• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PENDEKATAN COMPUTABLE GENERAL EQULIBRIUM (CGE) MODEL DISERTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PENDEKATAN COMPUTABLE GENERAL EQULIBRIUM (CGE) MODEL DISERTASI"

Copied!
252
0
0

Teks penuh

(1)DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PENDEKATAN COMPUTABLE GENERAL EQULIBRIUM (CGE) MODEL. DISERTASI. Nama. : Rita Handayani. NIM. : 168114005. Program Studi. : Doktor Ilmu Ekonomi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021.

(2) DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PENDEKATAN COMPUTABLE GENERAL EQULIBRIUM (CGE) MODEL DISERTASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Doktor Ilmu Ekonomi Pada Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si Dipertahankan Pada Tanggal 10 Februari 2021. Nama. : Rita Handayani. NIM. : 168114005. Program Studi. : Doktor Ilmu Ekonomi. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021.

(3)

(4) PENGESAHAN DISERTASI. Nama Mahasiswa. : Rita Handayani. NIM. : 168114005. Program Studi. : Doktor (S-3) Ilmu Ekonomi. Judul Disertasi. :. DAMPAK. KEBIJAKAN. PEREKONOMIAN COMPUTABLE. FISKAL. INDONESIA;. GENERAL. TERHADAP PENDEKATAN. EQULIBRIUM. MODEL. Telah Diuji Dan Dinyatakan LULUS Di Depan Tim Penguji Pada Hari Rabu Tanggal 10 Februari 2021. Tim Penguji Disertasi. Pimpinan Sidang. : Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si. Ketua Penguji/ Promotor. : Prof. Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE. Anggota Penguji/ Co Promotor. : Dr.Murni Daulay, M.Si,. Anggota Penguji/ Co Promotor. : Dr. Dede Ruslan, M.Si. Anggota Penguji. : Prof. Dr. H.B Tarmizi, SE. Anggota Penguji. : Irsad, SE, M. Soc. Sc. Ph.D. Anggota Penguji. : Dr. Prawidya Hariani R.S, SE, M.Si. Anggota Penguji. : Dr. Muhammad Nasir, M.Si, M.A. (CGE).

(5)

(6)

(7) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Tempat/ tgl lahir Jenis kelamin Agama Kewarganegaraan Alamat Email Pekerjaan Orang Tua Suami Nama Anak. : Rita Handayani S.E.I, M.Si : Rantau prapat, 28 Juli 1983 : Perempuan : Islam : Indonesia : Jln. Sentosa GG. Aliyah No 14 Medan : rita_handayani83@yahoo.co.id : Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara : Alm. Suparno (Ayah) Halimah (Ibu) : Ferry Yuliasman : 1. 2. 3. 4.. Latar belakang Pendidikan Tahun 1989-1995 Tahun 1995-1998 Tahun 1998-2001 Tahun 2003-2008. Tahun 2008-2010 Tahun 2016-2021. Fikri Ahmad Azzami Fathi Ahmad Habibie Fakhrie Ahmad Trigunadi Fadjrir Ahmad Kareem. : SD N 107446 Sei Rampah : SLTP N 2 Sei Rampah : SMU N 1 Sei Rampah : Fakultas Syariah Universitas Negeri Sumatera Utara Program Studi Ekonomi Islam kosentrasi Perbankan Syari’ah : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Ekonomi Pembangunan : Studi Pada Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Latar belakang Pekerjaan 1. Tahun 2010 – Sampai Sekarang Mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara untuk mata kuliah Mikro Ekonomi , Makro Ekonomi, Moneter dan Kebijakan fiskal dan Moneter 2. Tahun 2011- 2016 mengajar di Fakultas Agama Islam Prodi Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara untuk mata kuliah Kegiatan Usaha Bank, Pengantar Bisnis, Manageman Keuangan Syariah, Manageman Resiko Syariah, Lembaga Keuangan Syariah iv.

(8) DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA; PENDEKATAN COMPUTABLE GENERAL EQULIBRIUM (CGE) MODEL.. ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kondisi penurunan tax rasio dan kebijakan Pemerintah pada penurunan subsidi energi serta peningkatan pengeluaran Pemerintah pada proyek pembangunan infrastruktur. Penulis mengkaji dampak kondisi dan kebijakan tersebut terhadap perekonomian Indonesia, dengan indikator pada. pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,. penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi tingkat pendapatan. kelompok. rumah. tangga. dengan. menggunakan. pendekatan. computable general equilibrium model. Dengan menggunkan model PEP -1-1, statis versi 2.0 pada software GAMS 23.5. melakukan simulasi menggunakan tiga variable secara mandiri sebagai shock pada model dan pada simulasi terakhir secara bersamaan. Maka diperoleh hasil bahwa kondisi penurunan tax rasio tidak memiliki dampak perubahan apapun terhadap perekonomian Indonesia. Penurunan subsidi energi berdampak pada menaikkan pertumbuhan dan menurunkan tingkat inflasi, meningkatkan penyerapan tenaga kerja tertinggi pada sektor peternakan, perhotelan, pengakutan darat dan sektor jasa lainnya. Terjadi peningkatan pada Pendapatan tertinggi pada kelompok rumah tangga hhk6, hhd2 rumah tangga kaya didesa dan kota, terjadi perubaahan distribusi pendapatan rumah tangga yang terendah pada kelompok rumah tangga hhk5 dan hhk4 yang merupakan kelompok rumah tangga miskin diperkotaan. Kenaikan pengeluran fiskal ekspansif yang dilakukan Pemerintah pada proyek pembangunan i.

(9) infrastruktur berdampak pada kenaikan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, Penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan tanaman lainnya, perikanan, pertambangan, penggalian, industri kayu, industri mesin, industri kimia, elecgas, sektor kontruksi, sektor perdagangan, sektor perhotelan, sektor pengangkutan udara, sektor perbankan dan sektor realestate. Peningkatan pendapatan kelompok rumah tangga tertinggi pada hhk6, hhd2 dan hhk4 dikota maupun pedesaan. Distribusi pendapatan kelompok rumah tangga mengalami kenaikan tetapi tidak signifikan pada kelompok rumah tangga kaya didesa dan kelompok rumah tangga kaya dan miskin dikota. Sementara satu-satunya rumah tangga yang mengalami penurunan pada distribusi pendapatan adalah hhd 1 yang merupakan rumah tangga miskin didesa. Dampak saat ketiga variable yang dijadikan shock yaitu konsidi penurunan tax rasio, kebijakan penurunan subsidi energi dan kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur adalah menaikkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat inflasi. Penyerapan tenaga kerja juga mengalami kenaikan tertinggi disektor perternakan, pengangkutan darat, perhotelan dan sektor jasa lainnya. Dampak ketiga kondisi kebijakan ini juga mengakibatkan peningkatan pendapatan kelompok rumah tangga tertinggi pada hhd2 dan hhk4. Pada distribusi pendapatan rumah tangga, yang mengalami kenaikan tertinggi adalah kelompok rumah tangga hhk6, yaitu Pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manajer, militer, profesional, teknisi, guru, pekerja TU dan penjualan golongan atas, diperkotaan.. Kata kunci: Computable General Equlibrium, tax rasio, subsidi energi, pengeluaran. pemerintah,. pertumbuhan ekonomi, inflasi,. tenaga kerja sektoral, pendapatan, distribusi pendapatan.. ii.

(10) The Impact of Fiscal Policy on Indonesian Economy: Computable General Equlibrium (CGE) Model Approach.. ABSTRACK The research aims to evaluate the condition of reducing tax ratios and Government policies on reducing energy subsidies and increasing Government spending on infrastructure development projects. The researcher examines the impact of these conditions and policies on the Indonesian economy with indicators on economic growth, inflation rates, sectoral employment, income levels and the distribution of income levels of household groups using the computable general equilibrium model approach through the PEP -1-1 model, static version 2.0 in GAMS 23.5 software. Simulation is conducted by using three variables independently as a shock to the model and to the last simulation simultaneously. Then, the results are obtained that the condition of the reduction in the tax ratio does not have the impact of any changes to the Indonesian economy. The reduction in energy subsidies has an impact on increasing growth and reducing inflation, increasing the highest employment absorption in the livestock, hospitality, terrestrial and other service sectors. There was an increase in the highest income in the hhk6 household group, hhd2 rich households in villages and cities; there was a change in the lowest household income distribution in the hhk5 and hhk4 household group which is a group of poor households in urban areas. The increase in expansive fiscal expenditure by the Government on infrastructure development projects has an impact on economic growth and inflation. Labor absorption in agriculture and other crops, fisheries, mining,. iii.

(11) quarrying, wood industry, machinery industry, chemical industry, electricity, construction sector, trade sector, hotel sector, air transportation sector, banking sector and real estate sector. The highest increase in household income was in the hhk6, hhd2 and hhk4 cities and villages. The income distribution of household groups increased but was not significant in the rich households in the villages and the rich and poor households in the city. Meanwhile, the only household that experienced a decline in income distribution was hhd 1, which was a poor household in the village. The impact when the three variables are shocked is the reduction in tax ratio, the policy to reduce energy subsidies and the policy to increase government spending on infrastructure to increase economic growth and reduce inflation. Labor absorption also experienced the highest increase in the livestock, land transportation, hospitality and other service sectors. The impact of these three policy conditions also resulted in the highest increase in income of household groups in dd2 and dd4. In the distribution of household income, the highest increase was the hhk6 household group, namely upper class free entrepreneurs, non-agricultural entrepreneurs, managers, military, professionals, technicians, teachers, TU workers and upper class sales in urban areas.. Keywords: Computable General Equlibrium, tax ratio, energy subsidies, government spending, economic growth, inflation, sectoral labor, income, income distribution.. iv.

(12) KATA PENGANTAR. Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi yang berjudul “Dampak Kebijakan Fiskal Terdapat Perekonomian Indonesia; Pendekatan Computable General Equlibrium (CGE) Model” sebagai tugas akhir pada Program Doktor Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih terima kasih yang tulus pada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses penyelesaian Disertasi ini. Secara khusus Penulis haturkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, Rektor Universitas Sumatera Utara. Semoga dimasa kepemimpinan beliau Universitas Sumatera Utara menjadi lebih baik dan selalu menjadi Universitas kebanggan seluruh masyarakat Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. lil. rer. reg. Sirojuzilam SE sebagai Promotor, Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, sebagai Co Promotor I dan Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si sebagai Co Promotor II, yang telah seperti orang tua bagi penulis, telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, pembelajaran, bimbingan, arahan, nasehat, saran, dorongan, semangat serta pemikiran hingga terselesaikannya Disertasi ini setelah melalui jalan panjang perjuangan yang penuh pengorbanan. 3. Bapak Irsad, SE, M.Soc, Ph.D Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi yang telah seperti ayah bagi penulis, sosok Dosen yang telah mendidik Penulis semenjak jenjang S1, S2 juga sampai S3 4. Bapak Dr. Djoni Hartono dan Bapak Dr. Sukoco dari Universitas Indonesia, yang telah banyak membantu dan mengajarkan Penulis untuk mempelajari, memahami dan menyelesaikan model yang dibutuhkan dalam menyelesaikan Disertasi 5. Bapak Prof. Saidurahman, M.Ag, Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 6. Bapak Dr. Phil Zainul Fuad, Direktur Implementation Unit project (PIU) Islamic Development pada Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. 7. Bapak Dr. Andri Soemitra, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universita Islam Negeri Sumatera Utara, dan seluruh jajaran Civitas Akademika juga staf pegawai pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.. v.

(13) 8. Kedua orang tua terkasih Bapak Alm. Bapak Suparno (Semoga Alloh Jadikan Kubur Bapak Taman Syurga.... Aamiin) dan Ibu Halimah yang telah memberikan kasih sayang dan doa yang tulus, terima kasih telah terus menjadi tempat penulis mengambil banyak hikmah dan pelajaran berharga dalam menjalani kehidupan. 9. Kedua mertua tersayang Bapak Alm. Furnawarman HB dan Ibu Cici Sunengsih yang selalu mendoakan, menasehati dan menyemangati penulis agar selalu ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupan. Terima kasih karena telah melahirkan seorang anak lelaki yang bisa penulis jadikan tempat bersandar dan teman terbaik menjalani perjuangan panjang kehidupan. 10. Keluarga besar adik- adik tercinta Ayah Frind, Tente Elly, Mama Ficke, Papa Firdy, Om Nando, Tante Yana, Om Ijul, Buk Manun dan semua anak-anak bunda tersayang Firdy, Felicia, Fahril Rafif, Fakhira, Findy juga Fabio. 11. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Dr. Rasinta Ria Ginting, Dr. Herman Panjaitan, Cand (Dr.) Bahtiar Effendy, Cand (Dr.) Ilham Riyad. Cand (Dr.) Ainul Mardiyah. Juga buat adik almamater Lily dan Mitra, terima kasih karena telah turut membantu dari awal proses pencarian judul hingga akhirnya Disertasi ini selesai, perjalanan panjang, Medan-Jakarta-Depok-Bogor, USU-UI- IPB, kenangan ini sungguh indah dan berkesan. 12. F4 jagoan mama”. Fikri, Fathi, Fakhri dan Fadjrir, yang telah turut bersama berjuang pada proses panjang ini, sesungguhnya merekalah yang paling banyak berkorban baik dari waktu, perhatian, juga kasih sayang hingga akhirnya Disertasi ini selesai 13. Orang teristimewa didalam hidup saya Suami tercinta “Aa Ferry”. Terima kasih untuk segalanya, cinta, perhatian, pengorbanan, kerja keras, berbagi peran dan tanggung jawab, penyemangat yang terus mampu memupuk dan meyakinkan diri Penulis, menguatkan kaki, yang tiada bosan membimbing dan menasehati Penulis. Pencapaian saat ini bukan karena kemampuan, kerja keras dan semangat Penulis, tapi ini semua karena Do’a tulus dan keikhlasan Beliau.. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun agar nantinya. vi.

(14) menjadi lebih baik dan lebih sempurna. Akhirnya penulis memohon pada Allah SWT agar memberikan limpahan rahmat dan hidayahNYA kepada penulis dan semua orang yang telah membantu, yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu, hingga akhirnya Penulis mampu menyelesaikan Disertasi dan masa Pendidikan ini sesuai yang telah direncanakan. Medan, Januari 2021 Penulis. RITA HANDAYANI NIM: 168114005. vii.

(15) DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................... i. ABSTRACT ..................................................................................................... iii. KATA PENGANTAR .................................................................................... v. DAFTAR ISI ................................................................................................... viii. DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii. DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv. BAB I. BAB II. PENDAHULUAN ......................................................................... 1. 1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1. 1.2 Pernyataan Masalah ................................................................ 17. 1.3 Rumusan Masalah ................................................................... 19. 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 20. 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 21. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 22. 2.1 Penawaran Agregat ................................................................. 22. 2.1.1 Model Penawaran Aggregat .......................................... 23. 2.1.2 Model Harga Yang Kaku .............................................. 24. 2.1.3 Model Upah Yang Kaku ............................................... 26. 2.1.4 Model Informasi Tidak Sempurna ................................ 27. 2.2 Permintaan Agregat ................................................................. 28. 2.2.1 IS – LM Model ............................................................. 29. 2.2.2 Kurva IS ......................................................................... 29. 2.2.3 Kurva LM ...................................................................... 30. 2.2.4 Ekuilibrium Jangka Pendek ........................................... 31. 2.2.4.1 Kebijakan Fiskal dan Fluktuasi Jangka Pendek 33. viii.

(16) BAB III. BAB IV. 2.2.5 Teori Perekonomian Terbuka ....................................... 34. 2.2.6 Model IS – LM – BP (Mundell Fleming) ...................... 35. 2.3 Pasar Tenaga Kerja ................................................................. 38. 2.3.1 Permintaan Tenaga Kerja ............................................. 38. 2.3.2 Penawaran Tenaga Kerja .............................................. 41. 2.3.3 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja .............................. 44. 2.4 Inflasi, Pengangguran Dan Kurva Philips ............................... 45. 2.5 Keseimbangan Penawaran Dan Permintaan Agregat .............. 48. KERANGKA TEORI .................................................................. 50. 3.1. Kebijakan Fiskal ...................................................................... 50. 3.2. Dampak Kebijakan Fiskal Pada Perekonomian. ..................... 51. 3.3. Pengenalan CGE Model .......................................................... 53. 3.3.1. Kegiatan Produksi dan Pasar Faktor ............................. 55. 3.3.2. Institusi atau Lembaga .................................................. 57. 3.3.3. Pasar Komoditi .............................................................. 59. 3.4. Konsep Model Keseimbangan ................................................ 61. 3.5. Keunggulan Dan Keterbatasan Model CGE .......................... 66. 3.6 Landasan Peneliti Terdahulu ................................................... 68. 3.7 Originalitas Penelitian ............................................................. 83. 3.8 Kerangka Pemikiran ................................................................ 85. 3.9 Kerangka Operasional CGE Model ....................................... 88. METODE PENELITIAN ............................................................ 90. 4.1. Jenis dan Sumber Data. .......................................................... 90. 4.2. Metode Analisis ..................................................................... 91. 4.2.1 Sosial Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) ................................................ ix. 92.

(17) BAB V. 4.2.2 Teori Keseimbangan Umum .......................................... 96. 4.2.3 Dasar Metodologi........................................................... 98. 4.3. Struktur Model ....................................................................... 99. 4.4. Spesifikasi Umum .................................................................. 101. 4.5. Sistem Persamaan ................................................................... 102. 4.5.1 Block Produksi ............................................................ 102. 4.5.2 Block Konsumsi ........................................................... 108. 4.5.3 Block Antar Waktu ....................................................... 110. 4.6. Membangun Data Dasar Model CGE ..................................... 111. 4.7. Koefisien Elastisitas Dan Parameter Lainnya ......................... 114. ANALISIS HASIL PENELITIAN .............................................. 116. 5.1 Validitas Hasil Komputasi Model ............................................ 116. 5.1.1 Terbentuknya Nilai Awal SAM ..................................... 116. 5.1.2 Jumlah Iterasi untuk menghasilkan SAM kalibrasi (beforeOptimality SAM). .......................................................... 117. 5.1.3 Kondisi Normal Complation. ......................................... 117. 5.1.4 Pembentukan SAM Persamaan ..................................... 117. 5.2 Desain Simulasi Kebijakan Penelitian ..................................... 118. 5.3 Justifikasi Penentuan Variabel ................................................. 120. 5.4 Kinerja Perekonomian Akibat Perubahan Kebijakan Fiskal.... 122. 5.4.1 Simulasi 1 Pada Kondisi Penurunan Tax Rasio............. 122. 5.4.1.1 Mekanisme Penurunan Tax Rasio, Variable Utang Serta Dampaknya Pada Perekonomian .......................... 127. 5.4.1.2 Dampak Penurunan Tax Rasio .......................... 131. 5.4.1.3 Defisit Anggaran Belanja ................................. 133. 5.4.1.4 Utang Luar Negeri ............................................ 135. 5.4.1.5 Jebakan Utang Luar Negeri (Debt Trap) ........... 137. x.

(18) 5.4.2 Simulasi 2 Pada Kebijakan Penurunan Subsidi Energi. 140. 5.4.2.1. Mekanisme Kebijakan Penurunan Subsidi Energi .............................................................. 147. 5.4.2.2. Mengurangi Defisit Anggaran ......................... 149. 5.4.2.3. Alokasi Subsidi Energi Pada Yang lebih berhak. 151 5.4.2.4 Pengembangan Sumberdaya Energi Alternative 154 5.4.3 Simulasi 3 Pada Kebijakan Kenaikan Pengeluaran Pemerintah Untuk Infrastruktur. .................................... 156. 5.4.3.1 Mekanisme Kebijakan Fiskal Ekspansif (Government Expentiture) pada Insfrastruktur . 164 5.4.3.2 Peran Infrastruktur pada Perekonomian ........... 166. 5.4.3.3 Defisit Anggaran dan Kondisi Crowding Out Tercipta ............................................................. 169. 5.4.3.4 Dampak Pengeluaran Pemerintah pada Perekonomian .................................................... 171. 5.4.4 Simulasi Ke 4 pada kondisi penurunan Tax Rasio, Penurunan Subsidi, Dan Pengeluaran Pemerintah ........ 173. 5.4.4.1 Mekanisme Tax Rasio, Penurunan Subsidi Dan Pengeluaran Pemerintah Pada Perekonomian.... 182. 5.6. Hasil Temuan ......................................................................... 195. KESIMPULAN IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN .... 199. 6.1. Kesimpulan ............................................................................. 199. 6.2. Implikasi Kebijakan ............................................................... 202. 6.3. Saran ....................................................................................... 205. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 209. BAB VI. LAMPIRAN. xi.

(19) DAFTAR TABEL No Tabel. Judul Tabel Halaman. Table 1.1. Data Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2010 – 2017............ Table 1.2. Data Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Indonesia Tahun 2010 - 2017 Dalam Persentase..................................................... Table 1.3. 4. Data Perkembangan Hutang Luar Negeri, Tingkat Penggeluaran Infrastruktur, dan Tingkat Nilai Tukar Tahun 2010 – 2017 ........ Table 1.4. 3. 6. Data Perkembangan Hutang Luar Negeri, Tingkat Penggeluaran Infrastruktur, Dan Tingkat Nilai Tukar Tahun 2008 ................... 8. Table 1.5. Tabel Tax Rasio Indonesia Dalam Persentase. ............................ 10. Table 1.6. Tabel Pendapatan Negara Republik Indonesia Dalam Satuan Triliun Rupiah .............................................................................. Table 1.7. Tabel Pengeluaran Negara Republik Indonesia Dalam Satuan Triliun Rupiah .............................................................................. Table 1.8. 11. 13. Tabel Keseimbangan Primer, Defisit Neraca Pembayaran Dan Pembiayaan Anggaran Dalam Satuan Triliun Rupiah ................. 16. Tabel 3.1. Matrik Peneliti Terdahulu ............................................................ 68. Tabel 3.2. Originalitas Penelitian.................................................................. 85. Tabel 4.1. Kelompok Rumah Tangga ........................................................... 112. Tabel 4.2. Sektor Produksi ............................................................................ 113. Tabel 5.1:. Simulasi Kondisi Kebijakan Fiskal .............................................. 120. Tabel 5.2:. Jenis Dan Pembagian Rumah Tangga ......................................... 120. Tabel 5.3. Tabel Justifikasi Penentuan Variabel ........................................... 121. xii.

(20) Tabel 5.4. Dampak Simulasi 1 Pada Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi .... 122. Tabel 5.5. Dampak Simulasi 1 Pada Penyerapan Tenaga Kerja ................... 123. Tabel 5.6. Dampak Simulasi 1 Pada Pendapatan Kelompok Rumah Tangga 124. Tabel 5.7. Dampak Simulasi 1 Pada Distribusi Pendapatan Kelompok Rumah Tangga ............................................................................. 125. Tabel 5.8. Daftar Negara Berhutang Ke Cina Dan Mengalami Gagal Bayar 138. Table 5.9. Dampak Simulasi 2 Pada Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi .... 140. Tabel 5.10. Dampak Simulasi 2 Pada Penyerapan Tenaga Kerja .................. 141. Tabel 5.11. Dampak Simulasi 2 Pada Pendapatan Kelompok Rumah Tangga 143. Table 5.12. Dampak Simulasi 2 Pada Distribusi Pendapatan Kelompok Rumah Tangga ............................................................................. 145. Tabel 5.13. Dampak Simulasi 3 Pada Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi .... 157. Tabel 5.14. Dampak Simulasi 3 Pada Penyerapan Tenaga Kerja ................... 158. Tabel 5.15. Dampak Simulasi 3 Pada Pendapatan Kelompok Rumah Tangga 160. Table 5.16. Dampak Simulasi 3 Pada Distribusi Pendapatan Kelompok Rumah Tangga ............................................................................. 161. Tabel 5.17. Dampak Simulasi 4 Pada Pertumbuhan Ekonomi Dan Inflasi .... 173. Tabel 5.18. Dampak Simulasi 4 Pada Penyerapan Tenaga Kerja ................... 175. Tabel 5.19. Dampak Simulasi 4 Pada Pendapatan Kelompok Rumah Tangga 179. Tabel 5.20. Dampak Simulasi 4 Pada Distribusi Pendapatan Kelompok Rumah Tangga ............................................................................. xiii. 180.

(21) DAFTAR GAMBAR No Gambar. Judul Gambar. Halaman. Gambar 1.1. Data Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2010 – 2017 ......... Gambar 1.2. Perkembangan Tingkat Inflasi, Tingkat Pengguran Terbuka,. 3. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Bunga Indonesia Tahun 2010 – 2017 .............................................................................. Gambar 1.3. 5. Perkembangan Hutang Luar Negeri, Tingkat Pengeluaran Infrastruktur, Dan Nilai Tukar Tahun 2010 – 2017 .................. 7. Gambar 1.4. Tax Rasio Indonesia .................................................................. 11. Gambar 2.1. Keseimbangan IS –LM .............................................................. 34. Gambar 2.2. Kebijakan Fiskal Dan Fluktuasi Jangka Pendek ....................... 33. Gambar 2.3. Keseimbangan IS – LM Pada Perekonomian Terbuka.............. 38. Gambar 2.4. Permintaan Tenaga Kerja .......................................................... 41. Gambar 2.5. Penawaran Tenaga Kerja ........................................................... 42. Gambar 2.6. Kurva Backward Bending supply .............................................. 44. Gambar 2.7. Ekuilbrium Di Pasar Tenaga Kerja............................................ 45. Gambar 3.1. Kurva Keseimbangan Perekonomian Jangka Pendek ............... 52. Gambar 3.2. Production Tecnology Sumber: Hans Lofgren dkk 2002: A Standard CGE Model GAMS .................................................... 57. Gambar 3.3. Flow Of Marketed Commodities ............................................... 61. Gambar 3.4. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 87. Gambar 3.5. Kerangka Operasional Penelitian .............................................. 89. Gambar 4.1. Kerangka Dasar SNSE, Badan Pusat Statistika, 2008 .............. 94. Gambar 4.2. Transaksi Ekonom Antar Agen Didalam Sebuah Perekonomian,. xiv.

(22) Thorbecke, 1988. ....................................................................... 95. Gambar 4.3. Struktur Fungsi Produksi, Thobecke, 1985................................ 104. Gambar 4.4. Struktur Fungsi Konsumsi, Thobecke, 1985.............................. 109. Gambar 5.1. Bagan Mekanisme Penurunan Tax Rasio .................................. 128. Gambar 5.2. Gambar Dampak Penurunan Tax Rasio .................................... 131. Gambar 5.3. Mekanisme Kebijakan Penurunan Subsidi Energi .................... 148. Gambar 5.4. Mekanisme Pengeluaran Pemerintah Dan Kondisi Crowding Out ............................................................................ 165. Gambar 5.5. Mekanisme Pengeluaran Pemerintah Dan Munculnya Utang ... 170. Gambar 5.6. Mekanisme 3 Variabel Shock Berdampak Pada Utang Pemerintah............................................................................... xv. 182.

(23) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Negara merupakan institusi yang berkewajiban menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Pemerintahan terpilih merupakan sekelompok masyarakat yang mendapat mandat dari Undang-undang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian dalam kurun waktu 5 tahun. Berdasarkan Undang-undang tersebut, Pemerintah memiliki hak untuk mengelola Negara, serta berkewajiban meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat dan tumpah dara Indonesia. Dalam. proses. pengelolaan. Negara, demi. tercapainya. kesejahteraan. masyarakat maka Pemerintah melakukan kebijakan yang bersinergi dengan lembaga tinggi di sektor keuangan. Lembaga tinggi tersebut melakukakan kebijakan yaitu fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal merupakan domain Pemerintah dengan instrument pajak, subsidi dan pengeluaran Pemerintah. Sedangkan kebijakan moneter merupakan domain Bank Sentral yang lebih berfokus pada instrument pengendalian uang dan juga nilai tukar. Dalam upaya mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik. Kebijakan fiskal melakukan proses pengaturan pendapatan dan pengeluaran belanja Pemerintah. Proses pengaturan ini bertujuan untuk terciptanya stabilitas perekonomian, memacu dan mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan pada penciptaan lapangan pekerjaan serta terwujudnya keadilan sosial bagi masyarakat. Instrumen kebijakan fiskal sangat berhubungan erat dengan pajak atau penerimaan Negara. Kebijakan fiskal yang baik dan tepat dilakukan oleh. 1.

(24) Pemerintah misalnya dengan mengubah atau menurunkan tarif pajak dan juga peningkatan pengeluaran Pemerintah yang akan memberikan dampak pada perekonomian. Kebijakan ini akan mendorong industri untuk meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan akan meningkatkan agregat supply, penurunan tingkat harga atau inflasi serta menaikkan kemampuan daya beli masyarakat. Saat kemampuan daya beli masyarakat meningkat, maka masyarakat hidup jauh lebih sejahtera dari sebelumnya. Tujuan akhir dari kebijakan makroekonomi adalah tercapainya kesejahteran bagi seluruh rakyat Indonesia yang terlihat dari peningkatan out put, inflasi yang terkendali, ketersedian lapangan pekerjaan serta stabilnya nilai tukar. Untuk mencapai tujuan tersebut Pemerintah melakukan kebijakan fiskal yang mendorong kondisi perekonomian menjadi jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya. Namun kebijakan fiskal sering kali tidak berjalan seperti yang diharapkan atau mengalami permasalahan dikarenakan proses berjalannya kebijakan memerlukan waktu (TimeLag) yang berbeda. Berikut dijelaskan kondisi makroekonomi Indonesia dari tahun 2010, masa akhir pemerintahaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Budiono, masa transisi pemerintahan Presiden Jokowidodo sampai 2017 yang merupakan 3 tahun berjalannya masa pemerintahaan Presiden Jokowi dan Yusuf Kalla yang tercermin dari data PDB atau produk domestik bruto, tinggat Inflasi, tingkat pengangguran terbuka, pertumbuhan ekonomi, pengeluaran infrasruktur, hutang luar negeri, nilai tukar dan tingkat suku bunga.. 2.

(25) Table 1.1 Data Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2010 – 2017 (Harga Berlaku) Tahun. PDB ( milyar Rupiah). 2010 2,314,458.80 2011 2,464,566.10 2012 2,618,932.00 2013 2,769,053.00 2014 2,909,181.50 2015 2,301,056.20 2016 2,422,101.60 2017 2,559,669.70 Data Diolah Januari 2018 Bersumber Dari BI, BPS Dan Kementrian Keuangan. Gambar 1.1 Data perkembangan PDB Indonesia Tahun 2010 – 2017 (Harga Berlaku). Dari data pada Table 1.1 dapat dilihat kondisi makro ekonomi di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2017. Produk Domestik Bruto selanjutnya disebut PDB, mengalami kenaikan dari tahun 2010 PDB sebesar 2.314.458,8 milyar rupiah, hingga tahun 2014 diakhir Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 3.

(26) dan Budiono, PDB Indonesia Berada pada posisi sebesar 2.909.181,5 milyar rupiah atau mengalami kenaikan sekitar 29 persen. Ditahun pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Yusuf Kalla PDB turun menjadi 2.422.101,6 milyar rupiah, dan PDB mengalami kenaikan tetapi belum signifikan menjadi 2.559.669,7 milyar rupiah atau hingga pada tahun ketiga mengalami kenaikan sekitar 25 persen. Selanjutnya, kondisi makro ekonomi Indonesia juga mampu dijelaskan dengan melihat perkembangan tingkat inflasi, tingkat pengangguran terbuka, pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga Indonesia dari tahun 2010 sampai 2017, seperti yang tersaji pada data tabel 1.2 dibawah ini: Table 1.2 Data Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Indonesia Tahun 2010 - 2017 Dalam Persentase Tingkat Pengangguran. Pertumbuhan. Terbuka. ekonomi. 6.96. 7.14. 6.81. 2011. 3.79. 7.48. 6.44. 2012. 4.30. 6.13. 6.00. 2013. 8.38. 6.17. 5.56. 2014. 8.36. 5.84. 5.02. 2015. 3.35. 6.18. 4.08. 2016. 4.00. 5.61. 5.02. 2017. 3.61. 5.50. 5.07. Tahun. Inflasi. 2010. Data Diolah Januari 2018 Bersumber Dari BI, BPS Dan Kementrian Keungan. 4.

(27) Gambar 1.2 Perkembangan Tingkat Inflasi, Tingkat Pengguran Terbuka, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Bunga Indonesia Tahun 2010 – 2017 Dimasa Pemerintahan kedua Presiden SBY, Inflasi Indonesia cenderung berfluktuatif dari tahun 2010 sampai 2017 (seperti terlihat pada table 1.2 diatas). Duet SBY dan Budiono mampu menekan tingkat Pengangguran terbuka untuk terus turun, ditahun 2010 sebesar 7.14 persen, dan kembali turun menjadi 5.85 persen ditahun 2014. Pertumbuhan Ekonomi yang menjadi indikator peningkatan produktivitas seluruh rakyat Indonesia, cenderung mengalami trend penurunan, tahun 2010 pertumbuhan ekonomi sebesar 6.18 persen dan terus turun menjadi 5,02 persen ditahun 2014. Tahun 2014 adalah masa peralihan tampuk kepemimpinan dari Presiden SBY kepada Presiden Jokowi, dan tahun 2015 yang merupakan tahun pertama periode presiden Jokowi memerintah, laju inflasi Indonesia sebesar 3.35 persen, dan perlahan mengalami kenaikan ditahun 2016 menjadi sebesar 4 persen, hingga ditahun 2017 inflasi kembali turun walau belum signifikan menjadi sebesar 3.61 persen. Tingkat pegangguran terbuka yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi mengalami penurunan meskipun belum terlalu signifikan, ditahun 2015. 5.

(28) pengangguran terbuka sebesar 6.18 persen, turun menjadi 5.50 persen ditahun 2017. Penurunan tingkat pengangguran terbuka ternyata belum mampu berkontribusi pada peningkatan indikator makro ekonomi lainnya yaitu pertumbuhan ekonomi. Janji ekonomi meroket yang diucapakan Presiden Jokowi, tenyata masih sulit direalisasikan. Ditahun 2015 yang merupakan tahun pertama pemerintahan Jokowi dan JK pertumbuhan ekonomi hanya mampu berada pada posisi 4.08 persen dan merupakan titik terendah sepanjang lima tahun terakhir. Ditahun 2016 pertumbuhan hanya mampu berada pada posisi 5.02 persen dan sampai dengan akhir 2017 pertumbuhan ekonomi hanya mampu naik berada pada posisi 5.07 persen atau hanya naik 1.1 persen dari periode 2015. Berikutnya indikator makro ekonomi Indonesia juga bisa dilihat dari pergerakan pengeluaran infrastruktur, pergerakan hutang luar negeri dan juga nilai tukar yang terjadi pada periode 2010- 2017seperti pada table 1.3 dibawah ini: Table 1.3 Data Perkembangan Hutang Luar Negeri, Tingkat Penggeluaran Infrastruktur, Dan Tingkat Nilai Tukar Tahun 2010 – 2017 Tahun. Hutang Luar Negeri (Juta USD). Pengeluaran Infrastruktur (Triliun Rupiah). Nilai Tukar Terhadap USD (Ribuan Rupiah). 2010. 118.62. 86.00. 8991. 2011. 118.64. 114.20. 9068. 2012. 126.11. 145.50. 9670. 2013. 123.54. 184.30. 12189. 2014. 129.73. 206.60. 12502. 2015. 142.6. 313.50. 13864. 2016. 158.28. 317.00. 13503. 2017. 341.5. 387.70. 13616. Data Diolah Januari 2018Bbersumber Dari BI, BPS Dan Kementrian Keuangan. 6.

(29) Gambar 1.3 Perkembangan Utang Luar Negeri, Tingkat Pengeluaran Infrastruktur, dan Nilai Tukar Tahun 2010 – 2017. Pengeluaran infrastruktur terus mengalami kenaikan di masa pemerintahan SBY, di tahun 2010 total pengeluaran infrastruktur sebesar 86 triliun naik menjadi 184.30 Triliun di tahun 2013. Indikator Makro Ekonomi Indonesia, juga tercermin dari fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika terus terdepresiasi dari periode tahun 2010 USD diperdagangkan sebesar RP 8.991,00 perUSD, selanjutnya di tahun 2013 melemah menjadi Rp. 12.189,00 perUSD. Sementara utang luar negeri Indonesia dipertahankan stabil hingga akhir di masa pemerintahan presiden SBY. Pada periode 2010 utang Indonesia sebesar 118.62 juta USD hingga tahun 2014 naik menjadi 129.73 juta USD. Tahun pertama pemerintahan Presiden Jokowi – JK, pengeluran infrastruktur naik menjadi sebesar Rp 313 T ditahun 2015 dan tertinggi mencapai Rp 387 T, di tahun 2017 yang merupakaan tahun ketiga pemerintahan Jokowi-JK. Momentum pergantian Pemerintahan dari Presiden SBY kepada Presiden Jokowi ternyata belum mampu mendongkrak nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, meskipun segala macam kebijakan ekonomi terus dilakukan Pemerintah Jowoki dengan konsep ekonomi berjilid-jilid tetapi rupiah malah terus melemah dan terdepresiasi. 7.

(30) mencapai titik terendah ditahun 2016 sebesar Rp. 13.506,00 perUSD dan 2017 sebesar Rp. 13.616,00 perUSD. Ditahun pertama pemerintahan Presiden Jokowi, utang luar negeri Indonesia merangkak naik menjadi 142.6 juta USD dan ditahun 2016 naik menjadi 152.28 juta USD. Lonjakan utang luar negeri tertinggi yang menembus angka 341.5 juta USD terjadi di akhir tahun 2017. Di kuartal pertama tahun 2018 utang Indonesia mencapai 387,5 M USD atau sekitar Rp. 5.425 T dengan kurs RP. 14.000 USD dan pengeluaran untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp. 410,4 T. Besarnya kenaikan utang luar negeri sejalan dengan naiknya pengeluaran Pemerintah untuk pembangunan Infrastruktur. Kondisi kenaikan pengeluaran Pemerintah ini biasa disebut dengan fiskal ekspansif. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 1.4 dibawah ini. Table 1.4 Data Perkembangan Utang Luar Negeri, Tingkat Penggeluaran Infrastruktur, Dan Tingkat Nilai Tukar Tahun 2008 Tahun. 2018. Utang Luar. Pengeluaran. Nilai Tukar. Negeri (Milyar. Infrastruktur. Terhadap USD. USD). (Triliun Rupiah). (Ribuan Rupiah). 387,5. 410,4. 14316. Data diolah Januari 2018 bersumber dari BI, BPS dan Kementrian Keuangan. Tujuan utama dari proses pembangunan ekonomi di Indonesia adalah terciptanya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, stabilitas harga yang ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah dan ketersedian lapangan pekerjaan (Widodo 1990). Menurut (Adiningsih 2012) tujuan dari kebijakan ekonomi makro dari suatu Negara adalah tercapainya kondisi perekonomian yang bebas Inflasi (non inflationary) dan pertumbuhan yang stabil (stable Growth),. 8.

(31) artinya fluktuasi pada produksi, tingkat pengangguran dan tingkat harga dapat diminimalisir dan pertumbuhan potensial pada output rill dapat dicapai. Menurut Todaro (2003), pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja, akumulasi modal, dan kemajuan tekhnologi. Pemerintah menggunakan kebijkan fiskal untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan dengan menggunakan pajak, anggaran dan subsidi yang mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mencapai tujuan pembangunan (Falade &Folorunso, 2015). Secara umum terdapat empat permasalahan ekonomi makro, yaitu: (1) tingkat harga agregatif (inflasi), (2) Produk Domestik Bruto, (3) penyerapan tenaga kerja, (4) neraca pembayaran atau Balance of payment (BOP) (Djojosubroto, 2004). Menurut (Tambunan, 2006) kebijakan ekonomi makro terdiri dari kebijakan moneter dan fiskal, seperti juga ekonomi dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor rill dan sektor moneter. Pertumbuhan dan stabilitas sektor rill dipengaruhi Pemerintah lewat kebijakan fiskal, dan kebijakan ini dibawah kewenangan Kementrian Keuangan. Sedangkan pertumbuhan dan stabilitas sektor moneter dipengaruhi Pemeritah lewat kebijakan moneter yang berada dibawah kewenangan Bank Indonesia. Tujuan dan implikasi dari dua kebijkan tersebut seringkali bertolak belakang dan bahkan saling melemahkan. Perbedaan tujuan tersebut dapat mengakibatkan hasil dari masing-masing kebijakan menjadi tidak optimal atau bahkan saling meniadakan (set-off) (Goeltom,2012). Kebijakan. fiskal. merupakan. kebijakan. yang. mengarahkan. kondisi. perekonomian suatu bangsa menjadi lebih baik dan produktif dari sebelumnya. 9.

(32) dengan cara mengubah atau mengatur penerimaan atau tax dan pengeluaran atau belanja Negara. Sehingga, kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dilakukan Pemerintah dalam rangka atau momen mendapatan dana segar serta bagaimana pemerintah menggunakan dana tersebut untuk keperluan belanja Negara dan proses Pembangunan pada sebuah bangsa. Penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi tiga tahun terakhir di masa pemerintahan Presiden Jowoki-JK (2015-2017) menjadi sebuah fenomena yang terus mengkhawatirkan bagi banyak ahli ekonomi dan juga masyarakat akan kondisi perekonomian Indonesia kedepannya. Saat Pemerintah terus bekerja dengan membangun infrastruktur secara ambisius yang dibiayai oleh utang luar negeri, maka sangat mungkin berdampak buruk pada perekonomian Indonesia dimasa yang akan datang. Sementara disaat bersamaan, tax rasio masih belum mampu didorong naik meskipun pemerintah telah menggencarkan kebijakan tax amnesty. Berdasarkan dari data tax rasio ditahun 2015 sebesar 11.3 persen, naik menjadi 13 persen ditahun 2016 dengan adanya kebijakan Tax Amnesty dan akhirnya tahun 2017 tax rasio turun menjadi 11.5 persen. Pergerakan tax rasio tiga tahun terkahir dapat dihat pada table 1.5 di bawah ini: Table 1.5 Tabel Tax Rasio Indonesia Dalam Persentase. Tahun. Tax Rasio. 2015. 11,3. 2016. 13. 2017. 11,5. Sumber APBN 2015-2017 Publikasi Kementrian Keuangan RI. 10.

(33) Tax Rasio. Persen 14.00% 13.00% 12.00% 11.00% 10.00% Tax Rasio. 2015 11.30%. 2016 13%. 2017 11.50%. Gambar 1.4 Grafik Perkembangan Tax rasio Tahun 2015 - 2017. Bila kita bedah APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) tahun 2015 – 2017 yang dipublikasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, dapat dilihat dari total Pendapatan Negara, terindikasi bahwa terjadi penurunan tax rasio yang disebabkan oleh penurunan pendapatan pada pos penerimaan perpajakan. Adapun sumber Pendapatan Negara bersumber dari penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak dan penerimaan hibah. Seperti yang terlihat pada table 1.6 di bawah ini. Table 1.6 Tabel Pendapatan Negara Republik Indonesia Dalam Satuan Triliun Rupiah PENDAPATAN Pendapatan Negara. 2015. 2016. 2017. 1.793,6. 1.822,5. 1.750,3. Penerimaan Perpajakan 1.380,0 1.546,7 1.489,9 Penerimaan Negara Bukan Pajak 410,3 273,8 250,0 Penerimaan Hibah 3,3 2,0 1,4 Sumber Data Diolah APBN 2015-2017 Publikasi Kementrian Keuangan RI. Dipos pendapatan Negara, Direktorat Jenderal Pajak mampu menghimpun total perpajakan Negara sebesar Rp 1.380 T tahun 2015, ditahun 2016 naik menjadi Rp 1.822,5 T efek kebijakan tax amnesty yang dilakukan pemerintah dan. 11.

(34) ditahun 2017 setelah berakhirnya periode kebijakan tax amnesty mengakibatkan pendapatan perpajakan kembali turun menjadi Rp 1.489,8 T. Sementara pos penerimaan Negara bukan pajak yang didalamnya terdapat 4 sumber pendapatan yaitu pendapatan dari pegelolaan dana pemerintah (BLU), pendapatan dari pemanfaat sumberdaya alam (SDA,) pendapatan dari penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) lainnya dan pendapatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang selama tiga tahun terakhir juga terus mengalami penurunan. Ditahun 2015 pendaptan PNBP sebesar Rp 410.3T turun menjadi Rp 273,8T ditahun 2016 dan terus turun menjadi Rp 250T ditahun 2017. Hal yang sama juga terjadi pada pada pos penerimaan hibah yang juga mengalami penurunan. Sementara Kementrian BUMN mencatat 24 perusahaan BUMN yang mengalami kerugian dan 11 perusahaan BUMN yang sedang dalam proses restrukturisasi dengan total kerugian sebesar Rp 5.852 T pada kuartal pertama 2017. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 dimana Kementrian BUMN mencatat kerugian perusahaan berplat merah tersebut mencapai sebesar Rp 5,826 T. Perusahaan BUMN yang mengalami kerugian dan proses restrukturisasi dapat dilihat pada lampiran. Selanjutnya dari APBN tahun 2015 – 2017 yang dipublikasi Kementrian Keuangan Republik Indonesia, dapat kita lihat total pengeluaran Negara yang merupakan implementasi tujuan dan arah kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai pemegang mandat undang-undang dengan bertujuan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Arah kebijakannya seperti yang terlihat pada table 1.7 di bawah ini:. 12.

(35) Table 1.7 Tabel Pengeluaran Negara Republik Indonesia Dalam Satuan Triliun Rupiah PENGELUARAN 2015 2016 2017 Belanja Negara 2.039,5 2.095,5 2.080,5 Belanja Pemerintah Pusat 1.392,4 1.325,6 1.315,5 Transfer Daerah 647,3 770,2 764,9 Dana Desa 9,1 47,0 60,0 Infrastruktur 313,5 307,1 378.3 Subsidi 414,7 182,6 160,1 Subsidi energy 344,7 102,1 77,3 Subsidi non energy 70,0 80,5 82,7 Sumber Data Diolah APBN 2015-2017 Publikasi Kementrian Keuangan RI. Pada pengeluaran Negara, pos terbesar adalah pada pos belanja pemerintah pusat meskipun secara umum tidak terjadi kenaikan yang signifikan selama 3 tahun terkahir, tahun 2015 nilainya sebesar 1.392,4 T, tahun 2016 nilainya sebesar 1.32,6 T dan tahun 2017 nilainya sebesar 1.315,5 T. Sementara transfer daerah terus mengalami peningkatan dari tahun 2015 sebesar Rp 647,3 T ditahun 2916 sebesar Rp 770,2 T dan ditahun 2018 sebesar Rp 764,9 T. Implementasi program 1 desa 1 milyar atau membangun dari desa yang digagas oleh Pemerintah mengakibatkan naiknya pengeluaran yang sangat signifikan pada besaran pengeluarannya pos dana desa, ditahun 2015 yang sebesar 9,1 T, tahun 2016 naik menjadi 47,0 T dan ditahun 2017 naik menjadi 60,0 T, meskipun program ini masih menjadi perdebatan yang sangat panjang, dikarenakan mekanisme penyaluran dana yang sarat muatan politis juga banyak kepala desa yang akhirnya tersandung kasus korupsi akibat penggunaan dana yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan juga perdebatan apakah program ini akan mampu menyelesaikan permasalahan yang kompleks dan pembangunan dipedesaan.. 13.

(36) Selanjutnya pos yang sangat disorot dan menjadi program utama pemerintahan Presiden Jokowi dan Yususf Kalla adalah pembangunan infrastruktur yang menjadikan pos pengeluaran infrastruktur meningkat sangat signifikan dari tahun 2015 sebesar Rp 313,5 T, mengalami kenaikan ditahun 2016 sebesar Rp 307,1 T dan tahun 2017 merupakan tahun tertinggi pengeluraan infrastuktur sebesar Rp 378,3T. Tercatat berdasarkan publikasi APBN yang dilansir. Kementrian. Keuangan. Republik. Indonesia,. Pemerintah. sedang. membangun 836 KM jalan, 10.198 meter jembatan, 13 bandara pembangunan baru/lanjutan, 61 pelabuhan laut pembangunan/pengembangan fasilitas, 710 KMsp jalur kereta api dan 3 terminal penumpang. Deretan proyek pembangunan infrastruktur yang dikebut pengerjaannya ternyata juga diikuti oleh deretan kecelakaan kerja, bahkan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat (PUPR di tahun 2019) menghentikan sementara semua proyek yang membutuhkan pekerjaan berat sebagai akibat maraknya kecelakaan infrastruktur dalam 6 bulan belakang. Kontroversi proyek infrastruktur masih ditambah dengan pengalihan operasional dari Pemerintah kepada Swasta. Pada beberapa infrastruktur yang telah selesai dikerjakan, sebagai contoh adalah infrastruktur jalan tol sehingga mengakibatkan harga yang harus dibayar masyarakat menjadi lebih malah sementara pembangunannya menggunakan uang rakyat yang bersumber dari dana APBN. Selanjutnya yang juga menjadi banyak sorotan dan perdebatan panjang ahli ekonomi adalah pos subsidi yang terus turun alokasi pengeluarannya. Di tahun 2015 subsidi sebesar Rp 414,7 T, di tahun 2016 turun menjadi Rp 182,1 T dan di tahun 2017 kembali turun menjadi Rp 160,1 T. Penurunan pos subsidi terbesar. 14.

(37) berada pada pos subsidi energi, di tahun 2015 subsidi energi sebesar Rp344,7 T, turun menjadi Rp 102,1T di tahun 2016 dan yang terendah di tahun 2017 subsudi energi hanya sebesar Rp77,3 T. Untuk keseimbang primer, tahun 2015 defisit neraca pembayaran sebesar Rp – 222,5T, dengan pembiyaan anggaran sebesar Rp 323,1 T. Di tahun 2016 defisit neraca pembayaran naik menjadi Rp -273,2 T dan pembiyaan anggaran sebesar Rp 297,6 T. Di tahun 2017 defisit neraca pembayaran Indonesia menyentuh Rp – 330,2 T dengan pembiayaan anggaran sebesar Rp. 330,2 T. hal ini dapat dilihat pada table 1.8 di bawah ini. Table 1.8 Keseimbangan Primer, Defisit Neraca Pembayaran Dan Pembiayaan Anggaran Dalam Satuan Triliun Rupiah 2015. 2016. 2017. Keseimbangan Primer. -142,4. -88,2. -109,0. Defisit. -222,5. -273,2. -330,2. Pembiayaan Anggaran. 323,1. 297,6. 330,2. Sumber Data Diolah APBN 2015-2017 Publikasi Kementrian Keuangan RI. Berakhirnya rezim Orde Baru dan setelah 20 tahun Reformasi berjalan dengan empat kali pergantian nahkoda pada biduk Perahu Nusantara, tetapi indikator makro ekonomi Indonesia belum menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Stabilitas harga masih sulit terwujud, peningkatan pertumbuhan ekonomi hanya didorong konsumsi, tingkat kesenjangan semakin menjauh, iklim investasi tak kunjung membaik, pengangguran terbuka yang tidak banyak berkurang, eksport menurun sementara import terus meningkat hingga nilai tukar yang sempat menguat akhirnya kembali tak berdaya melawan kekuatan Dollar Amerika.. 15.

(38) Beberapa Negara berkembang yang bersama Indonesia merasakan krisis ditahun 1998 telah berlahan bangkit dengan terus membaiknya indikator makro ekonomi seperti Thailand dan Malaysia. Bahkan Filipina berlahan tumbuh menjadi macan Asia, Bank dunia merilis pertumbuhan ekonomi Filipina sebesar 6,8% pada 2016 dan akan mencapai 7% sampai 2019, mirip saat pesatnya ekonomi yang terjadi pada Malaysia dan Thailand pada dekade tahun 1990an. Filipina mendapat keuntungan dengan populasi peningkatan penduduk muda yang produktif, sehingga sangat membantu peningkatan produktivitas. Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan bahwa pendapatan perkapita di Filipina kini mencapai USD 4.126 atau setara 55 Juta Rupiah sama seperti di China, Malaysia dan Thailand. Filipina sukses meningkatkan manufaktur sebagai kunci dalam penyedian lapangan kerja dan belanja rumah tangga meningkat sekitar 70 persen dari Produk Domestik bruto Presiden Rodrigo Duterte, memastikan stabilitas makroekonomi sebagai jangkar yang membuat perekonomian lebih maju. Ekonomi Filipina lepas landas seperti Thailand dan Malaysia dibawah pemerintahan Duterte Filipina sedang mengembangkan proyek infrastuktur untuk menarik lebih banyak investor asing dengan nilai ambisius USD160 Milyar atau setara 2.136 Triliun Rupiah. Mengubah Undang-Undang pajak untuk meningkatkan pendapatan Negara. Investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) melonjak lebih dari lima kali lipat sepanjang 2010-2015 menjadi USD 5,8 Milyar, meski lebih kecil dibandingkan Thailand sebesar USD 9 Milyar dan Malaysia sebesar USD 11 Milyar.. 16.

(39) 1.2. Pernyataan Masalah. Berdasarkan teory gap diatas, hal yang jauh berbeda sedang dihadapi Indonesia di tiga tahun berjalan Pemerintahaan Jokowi dan Yusuf kalla, kondisi makro ekonomi belum menunjukkan kondisi yang menggembirakan bahkan cenderung semakin mengkhawatirkan dan beberapa ahli ekonomi telah wantiwanti terjadinya krisis bila kondisi ekonomi tidak juga menunjukkan perbaikan. Menurut Agus Martowardoyo Gubernur Bank Indonesia, Pertumbuhan ekonomi dikuartal pertama 2018 tercatat hanya 5.06 persen, sementara tahun 2017 tercatat hanya 5.01 persen, lebih rendah atau turun dari periode yang sama ditahun 2016 yang tercatat sebesar 5.18 persen. Disisi eksternal, kinerja eksport melambat terutama dipengaruhi penurunan pertumbuhan volume eksport produk manufaktur. Rendahnya pertumbuhan eksport terutama terjadi di pulau jawa, Sulawesi dan Kalimantan sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat didaerah tersebut. Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri (okt 2017) menyatakan bahwa Pemerintah sudah mulai tidak disiplin mengelola fiskal dalam negeri. Banyak aturan dan pakem dalam pengelolaan fiskal yang ditabrak demi menggulirkan proyek infrastruktur. Padahal infrastruktur itu juga tidak menunjang pertumbuhan ekonomi secara lansung dan memerlukan waktu time lag hingga sampai pada pertumbuhan. Penerimaan pajak naik hanya karena tax amnesty, sementara secara rill penerimaan pajak selalu dibawah target. Sehingga saat penerimaan pajak rendah dan pengeluaran dinaikkan otomatis utang ditambah untuk mengakomodasi atau membiayai pengeluran. Tercatat tingkat utang. 17.

(40) Indonesia tertinggi pasca Reformasi terjadi di tahun 2017 dengan total mencapai 341.5 Juta USD, dengan kurs Rp13.600 maka hutang Indoensia setara dengan Rp4.644 T. Tingkat kesehatan makro ekonomi semakin menurun karena beban utang yang besar dan nilai tukar yang terus melemah. Belum lagi ditambah peningkatan pajak yang menjadi beban investasi swasta yang hampir 90 persen dinegeri ini, sementara investasi pemerintah hanya 10 persen, saat beban pajak naik maka investasi akan turun, dan akhirnya pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Pengeluaran Pemerintah untuk pembangunan infrastrukur juga mencerminkan keberpihakan Jokowi kemasyarakat perkotaan, Light rapid transit (LRT), kereta cepat Bandung, jalan tol di pulau Jawa dan jalan tol trans Sumatera hanya pro masyarakat perkotaan. Sementara itu angkutan laut yang notabene transportasi andalan masyarakat di wilayah Indonesia timur justru tidak dikembangkan dengan serius. Disisi lain, kondisi masyarakat pedesaan justru sedang memprihatinkan, menurut data Badan Pusat Statistika, nilai tukar petani (NTP) dan juga upah buruh tani terus mengalami trend penurunan. Saat tangan menteri pertanian menggenggam hasil panen dan menyatakan bahwa kita sedang panen raya, tetapi disaat yang sama tangan menteri perdagangan menandatangani persetujuan import 5000 ton beras dari Vietnam. Bukankah hal ini merupakan tanda tanya besar bagi semua masyarakat Indonesia. Bukankah kebijakan ini akan menambah sengsara nasib petani yang merupakan mayoritas dari 40 persen masyarakat terbawah. Banyak hal yang dilakukan Pemerintah sebagai penerima mandat dari Undang- Undang dalam melaksanakan kegiatan perekonomian untuk kurun waktu. 18.

(41) lima tahun, tetapi masih belum dirasakan meningkatnya kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dan tumpah dara Indonesia. Apakah hal ini merupakan dampak dari ketidakefektifan kebijakan fiskal ekspansif yang dilakukan Pemerintah. Atau karena dampak ketidak sesuaian pemilihan kebijakan yang dilakukan Pemerintah. Apakah pilihan kebijakan fiskal yang ekspansif yang diambil Presiden Jokowi saat ini sudah benar dan apakah telah memberikan dampak terhadap kinerja perekonomian secara aggregat. Berdasarkanan perenungan diatas maka Penulis merasa perlunya dilakukan pengkajian yang lebih mendalam terkait dengan dampak kebijakan fiskal ekspansif terdapat pertumbuhan ekonomi, inflasi dan penyerapan tenaga kerja, pendapatan kelompok rumah tangga dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang dikemukan diatas, maka rumusan masalah. dalam penelitian ini adalah: 1. Bagimana dampak penurunan tax rasio terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia. 2. Bagimana. dampak. kebijakan penurunan subsidi. energi. terhadap. pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia. 3. Bagimana dampak kebijakan kenaikan pengeluaran pemerintah pada infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.. 19.

(42) 4. Bagimana dampak penurunan tax rasio, kebijakan penurunan subsidi energi dan kebijakan kenaikan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.. 1.4. Tujuan Penelitian. Berdasarkan rumusan permasalahan yang dikemukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Melihat dampak penurunan tax rasio terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia. 2. Melihat. dampak. kebijakan. penurunan. subsidi. energi. terhadap. pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia. 3. Melihat dampak kebijakan kenaikan pengeluaran pemerintah pada infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia. 4. Melihat dampak penurunan tax rasio, kebijakan penurunan subsidi energi dan kebijakan kenaikan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, penyerapan tenaga kerja sektoral, tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan kelompok rumah tangga di Indonesia.. 20.

(43) 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan model CGE secara luas di Indonesia dengan basis PEP Model dan sebagai bahan rujukan pembuatan kebijakan terkait dengan kebijakan fiskal yang ekspansif dan dampaknya pada perekonomian. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengasilkan pengetahuan baru sebagai sumbangan pada teori ekonomi yang berkaitan dengan makroekonomi, khususnya terkait dengan kebijakan fiskal dalam memperkuat maupun memantapkan teori tersebut, serta sebagai sarana pada pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan pada Stakeholder, Pemerintah, Lembaga Legislatif dan lainnya terutama dalam rangka penyusunan asumsi makroekonomi Nasional yang selanjutnya akan digunakan sebagai basis sasaran/proyeksi fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Nasional kedepan sehingga tujuan penerapan kebijakan makroekonomi dapat tercapai. 4. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir penulis pada studi diprogram Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.. 21.

(44) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Penawaran Agregat. Penawaraan agregat atau Aggregated supply adalah jumlah total dari barang dan jasa yang ditawarkan dalam suatu perekonomian pada tingkat harga tertentu. Model penawaran agregat dibentuk dari fungsi faktor produksi yaitu fungsi dari modal (Capital) dan tenaga kerja (labor), karena jumlah output yang diproduksi tergantung pada jumlah modal dan tenaga kerja dan model penawaran klasik adalah: (. ). (. ). Dimana Y adalah total output, K capital atau modal dan L adalah Labor atau tenaga kerja. Dalam jangka panjang perusahaan menawarkan barang dan jasa dengan harga yang fleksibel dan dalam jangka pendek tingkat harga umumnya bersifat kaku, sehingga penawaran agregat sangat bergantung pada horizon waktu. Hal ini menyebabkan perbedaan antara penawaran agregate jangka panjang (long run aggregate supply) dan penawaran agregat jangka pendek (short run aggregate supply). Penawaran agregat jangka panjang bersifat vertikal, karena dalam jangka panjang tingkat harga adalah fleksibel dan pergeseran dalam permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi output perekonomian tetap pada tingkat alamiah. Penawaran agregat jangka pendek bersifat horizontal, karena dalam. 22.

(45) jangka pendek tingkat harga adalah kaku dan pergeseran permintaan agregat menyebabkan fluktuasi pada output. Untuk menjelaskan implikasi dari penawaran aggregate jangka pendek terdapat tiga model pendekatan. Pada model ini, kita akan melihat implikasi dari penawaran jangka pendek. Ketiga model tersebut yaitu model harga yang kaku (Sticky price model), model upah yang kaku (sticky wage model) dan model informasi tidak sempurna (imperfect information model). Implikasi tersebut adalah pembuktian terjadinya trade-off antara tingkat inflasi dan pengangguran yang dijelaskan pada kurva Philip. Kurva Philip menyatakan bahwa untuk menurunkan tingkat inflasi pada pembuat kebijakan secara sementara harus memperbesar tingkat pengangguran dan untuk mengurangi pengangguran maka harus menerima inflasi yang lebih tinggi.. 2.1.1 Model Penawaran Agregat Model penawaran agregat jangka pendek bersifat horizontal dan pergeseran dalam permintaan agregat menyebabkan tingkat output menyimpang dari tingkat alamiah, kondisi ini menunjukkan kondisi booming dan penurunan dari siklus bisnis. Meskipun berbeda secara teoritis, namun akhir dari ketiga model penawaran aggregat jangka pendek memenuhi persamaan: ̅. (. ). (. ). Dimana Y adalah output, ̅ tingkat output alamiah, P tingkat harga,. adalah. tingkat harga yang diharapkan. Persamaan ini menunjukkan bahwa output menyimpang dari tingkat alamih bila tingkat harga menyimpang dari tingkat harga yang dipertimbangkan. Parameter. menunjukkan berapa banyak output. 23.

(46) merespon terhadap perubahan yang tidak diharapkan pada tingkat harga, 1/ adalah kemiringan dari kurva penawaraan aggregat.. 2.1.2 Model Harga Yang Kaku Tingkat harga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa biaya perusahaan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat harga keseluruhaan maka semakin besar harga yang dibebankan kepada konsumen, selanjutnya tingkat pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan dan biaya marginal akan naik. Pada model harga yang kaku (sticky price model), perusahaan tidak secara instan menyesuaikan tingkat harga yang mereka telah tetapkan sebagai respon terhadap perubahan permintaan. Tingkat harga biasanya ditetapkan oleh kontrak jangka panjang. Tingkat harga tergantung pada dua variable makro yaitu tingkat harga keseluruhan P dan tingkat pedapatan aggregat Y. Produksi yang lebih tinggi sehingga semakin besar permintaan maka semakin tinggi harga yang akan ditetapkan produsen, persamaanya dapat dituliskan: (. ̅). (. ). Persamaan di atas menyatakan bahwa harga yang diinginkan p tergantung tingkat harga keseluruhaan P dan pada tingkat output agregat relatif terhada tingkat alamiah (. ̅̅̅̅). a> 0. mengukur besar harga yang diinginkan. perusahaan untuk tingkat output agregat. Dengan mengasumsikan dua produsen dengan harga yang fleksibel dan harga yang kaku, maka perusahaan dengan harga kaku menetapkan harga yang mengacu pada: (. ̅̅̅). 24. (. ).

(47) Dimana e menunjukkan nilai yang diharapkan dari sebuah variabel, dengan asumsi bahwa produsen mengharapkan output berada dalam tingkat alamiah, sehingga. ̅̅̅̅̅) adalah 0, maka perusahaan menetapkan harga :. (. (. ). Atau dapat diartikan bahwa produsen menetapkan harga berdasarkan prediksi produsen lain menetapkan harga. Dengan menggunakan kaidah penetap harga dari dua produsen, maka dapat diderevasi persamaan penawaran agregat, dengan tingkat harga keseluruhan dari perekonomian. Jika s adalah dengan harga kaku dan (1-s) fraksi dengan harga fleksible, maka tingkat harga keseluruhan adalah: (. )[. (. ̅ )]. (. ). Kurangi (1-s) P dari kedua sisi persamaan, maka didapat: (. )[. (. ̅ )]. (. ). bagi kedua sisi dengan s untuk tingkat harga keseluruhan, maka: *(. ̅ )+. ) (. (. ). Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa bila mengharapkan harga yang tinggi maka produsen harus menetapkan biaya produksi yang lebih tinggi, tingkat harga yang tinggi ini menyebabkan produsen lain menetapkan tingkat harga yang tinggi pula. Sehingga akan menyebabkan tingkat harga aktual yang semakin tinggi. Saat tingkat output tinggi maka permintaan barang akan naik dan produsen dengan harga fleksibel akan menetapkan harga yang tinggi yang menyebabkan tingkat harga secara umum menjadi naik.. 25.

(48) Dapat disimpulkan bahwa tingkat harga keseluruhan tergantung pada tingkat harga yang diharapkan dan pada tingkat output. Sehingga persamaan penetapan harga agregat menjadi: ̅. ( (. ). ( (. ). ) ). Model harga yang kaku menyatakan bahwa penyimpangan output dari tingkat alamiah secara positif berkaitan dengan penyimpangan tingkat harga dari tingkat harga yang diharapkan.. 2.1.3 Model Upah Yang Kaku Model upah yang kaku (sticky wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal yang kaku pada penawaran agregat. Tingkat upah cenderung kaku dikarenakan tingkat upah biasanya ditetapkan dalam kontak jangka panjang, sehingga tingkat upah tidak dengan cepat disesuaikan ketika kondisi ekonomi berubah. Ketika upah nominal tidak berubah, kenaikan tingkat harga akan menurunkan upah riel yang membuat harga tenaga kerja menjadi lebih murah. Upah riel yang lebih rendah akan mendorong perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan tenaga kerja tambahan ini akan memproduksi lebih banyak output. Tingkat harga dan jumlah output memiliki hubungan positif dan kenaikan tingkat harga akan menaikkan jumlah output selama upah nominal tidak disesuaikan. Para pekerja dan perusahaan menetapkan upah nominal W berdasarkan upah rill target. dan tingkat harga yang mereka harapkan. adalah:. 26. , maka upah nominal.

(49) (. ). Upah nominal ditetapkan sebelum tenaga kerja diterima bekerja, dengan menjadikan tingkat harga actual P sebagai pertimbangan, maka upak riel menjadi (. ). (. ). Asumsi akhir dari model upah yang kaku adalah bahwa kesempatan kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang diminta perusahaan, maka fungsi permintaan tenaga kerja: ( ). (. ). Yang menyatakan semakin rendah upah rill, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang digunakan perusahaan, sehingga dapat disimpulkan karena upah bersifat kaku, perubahan pada tingkat harga akan menjauhkan upah riil dari upah rill target. Perubahan upah rill akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang digunakan serta output yang diproduksi, dan fungsi penawaran agregat upah yang kaku adalah: ̅. (. ). (. ). 2.1.4 Model Informasi Tidak Sempurna Model. informasi. tidak. sempurna. (inperfect. information. model). mengasumsikan bahwa dalam pasar semua upah dan harga bebas menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Model ini juga mengasumsikan bahwa setiap produsen dalam perekonomian memproduksi barang tunggal dan mengkonsumsi banyak barang. Karena jumlah barang begitu banyak produsen tidak dapat mengamati seluruh harga baik dalam jangka pendek. 27.

(50) maupun dalam jangka panjang. Mereka memantau dengan ketat harga barang yang mereka produksi, tetapi kurang memantau harga seluruh barang yang mereka konsumsi. Ringkasnya, model informasi tidak sempurna menyatakan bahwa bila harga aktual naik melebihi harga yang diharapkan, maka para produsen akan meningkatkan output mereka, sehingga persamaan penawar agregat untuk informasi yang tidak sempurna adalah: ̅. (. ). (. ). 2.2 Permintaan Agregat Permintaan aggregat atau aggregated demand adalah jumlah total dari barang-barang yang diminta dalam suatu perekonomian. Permintaan aggregat menjelaskan hubungan antara jumlah output yang diminta pada tingkat harga aggregat, sehingga permintaan aggregat menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada setiap tingkat harga. Model permintaan aggregat dimulai dari IS – LM yang merupakan keseimbangan antara sektor rill dan pasar keuangan. Model IS –LM adalah interprestasi terkemuka dari Teori Keynes yang bertujuan untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapataan nasional pada tingkat harga tertentu. Model IS – LM juga menunjukkan apa yang menyebabkan pendapatan berubah dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap.. 28.

(51) 2.2.1 IS – LM Model Model IS – LM adalah interprestasi terkemuka dari teori Keynes, yang bertujuan untuk menunjukkan apa yang menentukan pendapatan nasional pada berbagai tingkat harga dan juga menunjukkan apa yang menyebabkan pendapatan nasional berubah dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap. Kurva IS diderevasi dari Keynesian cross dan kurva LM diderevasi dari Preferensi Likuiditas. Kurva IS menunjukkan titik-titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar barang dan kurva LM menunjukkan titik-titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar uang. Perpotongan IS – LM tersebut menunjukkan tingkat bunga dan pendapatan yang memenuhi ekulibrium dikedua pasar pada tingkat harga tertentu.. 2.2.2 Kurva IS Dalam The General Teory, Keynes menyatakan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek sangat ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah dalam membelanjakan pendapatannya. Semakin banyak rumah tangga, perusahaan dan pemerintah mengeluarkan pendapataannya maka semkin banyak barang dan jasa yang bisa diperjual belikan. Keynesian cross diderevasi dari perpotongan pengeluaran aktual dan pengeluaran yang direncanaka. Pengeluaran aktual (actual expenditure) Y adalah jumlah uang yang dikeluarkan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah atas barang dan jasa yang merupakan produk domestik bruto (PDB). Pengeluaran yang direncanakan (Planned expenditure) E adalah jumlah uang yang akan dikeluarkan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah atas barang dan jasa.. 29.

(52) Dalam perekonomian tertutup, pengeluaran yang direncanakan E adalah penjumlahan dari konsumsi C, Investasi yang direncanakan I, belanja Pemerintah G, dengan fungsi persamaan: (. ( (. ) ) (. ). (. ). (. ). (. ). (. ) ). maka pengeluaran yang direncanakan: (. ). (. ). (. ). (. ). Dimana, Y pengeluaran aktual, E pengeluaran yang direncanakan, C konsumsi, I investasi, G pengeluaran pemerintah, T pajak dan r tingkat bunga.. 2.2.3 Kurva LM Kurva LM menjelaskan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapataan yang muncul dipasar uang yang diderevasi dari teori tingkat bunga atau teori preferensi likuiditas (theory of liquidity preference). Didalam buku The General Theory, Keynes menjabarkan pandangannya tentang bagaimana tingkat bunga ditentukan dalam jangka pendek, tingkat bunga adalah salah satu determinan dari berapa beberapa banyak uang yang ingin dipegang seseorang. Ketika tingkat bunga naik, orang-orang hanya ingin memegang lebih sedikit uang. 30.

(53) begitu juga sebaliknya. Sehingga permintaan terhadap keseimbangan uang rill adalah: (. ). ( ). (. ). fungsi L(r) menjelaskan bahwa jumlah uang yang diminta tergantung kepada tingkat bunga. Menurut teori preferensi likuiditas, penawaran dan permintaan keseimbangan uang rill menentukan tingkat bunga yang akan muncul di perekonomian. Tingkat bunga disesuaikan untuk menyeimbangkan pasar uang, penurunan jumlah uang beredar menaikkan tingkat bunga dan kenaikan jumlah uang beredar menurunkan tingkat bunga. Kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan ekuilibrium dalam pasar keseimbangan uang rill. Penurunan dari keseimbangan uang rill menggeser kurva LM keatas dan kenaikan dalam penawaran keseimbangan uang rill menggeser kurva LM kebawah. Otoritas pengendali kebijakan moneter berada pada Bank Sentral atau Bank Indonesia, dan untuk menyederhanakan pemahaman, maka dalam tulisan ini kita akan menganggap bahwa kondisi moneter adalah konstan.. 2.2.4 Ekuilibrium Jangka Pendek Ekuilibrium jangka pendek pada perekonomian adalah titik dimana kurva IS dan LM saling berpotongan. Titik ini menjelaskan tingkat bunga r dan tingkat pendapatan Y yang memenuhi kondisi untuk keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang. Pada perpotong ini, pengeluaran actual sama dengan pengelaran yang. 31.

(54) direncanakan dan permintaan terhadap keseimbangan uang rill sama dengan penawarannya. Persamaan dari model IS – LM adalah (. ) (. ( ). (. ). ). (. ). Model IS – LM mengkombinasikan unsur-unsur perpotongan Keynesian dan unsur-unsur teori preferensi likuiditas. Kurva IS menunjukkan titik- titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar barang, dan kurva LM menunjukkan titik-titik yang memenuhi ekuilibrium dipasar uang. Perpotongan kurva IS-LM menunjukan tingkat bunga dan pendapatan yang memenuhi ekuilibrium dikedua pasar pada tingkat harga tertentu. Ekuilibrium pada perekonomian terjadi disaat kurva IS dan LM saling berpotongan adalah: ( [. (. ). (. [. (. ). [. (. ). ) (. (. ). ] ). ). (. ]. ]. (. (. ). (. ) ). ). Sehingga kenaikan tingkat harga sangat dipengaruhi oleh jumlah uang beredar, tingkat suku bunga dan pengeluaran pemerintah.. 32.

(55) Gambar 2.1 Keseimbangan IS –LM. 2.2.4.1 Kebijakan Fiskal dan Fluktuasi Jangka Pendek Kebijakan Fiskal dengan instrument pajak, subsidi dan pengeluaran pemerintah akan mengubah ekuilibrium jangka pendek perekonomian. Perubahan pada kebijkan fiskal dengan belanja pemerintah atau pemotongan pajak juga subsidi akan menggeser kurva IS dan mempengaruhi pengeluaran yang direncanakan. Kenaikan belanja Pemerintah yang meningkat, maka akan direspon dengan peningkatan pendapatan dan tingkat bunga. Kenaikan pengeluaran yang direncanakan akan mendorong produksi barang dan jasa yang menyebabkan pendapatan total Y meningkat. Instrument kebijakan fiskal lainnya adalah pemotongan pajak. Kebijakan pemotongan pajak mempengaruhi perekonomian seperti halnya perubahan belanja Pemerintah. Pemotongan pajak akan mendorong rumah tangga belanja lebih banyak, karena adanya peningkatkan pendapatan dan akan meningkatnya pengeluaran yang direncanakan.. 33.

(56) Gambar 2.2 Kebijakan Fiskal dan Fluktuasi Jangka Pendek Pada gambar 2.2 di atas, saat Pemerintah melakukan kebijkanan fiskal dengan meningkatkan pengeluaran atau pemotongan pajak, maka kurva IS akan bergesar kekanan dan pengeluaran yang direncanakan akan berubah. Kondisi ini juga akan direspon dengan kenaikan tingkat suku bunga pada perekonomian.. 2.2.5 Teori Perekonomian Terbuka Sistem ekonomi terbuka (open economy) menunjukkan terintegrasinya perekonomian suatu Negara dengan perekonomian Negara lain didunia (Mankiw 2006). Eksport dan impor barang maupun jasa serta aliran modal dari suatu negara kenegara lain melalui pasar financial adalah bentuk dari integrasi. Saling ketergantungan ini menyebabkan perubahan variable ekonomi suatu Negara akan dipengaruhi oleh perubahan variable Negara lain. Saat ini hampir tidak ada Negara yang menerapkan ekonomi tertutup, dan model IS – LM New Keynesian menganggap bahwa guncangan pada sisi penawaran juga menyebabkan fluktuasi yang penting dianggap ada beberapa kelemahan yaitu kecenderungan memiliki kekurangan dalam konsistensi internal. Hal ini dikarenakan model New Keynesian sering menolak beberapa kondisi ekonomi mikro, misalnya aksioma bahwa individu bersifat rasional dan optimis.. 34.

(57) Menurut (Romer. D 1996) karena teori Keynesian tidak didasari oleh fondasi mikro ekonomi maka tidak mungkin dilakukan analisis kesejahteraan. Berdasarkan. kekurangan. tersebut,. sehingga. model. IS-. LM. kemudian. dikembangkan untuk kasus ekonomi terbuka. Model IS – LM Keynesian untuk ekonomi terbuka ini dinamakan dengan Model Mundell Fleming. Dalam ekonomi terbuka, nilai tukar dan perdagangan internasional penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi.. 2.2.6 Model IS – LM – BP (Mundell Fleming) Model ini dikembangan secara terpisah oleh Robert Mundell (1960,1963), Marcus Fleming (1962) dan Dornbusch R (1976,1980), selanjutnya disintesa menjadi Mundell’s Model dan Fleming’s Model yang disatukan menjadi Mudell Fleming Model. Pada dasarnya model Mundell-Fleming merupakan perluasan dari model IS-LM. Jika model IS-LM menjelaskan perekonomian tertutup, maka model Mundell Fleming menjelaskan perekonomian terbuka. Pada model ini ditambahkan perdagangan (Balance of Payment) dan keuangan (The Central Balance Sheet), sehingga model ini juga sering disebut dengan model IS-LM-BP. Model Mundell Fleming membuat satu asumsi penting dan ekstrem dengan mengasumsikan bahwa perekonomian terbuka kecil dengan mobilitas modal sempurna, perekonomian bisa meminjam dan memberikan pinjaman sebanyak yang ia inginkan dipasar keuangan dunia dan sebagai akibatnya tingkat bunga perekonomian ditentukan oleh tingkat bunga dunia dan prilaku perekonomian tergantung pada sistem kurs yang diadopsi.. 35.

Gambar

Table 1.2 Data Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Indonesia Tahun  2010 - 2017 Dalam Persentase
Gambar 1.2 Perkembangan Tingkat Inflasi, Tingkat Pengguran  Terbuka, Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Bunga Indonesia
Table 1.3 Data Perkembangan Hutang Luar Negeri, Tingkat Penggeluaran  Infrastruktur, Dan Tingkat Nilai Tukar Tahun 2010 – 2017
Gambar 1.3 Perkembangan Utang Luar Negeri, Tingkat Pengeluaran  Infrastruktur, dan Nilai Tukar Tahun 2010 – 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan dan ketepatan perawatan diri penderita kusta di Paguyuban Harapan Kita Kecamatan Padas

(3) Permohonan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prosedur permohonan registrasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian

BUYER Marketing CV Mugiharjo LIPPO BANK Bagian Produksi Barang Dikirim Dokumen Dikirim.. bagian produksi untuk mempersiapkan barang yang dipesan oleh buyer. Bagian

Guna mengatasi kendala yang dihadapi, maka upaya penanggulangan yang ditempuh oleh para pihak yang mengadakan perjanjian sewa menyewa tanah untuk jalan ke tempat

Alasan pemakaian dari foil belakang adalah ketika kecepatan bertambah dan lambung kapal mulai terangkat sehingga memperkecil luas hambatan yang terjadi akibat gaya

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Mapping , subjek dapat mencari hubungan yang identik dari karakteristik antara masalah sumber dan masalah target kemudian membangun kesimpulan untuk selanjutnya hubungan

Desain monitoring untuk kebijakan otonomi khusus Papua juga melibatkan logika bottom up yang lebih didasarkan pada persepsi masyarakat Papua yang menjadi obyek