak percaya) walaupun surat pendek

Perhatian Al quran terhadap Pendidikan dapat dilihat dari berbagai ayat dalam berbagai surat di dalamnya, misalnya surat Al-Alaq ayat 1-5 disebutkan sebagai berikut:



















































Terjemahnya:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Kemenag. RI 2012 : 597).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan ditempatkan sebagai agenda utama dalam upaya memperbaiki keadaan masyarakat yang kacau dan porak-poranda. Untuk itu diperlukan paling tidak lima unsur yang terkait dalam proses perbaikan tersebut sebagaimana dapat disimpulkan dari ayat di

(29)

atas yakni unsur guru dalam hal ini Allah SWT, unsur murid yaitu Rasulullah Muhammad Saw, unsur sarana dan prasarana (kalam), unsur metode pengajaran yakni Iqra (membaca), menelaah, mengobservasi, mengkatagorisasikan, membandingkan, menganalisa, mengumpulkan dan mengevaluasi serta unsur kurikulum atau sesuatu yang tidak diketahui.

Pendidikan Agama Islam sebagai agenda utama dalam Islam, juga tampak lebih jelas pada keprihatiannya meninggalkan generasi yang lemah seperti disebutkan dalam surat An-Nisaa’ (4) ayat 4 sebagai berikut:





























Terjemahnya:

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Kemenag RI 2012 : 77)

Ayat di atas menunjukkan bahwa generasi harapan Islam adalah generasi yang kuat baik Aqidah, ekonomi, Pendidikan dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan tujuan utama manusia di ciptakan oleh Allah SWT yakni untuk menjadi khalifah. Jabatan kekhalifahan tersebut membutuhkan sejumlah potensi dalam berbagai aspek, sehingga manusia mampu memainkan peranannya sesuai keinginan penciptaannya yaitu Allah SWT.

b. As Sunnah

As Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada Nabi Muhammad Saw berikut berupa perkataan, perbuatan, taqrir-nya, ataupun

(30)

selain dari itu termasuk perkataan, perbuatan dan ketetapannya adalah sifat- sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi Muhammad Saw, yang belum tercapai, misalnya sifat-sifat baik beliau, silsilah (nasab), nama-nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh para ahli sejarah dan cita-cita beliau

Sama seperti Al quran, sunnah juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap Pendidikan umat. Hal ini terlihat dari bahasa Nabi yang mengatakan bahwa “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahad. Itu berarti pada taha-tahap awal, khususnya sebelum memasuki bangku sekolah, peran orangtua terutama ibu amatlah krusial dan menentukan, mengingat pada usia balita inilah pendidik, dalam hal ini orangtua memegang peranan penting di dalam menanamkan nilai-nilai keIslaman kepada anak.

Konsepsi dasar Pendidikan yang dicetuskan dan dicontohkan Nabi Muhammad Saw pada umatnya memiliki corak sebagai rahmat lil alamin (Rahmat bagi semua alam), yang ruang lingkupnya tidak sebatas spesies manusia tetapi juga pada makhluk hidup lainnya. Sebagaimana dalam surat Al-Anbiyaa’ (21) ayat 107-108 sebagai berikut:





































Terjemahnya:

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Katakanlah:"Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku adalah: "Bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa.

Maka hendaklah kamu berserah diri (kepada-Nya)". (Kemenag RI 2012 : 331)

(31)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sunnah adalah prilaku kehidupan Rasulullah Muhammad Saw sebagai pribadi teladan (uswatun hasanah) dan pendidik serta menjadi rahmatan lil alamin yang teknis pelaksanaan risalahnya diserahkan kepada umatnya.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Bila Pendidikan kita dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir Pendidikan. Dalam proses Pendidikan, tujuan akhir merupakan tujuan tertinggi yang hendak dicapai. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Oleh karena itu, suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya

Tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan Pendidikan Islam selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman,ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat tujuan Pendidikan Agama Islam masih sangat sederhana di banding dengan tujuan Pendidikan Islam pada masa sekarang ini.

Dilihat dari segi cakupan atau ruang lingkupnya, merumuskan tujuan Pendidikan Islam dapat dibagi dalam enam tahapan sebagaimana yang dikemukakan oleh Abudin Nata (2010 : 62) berikut ini:

a. Tujuan Pendidikan Islam secara Universal

(32)

Tujuan pendididikan islam yang bersifat universal ini ditujukan untuk menciptakan keseimbangan pertumbuhan antara kepribadian manusia secara menyeluruh dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.

b. Tujuan Pendidikan Islam secara Nasional

Tujuan pendidikan islam nasional ini adalah tujuan pendidikan islam yang dirumuskan oleh setiap negara (Islam). Dalam hal ini setiap negara merumuskan tujuan pendidikannya dengan mengacu kepada tujuan universal sebagaimana tersebut di atas. Untuk itu tujuan pendidikan islam secara nasional dapat dirujuk kepada tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa seni, serta bertanggung jawab bagi Masyarakat, bangsa dan Negara

c. Tujuan Pendidikan Islam secara institusional

Dalam hal ini tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat taman kanak-kanak atau raudatulatfal, sampai dengan perguruan tinggi

d. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat program studi (kurikulum)

Tujuan pendidikan Islam dalam tingkat program studi ialah tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan program studi.

e. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran

(33)

Tujuan pendidikan Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu tujuan pendidikan yang didasarkan pada tercapainya pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam yang terdapat pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu.

f. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan

Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat pokok bahasan yaitu tujuan pendidikan yang didadasarkan pada tercapainya kompetensi utama dan kompetensi dasar yang terdapat pada pokok bahasan tersebut.

g. Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat Sub pokok bahasan

Tujuan Pendidikan Islam pada tingkat sub pokok bahasan yaitu tujuan pendidikan Islam yang didasarkan pada tercapainya kompetensi yang terlihat pada indikator-indikatornya secara terukur. Misalnya menerjemahkan kosa kata yang berkaitan dengan alat-alat tulis, kosa kata yang berkaitan dengan tempat tinggal, dan sebagainya.

Sementara itu Al-Abrasy dalam M. Bashori dkk (2010 : 10) menguraikan tujuan Pendidikan Islam ada lima yaitu:

a. Membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

c. Membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani.

d. Menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri.

e. Menyiapkan murid agar mempunyai profesi tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas dunia dengan baik atau singkatnya persiapan untuk mancapai rezki.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam sangat penting diterapkan dengan dasar keikhlasan semata-mata karena

(34)

Allah Swt dan dicapai secara bertahap mulai dari tujuan yang paling sederhana hingga tujuan yang paling tinggi, kemudian diarahkan pada terbinanya seluruh bakat dan potensi manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka pengabdiannya kepada Tuhan.

Sementara itu, menurut Azra (1999 : 8):

Tujuan Pendidikan Islam adalah tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan di akhirat.

Adapun Al-Abrasy dalam Muchsin dkk (2010 : 10) menguraikan bahwa tujuan Pendidikan Islam ada lima yaitu:

a. Membantu pembentukan akhlak yang mulia.

b. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat.

c. Membentuk pribadi yang utuh, sehat jasmani dan rohani.

d. Menumbuhkan ruh ilmiah, sehingga memungkinkan murid mengkaji ilmu semata untuk ilmu itu sendiri.

e. Menyiapkan murid agar mempunyai profesi tertentu sehingga dapat melaksanakan tugas dunia dengan baik atau singkatnya persiapan untuk mancapai rezki.

Selain tujuan umum sebagaimana diuraikan di atas, tentu terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin di capai melalui Pendidikan Islam. Tujuan khusus ini lebih praxis sifatnya, sehingga konsep Pendidikan Islam jadinya tidak sekedar Idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang Pendidikan. Dengan kerangka tujuan yang lebih praxis itu dapat di rumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses Pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai.

(35)

D. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam sebagaimana dikemukakan oleh para pakar Pendidikan adalah Pendidikan yang utuh, menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai situasi dan kondisi. Tujuannya adalah mensejahterakan umat manusia di dunia maupun di akhirat, karena manusia dalam pandangan Islam adalah hamba Allah sekaligus khalifah di muka bumi.

Namun dalam kenyataannya pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, dianggap oleh banyak kalangan masih masih belum berhasil untuk tidak mengatakan gagal. Hal itu dapat dilihat dari lapisan masyarakat terutama dikalangan anak-anak sekolah bahkan aturan Agama dilanggar begitu saja tanpa merasa ada sesuatu yang salah dengan sikap dan prilaku mereka.

Abudin Nata (2003 : 45) mengemukakan bahwa

Dunia Pendidikan saat ini sering dikritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan Pendidikan tersebut yang menunjukkan sikap yang kurang terpuji. Banyak pelajar yang terlibat tawuran, melakukan tindakan kriminal, pencurian, penodongan, penyimpangan seksual, menyalahgunakana obat-obatan terlarang dan lain sebagainya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa sikap dan prilaku tidak terpuji dilakukan oleh siswa dengan berbagai jenis dan macamnya. Sikap dan prilaku ini tidak lain adalah bentuk dari kegagalan Pendidikan Agama Islam yang dijalankan selama ini.

Apabila dikaji lebih jauh lagi, maka akan nampak dengan jelas bahwa faktor penyebabnya antara lain adalah penekanannya yang cenderung hanya

(36)

kepada aspek kecerdasan intelektualnya saja, sementara aspek-aspek yang lain seperti aspek afektif dan psikomotoriknya tidak begitu diperhatikan. Dari sisi ini saja sudah tidak efektif untuk dapat membangun moral dan mentalitas siswa menjadi lebih baik. Dengan kecenderungan penekanan kepada aspek kecerdasan intelektual ini, muncul semacam kepribadian yang terbelah dalam diri siswa, dimana pada satu sisi dia memiliki ilmu pengetahuan Agama, tapi disisi lain dia tidak mampu mengerjakan apa yang telah dia ketahui itu.

Kecuali itu, efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu ditentukan juga oleh metodenya. Kedudukan metode dalam Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Al quran surat Al Baqarah (2) ayat 151 berikut ini:





































Terjemahnya:

Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Kemenag RI 2012 : 23).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa metode dan pengajaran ayat-ayat Allah itu terdiri dari tiga macam yaitu yathlu (membaca), yuzakki (mensucikan) dan yu’allim (mengajarkan kitab), al hikmah dan apa –apa yang belum diketahui. Artinya ketika seseorang hendak mengajarkan tentang ayat-ayat

(37)

Allah maka pengajaran itu harus dinilai dengan kegiatan membaca dengan baik dan benar, sebagai prasyarat untuk sampai kepada tingkat mensucikan dan mengambil hikmah dari apa yang diajarkan baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui.

Dalam konteks pembelajaran Agama Islam metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang efektiff. Hal ini karena sebuah teori tentang nilai-nilai Agama, betapapun banyaknya bila tidak diamalkan maka hal itu tidak akan berarti apa-apa. Selain dari pada itu memperagakan sesuatu dalam pengajaran Agama akan lebih dapat dimengerti dna diamalkan oleh siswa, ketimbang hanya disampaikan melalui ceramah. Sebagai contoh misalnya, tentang berwudhu, mengajarkan cara berwudhu melalui peragaan secara langsung akan lebih efektif dibanding dengan mengajarkannya melalui ceramah. Artinya pembelajaran Pendidikan Agama Islam cenderung akan lebih efektif bila disampaikan melalui metode demonstrasi dari pada metode- metode lainnya.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditunjukkan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu. Hal ini dilakukan untuk memecahkan suatu masalah atau ingin membuktikan sesuatu. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis pada proposal ini bersifat penelitian lapangan (Field Research), dimana peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yakni data-data dianalisis dengan menggunakan angka-angka dalam bentuk tabel dan memberikan gambaran dengan kata-kata. Proses pengumpulan data tersebut melalui angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Hal ini diperlukan agar data yang diperoleh benar-benar akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Lokasi dan Obyek Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Sedangkan obyek penelitiannya yaitu para guru dan siswa sebagai informen dalam penulisan proposal ini.

(39)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam suatu penelitian. Anas Sudijono (2010 : 36) mengemukakan bahwa kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti ubahan, faktor tak tetap, atau gejala yang dapat diubah. Sedangkan Musthafa Edwin Nasution (2008 : 52) menjelaskan variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai yang berbeda atau bervariasi.

Sementara itu Wahyu Agung (2010 : 46) mendefinisikan bahwa:

Variabel adalah Karakteristik yang akan diobservasi dari satuan pengamatan dengan kata lain variabel adalah faktor yang apabila diukur akan memberikan nilai yang bervariasi dan menjadi sesuatu yang menjadi penentu.

Kemudian Setyosari (2010 : 109-110) mengemukakan bahwa variabel terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Menurutnya:

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Sedangkan variabel terikat atau tergantung adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti ini.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada dua variabel yang menjadi pusat perhatian yakni metode demonstrasi sebagai variabel bebas sedangkan Pendidikan Agama Islam sebagai variabel terikat.

(40)

D. Definisi Operasional

1. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi pelajarannnya dengan cara memperagakan sesuatu benda, sehingga menjadi jelas bagi siswa apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran tersebut

2. Pendidikan Agama Islam adalah proses bimbingan atau tuntutan oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa yang meliputi pikiran dan raga siswa dengan bahan materi, jangka waktu, serta metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah tercapainya pribadi tertentu dan disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam

Dari uraian di atas maka secara operasional dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah penyampaian materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui peragaan suatu benda ataupun terjadinya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga menjadi jelas bagi siswa apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran tersebut.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan yang menjadi sumber data dan informasi agar penelitian lebih terarah. mengenai sesuatu yang ada hubungannya dengan penelitian yang dibutuhkan.

(41)

Beni Ahmad Saebani (2008 : 167) mendefinsikan populasi adalah keseluruhan data dalam suatu penelitian. Sementara itu Sugiyono (2009 : 80) menjelaskan bahwa “populasi adalah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Definisi lain dikemukakan oleh Masyuri dan M. Zainuddin (2009 : 151):

Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok obyek yang menjadi masaalah sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari obyek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebaginya sehingga obyek-obyek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan seluruh data baik itu mencakup benda, makhluk hidup manusia, kejadian, atau hal-hal yang ada kaitannya dengan optimalisasi metode tanya jawab dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam kaitannya dengan penelitian ini yang menjadi populasi adalah, guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Adapun jumlah guru ada 12 orang dan jumlah siswa 148 orang. Untuk lebih jelasnya keadaan populasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(42)

Tabel 1

Keadaan populasi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

No Guru dansiswa Laki-lakiJenisKelaminPerempuan Jumlah

1 Guru 8 4 12

2 KelasVII 23 30 53

3 KelasVIII 31 30 61

4 KelasIX 23 11 34

Jumlah 85 75 160

Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa populasi dariguru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun ajaran 2013 / 2014 berjumlah 160 orang.

2. Sampel

Sampel ditentukan untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebahagian dari populasi.

Kemudian untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasi penyelidikan.

Sugiyono (2009 : 215) mendefinisikan sampel adalah:

Sebagian dari Populasi itu. Pengambilan sebahagian dari keseluruhan individu atau populasi yang menjadi obyek penelitian itu, karena mengingat biaya, waktu dan pikiran yang begitu banyak di perlukan jika harus di teliti secara keseluruhan.

Sedangkan Masyuri dan M. Zainuddin (2009 : 153) mengemukakan:

Sampel dimunculkan oleh peneliti pada suatu penelitian disebabkan karena: 1) peneliti ingin mereduksi (memotong) obyek yang akan diteliti, dan 2) peneliti ingin melakukan generalisasi dari hasil penelitiannya berupa obyek, kejadian, gejala atau peristiwa yang lebih luas.

Definisi lain dikemukakan oleh Arikunto (2001:105) bahwa:

(43)

Populasi yang objeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitian menjadi penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil diantara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.

Sementara itu Beni Ahmad Saebani (2008 : 166) mengemukakan bahwa sampel tergantung pada beberapa hal yaitu:

(1) Tipe sampel yang digunakan, (2) Spesifikasi hipotesisnya,

(3) Presentase kemungkinan salah yang diterima, (4) Biaya (dalam arti waktu dan ruang”.

Dari pendapat Arikunto, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 15% dari jumlah populasi siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yakni 165x15% adalah 25 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Keadaan Sampel siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar Tahun Ajaran 2013 / 2014

No Siswa Populasi Sampel

1 KelasVII 59 9

2 KelasVIII 41 6

3 KelasIX 65 10

Jumlah 165 25

Sumber data: Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tahun ajaran 2013 / 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel guru dan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar berjumlah 25 orang.

(44)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai dalam sebuah penelitian untuk memperoleh data-data yang akurat dan empiris. Tingkat akurasi hasil penelitian sangat ditentukan oleh instrumennya baik dari sisi kwalitas maupun kwantitasnya. Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Secara sederhana observasi diartikan sebagai upaya mengamati dan menyelidiki fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang sedang terjadi dalam obyek penelitian baik langsung maupun tidak langsung guna memperoleh data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawaban.

Menurut Hadi dalam Sugiyono (2009 : 145) bahwa “observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan”.

Sementara itu Margono (2005 : 159) menguraikan jenis-jenis observasi sebagai berikut:

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang banyak pada objek penelitian, pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap objek tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama obyek yang di selidiki, sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang di lakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, misalnya diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian foto.

Definisi lain dikemukakan oleh Wirawan (2010 : 253) bahwa:

(45)

Observasi adalah proses untuk menjaring data dengan menggunakan peneliti sebagai intrumennya. Peneliti menjaring data melalui panca indera dengan melihat, mendengar, dan merasakan sendiri proses terjadinya suatu fenomena ilmu pengetahuan.

Uraian di atas menujukkan observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu waktu tertentu yang diamati. Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti khususnya yang berkaitan dengan optimalisasi metode tanya jawab dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Pedoman Wawancara

Menurut Moh. Nasir (2006 : 159):

Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan- keterangan dengan menggunakan alat padual wawancara.

Definisi lain dikemukakan Mardalis (2009 : 64) bahwa:

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang di gunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap- cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti.

Lebih jauh Beni Ahmad Saebani (2008 : 191) mengemukakan bahwa:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

(46)

Dengan demikian peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang responden dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi,dan hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

3. Pedoman Angket

Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yakni mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung kepada responden.

Instrumen ini berguna untuk mengukur besar pengaruh antara Pendidikan Agama Islam dan pengamalan ibadah siswa.

Mardalis (2009 : 67) menjelaskan :

Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir- formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Dari angket ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan berhubungan dengan penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis baik berupa buku, majalah, jurnal yang dianggap penting. Dari

(47)

dokumen ini peneliti berharap dapat mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah prosedur yang dilalui oleh peneliti dalam memperoleh data, baik data dari penelitian lapangan, maupun dari perpustakaan. Adapun prosedur pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Observasi yakni, penulis secara langsung mengamati obyek yang di teliti dan mencatat semua gejala dan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Wawancara yakni, penulis mengumpulkan data dengan melalui wawancara dengan guru-guru dan sebahagian siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

3. Dokumentasi yakni, penulis mengumpulan data melalui dokumen- dokumen, sekolah yang ada hubungannya dengan obyek penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. Angket yakni, penulis mengumpulkan data dengan melalui daftar pertanyaan untuk kemudian di jawab oleh responden di Sekolah

(48)

Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data-data seluruhnya terkumpul, penulis kemudian mengolah data-data tersebut dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Kualitatif yakni, bentuk analisis yang menginterpretasi data-data yang diperoleh. Dalam kaitan ini peneliti akan menganalisis tentang penerapan metode demonstrasi dalam mengefektifkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Deduktif yaitu metode pengolahan data yang berangkat dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus atau kesimpulan.

3. Metode komparatif yaitu membandingkan antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lainnya, kemudian mengambil suatu kesimpulan dengan argumentasi penulis sendiri.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar dibangun di atas tanah seluas 10.000M2 yang didanai melalui program Block Grant kersa sama pemerintah Indonesia dan Australia (AIBEP) pada tahun 2007 luas tanah 10.000M2. dan mulai beroperasional pada tahun 2008/2009 terletak di Desa Bonea Timur Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Tabel 3

Data Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Nama Jabatan Periode

1 Abd. Rahman, S.Pd Kepala Sekolah 2008 – sekarang

Sumber data : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

a. Keadaan guru

Guru adalah merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan kualitas para peserta didik, oleh karena itu profesionalisme guru sangatlah diperlukan oleh setiap sekolah terutama Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Referensi

Dokumen terkait

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seseorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada

)enghawaan alami merupakan proses sirkulasi udara yang melakukan perputaran, dan  pergantian udara di dalam suatu ruangan yang berfungsi untuk menjaga kualitas udara pada ruangan. Di

Penggunaan media sosial Instagram dalam proses promosi , Bisnis online adalah sesuatu aktifitas bisnis baik jasa maupun produk yang ditawarkan melalui media

tegangan tarik patah (σp) tertinggi yaitu spesimen tanpa perlakuan sebesar 243,35 MPa, sedangkan nilai tegangan tarik patah (σp) terendah yaitu spesimen dengan

Hasil penelitian menunjukan bahwa formula 4 (dengan konsentrasi Avicel PH101 4%) dapat menghasilkan co-process dengan sifat fisik-mekanik dan kompresibilitas yang

Sehingga dapat diketahui bagaimana kodisi lalu lintas (titik jenuh) ruas Jalan A. Mallombasang dan Jalan Usman Salengke apabila tidak dilakukan upaya penanganan

Interval nilai variable pendidikan agama islam dalam keluarga.. Sehingga dapat diketahui peranan perhatian orang tua terhadap perkembangan akhlak anak. Ini juga menunjukkan

Di era globalisasi seperti sekarang ini, disadari atau tidak pengaruhnya semakin terasa dengan semakain banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk media. Media telah