• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Elit Gerakan Aceh Merdeka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik Elit Gerakan Aceh Merdeka"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada tahun 1953, Aceh diguncang pemberontakan Darul Islam, yang dipimpin langsung oleh Teungku Daud Beureueh. Pemberontakan ini merupakan reaksi terhadap sikap Presiden Soekarno yang melakukan pengklaiman terhadap daerah Aceh. Awal sejarahnya yaitu Soekarno datang ke Aceh setelah dilakukan Perjanjian Linggarjati 25 Maret 1947, dan berjumpa dengan Teungku Muhammad Daud Beureueh dan pernah berjanji dan berikrar yaitu "Sebagai seorang Islam, saya berjanji dan berikrar bahwa saya sebagai seorang presiden akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana. Saya mohon kepada kakak, demi untuk Islam, demi untuk bangsa kita seluruhnya, marilah kita kerahkan seluruh kekuatan kita untuk mempertahankan kemerdekaan ini"1.

Soekarno kembali ke Aceh pada tanggal 17 Juni 1948 setelah diadakan perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948. Dalam sebuah rapat akbar di Lapangan Blang Padang Banda Aceh, Soekarno menyatakan. "Kedatangan saya ke Aceh ini khusus untuk bertemu dengan rakyat Aceh, dan saya mengharapkan partisipasi yang sangat besar dari rakyat Aceh untuk menyelamatkan Republik Indonesia ini," memohon kesediaan rakyat Aceh untuk terus membantu Indonesia. Di Blang Padang ini pula ia kemudian berujar tentang kontribusi Aceh sebagai daerah modal terhadap tegak-berdirinya Indonesia “Daerah Aceh merupakan daerah modal bagi Republik Indonesia dan melalui perjuanagan rakyat Aceh

1

S.S. Djuangga Batubara, Teungku Tjhik Muhammad Dawud di Beureueh Mujahid Teragung di

Nusantara, Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam Federasi, Sumatera Medan, cetakan

(2)

seluruh wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali2”.

Dalam Perjanjian Renville inisebagian isinya menyangkut gencatan senjata disepanjang garis Van Mook dan pembentukan daerah-daerah kosong militer. Secara de jure dan de facto kekuasaan RI hanya sekitar daerah Yogyakarta saja. Perjanjian Renville ini ditandatangani oleh Perdana Mentri Mr. Amir Sjarifuddin dari Kabinet Amir Sjarifuddin, yang disaksikan oleh H.A. Salim, Dr.Leimena, Mr. Ali Sastroamidjojo3. Jadi akibat dari ditandatangani Perjanjian Renville inilah kekuasaan wilayah RI hanya di Yogya dan daerah sekitarnya, sehingga daerah wilayah Negeri Aceh menjadi berada diluar wilayah kekuasaan de-facto Negara RI Soekarno.Sehingga tidak mungkin secara hukum Soekarno bisa memberikan hak-hak rakyat Aceh dan menyusun rumah tangganya sendiri sesuai syariat Islam.

Sebagaimana yang pernah dituturkan Daud Beureueh kepada Boyd R. Compton dalam sebuah wawancara, "Anda harus tahu, kami di Aceh ini punya sebuah impian. Kami mendambakan masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda, pada masa Aceh menjadi Negara Islam. Di zaman itu, pemerintahan memiliki dua cabang, sipil dan militer. Keduanya didirikan dan dijalankan menurut ajaran agama Islam. Pemerintahan semacam itu mampu memenuhi semua kebutuhan zaman moderen. Sekarang ini kami ingin kembali ke sistem pemerintahan semacam itu"4.

Tahun 1961 Daud Beureuh mengubah Aceh menjadi Republik Islam Aceh (RIA). Panglima Kodam Iskandar Muda, Kolonel M. Jassin berhasilmeyakinkan Daud Beureuh untuk kembali bergabung dengan Republik Indonesia. Tepat tanggal 9 Mei 1966 Daud Beureuh ditemani antara lain komandanpasukannya

2

M. Djali Yusuf, Buku Perekat Hati yang Tercabik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002, Hal 22.

3

Sekretariat Negara Republik Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949, Jakarta, 1986,

hal.155-163.

4

Boyd R. Compton, Surat-Surat Rahasia Boyd R. Compton, Jakarta: LP3ES, 1995.

(3)

Perdamaian yang dirumuskan tersebut tidak ikut merangkul seluruh anak didik Daud Beureueh salah satunya adalah Hasan Tiro yang berada di Amerika Serikat. Hasan Tiromenilai adat Aceh telah dicampakkan oleh kemajuan industri pada masa pemerintahan Soeharto diawal tahun 1970an. Pasca kepulangan Hasan Tiro dari Amerika Serikat pada tanggal 30 Oktober 1976ia bersama para ulama Aceh, tokoh eks DI/TII, dan tokoh muda Aceh mengadakan rapat menilai kekayaan alam Aceh dikuras melalui pembangunan industri yang dikuasai orang asing melalui restu pemerintah pusat. Tetapi rakyat Aceh tetap miskin, pendidikan rendah dan kondisi ekonomi sangat memprihatinkan5. Rapat ini berlangsungdi kaki Gunung Halimun, Pidie dan merupakan cikal-bakal berdirinya Gerakan Aceh Merdeka.

Organisasi perjuangan Acheh Sumatra National Liberation Front(ASNLF atau NLFAS atau GAM) berdiri pada tanggal 29 November 1976,deklarasi Negara Aceh merdeka dinyatakan pada tanggal 4 Desember 1976 yang sebagian isinya berbunyi “Kami bangsa Acheh Sumatra, telah melaksanakan hak hak kami untuk menentukan nasib sendiri, dan melaksanakan tugas kami untuk melindungi hak suci kami atas tanah pusaka peninggalan nenek moyang, dengan ini menyatakan diri kami dan negeri kami bebas dan merdeka dari penguasaan dan penjajahan rezim asing Jawa di Jakarta"6.

Deklarasi Negara Acheh yang berdaulat dibacakan di satu tempat yang dinamakan bukit Tjokkan oleh Hasan Tiro sebagai ketua ASNLF dan sekaligussebagai pemimpin perang dan wali negara, sedangkan wakil wali negara

5

Neta S Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka,Solusi, Harapan, dan Impian, Jakarta, Grasindo, 2001. hal 10.

6

(4)

Dr. Muchtar Hasbi. Dan pada saat itu diumumkan kabinet pertama. Dimana anggota kabinet menteri yaitu Dr. Muchtar Hasbi Menteri Dalam negeri dan wakil Menteri Luar negeriDr. Husaini Hasan Menteri Pendidikan dan Penerangan, Dr. Zaini Abdullah Menteri Kesehatan,Dr. Zubir Mahmud Menteri Sosial dan menjabat Gubernur Peureulak, Dr. Asnawi Ali Menteri Tenaga Kerja dan Industri, Mr. Amir Ishak Menteri Perhubungan, Muhammad Daud Husin Komandan Angkatan perang, Teungku Ilyas Leube Menteri Kehakiman, Teungku Muhammad Usman Lampoh Awe Menteri Keuangan, Mr. Amir Rashid Mahmud Menteri Perdagangan, dan Malik Mahmud Menteri Negara (berada diluar negeri). Tetapi acara pelaksanaan sumpah atau baiat para menteri kabinet baru dapat dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 19777.Setelah Daud Beureueh turun gunung, ia tidak pernah lagi terlibat dalam gerakan politik. Perlawanan yang diusung GAM, sama sekali tidak terkait dengan DI/TII. “Kalau Hasan Tiro kan menuntut kemerdekaan, sedangkan DI/TII melawan karena kecewa,” kata M Jasin, mantan Pangdam Iskandar Muda. Almarhum Ali Hasjmy mantan Gubernur Aceh, memutus kaitan GAM dan Abu Beureueh. Menurutnya GAM dan Hasan Tiro adalah gerakan kriminal, sedangkan DI/TII adalah gerakan politik murni. Tak heran jika awal-awal perlawanan GAM, Pemerintah Indonesia menuding mereka sebagai gerombolan pengacau keamanan (GPK)8.Stigma kriminal dimunculkan untuk memutus dukungan pengikut Daud Beureueh. Nyatanya, upaya membumikan GAM sebagai kelompok kriminal tetap gagal.

Daftar tokoh pertama yang bergabung dalam GAM banyak di antara mereka adalah bekas pendukung DI/TII. Sebut saja Teungku Ilyas Leube danDaud Husin alias Daud Paneuek. Ilyas adalah ulama yang disegani di AcehTengah dan merupakan pendukung setia Daud Beureueh. Dalam susunan kabinet.

7

Neta S Pane, Sejarah dan Kekuatan Gerakan Aceh Merdeka,Solusi, Harapan, dan Impian, Jakarta, Grasindo, 2001. Hal 15.

8

(5)

GAM pertama, Ilyas duduk sebagai Menteri Kehakiman, sedangkan Daud Paneuek sebagai Panglima Angkatan Bersenjata. Keputusan Ilyas mendukung GAM semata-amata karena kecewa dengan sikap pemerintah yang ternyata hanya memberi janji omong kosong kepada Aceh. “Ilyas orangnya sangat peka terhadap agama, ketika Syariat Islam tidak berjalan di Aceh, ia orang yang paling marah”.

Ketika GAM masih dalam bentuk rancangan, sebenarnya Daud Beureueh sudah diberi tahu masalah itu. Hanya saja, Daud Beureueh tak mungkin lagi angkat senjata karena di tahun 1976, saat Hasan Tiro datang ke Aceh untuk kedua kalinya, Daud Beureueh sudah berusia 77 tahun. “Ayahanda tidak perlu berperang biar kami saja yang melakukan perlawanan. Kami hanya perlu dukungan dari Ayahanda,” demikian bujuk Hasan Tiro kepada Daud Beureueh seperti ditirukan Baihaqi, Sebagai asisten pribadi Abu Beureueh9. “Jadi kalau dikatakan Daud Beureueh mendukung Hasan Tiro, itu bisa jadi benar,” katanya. Bedanya, di masa DI/TII, Daud Beurueh mengumumkan perlawanan secara resmi dan terbuka kepada seluruh masyarakat Aceh, tetapi di masa GAM ia lebih banyak diam.Dukungan Daud Beureueh kepada GAM pada masa itu diberikan karena Hasan Tiro bertekad mendirikan negara Islam di Aceh ungkap Zakaria Saman yang juga menteri pertahanan GAM10

Ditambah dengan alasan-alasan sejarah, etnosentris, dan penguasaan ekonomi oleh Jakarta atas Aceh, membuat Hasan Tiro punya banyak alasan menyambung perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Ia mengimajinasikan sebuah Negara atau kerajaan sambungan (succesor state). Untuk itu Aceh harus mandiri dari Indonesia.

Daud Beureueh legenda Aceh itu akhirnya meninggal dunia pada 10 Juni 1987. Jasadnya dimakamkan di bawah pohon mangga di pekarangan Masjid Baitul A’la lil Mujahidin di Beureunen. Seluruh. Sejak itu, tragedi demi tragedi

9

Majalah Aceh Kita, Kutipan Wawancara Prof. Baihaqi asisten Daud Beureueh, Banda Aceh, edisi

Juli 2005.

10

(6)

berkali-kali singgah di bumi Serambi Mekkah. Tahun 1989 Tanah Rencong bersimbah darah dengan digelarnya Operasi Jaring Merah atau pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM). Setelah meninggalnya Daud Beureueh, Hasan Tiro pun menjadi simbol perlawanan baru untuk pemerintahan Republik Indonesia, lengkap dengan segalakontroversinya.

Berbagai upaya perundingan dan penyelesaian yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia terhadap Gerakan Aceh Merdeka gagal mewujudkan perdamaian yang permanen di tanah rencong. Dari Jeda Kemanusiaan I dan II tahun 2000-2001 diera presiden Abdurrahman Wahid hingga perjanjian penghentian permusuhan (COHA) tahun 2002-2003 di masa Presiden Megawati Soekarno Putri. Gagalnya perundingan tanggal 9 Desember 2002 di Swedia mendasari diberlakukannya status darurat militer dan operasi terpadu di Aceh berdasarkan Keppres No. 28 tahun 200311.

Pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi bencana gempa dan tsunami menghancurkan sebahagian bumi Aceh, Dimana tercatat ratusan ribu orang meninggal dunia dan puluhan ribu dinyatakan hilang. Hasan Tiro yang saat itumenonton tayangan televisi di Norsborg, Swedia, menitikkan air mata. Aceh yang ingin dia rebut sedang luluh lantak terjerembab ke titik nadir peradaban, perlu kondisi damai untuk membangun kembali Aceh dari keterpurukan. Dr.Zaini Abdullah dan Malik Mahmud menyahuti tawaran RI untuk berdamai.

Terwujudnya penandatanganan kesepakatan damai antara pemerintah Republik Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka Pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki Finlandia memberikan harapan baru bagi seluruh masyarakat Aceh akan kehidupan yang lebih baik dan indah. Pasca perdamaian MOU Helsinki tanggal 15 Agustus 2005, Para mantan pasukan Gerakan Aceh Merdeka memiliki wadah yaitu Komite Peralihan Aceh (KPA) . Komite Peralihan Aceh

dibentuk oleh kedua belah pihak yang berdamai yaitu Pemerintah Republik

11

Balidbang Dephan, Kajian Penanggulangan Disintegrasi Bangsa ; Kasus Aceh, Dephan,

(7)

Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Komite Peralihan Aceh di bentuk untuk menjamin kebutuhan kesejahteraan hidup para mantan pasukan Gerakan Aceh merdeka pasca MOU Helsinki.

Pemerintahan pusat yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono dan H. Jusuf Kalla mengabulkan butir MOU Helshinki tersebut dengan hak istimewa dalam bentuk hak politik masyarakat Aceh yaitu berdirinya partai politik lokal khusus di Aceh yang kiprah partai politik lokal tersebut hanya mencakup wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sesuai dengan UU No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA) yang berbunyi partai politik lokal adalah suatu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok penduduk Aceh secara suka rela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, daerah, bangsa dan Negara, melalui pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah12.

Implementasi dari kebijakan tersebut dapat di lihat pada Pemilihan kepala daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh yang dilakukan pasca penandatanganan MOU Helsinki tahun 2006 antusiasme masyarakat Aceh dalam berpolitik dengan sangat baik tanpa adanya kasus-kasus kriminalitas, intimidasi dan gangguaan keamanan lainnya yang dapat mengganggu stabilitas keamanan Provinsi Aceh. Pemilihan Kepala Daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh tahun 2006 diikuti oleh delapan pasangan calon yaitu :

1.

2.

3.

4.

12

(8)

5. Independen)

6.

7.

8.

Pemilihan kepala daerah Aceh tahun 2006 dimenangkan oleh nomor urut 6 drh. Irwandi Yusuf, M.Sc dan Muhammad Nazar S.Ag (calon Independen) dengan suara sebanyak 768.745 (38,20%) dari total keseluruhan surat suara yang terpakai sebanyak 2.012.37013. Mereka berdua yang akan memimpin rakyat Aceh selama 5 tahun kedepan dari tahun 2006 sampai 2011. Irwandi Yusuf merupakan elit Gerakan Aceh Merdeka yang bertugas di Aceh sebagai Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM dari tahun 1998 hingga 2001dan tim penerjemah MOU Helsinki, sedangkan Muhammad Nazar beliau merupakan Aktifis muda pendukung kemerdekaan Aceh, penggerak Sentral Informasi Referendum Aceh

(SIRA) dan keduanya pernah dipenjara oleh Pemerintah Indonesia.

Keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007 pada 16 Maret 2007 mempercepat proses berdirinya Partai Lokal di Aceh14. Setelah berbagai tahapan Verifikasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, makaberdasarkan surat keputusan KIP Nomor: 04/SK/KIP/2008 tanggal 7 Juli 2008 tentang penetapan Partai Politik Lokal yang lulus verifikasi faktual dari 12 partai lokal yang mendaftar hanya 6 partai lokal yang lolos Verifikasi yaitu Partai Aceh Aman Seujahtera (PAAS), Partai Suara Independen Rakyat Aceh (SIRA), Partai Bersatu Atjeh (PBA), Partai Daulat Aceh (PDA), Partai Aceh (PA)Partai Rakyat Aceh (PRA) berhak mengikuti pemilihan legislatif tahun 200915.

13

Pengumuman KIP Aceh tanggal 29 Desember 2006.

14

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2007.

15

(9)

Partai Aceh adalah satu-satunya partai yang menjadi wadah politik bagi seluruh mantan Gerakan Aceh Merdeka. Struktur kepengurusannya juga sama dengan struktur Komite Peralihan Aceh. Partai ini berdiri pada tanggal 4 Juni tahun 2007 di Banda Aceh. Pada Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh Tahun 2012 yang kedua dilakukan pasca MOU Helsinki, adanya suatu dinamika yang sangat kuat dikalangan elit Gerakan Aceh Merdeka dalam penentuan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yaitu adanya dua nama kandidat yang muncul yaitu drh. Irwandi Yusuf (incumbent) dan Dr. Zaini Abdullah.

Dampak dari dinamika elit Gerakan Aceh Merdeka terjadinya beberapa kasus konflik regulasi dan kriminalitasterjadi kasus penembakan Cage mantan GAM di bireuen, penembakan tukang suku jawa di Lhoksemawe, penembakan kader Partai Aceh, penggranatan dan pembakaran. Sehingga stabilitas keamanan Aceh terganggu. Banyak opini-opini yang berkembang dimasyarakat apa yang terjadi dikalangan elit Gerakan AcehMerdeka. Sehingga membuat ketertarikan saya mencari tahu hal-hal apa yang terjadi di lingkaran elit Gerakan Aceh Merdeka dengan judul Skripsi“Konflik Elit Gerakan Aceh Merdeka”Dalam Penentuan Calon Gubernur Dari Partai Aceh Tahun 2012.

1.2Perumusan masalah

Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Mengapa terjadi konflik dikalangan elit Gerakan Aceh Merdeka dalam penentuancalon Gubernur dari Partai Aceh tahun 2011”?

1.3Pembatasan masalah

(10)

tujuan menghasilkan uraian yang sistematis diperlukan adanya batasan masalah, Adapun batasan masalah yang akan ditulis oleh peneliti yaitu:

Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pergesekan diantara elit Gerakan Aceh Merdeka pada saat proses penentuan calon Gubernur dari Partai Aceh Tahun 2011.

1.4Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana proses yang terjadi dikalangan elit GAM dalam penentuan calon gubernur dari Partai Aceh Tahun 2012.

2. Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan pergesekan dikalangan Elit GAM Pada penentuan calon Gubernur dari Partai Aceh tahun 2012.

1.5Signifikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya pengembangan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana stara satu (S1) Departemen ilmu politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, Penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai permasalahan konflik elit.

3. Hasil penelitian ini diharapkan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam ilmu politik, serta menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

1.6Kerangka Teori

(11)

menggambarkan dari mana peneliti melihat objek yang di teliti sehingga penelitian dapat lebih sistematis. Teori adalah rangkaian asumsi, konsep, kontruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep16.

1.6.1. Teori Konflik 1.6.1.1 James C. Scott

James Scott mengemukakan teori patron-klien, dimana ”Sekelompok informal figure yang berkuasa (patron) dan memiliki posisi memberikan rasa aman, pengaruh. sebagai imbalannya klien akan memberikan bantuan pribadi kepada patronya dalam kondisi apa pun, baik patronya dalam keadaan benar ataupun menyimpang bahkansalah17.

Teori konflik Patron Klien yang dikemukakan oleh Scott didasarkan atas konflik kelompok. Yang dijadikan basis teori konflik ialah kelompok yang didasarkan atas hubungan Patron Klien. James C. Scott yang merumuskan teori tersebut ingin menunjukkan bahwa konflik akan dapat lebih dipahami bila diketahui kelompok patron klien mereka yang terlibat konflik. Patron ialah orang yang mempunyai kekuasaan terhadap para klien karena ia mempunyai kelebihan

16

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1989. hal. 37.

17

Layn, Safrusdin Bustam. 2008. Dimanika Ikatan Patron Klien (Suatu Tinjauan Sosiologis), dalam

(12)

dalam hal kemampuan dibandingkan dengan para kliennya. Kemampuan tersebut adalah pengaruh dan sumber-sumber kebutuhan hidup. Dengan hal ini lah seorang patron mendapatkan kekuasaan, karena para kliennya pasti akan membalas atas semua pemberian patron dengan memberikan dukungan dan pelayanan terhadap patron.

Didalam zaman modern, sumber kekuasaan patron telah bergeser ke bidang pemerintahan dan politik. Hal tersebut dapat dijalankan oleh para patron dengan memberikan posisi-posisi tertentu bagi para klien, yang nantinya para klien tadi akan memberikan dukungan politik. Karena kelompok patron-klien merupakan kelompok kecil, hubungan antara anggota kelompok bersifat tatap muka. Hubungan yang erat dimana setiap orang mengenal anggota-anggota yang lain dengan baik. Hubungan yang erat memainkan peran penting dalam menimbulkan solidaritas antara anggota. Karena sudah kenal erat, timbul semacam solidaritas yang didasarkan atas sentimen atau emosi. Solidaritas seperti ini mempunyai dasar yang lebih jelas dan kuat dibandingkan dengan solidaritas yang lain, yakni hubungan sosial18.

Biasanya hubungan antara patron-klien ini diikuti dengan hubungan yang erat antara anggota-anggota keluarga masing-masing (anak-istri) yang memperkuat hubungan social antar anggota kelompok.Biasanya hubungan antara patron klien ini diikuti dengan hubungan yang erat antara anggota-anggota keluarga masing-masing (anak-istri) yang memperkuat hubungan social antar anggota kelompok.Kelompok patron-klien adalah kelompok yang sangat informal. Tidak ada ketentuan-ketentuan tertulis yang mendasari pembagian kekuasaan dalam kelompok. Juga tidak ada peraturan-peraturan kelompok yang mengatur hubungan antara anggota kelompok. Kelompok berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan patron.

18

Maswadi Rauf, KONSENSUS dan Konflik POLITIK, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

(13)

Kelompok seperti ini juga tidak memerlukan pengesahan secara hukum dan berjalan dengan sendirinya. Sebenarnya kelompok patron-klien bersifat abstrak, tidak berbentuk.Yang menyadari adanya kelompok klien ialah patron-klien.Indikator keberadaannya hanya adanya hubungan yang erat, fasilitas, dan dukungan yang diberikan klien.

1.6.1.2 Lewis A. Coser

Pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat. Struktur sosial dilihat sebagai gejala yang mencakup berbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisa dan konflik tunduk pada perubahan19. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas

konsep tersebut dalam menggambarkan kondisi-kondisi dimana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.Ikatan kelompok dan pemeliharaan fungsi-fungsi konflik sosialdapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial di sekelilingnya.Seluruhfungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.

Coser benar-benar concern pada satu tema konflik, baik konflik tingkat eksternal maupun internal. Ia mampu mengurai konflik dari sisi luar maupun sisi dalam. Jika dihubungkan dengan pendekatan fungsionalisme, nampak ada upaya Coser untuk mengintegrasikan fungsionalisme dengan konflik.Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif

19

(14)

yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok tertentu. Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.

Katup penyelamat atau safety valve ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. “katup penyelamat” membiarkan luapan permusuhan tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur, konflik membantu “membersihkan suasana” dalam kelompok yang sedang kacau.Coser melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah lembaga pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Coser lewat katup penyelamat itu, permusuhan dihambat agar tidak berpaling melawan obyek aslinya. Dalam membahas berbagai situasi konflik ia membedakan konflik menjadi 2 macam :

1. Konflik Realistis yaitu berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.

2. Konflik Non- Realistis yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak.

(15)

perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. Isu fungsionalitas konflik Coser mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok. Peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik dalam kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok tersebut dengan masyarakat.

Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group merupakan indikator adanya suatu hubungan yang sehat. Coser sangat menentang para ahli sosiologi yang selalu melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan merupakan peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial. Coser menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu hubungan.

Coser menunjukkan bahwa konflik dengan kelompok-luar akan membantu pemantapan batas-batas struktural. Sebaliknya konflik dengan kelompok luar juga dapat mempertinggi integrasi di dalam kelompok. Coser berpendapat bahwa “tingkat konsensus kelompok sebelum konflik terjadi” merupakan hubungan timbal balik paling penting dalam konteks apakah konflik dapat mempertinggi kohesi kelompok. Konflik dengan kelompok-kelompok lain bisa saja mempunyai dasar yang realistis, tetapi konflik ini sering (sebagaimana yang telah kita lihat dengan berbagai hubungan emosional yang intim) berdasar atas isu yang non-realistis.Coser mengatakan musuh-musuh baru mungkin mencoba untuk lebih memperkuat perkembangan dan peningkaan kohesi kelompok-kelompok yang tak hanya mencapai identitas struktural lewat oposisi dengan berbagai kelompok luar tetapi dalam perjuangannya juga mengalami peningkatan integrasi dan kohesi.

(16)

kepentingan-terlibat dalam konflik. Orientasi fungsionalisme ialah deskripsi mengenai bagaimana struktur-struktur sosial itu dapat merupakan produk konflik dan bagaimana mereka dipertahankan oleh konflik20.

1.6.2 Teori Elite 1.6.2.1 Suzzane Keller

Elite menurut Suzzana Keller, berasal dari kata elligere, yang berarti memilih, dalamperkataan biasa kata itu berarti bagian yang menjadi pilihan atau bunga suatu bangsa, budaya,kelompok usia dan juga orang-orang yang menduduki posisi sosial yang tinggi. Dalam arti umum elite menunjuk pada sekelompok orang dalam masyarakat yang menempati kedudukan-kedudukan tertinggi.Dengan kata lain, elite adalah kelompok warga masyarakat yang memiliki kelebihan daripada warga masyarakat lainnya sehingga menempati kekuasaan sosial di atas warga masyarakat lainnya21.

Perbedaan yang tidak mungkin terelakkan di antara anggota masyarakatyang satu dengan yang lainnya dapat dinyatakan sebagai titik awal bagi munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai keunggulan.Anggota masyarakat yang mempunyai keunggulan tersebut pada gilirannya akan tergabung

dalam suatu kelompok yang dikenal dengan sebutan kelompok elit.

Keunggulan yang melekat pada dirinya akan menggiring mereka tergabung dalam kelompok elite yang mempunyai perbedaan dengan anggota masyarakat kebanyakan lainnya yang tidak memiliki keunggulan. Sebutan elite atau terminologi elite, sebagaimana diungkapkan olehVilfredo Pareto, Gaetano Mosca, Suzanne Keller dan pemikir yang tergolong dalam elite theorits, memang

20

Coser A Lewis, The Fungtions of Sosial Conflict, New York, USA, The Free Press, 1956,hal56

21

(17)

menunjukkan pada kelompok atau golongan yang ada di suatu masyarakat. yang memiliki keunggulan atau superioritas apabila dibandingkan dengan kelompok atau golongan lainnya.

1.6.2.2 Vilfredo pareto

Pareto percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada kekuasaan sosial dan politik yang penuh. Mereka yang bisa menjangkau pusat kekuasaan adalah selalu merupakan yang, terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai elit22. Elit merupakan orang-orang yang berhasil, yang mampu menduduki jabatan

tinggi dan dalam lapisan masyarakat. Mereka terdiri dari para pengacara, mekanik, bajingan atau para gundik. Pareto juga percaya bahwa elit yang ada pada pekerjaan dan lapisan masyarakat yang berbeda itu umumnya datang dari kelas yang sama; yaitu orang-orang yang kaya, pandai, dan mempunyai kelebihan dalam matematika, bidang musik, karakter moral dan sebagainya. Karena itu menurut Pareto, masyarakat terdiri dari 2 kelas:

1. Lapisan atas, yaitu elit, yang terbagi ke dalam elit yang memerintah (governing elite) dan elit yang tidak memerintah (non-governing elite).

2. Lapisan yang lebih rendah, yaitu non-elit.

Pareto sendiri lebih memusatkan perhatiannya pada elit yang memerintah, yang menurut dia, berkuasa karena bisa menggabungkan kekuasaan dan kelicikan, yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting.Dalam setiap masyarakat ada gerakan yang tak dapat. ditahan dari individu-individu dan elit-elit kelas atas hingga kelas bawah, dan dari tingkat bawah ke tingkat atas yang melahirkan, suatu peningkatan yang luar biasa pada unsur-unsur yang melorotkan kelas-kelas yang memegang kekuasaan, yang pada pihak lain justru malah meningkatkan unsur-unsur kualitas superior pada kelompok-kelompok yang lain.

22

Zainuddin Maliki, Sosiologi politik Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik, Yogyakarta, tahun

(18)

Hal tersebut menyebabkan semakin tersisihnya kelompok-kelompok elit yang ada dalam masyarakat. Akibatnya keseimbangan masyarakat pun menjadi terganggu. Kiranya inilah yang menjadi perhatian utama Pareto.

Pada bagian lain ia juga mengemukakan tentang berbagai jenis pergantian antara elit, yaitu pergantian:

1. Antara kelompok-kelompok elit yang memerintah itu sendiri. 2. Antara elit dengan penduduk lainnya.

Pergantian yang terakhir itu bisa berupa pemasukan individu-individu dari lapisan yang berbeda ke dalam kelompok elit yang sudah ada dan individu-individu dari lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk ke dalam suatu kearah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada.

Tetapi apa sebenarnya yang menyebabkan runtuhnya elit yang memerintah, yang merusak keseimbangan sosial, dan mendorong pergantian elit.Pareto memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sifat psikologis berbagai kelompok elit yang berbeda. Dalam hubungan inilah Pareto mengembangkan konsep "residu". Konsep tersebut didasarkan pada perbedaan yang digambarkannya terjadi di antara tindakan yang "logis" dan Iogis" (lebih daripada "rasional" dan "non-rasional") dari individu-individu dalam kehidupan sosialnya. Tindakan yang logis adalah tindakan-tindakan yang diarahkan pada tujuan-tujuan yang dapat diusahakan serta mengandung maksud pemilikan yang pada akhirnya dapat dijangkau. Tindakan non-Iogis adalah tindakan-tindakan yang tidak diarahkan pada suatu tujuan, atau diarahkan pada usaha-usaha yang tidak dapat dilakukan, atau didukung oleh alat-alat yang tidak memadai guna melaksanakan usaha tersebut.

(19)

"rentenir". Terdapat dua tipe elit yaitu mereka yang memerintah dengan kelicikan dan yang memerintah dengan cara paksa. Dalam usahanya untuk mengabsahkan ataupun merasionalkan penggunaan kekuasaan mereka, elit-elit ini melakukan "penyerapan" atau menggunakan isu-isu yang mereka ciptakan untuk mengelabui massa23.

1.6.3. Teori Kekuasaan 1.6.3.1 Niccolo Machiavelli

Machiavelli melihat kekuasaan sebagai tujuan. Asumsi bahwa kekuasaan alat atau instrumen untuk mempertahankan nilai moralitas, etika, dan agama. Segala kebajikan, agama, moralitas justru harus dijadikan alat untuk memperoleh kekuasaan. Jadi kekuasaan haruslah diperoleh, digunakan, dan dipertahankan demi kekuasaan itu sendiri24. Untuk mendapatkan kekuasaan dan mempertahankannya, seseorang yang bijak hendaknya mengikuti jalur yang dikedepankan berdasarkan kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan Negara. Penguasa yang bijak hendaknya memiliki hal-hal sebagai berikut:

1. Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai maupun di benci.

2. Memiliki Watak seperti ketegasaan, kekejaman,kemandirian, disiplin, dan control diri.

3. Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati, pengampunan, dapat dipercaya dan tulus

Seseorang harus berani untuk melakukan apapun yang diperlukan “Menghalalkan

23

Zainuddin Maliki, Sosiologi Politik Makna Kekuasaan dan Transformasi Politik, Yogyakarta, tahun

2010 Penerbit GMUP. hal 14.

24

(20)

segala hal untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan”. Betapa pun tampak tercela, karena rakyat pada akhirnya hanya peduli dengan hasil yaitu kebaikan Negara.

Untuk mencapai sukses, seorang penguasa harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang mampu dan setia, Machiavelli memperingatkan penguasa agar menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. Seorang penguasa yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan dengan kepentingannya.Sebagai hasil wajar dari pandangan itu, Machiavelli menasihatkan sang penguasa supaya senantiasa waspada terhadap janji-janji orang lain.

Dalam kaitannya dengan kekuasaan seorang penguasa, Machiavelli membahas perebutan kekuasaan (kerajaan). Bila seorang penguasa berhasil merebut suatu kerajaan maka ada cara memerintah dan mempertahankan negara yang baru saja direbut itu yaitu “Memusnahkan seluruh orang-orang penguasa yang lama, tidak boleh ada yang tersisa dari penguasa lama sebab hal itu akan menimbulkan benih-benih ancaman terhadap penguasa baru suatu saat kelak25”.

Cara itu menurut Machiavelli adalah cara yang paling efektif meski bertentangan dengan aturan moralitas.Machiavelli juga menguraikan bahwamereka yang menjadi penguasa lewat cara-cara keji, kejam, dan jahat tidaklah dapat disebut memperoleh kekuasaan berdasarkan kebajikan (virtue) dan nasib baik (fortune). Tetapi kata Machiavelli penguasa itu tidak akan dihormati dan dipuja sebagai pahlawan. Apalagi setelah berkuasa ia menjadikan kekerasan, kekejaman, dan perbuatan keji sebagai bagian dari kehidupan politik. Ia menyimpulkan cara itu hanya akan menjadikan sang penguasa berkuasa tetapi tidak menjadikannya terhormat seperti pahlawan atau orang besar.

25

Niccolo Machiavelli.THE PRINCE Sang Penguasa diterjemahkan Natalia Trijaji. Surabaya, Selasar

(21)

Machiavelli menyarankan seorang penguasa boleh melakukan kekejaman dan menggunakan “cara binatang” hendaknya dilakukan tidak terlalu sering. Setelah melakukan tindakan itu, ia harus bisa mencari simpati dan dukungan rakyatnya dan selalu berjuang demi kebahagiaan mereka. Dia juga harus berusaha agar selalu membuat rakyat tergantung kepadanya. Kearifan dan kasih sayang terhadap rakyat akan bisa meredam kemungkinan timbulnya pembangkangan. Penguasa yang dicintai rakyatnya tidak perlu takut terhadap pembangkangan sosial. Inilah menurut Machiavelli usaha yang paling penting yang harus dilakukan seorang penguasa.

1.6.3.2 Teori French dan Raven

Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain atau kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya26. Pada umumnya kekuasaan akan menciptakan suatu hubungan yang vertical dalam suatu organisasi. Kekuasaan juga akan menentukan siapa yang pantas dan seharusnya mengambil keputusan dalam suatu organisasi.

Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu sendiri27. sumber kekuasaan itu sendiri atas tiga macam, yaitu : Kekuasaan, Kepribadian dan Politik.

26

John R. Schemerhorn, James G. Hunt, and Richard N. Osborn, Basic Organizational Behavior, 2nd

edition, 1998, hal 195.

27

(22)

Kekuasaan

1. Kekuasaan formal atau legal termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya yang nendapat kekuasaannya karena ditunjuk dan diperkuat dengan peraturan perundangan yang resmi.

2. Kendali atas sumber dan ganjaran majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kepala kantor yangdapat memberi ganjaran kepada anggota atau bawahannya.

3. Kendali Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasanya juga terkait dengan kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja. Kepemimpinan jenis ini adalah kepemimpinan yang berdasarkan atas rasa takut.

4. Kendali Informasi adalah ganjaran positif juga bagi yang memerlukannya. Oleh karena itu, siapa yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin.

5. Kendali Ekologik Sumber kekuasaan ini juga dinamakan perekayasaan situasi (situational engineering).

Politik

1. Kendali atas proses pembuatan keputusan dalam organisasi yang dipimpinnya. 2. Koalisi Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama dengan kelompok lain.

3. Partisipasi Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi, dan sebagainya.

(23)

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan meteodologis yaitu deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dan data yang ada. Penelitian ini memberikan gambaran yang sistematis mengenai suatu gejala atau fenomena28.

1.7.1 Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa “meteodologi kualitatif”sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulisatau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati29.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Data primer

a. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan melakukan dialog langsung dengan responden yangberhubungan dengan objek penelitian guna untuk melengkapi data yang kurang jelas. Adapun pihak-pihak yang akan diwawancarai adalah para elit Gerakan Aceh Merdeka, diantaranya :

1. IRWANSYAH

Mantan Sekretaris GAM Wilayah Aceh Raya. Ketua Umum Partai Nasionalis Aceh.

28

Bambang Prasetyo dkk, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005, hal. 42.

29

(24)

2. ADNAN BEURANSYAH

Ketua Komisi I DPRA periode 2009-2014 Juru Bicara Partai Aceh.

3. SAYED MUSTAFA USAB AL IDROS Mantan Koordinator GAM Wilayah Barat-Selatan. Anggota DPR RI Komisi I periode 2009-2014. 4. MUHARRAM IDRIS

Mantan Panglima Wilayah Aceh Raya Dewan Penasehat Partai Nasionalis Aceh 5. ILHAM SAPUTRA

Mantan Wakil Ketua KIP Aceh.

b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara turun kelapangan melihat fenomena-fenomena dan fakta-fakta yang ada menyangkut tentang penelitian. Data Sekunder

Penelitian kepustakaan melalui mengumpulkan dokumen dari sumber yang telah ada seperti buku, majalah, koran, laporan, jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.

1.7.4 Teknik Analisis Data

(25)

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaranyang jelas skripsi ini terdiri dari 4 bab, yakni :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Meteodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BABII :PROSES DAN DINAMIKA ELIT GAM DALAM PENENTUAN CALON GUBERNUR ACEH DARI PARTAI ACEH TAHUN 2012.

Dalam Bab iniakan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu bagaimana peran masing-masing para elit GAM dalam terjadinya proses penentuan calon gubernur dari Partai Aceh tahun 2012.

BAB III : ANALISIS DATA

Bab iniakan berisikan data dan fakta yang diperoleh dari buku-buku, majalah, Koran, dan juga hasil wawancara langsung dari beberapa elit Gam yang menjadi sebagai pelaku dalam proses tersebut yang nantinya semua data dan fakta tersebut akan dianalisis berdasarkan teori.

BAB IV : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

(7) PPID Utama dan PPID Pembantu dapat dibantu oleh pejabat fungsional atau petugas administrasi yang melekat dalam satuan kerjanya untuk melaksanakan tugas-tugas

Wirausaha atau enterpreneur adalah orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan kesempatan bisnis mengumpulkan sumber sumber daya yang dibutuhkan guna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa silika tersulfat merupakan padatan amorf dengan keasaman tertinggi pada sampel impregnasi metakaolin yang dicuci dengan asam

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN :

-pakah pada pasien kita terdapat per(edaan (ila di(andin denan #an terdapat pada penelitian sehina hasil penelitian terse(ut tidak dapat diterapkan pada pasien

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN

PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PROVINSI ACEH SERTA BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2017. PROVINSI KECAMATAN :