• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H/2014 M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H/2014 M"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

SANNIATI 105190105710

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H/2014 M

(2)

Parappunganta Kec. Polengbakeng Utara Kab.

Takalar.

.

Nama Penulis : Sanniati

Stambuk/NIM : 105190105710

Fak/Jurusan : Agama Islam/Pendidikan Agama Islam

Setelah dengan seksama memeriksa dan menulis, maka proposal penelitian ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji Seminar Proposal Penelitian Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

23 Ramadhan 1435 H Makassar,--- 20 Juli 2014 M

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abd. Rahim Razaq., M. Pd. Drs. H. Mawardi Pewangi., M. Pd. I NIDN: 9909005374 KTAM: 554 612

ii

(3)

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar” telah diujikan pada hari sabtu 05 Dzulkaidah 1435 H, bertepatan dengan 31 Agustus 2014 M dihadapan Tim Penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

05 Dzulkaidah 1435 H Makassar, ………

30 Agustus 2014 M DEWAN PENGUJI

1. Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I ( ………..………….) 2. Sekertaris : Dr. Abd. Rahim Razaq, M. Pd (………..…………..) 3. Tim Penguji : 1. Dra. Mustahidang Usman, M.Si (………...….……..) 2. Amirah Mawardi, S. Ag, M. Si. (………..…………..) 3. Dr. Abd. Rahim Razaq, M. Pd (…….………...…..) 4. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I. (………...….…)

Disahkan oleh :

Dekan Fakultas Agama Islam

Drs. H. Mawardi Pewangi., M. Pd. I NBM : 554 612

(4)

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, telah mengadakan munaqasyah pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 05 Dzulkaidah 1435 H /31 Agustus 2014 M Tempat : Kampus Unismuh Makassar Jl. Sultan Alauddin No. 259

Gedung Iqra Lt. IV Makassar.

Bahwa Saudara

Nama : SANNIATI

Nim : 105 190 105 710

Judul Skripsi : Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta

Kecamatan Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar Dinyatakan : LULUS

Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi., M. Pd. I. (……….……) Sekertaris : Dr. Abd. Rahim Razaq., M. Pd. (……….……) Pembimbing I : Dr. Abd. Rahim Razaq., M. Pd. (……….) Pembimbing II : Drs. H. Mawardi Pewangi., M. Pd. I. (………...……….) Penguji I : Dra. Mustahidang Usman., M. Si. (……….….……...…...….) penguji II : Amirah Mawardi, S. Ag, M. Si. (…...………….………….) 05 Dzulkaidah 1435 H Makassar, ……….

31 Agustus 2014 M Dekan Fakultas Agama Islam

Drs. H. Mawardi Pewangi., M. Pd. I NBM : 554 612

(5)

iii

bertandatangan di bawah ini benar-benar adalah hasil karya penulisan atau penelitian sendiri, Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung oleh orang lain baik keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal secara hukum.

23 Ramadhan 1435 H Makassar,------

20 Juli 2014 M

SANNIATI 105190105710

(6)

viii

Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar” (Dibimbing oleh Rahim Razaq dan Mawardi Pewangi).

Tujuan penulisan skripsi ini mengacu pada tiga hal yaitu, Untuk mendeskipsikan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar, Untuk mendeskripsikan Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar dan Untuk mendeskipsikan Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dan dianalisa secara deskriptif kuantitatif yang dilakukan di SDN 52 Lerekang sebagai lokasi penelitian. Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan agama islam dalam keluarga sebagai variabel bebas dan akhlak siswa sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V dan VI dan orangtua siswa yang berjumlah 237 orang, adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 20 siswa dan 5 orangtua siswa.

Sedangkan dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode induktif, metode deduktif, dan presentatif.

Hasil penelitian ini adalah Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Siswa di Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar meliputi pendidikan akidah, bimbingan ibadah, pembinaan akhlak, dan pendidikan pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Alquran. Gambaran akhlak siswa di SDN 52 Lerekang meliputi akhlak terhadap Allah swt, akhlak terhadap sesama, akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap lingkungan. Terdapat korelasi yang siknifikan antara pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap akhlak siswa terbukti dari hasil nilai ro (dari hasil analisis) dibandingkan dengan nilai rt (pada tebel), untuk taraf signifikan 5%

adalah sebesar 0, 444 dan tarat 1% adalah sebesar 0, 562. Ketika nilai ro (hasil) lebih besar dari nilai rt (tabel), maka terdapat korelasi positif,akan tetapi ketika ro (hasil) lebih kecil dari rt (tabel), maka tidak terdapat korelasi atau negative. Sehingga dapat diketahui hasil akhir dari penelitian dengan nilai sebagai berikut 0,526 > 0,444 (hasil analisis lebih besar dari pada nilai pada tabel).

(7)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Rabbul ’alamin atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam atas junjungan kita Nabiyullah Muhammad saw.

Gagasan pokok yang membuat penulis merasa sangat tertarik untuk mengkaji masalah korelasi pendidikan agama islam dalam keluarga terhadap akhlak siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab.

Takalar, dikarenakan peneliti ingin mengetahui fungsi keluarga dalam memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya.

Banyak yang dihadapi penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan berbagai pihak maka skrpisi ini dapat penulis selesaikan pada waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua penulis yaitu ibunda Kamasia dan ayahanda Supu telah membimbing dan memberikan dukungan baik moril maupun materil sejak kecil sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa mengasihi dan melindungi mereka sebagaimana mereka mengasihi penulis sejak masih dalam kandungan hingga sekarang ini.

vi

(8)

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M. Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan fasilitas kampus yang memadai seperti; ruang kuliah, perpustakaan, laboratorium, ruang mikro teaching dan sebagainya, meskipun masih membutuhkan perbaikan untuk pengembangan pendidikan.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd. I Dekan Fakultas Agama Islam berserta seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas dan memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada penulis.

4. Ibu Amirah Mawardi, S. Ag. M. Si Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan Akademik.

5. Bapak Dr. Abd. Rahim Razaq. M. Pd dan bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I pembimbing yang senantiasa sabar dalam mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak/Ibu para dosen yang telah melakukan tranformasi ilmu dan nilai kepada penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu mengalir.

7. Teman-teman pengurus lembaga BEM FAI, HMJ PAI, HMJ Ekonomi dan HMJ Bahasa Arab dan juga teman-teman kelas F yang senantiasa mendukung penulis hingga sekarang ini.

(9)

8. Dan yang terakhir ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, kepada Allah swt. kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya semoga senantiasa memperoleh balasan disisi-Nya dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan lebih lagi bagi pribadi penulis, amin ya Rabbal

’alamin.

23 Ramadhan 1435 H Makassar,--- 20 Juli 2014 M

SANNIATI 105190105710

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PRAKATA ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Agama Islam ...7

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...7

2. Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ...9

3. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam ... 15

B. Akhlak Siswa ... 20

1. Pengertian Akhlak Siswa ... 20

2. Sumber dan Macam-macam Akhlak ... 23

3. Tujuan Pembinaan Akhlak ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi Penelitian ... 29

C. Variabel Penelitian ... 29 ix

(11)

D. Definisi Operasional Variabel... 30

E. Populasi dan Sampel ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Siswa di SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar ... 45

C. Gambaran Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar ... 49

D. Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN... 68

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan- rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Hasbullah (2005:174) mengatakan bahwa:

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai system maupun

1

(13)

institusinya , merupakan warisan budaya bangsa, yang berurat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran".

Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dijelaskan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bengsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baikyaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna.

(14)

Sedangkan menurut H. Ramayulis, (2004:1) beliau mengatakan bahwa:

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas terdapat Firman Allah swt dalam Q. S An- Nahl (16) ayat 78:

































Terjemahnya :

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Kemenag RI, 2010: 275).

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga.

Dengan masuknya anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara

(15)

rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak.

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesama manusia. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya.

Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.

Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.

Bertolak dari beberapa fenomena yang telah dikemukakan di atas peneliti merasa tertarik untuk mengkaji Korelasi Pendidikan Agama Islam

(16)

Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan pokok yang akan diangkat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Siswa di SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab.

Takalar?

2. Bagaimana Gambaran Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar ?

3. Bagaimana Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab.

Takalar ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah, maka penulis dapat memaparkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mendeskipsikan Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab.

Takalar.

2. Untuk mendeskripsikan Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar.

(17)

3. Untuk mendeskipsikan Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Untuk memudahkan pembahasan ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan manfaat dan keunggulan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam menerapkan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh terhadap akhlak anak didik siswa SDN 52 Lerekang desa Parappunganta Kecamatan Polut Kabupaten Takalar.

2. Bagi peneliti memperdalam dan memperluas wawasan dalam bidang pendidikan sehinggah penelitian ini bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan di lingkungan masyarakat. Serta sebagai bentuk pengembangan teknik-teknik dalam membuat karya tulis ilmiah.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001: 69-70), mengemukakan bahwa:

Secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”, yang terdiri dari dua kata”pais” yang artinya anak, dan “again” yang artinya membimbing. Sedangkan secara terminologi, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

Menurut H. Ramayulis (2004:1) bahwa:

Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan

"pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan.

Soegarda Poerbakawatja (1976: 214), mengatakan bahwa:

Secara istilah pendidikan adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah, (2005:4) mengemukakan bahwa:

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang

7

(19)

ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.

Lain halnya dengan Musthofa Rahman dalam Ismail, SM. Dkk (2001: 57), bahwa “Pendidikan menurut pengertian bahasa Arab yaitu

“Tarbiyah”,dengan kata kerja “raba yarbu” yang berarti tumbuh dan berkembang”.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dikemukakan oleh H. M. Chabib Thoha (1999: 4) yaitu:

Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yangdiberikan kepada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dan menjelaskannya pada tingkat tertentu.

Menurut Ahmad Tafsir (1995: 8) "Pendidikan Agama Islam (PAI) berarti bidang studi Agama Islam".

Sedangkan menurut Muntholi’ah (2002: 18), bahwa:

Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah usaha yang lebih khususditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subyek peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Selain itu PAI bukanlah sekedar proses usaha mentransfer ilmu pengetahuan atau norma agama melainkan juga berusaha mewujudkan perwujudan jasmani dan rohani dalam peserta didik agar kelak menjadi generasi yang memiliki watak, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur serta kepribadian muslim yang utuh.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk

(20)

mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

2. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.

Ahmad D. Marimba (1989: 41), mengatakan bahwa:

Dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam sendiri.

Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu al-Qur’an dan hadits dan kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka isi al-Qur’an dan hadits-lah yang menjadi pundamennya. Pandangan seperti ini banyak dianut oleh para pemikir pendidikan Islam.

Secara detail dasar-dasar Pendidikan Agama Islam mencakup:

a) Alquran

Alquran merupakan sumber nilai yang absolut yang eksistensinya tidak mengalami perubahan walaupun interpretasinya dimungkinkan mengalami perubahan yang sesuai dengan konteks zaman, ruang dan waktu.

Al-Qur’an dapat menjadi dasar pendidikan Islam karena di dalamnya memuat beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai sejarah pendidikan Agama Islam.

(21)

Hal ini bisa dilihat bagaimana Alquran mengisahkan beberapa kisah Nabi, misalnya Nabi Adam sebagai manusia pertama sekaligus sebagai Rasul pertama. Ia merintis budaya awal di bidang tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib, sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Baqoroh (2) ayat 31:































Terjemahnya:

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!. (Kemenag RI, 2010: 6).

b) Sunah (Hadits)

Sunnah memang berkedudukan sebagai penjelas Alquran. Namun pengamalan kekuatan kepada Allah sesuai dengan ajaran Alquran sering kali sulit terlaksana tanpa penjelasan dari sunnah atau hadits. Karenanya, Allah memerintahkan kepada manusia untuk mentaati Rasul dalam kerangka ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya para ulama memandang bahwa sunnah merupakan sumber hukum Islam/ajaran Islam yang kedua setelah Alquran.

Terbukti bukti bahwa hadits berperan dalam sumber hukum/ajaran Islam tentunya dalam bidang pendidikan adalah hadist yang di riwayatkan oleh Abu dawud Rasulullah saw bersabda:

(22)

اَنَ ثَّدَح ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَع ِجَرْعَْلْا ْنَع ِداَنِّزلا ِبَِأ ْنَع ٍكِلاَم ْنَع ُِّبَِنْعَقْلا

ُّلُك َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ُدَلوُي ٍدوُلْوَم

ْنِم ُلِبِْلْا ُجَتاَنَ ت اَمَك ِوِناَرِّصَنُ يَو ِوِناَدِّوَهُ ي ُهاَوَ بَأَف ِةَرْطِفْلا ىَلَع

لا َلاَق ٌيرِغَص َوُىَو ُتوَُيَ ْنَم َتْيَأَرَ فَأ ِوَّللا َلوُسَر اَي اوُلاَق َءاَعْدَج ْنِم ُّسُِتُ ْلَى َءاَعَْجَ ٍةَميَِبَ

ُوَّل

َِب ُمَلْعَأ َيِلِماَع اوُناَك ا )دواد وبأ هاور(

Artinya :

Menceritakan kepada kami Al-Qa’ nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–

A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda: “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitrah maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannyaYahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (HR. Abu Dawud).

c) Teladan Sahabat Nabi

Upaya sahabat Nabi dalam bidang pendidikan Islam sangat menentukan perkembangan dewasa ini. Upaya yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah membukukan Alquran yang digunakan sebagai sumber pendidikan Islam, kemudian diteruskan oleh Umar bin Khattab yang banyak melakukan reaktualisasi ajaran Islam. Tindakan Umar ini sebagai salah satu model dalam membangun strategi kependidikan, terutama dalam pembaharuan pendidikan Islam.

Kemudian tindakan tersebut diteruskan oleh Utsman bin Affan, misalnya dengan upaya melakukan sistematisasi terhadap Alquran berupa kodifikasi Alquran. Kemudian disusul oleh Ali bin Abi Thalib yang banyak

(23)

merumuskan konsep-konsep ketarbiyahan, misalnya merumuskan etika anak didik kepada pendidiknya, atau sebaliknya.

d) Kemaslahatan Umat

Maksudnya, ketentuan pendidikan yang bersifat operasional, dapat disusun dan dikelola menurut kondisi dan kebutuhan masyarakat. Atau dapat pula dikatakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.

e) Nilai dan Adat Istiadat Masyarakat

Nilai-nilai tradisi setiap masyarakat merupakan realitas yang kompleks dan dialektis. Nilai-nilai tersebut tercermin kekhasan masyarakat, sekaligus sebagai pengejawantahan tradisi masyarakat dapat dijadikan dasar ideal pendidikan Islam. Tentu saja ada seleksi terlebih dahulu terhadap tradisi tersebut, mana yang sesuai diambil, dan yang bertentangan ditinggalkan.

f) Hasil Pemikiran (Ijtihad)

Hasil pemikiran atau ijtihad para mujtahid dapat dijadikan dasar pendidikan Islam. Apalagi ijtihad tersebut telah menjadi konsensus umum (ijma’) sehingga eksistensinya semakin kuat.

Tentu saja konsensus di sini adalah konsensus para pakar pendidikan yang menurut Zakiah Daradjat (1993: 21-22) bahwa:

Pendidikan harus tetap bersumber pada Alquran dan sunnah yang diolah oleh akal yang sehat oleh para pakar pendidikan Islam. Ijtihad tersebut juga harus dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu dan teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.

(24)

Muhammad Athiyyah al-Abrasy, terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, (2002:11), mengemukakan tentang tujuan pendidikan agama islam, yaitu:

a) Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua legiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya.

Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama.

Bentuk insan kamil dengan pola takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.

b) Tujuan Akhir

Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,memelihara dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

(25)

c) Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK).

d) Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan denganbahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan

pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

(26)

3. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas mengenai nilai-nilai pendidikan Islam, perlu terlebih dahulu dijelaskan mengenai nilai-nilai itu sendiri. Menurut Sidi Gazalba dalam M. Chabib Thoha (1996: 99) menyebutkan bahwa:

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, sesuatu yang ideal, bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menutut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.

Nilai-nilai pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari tujuan dimensi utama, setiap dimensi mengacu pada nilai pokok yang khusus. Atas dasar pandangan yang demikian, maka nilai pendidikan Islam mencakup ruang lingkup yang luas:

a) Dimensi Hakekat Penciptaan Manusia

Berdasarkan dimensi ini, nilai pendidikan Islam arahnya kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan Manusia Oleh Allah SWT, bahwa manusia di turunkan ke bumi untuk menjadi kholifah sesuai dengan Q.S. Al-Baqoroh (2) ayat 30, Allah swt berfirman:

























































Terjemahnya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

(27)

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:

"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

(Kemenag RI, 2010: 6).

b) Dimensi Tauhid

Berbicara mengenai tauhid berarti berhubungan dengan keesaan Allah yang berarti tidak menduakan Allah dan meyakini bahwa allah itu satu sesuai dengan Q.S. Al- Ikhlas (112) ayat 1- 4, Allah swt berfirman:







































Terjemahnya:

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Kemenag RI, 2010: 604).

c) Dimensi Moral

Dimensi ini posisi manusia di pandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitrah. Maksudnya, bahwa sejak dilahirkan, pada diri manusia sudah ada potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Menurut M. Quraisy Shihab (1996: 254) bahwa “potensi ini mengacu kepada tiga kecenderungan utama, yaitu benar, baik, indah”.

Hubungannya dengan dimensi moral ini, maka nilai pendidikan islam arahnya kepada upaya pembentukan manusia sebagai pribadi yang bermoral. Nilai yang terkandung dalam dimensi ini adalah nilai moral yang di jelaskan dalam Q.S. Al-Israa (17) ayat 81, Allah swt berfirman:

(28)





















Terjemahnya:

Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

(Kemenag RI, 2010: 290).

d) Dimensi Perbedaan Individu

Secara umum manusia memiliki sejumlah persamaaan, namun di balik itu sebagai individu, manusia juga memiliki berbagai perbedaaan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Dimensi individu dititik beratkan pada bimbingan dan pengembangan potensi fitrah manusia dalam statusnya sebagai insan yang eksploratif (dapat mengembangkan diri), sehingga dari dimensi ini akan muncul nilai kemandirian.

Nilai kemandirian dijelaskan dalam Q.S. Al-Jumu’ah (62) ayat 10:































Terjemahnya:

Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Kemenag RI, 2010: 554).

(29)

e) Dimensi Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial, yakni makhluk hidup yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama.

Karenanya, dimensi sosial mengacu kepada kepentingan sebagai makhluk sosial, yang didasarkan pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Yang akan memunculkan nilai toleransi, nilai keharmonisan, dan nilai kebersamaan.

Nilai toleransi ini di bahas dalam Q.S. Yunus (10) ayat 40-41:



























































Terjemahnya:

40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.

41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (Kemenag RI, 2010: 213).

f) Dimensi Profesional

Setiap diri manusia memiliki kadar kemampuan yang berbeda-beda.

Berdasarkan kadar kemampuan yang dimiliki itu, manusia dapt menguasai kemampuan nilai profesional, adanya perbedaan pada potensi manusia

(30)

tersebut, menyebabakan profesi manusia beragam. Hubungannya dengan dimensi ini maka akan menghasilkan Nilai tanggung jawab.

Nilai tanggung jawab disebutkan dalam Q.S. Al-Isra’ (17) ayat 15:













































Terjemahnya:

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul. (Kemenag RI, 2010: 283).

g) Dimensi Ruang dan Waktu

Pada dimensi ini banyak terkait dengan perumusan tujuan pendidikan yaitu dimana dan kapan. Nilai ini sejajar dengan tataran pendidikan Islam yang lintasanya terentang dalam lintasan ruang dan waktu yan cukup panjang, dan akan memunculkan nilai kesabaran, keikhlasan dan nilai ketekunan.

Disebutkan dalam Q. S. Ar-Ruum (30) ayat 60:























Terjemahnya:

(31)

Dan Bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat- ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (Kemenag RI, 2010: 410).

B. Hakikat Akhlak Siswa

1. Pengertian Akhlak Siswa

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya

"Khuluqun" ( قُلُخ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkahlaku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain denganperkataan "khalkun" ( قْل َخ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan "

Khaliq" ( قِلَاخ) yang berarti Pencipta dan "Makhluk" (ق ْوُل ْخَم) yang berarti yang diciptakan. (Zahruddin AR, 2004: 1).

Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al-Qur'an, sebagai firman Allah Swt dalam Q. S. Al-Qalam (68) ayat 4:











Terjemahnya:

.Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Lebih lanjut Rasulullah saw bersabda:

ِقَلاْخَلِْا َمِراَكَم َمَِّتَُِلِ ُتْثِعُب اََّنَِّا

Artinya:

(32)

Aku (Muhammad) diutus ke muka bumi ini semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.

Ibn Miskawaih dalam Zahruddin AR (2004: 4) mengatakan bahwa

"Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu".

Sejalan dengan itu Imam Al-Ghazali dalam H. Moh.Ardani (2005:

29) mengatakan bahwa bahwa:

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.

Akhlak menurut oleh Ahmad Amin dalam Zahruddin AR (2004: 5) mengatakan bahwa:

Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar.Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.

Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa

(33)

memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan. Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akanberbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalammenempati posisi sifat.Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yangdilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebernya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. (Abuddin Nata, 2003:

147).

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan social yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia.

Jadi, akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan mental, serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara

(34)

berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.

2. Sumber dan Macam-macam Akhlak a. Sumber Akhlak

Persoalan "akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam al-Hadits sumbertersebut mrupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hri bagi manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.

Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moralatau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.

Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah Al-quran dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri. (H. A. Mustofa, 1997: 149).

Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikanteladan dalam membentuk kepribadian.Begitu juga sahabat-sahabat

(35)

Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah dalam kesehariannya.

Sebagaimana dalam Q. S Al-Ahzab (33) ayat 21 Allah swt berfirman:





































Terjemahnya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Ayat tersebut di atas bermaksud bahwa segala bentuk perbuatan yang dilakukah sehari-hari pada dasarnya harus mengikuti tuntunan Rasulullah saw karena beliau adalah sebaik-baik teladan dalam berbagai bentuk bidang kehidupan.

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakanmanusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-quran dan al-Hadits.

b. Macam-macam Akhlak 1) Akhlak Al-Karimah

(36)

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namundilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selainAllah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.

b) Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati,menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela.

c) Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsionaldan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat

(37)

dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya. (H. Moh. Ardani, 2005: 49).

Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakankepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya.Sebaiknya dalm kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dandipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalahmakhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.

2) Akhlak Al-Mazmumah (akhlak yang tercela)

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan ataukebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas.Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:

1. Berbohong Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yangsebenarnya.

(38)

2. Takabur (sombong) Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

3. DengkiIalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.

4. Bakhil atau kikirialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untukorang lain. (H. Moh. Ardani, 2005: 57).

Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, makaitulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yangdilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.

3. Tujuan Pembinaan Akhlak

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusiayang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap

(39)

pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala- galanya. (H. Ramayulis, 2004: 115).

Barmawie Umary (1988: 2) dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.

Sedangkan Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany (1979: 346), tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey (lapangan) dengan pendekatan kuantitatif yang berusaha menggambarkan Hubungan Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa di SDN 52 Lerekang Desa Parapunganta Kec. Polut Kab. Takalar.

Sugiyono (2012: 8) mendefinisikan bahwa :

Metode Penelitian Kuantitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data, menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah di SDN 52 Lerekang Desa Parapunganta, Kec. Polut Kabupaten Takalar. Adapun objek pebelitian ini adalah Siswa kelas V DAN VII SDN 52 Lerekang dan Orangtua siswa Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar.

C. Variabel Penelitian

Kerlinger dalam Sugiyono (2012: 61) mendefinisikan bahwa

“Variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, atau

29

(41)

dapat pula dikatakan variabel adalah suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values)”.

Dengan melihat judul di atas Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut Kab. Takalar. Terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (x) adalah Pengaruh Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga sedangkan variabel terikat (y) adalah Akhlak Siswa.

D. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan defenisi variabel penelitian agar tidak terjadi penafsiran yang keliru.

1. Pendidikan agama Islam dalam keluarga adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Alquran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Sedangkan lembaga adalah tempat berlangsungnya proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Alquran yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkpribadian muslim.

2. Akhlak Siswa adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu. anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar,

(42)

baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Herman Resito (1992:49), “Populasi adalah Keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian”.

Adapun populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI SDN 52 Lerekang dan orang tua siswa. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel di bawah ini:

Tabel 1

Keadaan Populasi di SDN 52 Lerekang

No Orangtua dan Siswa SDN 52 Lerekang

Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1 Orangtua 40 40 80

2 Siswa kelas V 37 63 100

3 Siswa kelas VI 42 58 100

Jumlah 119 161 280

Sumber data: KTU SDN 52 Lerekang Kec. Polut Kab. Takalar.

(43)

2. Sampel

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989:84) Sampel adalah

“sebagian dari populasi yang dimiliki sift karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi. Oleh karena itu, yang diambil dari penelitian (10%) dari jumlah populasi yang ada sehingga sampelnya menjadi 23 orang yakni kelas V dan VI sebanyak 18 orang, dan dari orang tua sebanyak 5 orang.

Tabel 2 Keadaan Sampel

No Objek Jenis Kelamin

Persentase Jumlah Sampel

L P

1 Orangtua 40 40 10 8

2 Siswa 79 121 10 20

Jumlah 199 106 20 28

Sumber data: KTU SDN 52 Lerekang Kec. Polut Kab. Takalar.

F. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang penulis akan pergunakan dalam penelitian untuk mengetahui Korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta Kec. Polut.

Kab. Takalar tersebut terdiri atas pedoman yaitu: observasi, wawancara,

(44)

angket/quisioner dan Dokumentasi. Keempat bentuk instrumen penelitian tersebut digunakan karena pertimbangan praktis sebab kemungkinan hasilnya lebih valid.

Untuk memberikan gambaran ketiga bentuk instrumen di atas, maka penulis akan menguraikan secara sederhana sebagai berikut:

1. Catatan Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau gejala-gejala pada objek penelitian. Atau cara pengumpulan data dengan mengamati langsung ke lapangan.

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2012: 203) mengemukakan bahwa

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.dua diantar yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

2. Pedoman Wawancara

Penelitian yang tujuannya untuk memperoleh data atau keterangan secara langsung dari instrumen. Wawancara sering pula disebut interview, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

Suharsimi Arikunto dalam sugiyono (2012: 194) berpendapat, ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview atau wawancara dapat dibedakan atas beberapa macam yaitu:

(45)

1. Wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informan apa yang akan diperoleh.

2. Wawancara semiterstruktur, yaitu teknik pengumpulam data dengan bebas peneliti mewawancarai informan.

3. Wawancara tak berstruktur, yaitu teknik pengumpulan data tanpa menggunakan pedoman hanya garis-garis besarnya saja.

3. Angket

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Amirul Hadi dan Haryono (1998: 137) menyebutkan macam-macam quesioner/angket yaitu:

a. Quesioner berstruktur b. Quesioner tak berstruktur

c. Quesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur d. Quesioner semiterbuka

4. Catatan Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang ada pada desa Lapasi- pasi yang dianggap penting atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan agar dokumen-dokumen tersebut dapat membantu memecahkan masalah yang ada hubungannya dengan pembahasan dalam penelitian ini.

(46)

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena atau gejala-gejala pada objek penelitian.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

3. Angket, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

4. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen-dokumen yang terdapat di lokasi penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul lengkap, selanjutnya data tersebut penulis uji kebenarannya melalui analisis kuantitif menggunakan rumus statistik melalui tahapan sebagai berikut:

1. Analisis pendahuluan

Tahap analisis pendahuluan, data yang terkumpul dari angket disusun pada table distribusi frekuensi dari variabel-variabel penelitian.

Adapun kriterianya menurut Tatang M. Amirin (2010: 22) sebagai berikut:

(47)

a) Jawaban variabel bebas/independen/pengaruh/X, pendidikan agama islam dalam keluarga:

Alternatif jawaban A diberikan angka 4.

Alternatif jawaban B diberikan angka 3.

Alternatif jawaban C diberikan angka 2.

Alternatif jawaban D diberikan angka 1.

b) Jawaban variabel terikat/dependen/terpangaruh/Y, akhlak siswa:

Alternatif jawaban A diberikan angka 4.

Alternatif jawaban B diberikan angka 3.

Alternetif jawaban C diberikan angka 2.

Alternatif jawaban D diberikan angka 1.

2. Analisis uji Variabel

Adapun analisis ini untuk mengetahui korelasi yang diajukan melalui pengolahan data variabel X dengan variabel Y. Variabel penelitian

ini yaitu:

a) Variabel bebas : pendidikan agama islam dalam keluarga, diberi tanda X

b) Variabel terikat : Akhlak siswa, diberi tanda Y

Analisis uji hipotesis ini penulis menggunakan analisis korelasi product moment. Sesuai data penelitian, analisis yang tepat untuk menghitungnya menggunakan rumus sebagai berikut:

(48)

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) + * ∑ (∑ ) +

Keterangan:

X = Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga.

Y = Akhlak Siswa.

N = Jumlah responden.

ΣX = Jumlah skor X.

ΣY = Jumlah skor Y.

ΣXY = Jumlah perkalian antara X dan Y.

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y.

3. Analisis lanjut

Analisis lanjut merupakan kelanjutan dari analisis pendahuluan dan analisis uji variabel yang interpretasinya untuk mewujudkan korelasi Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Terhadap Akhlak Siswa SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta. Analisis ini diperoleh setelah memperoleh nilai Ro (dari hasil analisis) dengan nilai Rt (dari tabel), baik taraf signifikan 5% atau 1%. Apabila nilai Ro lebih besar atau sama dengan nilai Rt, berarti signifikansi dan hipotesis diterima. Sedangkan apabila nilai Ro lebih kecil dari nilai Rt, berarti tidak signifikan dan hipotesis ditolak.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SDN 52 Lerekang

SDN 52 Lerekang berdiri pada 1 Maret 1985. Terletak di Desa Parappunganta Kec. Polong Bangkeng Utara Kab. Takalar. Dilihat dari letak SDN 52 Lerekang yang cukup strategis sangat memungkinkan kepada warga dari desa tersebut untuk mempercayakan pendidikan putra-putri mereka untuk belajar di SDN 52 Lerekang.

Disamping itu juga kualitas pendidikan di SDN 52 Lerekang tidaklah kalah bila dibanding SD lain di Kecamatan Polom Bangkeng Utara, berdasarkan catatan hasil rata-rata nilai ujian nasional tahun 2012/2013 terjadi peningkatan bila dibanding tahun sebelumnya hamper diseluruh materi yang diujikan, ini berarti bahwa proses pembelajaran di SDN 52 Lerekang ada kemajuan.

Sejak berdirinya sampai sekarang ini, telah terjadi tujuh kali pergantian kepala sekolah. Adapun nama-nama kepala sekolah sejak berdirinya sampai sekarang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

38

(50)

Tabel 3

Nama-nama Kepala Sekolah SDN 52 Lerekang dari Tahun 1985 – sekarang

No Nama Tempat dan

Tanggal Lahir

Masa Jabatan

1 Mudding Gowa, 10-03-1974 1985-1994

2 Maryati B. A Makassar,16-05-1980 1994-1997 3 Hj. Manurung Makassar, 21-02-1985 1997-2000 4 Nasrung Bili-bili, 12-08-1969 2000-2003 5 Hj. St. Saayang A. Ma. M. Pd Bone, 06-05-1970 2003-2006 6 Dahlia A. Ma. M. Pd Takalar, 25-05-1975 2006-2009 7 M. Hatta, S. Pd. I Takalar, 14-01-1978 2009-sekarang Sumber data: KTU SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta.

2. Visi dan Misi SDN 52 Lerekang Desa Parappunganta

Adapun Visi dan Misi yang diembang SDN 52 Lerekang adalah sebagai berikut:

a. Visi : meningkatkan mutu anak didik untuk menciptakan SDM yang beramal dan berbudaya.

b. Misi :

1) Meningkatkan komitmen dan profesionalisme guru.

2) Melaksanakan sistem pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3) Meningkatkan output siswa.

(51)

4) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

5) Menerapkan manajemen dan partisipasi dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan pihak terkait.

3. Keadaan Guru SDN 52 Lerekang

Salah satu unsure dalam pendidikan adalah guru, karena guru merupakan satu komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Guru tidak hanya bertugas untuk menstransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga diberikan beban tanggung jawab moral untuk memberikan teladan yang baik kepada siswa.

Tabel 4

Keadaan guru SDN 52 Lerekang Tahun 2013/2014

No Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan

1 M. Hatta, S. Pd.I 195712311983031224

IV/A Kepala Sekolah

2 Hj. St. Mardani, S. Pd. SD 195803151982032008

IV/A Guru Kelas III

3 Hj. Marsinah

195908141984032007

IV/A Guru Kelas I

4 Hamsinah. R, A. Ma. Pd 19512311983032057

IV/A Guru Agama

5 Hj. Nuraidah, S. Pd. SD IV/A Guru Kelas VI

Gambar

Tabel 2  Keadaan Sampel
Tabel  di  atas  merupakan  hasil  jawaban  angket  penelitian  variable  perhatian orang tua yang penulis sebarkan kepada responden berjumlah 20  siswa  kelas  VI  SDN  52  Lerekang

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan guru ketika mengajar di kelas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, ini dapat dilihat dari beberapa pendapat siswa yaitu Mutawwafiqah ketika guru

tegangan tarik patah (σp) tertinggi yaitu spesimen tanpa perlakuan sebesar 243,35 MPa, sedangkan nilai tegangan tarik patah (σp) terendah yaitu spesimen dengan

Hasil penelitian menunjukan bahwa formula 4 (dengan konsentrasi Avicel PH101 4%) dapat menghasilkan co-process dengan sifat fisik-mekanik dan kompresibilitas yang

Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti dari membuat hipotesis dan implikasi secara

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan motivasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2

Penelitian Rizwan Awaludin mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 yang berjudul “Peranan

a) Pendekatan Al-Hikmah. Al-Hikmah berarti mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar

Upaya yang dilakukan oleh guru dan orang tua ialah : Guru harus memiliki potensi dan keterampilan yang didukung oleh kebijakan sekolah yang mendorong guru terus belajar, agar