• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang dikemukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Melihat dampak penurunan tax rasio terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.

2. Melihat dampak kebijakan penurunan subsidi energi terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.

3. Melihat dampak kebijakan kenaikan pengeluaran pemerintah pada infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.

4. Melihat dampak penurunan tax rasio, kebijakan penurunan subsidi energi dan kebijakan kenaikan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.

21 1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan model CGE secara luas di Indonesia dengan basis PEP Model dan sebagai bahan rujukan pembuatan kebijakan terkait dengan kebijakan fiskal yang ekspansif dan dampaknya pada perekonomian.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengasilkan pengetahuan baru sebagai sumbangan pada teori ekonomi yang berkaitan dengan makroekonomi, khususnya terkait dengan kebijakan fiskal dalam memperkuat maupun memantapkan teori tersebut, serta sebagai sarana pada pengembangan penelitian selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan pada Stakeholder, Pemerintah, Lembaga Legislatif dan lainnya terutama dalam rangka penyusunan asumsi makroekonomi Nasional yang selanjutnya akan digunakan sebagai basis sasaran/proyeksi fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Nasional kedepan sehingga tujuan penerapan kebijakan makroekonomi dapat tercapai.

4. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir penulis pada studi diprogram Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penawaran Agregat.

Penawaraan agregat atau Aggregated supply adalah jumlah total dari barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu perekonomian pada tingkat harga tertentu.

Model penawaran agregat dibentuk dari fungsi faktor produksi yaitu fungsi dari modal (Capital) dan tenaga kerja (labor), karena jumlah output yang diproduksi tergantung pada jumlah modal dan tenaga kerja dan model penawaran klasik adalah:

( ) ( )

Dimana Y adalah total output, K capital atau modal dan L adalah Labor atau tenaga kerja.

Dalam jangka panjang perusahaan menawarkan barang dan jasa dengan harga yang fleksibel dan dalam jangka pendek tingkat harga umumnya bersifat kaku, sehingga penawaran agregat sangat bergantung pada horizon waktu. Hal ini menyebabkan perbedaan antara penawaran agregate jangka panjang (long run aggregate supply) dan penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply).

Penawaran agregat jangka panjang bersifat vertikal, karena dalam jangka panjang tingkat harga adalah fleksibel dan pergeseran dalam permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi output perekonomian tetap pada tingkat alamiah. Penawaran agregat jangka pendek bersifat horizontal, karena dalam

23

jangka pendek tingkat harga adalah kaku dan pergeseran permintaan agregat menyebabkan fluktuasi pada output.

Untuk menjelaskan implikasi dari penawaran aggregate jangka pendek terdapat tiga model pendekatan. Pada model ini, kita akan melihat implikasi dari penawaran jangka pendek. Ketiga model tersebut yaitu model harga yang kaku (Sticky price model), model upah yang kaku (sticky wage model) dan model informasi tidak sempurna (imperfect information model). Implikasi tersebut adalah pembuktian terjadinya trade-off antara tingkat inflasi dan pengangguran yang dijelaskan pada kurva Philip. Kurva Philip menyatakan bahwa untuk menurunkan tingkat inflasi pada pembuat kebijakan secara sementara harus memperbesar tingkat pengangguran dan untuk mengurangi pengangguran maka harus menerima inflasi yang lebih tinggi.

2.1.1 Model Penawaran Agregat

Model penawaran agregat jangka pendek bersifat horizontal dan pergeseran dalam permintaan agregat menyebabkan tingkat output menyimpang dari tingkat alamiah, kondisi ini menunjukkan kondisi booming dan penurunan dari siklus bisnis. Meskipun berbeda secara teoritis, namun akhir dari ketiga model penawaran aggregat jangka pendek memenuhi persamaan:

̅ ( ) ( )

Dimana Y adalah output, ̅ tingkat output alamiah, P tingkat harga, adalah tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menunjukkan bahwa output menyimpang dari tingkat alamih bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang dipertimbangkan. Parameter menunjukkan berapa banyak output

24

merespon terhadap perubahan yang tidak diharapkan pada tingkat harga, 1/

adalah kemiringan dari kurva penawaraan aggregat.

2.1.2 Model Harga Yang Kaku

Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya perusahaan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat harga keseluruhaan maka semakin besar harga yang dibebankan kepada konsumen, selanjutnya tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan dan biaya marginal akan naik. Pada model harga yang kaku (sticky price model), perusahaan tidak secara instan menyesuaikan tingkat harga yang mereka telah tetapkan sebagai respon terhadap perubahan permintaan. Tingkat harga biasanya ditetapkan oleh kontrak jangka panjang. Tingkat harga tergantung pada dua variable makro yaitu tingkat harga keseluruhan P dan tingkat pedapatan aggregat Y. Produksi yang lebih tinggi sehingga semakin besar permintaan maka semakin tinggi harga yang akan ditetapkan produsen, persamaanya dapat dituliskan:

( ̅) ( )

Persamaan di atas menyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung tingkat harga keseluruhaan P dan pada tingkat output agregat relatif terhada tingkat alamiah ( )̅̅̅̅. a> 0 mengukur besar harga yang diinginkan perusahaan untuk tingkat output agregat.

Dengan mengasumsikan dua produsen dengan harga yang fleksibel dan harga yang kaku, maka perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada:

( ̅̅̅) ( )

25

Dimana e menunjukkan nilai yang diharapkan dari sebuah variabel, dengan asumsi bahwa produsen mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga ( ̅̅̅̅̅ adalah 0, maka perusahaan menetapkan harga : )

( )

Atau dapat diartikan bahwa produsen menetapkan harga berdasarkan prediksi produsen lain menetapkan harga. Dengan menggunakan kaidah penetap harga dari dua produsen, maka dapat diderevasi persamaan penawaran agregat, dengan tingkat harga keseluruhan dari perekonomian. Jika s adalah dengan harga kaku dan (1-s) fraksi dengan harga fleksible, maka tingkat harga keseluruhan adalah:

( )[ ( ̅)] ( ) Kurangi (1-s) P dari kedua sisi persamaan, maka didapat:

( )[ ( ̅)] ( ) bagi kedua sisi dengan s untuk tingkat harga keseluruhan, maka:

*( ) ( ̅)+ ( )

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa bila mengharapkan harga yang tinggi maka produsen harus menetapkan biaya produksi yang lebih tinggi, tingkat harga yang tinggi ini menyebabkan produsen lain menetapkan tingkat harga yang tinggi pula. Sehingga akan menyebabkan tingkat harga aktual yang semakin tinggi. Saat tingkat output tinggi maka permintaan barang akan naik dan produsen dengan harga fleksibel akan menetapkan harga yang tinggi yang menyebabkan tingkat harga secara umum menjadi naik.

26

Dapat disimpulkan bahwa tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada tingkat output. Sehingga persamaan penetapan harga agregat menjadi:

̅ ( ) ( )

( ) ( )

Model harga yang kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.

2.1.3 Model Upah Yang Kaku

Model upah yang kaku (sticky wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal yang kaku pada penawaran agregat. Tingkat upah cenderung kaku dikarenakan tingkat upah biasanya ditetapkan dalam kontak jangka panjang, sehingga tingkat upah tidak dengan cepat disesuaikan ketika kondisi ekonomi berubah.

Ketika upah nominal tidak berubah, kenaikan tingkat harga akan menurunkan upah riel yang membuat harga tenaga kerja menjadi lebih murah. Upah riel yang lebih rendah akan mendorong perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan tenaga kerja tambahan ini akan memproduksi lebih banyak output. Tingkat harga dan jumlah output memiliki hubungan positif dan kenaikan tingkat harga akan menaikkan jumlah output selama upah nominal tidak disesuaikan.

Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan upah rill target dan tingkat harga yang mereka harapkan , maka upah nominal adalah:

27

( )

Upah nominal ditetapkan sebelum tenaga kerja diterima bekerja, dengan menjadikan tingkat harga actual P sebagai pertimbangan, maka upak riel menjadi

( ) ( )

Asumsi akhir dari model upah yang kaku adalah bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan, maka fungsi permintaan tenaga kerja:

( ) ( )

Yang menyatakan semakin rendah upah rill, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan, sehingga dapat disimpulkan karena upah bersifat kaku, perubahan pada tingkat harga akan menjauhkan upah riil dari upah rill target. Perubahan upah rill akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang digunakan serta output yang diproduksi, dan fungsi penawaran agregat upah yang kaku adalah:

̅ ( ) ( )

2.1.4 Model Informasi Tidak Sempurna

Model informasi tidak sempurna (inperfect information model) mengasumsikan bahwa dalam pasar semua upah dan harga bebas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Model ini juga mengasumsikan bahwa setiap produsen dalam perekonomian memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang begitu banyak produsen tidak dapat mengamati seluruh harga baik dalam jangka pendek

28

maupun dalam jangka panjang. Mereka memantau dengan ketat harga barang yang mereka produksi, tetapi kurang memantau harga seluruh barang yang mereka konsumsi.

Ringkasnya, model informasi tidak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual naik melebihi harga yang diharapkan, maka para produsen akan meningkatkan output mereka, sehingga persamaan penawar agregat untuk informasi yang tidak sempurna adalah:

̅ ( ) ( )

2.2 Permintaan Agregat

Permintaan aggregat atau aggregated demand adalah jumlah total dari barang-barang yang diminta dalam suatu perekonomian. Permintaan aggregat menjelaskan hubungan antara jumlah output yang diminta pada tingkat harga aggregat, sehingga permintaan aggregat menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap tingkat harga.

Model permintaan aggregat dimulai dari IS – LM yang merupakan keseimbangan antara sektor rill dan pasar keuangan. Model IS –LM adalah interprestasi terkemuka dari Teori Keynes yang bertujuan untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapataan nasional pada tingkat harga tertentu. Model IS – LM juga menunjukkan apa yang menyebabkan pendapatan berubah dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap.

29 2.2.1 IS – LM Model

Model IS – LM adalah interprestasi terkemuka dari teori Keynes, yang bertujuan untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional pada berbagai tingkat harga dan juga menunjukkan apa yang menyebabkan pendapatan nasional berubah dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap.

Kurva IS diderevasi dari Keynesian cross dan kurva LM diderevasi dari Preferensi Likuiditas. Kurva IS menunjukkan titik-titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar barang dan kurva LM menunjukkan titik-titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar uang. Perpotongan IS – LM tersebut menunjukkan tingkat bunga dan pendapatan yang memenuhi ekulibrium dikedua pasar pada tingkat harga tertentu.

2.2.2 Kurva IS

Dalam The General Teory, Keynes menyatakan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah dalam membelanjakan pendapatannya.

Semakin banyak rumah tangga, perusahaan dan pemerintah mengeluarkan pendapataannya maka semkin banyak barang dan jasa yang bisa diperjual belikan.

Keynesian cross diderevasi dari perpotongan pengeluaran aktual dan pengeluaran yang direncanaka. Pengeluaran aktual (actual expenditure) Y adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah atas barang dan jasa yang merupakan produk domestik bruto (PDB). Pengeluaran yang direncanakan (Planned expenditure) E adalah jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah atas barang dan jasa.

30

Dalam perekonomian tertutup, pengeluaran yang direncanakan E adalah penjumlahan dari konsumsi C, Investasi yang direncanakan I, belanja Pemerintah G, dengan fungsi persamaan:

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) maka pengeluaran yang direncanakan:

( ) ( ) ( ) ( )

Dimana, Y pengeluaran aktual, E pengeluaran yang direncanakan, C konsumsi, I investasi, G pengeluaran pemerintah, T pajak dan r tingkat bunga.

2.2.3 Kurva LM

Kurva LM menjelaskan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapataan yang muncul dipasar uang yang diderevasi dari teori tingkat bunga atau teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference). Didalam buku The General Theory, Keynes menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek, tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa beberapa banyak uang yang ingin dipegang seseorang.

Ketika tingkat bunga naik, orang-orang hanya ingin memegang lebih sedikit uang

31

begitu juga sebaliknya. Sehingga permintaan terhadap keseimbangan uang rill adalah:

(

) ( ) ( )

fungsi L(r) menjelaskan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung kepada tingkat bunga.

Menurut teori preferensi likuiditas, penawaran dan permintaan keseimbangan uang rill menentukan tingkat bunga yang akan muncul di perekonomian. Tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang, penurunan jumlah uang beredar menaikkan tingkat bunga dan kenaikan jumlah uang beredar menurunkan tingkat bunga.

Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang rill.

Penurunan dari keseimbangan uang rill menggeser kurva LM keatas dan kenaikan dalam penawaran keseimbangan uang rill menggeser kurva LM kebawah. Otoritas pengendali kebijakan moneter berada pada Bank Sentral atau Bank Indonesia, dan untuk menyederhanakan pemahaman, maka dalam tulisan ini kita akan menganggap bahwa kondisi moneter adalah konstan.

2.2.4 Ekuilibrium Jangka Pendek

Ekuilibrium jangka pendek pada perekonomian adalah titik dimana kurva IS dan LM saling berpotongan. Titik ini menjelaskan tingkat bunga r dan tingkat pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang. Pada perpotong ini, pengeluaran actual sama dengan pengelaran yang

32

direncanakan dan permintaan terhadap keseimbangan uang rill sama dengan penawarannya.

Persamaan dari model IS – LM adalah

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Model IS – LM mengkombinasikan unsur-unsur perpotongan Keynesian dan unsur-unsur teori preferensi likuiditas. Kurva IS menunjukkan titik- titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar barang, dan kurva LM menunjukkan titik-titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar uang. Perpotongan kurva IS-LM menunjukan tingkat bunga dan pendapatan yang memenuhi ekuilibrium dikedua pasar pada tingkat harga tertentu.

Ekuilibrium pada perekonomian terjadi disaat kurva IS dan LM saling berpotongan adalah:

( )

[ ( ) ( ) ] ( ) [ ( ) ( ) ] ( )

[ ( ) ( ) ] ( ) ( )

Sehingga kenaikan tingkat harga sangat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, tingkat suku bunga dan pengeluaran pemerintah.

33

Gambar 2.1 Keseimbangan IS –LM

2.2.4.1 Kebijakan Fiskal dan Fluktuasi Jangka Pendek

Kebijakan Fiskal dengan instrument pajak, subsidi dan pengeluaran pemerintah akan mengubah ekuilibrium jangka pendek perekonomian. Perubahan pada kebijkan fiskal dengan belanja pemerintah atau pemotongan pajak juga subsidi akan menggeser kurva IS dan mempengaruhi pengeluaran yang direncanakan.

Kenaikan belanja Pemerintah yang meningkat, maka akan direspon dengan peningkatan pendapatan dan tingkat bunga. Kenaikan pengeluaran yang direncanakan akan mendorong produksi barang dan jasa yang menyebabkan pendapatan total Y meningkat. Instrument kebijakan fiskal lainnya adalah pemotongan pajak. Kebijakan pemotongan pajak mempengaruhi perekonomian seperti halnya perubahan belanja Pemerintah. Pemotongan pajak akan mendorong rumah tangga belanja lebih banyak, karena adanya peningkatkan pendapatan dan akan meningkatnya pengeluaran yang direncanakan.

34

Gambar 2.2 Kebijakan Fiskal dan Fluktuasi Jangka Pendek

Pada gambar 2.2 di atas, saat Pemerintah melakukan kebijkanan fiskal dengan meningkatkan pengeluaran atau pemotongan pajak, maka kurva IS akan bergesar kekanan dan pengeluaran yang direncanakan akan berubah. Kondisi ini juga akan direspon dengan kenaikan tingkat suku bunga pada perekonomian.

2.2.5 Teori Perekonomian Terbuka

Sistem ekonomi terbuka (open economy) menunjukkan terintegrasinya perekonomian suatu Negara dengan perekonomian Negara lain didunia (Mankiw 2006). Eksport dan impor barang maupun jasa serta aliran modal dari suatu negara kenegara lain melalui pasar financial adalah bentuk dari integrasi. Saling ketergantungan ini menyebabkan perubahan variable ekonomi suatu Negara akan dipengaruhi oleh perubahan variable Negara lain.

Saat ini hampir tidak ada Negara yang menerapkan ekonomi tertutup, dan model IS – LM New Keynesian menganggap bahwa guncangan pada sisi penawaran juga menyebabkan fluktuasi yang penting dianggap ada beberapa kelemahan yaitu kecenderungan memiliki kekurangan dalam konsistensi internal.

Hal ini dikarenakan model New Keynesian sering menolak beberapa kondisi ekonomi mikro, misalnya aksioma bahwa individu bersifat rasional dan optimis.

35

Menurut (Romer. D 1996) karena teori Keynesian tidak didasari oleh fondasi mikro ekonomi maka tidak mungkin dilakukan analisis kesejahteraan.

Berdasarkan kekurangan tersebut, sehingga model IS- LM kemudian dikembangkan untuk kasus ekonomi terbuka. Model IS – LM Keynesian untuk ekonomi terbuka ini dinamakan dengan Model Mundell Fleming. Dalam ekonomi terbuka, nilai tukar dan perdagangan internasional penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi.

2.2.6 Model IS – LM – BP (Mundell Fleming)

Model ini dikembangan secara terpisah oleh Robert Mundell (1960,1963), Marcus Fleming (1962) dan Dornbusch R (1976,1980), selanjutnya disintesa menjadi Mundell’s Model dan Fleming’s Model yang disatukan menjadi Mudell Fleming Model. Pada dasarnya model Mundell-Fleming merupakan perluasan dari model IS-LM. Jika model IS-LM menjelaskan perekonomian tertutup, maka model Mundell Fleming menjelaskan perekonomian terbuka. Pada model ini ditambahkan perdagangan (Balance of Payment) dan keuangan (The Central Balance Sheet), sehingga model ini juga sering disebut dengan model IS-LM-BP.

Model Mundell Fleming membuat satu asumsi penting dan ekstrem dengan mengasumsikan bahwa perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna, perekonomian bisa meminjam dan memberikan pinjaman sebanyak yang ia inginkan dipasar keuangan dunia dan sebagai akibatnya tingkat bunga perekonomian ditentukan oleh tingkat bunga dunia dan prilaku perekonomian tergantung pada sistem kurs yang diadopsi.

36

Dalam perekonomian terbuka, pengeluaran yang direncanakan E sama dengan Pengeluaran actual Y

( )

Maka pengeluaran yang direncanakan adalah penjumlahan dari konsumsi C, Investasi yang direncanakan I, belanja Pemerintah G dan Net Export NX yaitu eksport dikurangi import, dengan fungsi persamaan:

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Dimana, E pengeluaran yang direncanakan, adalah fungsi dari T pajak, G pengeluaran pemerintah, r tingkat bunga dan e nilai tukar.

Pada pasar keuangan, Mundell Fleming model menunjukkan keseimbangan penawaran uang rill sama dengan permintaan uang rill dengan persamaan:

(

) ( ) ( )

dimana permintaan terhadap keseimbangan uang rill bergantung secara negatif terhadap tingkat bunga r dan berhubungan positif terhadap pendapatan Y. jumlah uang beredar M adalah variable eksogen yang dikendalikan bank sentral, dan karena model Mundell Fleming dirancang untuk menganalisis fluktuasi jangka pendek, maka tingkat harga P juga diasumsikan tetap secara eksogen, dengan asumsi bahwa tingkat bunga domestik sama dengan tingkat bunga dunia.

Ekuilibrium jangka pendek pada perekonomianterbuka kecil adalah titik dimana kurva IS* dan LM* saling berpotongan. Titik ini menjelaskan tingkat bunga r dan tingkat pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang. Pada perpotong ini, pengeluaran actual sama

37

dengan pengelaran yang direncanakan dan permintaan terhadap keseimbangan uang rill sama dengan penawarannya.

Persamaan dari model IS - LM - BP atau Mundel Fleming Model adalah ( ) ( ) ( ) ( )

( ) ( )

Persamaan IS* menjelaskan ekuilibrium dipasar barang, dan LM* menjelaskan ekuilibrium dipasar uang. Variable eksogen adalah kebijakan fiskal G dan T, kebijakan Moneter M, tingkat harga P dan tingkat bunga dunia r*, variable endogen adalah pendapatan Y dan kurs e.

Ekuilibrium pada perekonomian terjadi disaat kurva IS* dan LM* saling berpotongan, dan perpotongan ini menunjukkan kurs serta tingkat pendapatan dimana pasar barang dan pasar uang berada dalam ekulibrium. Model mundel fleming menunjukkan bagaimana pendapatan agregat Y dan kurs e merespon perubahan kebijakan.

Ekuilibrium pada perekonomian terjadi disaat kurva IS* dan LM* saling berpotongan adalah:

( )

[ ( ) ( ) ( )] ( ) [ ( ) ( ) ( )] ( )

[ ( ) ( ) ( )] ( ) ( )

38

Sehingga kenaikan tingkat harga sangat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, pengeluaran pemerintah dan nila tukar. Selanjutnya persamaan 2.3 akan disebut sebagai Aggregat demand (AD).

Gambar 2.3 Keseimbangan IS – LM Pada Perekonomian Terbuka

2.3 Pasar Tenaga Kerja

2.3.1 Permintaan Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja adalah jumlah permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja yang diperlukan untuk kepentingan produksi. Pasar tenaga kerja agak berbeda dari sebagian besar pasar lainnya, karena permintaan tenaga kerja (Demand Labor) merupakan fungsi permintaan turunan yang diderevasi dari fungsi produksi.

Fungsi produksi mengambarkan kombinasi input yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Fungsi produksi mencerminkan teknologi produksi yang digunakan untuk menentukan berapa banyak output atau keluaran diproduksi dari jumlah modal dan tenaga kerja tertentu. Persamaan fungsi produksi adalah:

( ) ( )

39

Dimana Y adalah jumlah unit yang diproduksi (output perusahaan), K dalah jumlah mesin yang digunakan (jumlah modal) dan L adalah jumlah jam kerja (jumlah tenaga kerja). Perusahaan akan memproduksi lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika para pekerjanya bekerja lebih lama.

Harga faktor produksi (factor price) adalah jumlah yang dibayar kefaktor-faktor produksi. Upah (wage) adalah harga dari tenaga kerja, dan sewa (rent) adalah harga dari modal. Harga yang diterima setiap faktor produksi untuk jasa-jasanya ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap faktor tersebut.

Perusahaan menjual output pada harga P, menggunakan pekerja pada upah W dan menyewa modal pada bunga R dengan tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba, maka dapat dituliskan:

( ) ( )

laba bergantung dari harga produk P, harga faktor W dan R dan jumlah faktor L dan K.

Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan maka semakin banyak output yang diproduksi. Produk marginal tenaga kerja (marginal product of labor, MPL) adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap dan fungsi produksi menjadi:

( ) ( ) ( )

Persamaan ini menyatakan bahwa produk marginal tenaga kerja adalah perbedaan antara jumlah output yang diproduksi dengan L +1 unit tenaga kerja dan jumlah yang diproduksi hanya dengan L unit tenaga kerja. Kebanyakan fungsi produksi memiliki sifat produk marginal yang semakin menurun (diminising

Dokumen terkait