• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan pendidikan dalam pendidikan Humanistik

Dalam dokumen Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) (Halaman 115-119)

IMPLIKASI PENDIDIKAN HUMANISTIK

A. Tujuan pendidikan dalam pendidikan Humanistik

Tujuan pendidikan sekarang tidak cukup hanya memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan, keimanan dan ketaqwaan saja, tetapi juga harus diupayakan melahirkan manusia kreatif, inovatif, mandiri dan produktif. Mengingat dunia yang akan dating adalah dunia yang kompetitif.3

Menurut Zakiyah Darajat, sebagaimana dikutip oleh Syamsul Yusuf bahwa pendidikan agama merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan berhasil membentuk pribadi, dan

2 Abdurrahman Mas’ud, Menggaga Format Pendidikan Nondikotomik (Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam). (Yogyakarta: Gama Media, 2002), 224.

3 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan; Mengatasi Kelemahan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:

Prenada Media, 2003), 43.

akhlak anak, dengan tujuan untuk pegangan dalam menghadapi berbagai goncangan yang bias terjadi pada masa remaja. 4

Tujuan merupakan salah satu pokok dalam pendidikan karena tujuan dapat menentukan setiap gerak, langkah, dan aktivitas dalam proses pendidikan. Pemetaan tujuan pendidikan berarti penentuan arah yang akan dituju dan sasaran yang hendak dicapai melalui proses pendidikan dan akan menjadi tolak ukur bagi penilaian keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan garis akhir yang hendak di capai.5 Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya.6 Misalnya tentang,

Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia. Manusia diciptakan membawa tujuan dan tugas tertentu. (QS. Ali Imran: 191) Tujuan manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah. Indikasi tugasnya berupa ibadah (“abd Allah) dan tugas sebagai wakil-Nya dimuka bumi (khalifah Allah). Kedua, memperhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia, yaitu konsep manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti fi trah, bakat, minat, sifat dan karakter yeng berkecenderungan pada al-hanief (rindu akan kebenaran dari Allah) berupa Agama Islam sebatas kemampuan, kapasitas, dan ukuran yang ada.

Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia modern.

Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk

4 Depag Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman PAI di Sekolah Umum, (Jakarta: Depag RI, 2003), 6

5 Triyo Supriyatno, Humanitas Spiritual Dalam Pendidikan ( Malang: UIN Malang Press, 2009), 132.

6 Abdullah Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 71.

meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut untuk tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki. Namun demikian kemelaratan dan kemiskinan dunia harus iberantas, sebab kemelaratan dunia bisa menjadi ancaman yang menjerumuskan manusia pada kekhufuran.

Dimensi tersebut dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan kehidupan ukhrawi.

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. al-Qashash: 77).7

Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari gejolak kehidupan yang menggoda ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomi, maupun ideologis dalam hidup manusia. Pendidikan Islam merupakan sarana untuk mengantarkan anak didik menjadi hamba Allah yang bertakwa, menjadi wakil Allah (Khalifatullah) di bumi serta menjadikannya memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tujuan pendidikan Islam yang paling fundamental adalah mengantarkan anak didik agar mampu memimpin dunia dan membimbing manusia lainnya pada ajaran Islam.8

Lebih lanjut tujuan pendidikan menurut pandangan humanistik diikhtisarkan oleh Mary Jahson, sebagai berikut:

7 QS., 28: 77.

8 Triyo Supriyatno, Humanitas, 133.























































1. Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembangan konsep diri dan sistem nilai.

2. Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi.

3. Perhatian kaum humanis lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memilih dan menentuka apa, kapan dan bagaimanaia belajar.

4. Kaum humanis berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif. Suatu gagasan yang menyatakan bahwa siswa dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta mampu memilih tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.

5. Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar kebutuhan kemaren. Pendidikan humanistik mencoba mengadaptasi siswa terhadap perubahan-perubahan.

Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar bagaimana belajar, bagaimanam memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam kehidupan.9

Sedangkan untuk tujuan pembelajaran menurut aliran humanistik, dititikberatkan pada proses belajar dari pada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.

9 Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan, 175.

4. Memdorong siswa untuk peka berfi kir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.

5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menaggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala risiko perbuatannya atau proses belajarnya.

6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

Unesco mennggarisbawahi tujuan pendidikan sebagai “menuju humanisme ilmiah”. Artinya pendidikan bertujuan menjadikan orang semakin menjunjung tinggi nilai-nilai luhur manusia.10 Keluhuran manusia haruslah dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dan dapat dikatakan bahwa pada akhirnya tujuan pendidikan harus berpuncak pada adanya perubahan dalam diri peserta didik. Perubahan yang dimaksud terutama menyangkut sikap hidup, sikap terhadap kehidupan yang dialaminya.11

Dalam dokumen Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) (Halaman 115-119)