• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Simpulan dan Saran

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Kabupaten Badung

2) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap pengaruh kejelasan sasasran anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.

3) Untuk mengetahui pengaruh asimetri informasi terhadap pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran di Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa/I serta dapat digunakan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi senjangan anggaran.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi dan sebagai bahan pertimbangan terhadap organisasi mengenai pengaruh dari komitmen organisasi dan asimetri informasi terhadap kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Badung.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab dan sub bab yang tersusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori yang menunjang pembahasan terhadap masalah dalam penelitian ini yakni teori kontijensi,teori keagenan, teori penetapan tujuan, pengertian aggaran, karaktersistik anggaran sektor publik, prinsip anggaran sektor publik, jenis-jenis anggaran sektor publik,fungsi dan tujuan anggaran sektor publik, proses penyusunan anggaran sektor publik, partisipasi anggaran,senjangan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan asimetri informasi serta hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum SKPD, deskripsi responden, hasil pengujian instrumen penelitian, hasil uji

asumsi klasik, hasil analisis regresi moderasi dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Pada bab ini akan diuraikan mengenai simpulan yang didapat berdasarkan uraian yang telah dibuat pada bab sebelumnya, serta saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Kontijensi

Pendekatan kontijensi merupakan perkembangan penting dari akuntansi manajerial. Menurut Otley (1980) para peneliti telah menerapkan pendekatan kotinjensi guna menganalisa dan mendisain system control, khususnya dibidang system akuntansi manajemen, pendekatan kontijensi melakukan pengujian untuk melihat hubungan variabel-variabel konteksual seperti ketidakpastian lingkungan, ketidakpatian tugas, struktur dan kultur organisasional, ketidakpastian strategi dengan desain system akuntansi manajemen. Pendekatan kontijensi diperlukan untuk mengevaluasi faktor-faktor kondisional yang menyebabkan sistem akuntansi manajemen menjadi lebih efektif.

Riyanto (2003) mengatakan perlunya penelitian mengenai pendekatan kontijensi. Penelitian tersebut untuk menguji faktor kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian dengan kinerja. Faktor kontekstual yang mempengaruhi keefektifan sistem pengendalian, pada umumnya, di luar domain akuntansi sehingga menyangkut multidisiplin. Contoh faktor kontekstual tersebut adalah motivasi, komitmen, struktur organisasi, ketidakpastian lingkungan dan strategi. Penggunaan pendekatan kontijensi tersebut memungkinkan adanya variabel-variabel lain yang bertindak sebagai variabel moderating atau variabel intervening yang mempengaruhi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.

2.1.2. Teori Keagenan

Konsep senjangan anggaran dapat dimulai dengan pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan agensi muncul ketika satu pihak atau lebih (principal) memperkerjakan pihak lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang kepada agen tersebut untuk membuat suatu keputusan (Anthony dan Govindajaran, 2006).Hubungan keagenan didefinisikan sebagai suatu kontrak yang terjadi pada saat prinsipal mulai mempekerjakan agen dan kemudian prinsipal mendelegasikan wewenangnya untuk pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1979). Prinsipal dan agen diasumsikan mempunyai kepentingan sendiri dan perbedaan kepentingan yang dimiliki oleh prinsipal dan agen dapat memicu terjadinya konflik.

Menurut Wendy (2010) hubungan keagenan ini akan mengakibatkan dua permasalahan yaitu terjadinya: (a) asimetri informasi, dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik, dan (b) terjadinya konflik kepentingan akibat ketidaksamaan kepentingan/tujuan tersebut, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai kepentingan pemilik.Ikhsan dan Iskak (2008: 56) menyatakan hal yang banyak terjadi dalam teori keagenan adalahagent lebih memahami organisasi sehingga menimbulkan asimetri informasi yang menyebabkan principal tak mampu menentukan apakah usaha yang dilakukan

pemerintah daerah Implikasi teori keagenan muncul dalam proses penyusunan anggaran dilihat dari dua perspektif yaitu hubungan antara rakyat dengan legislatif, dan legislatif dengan eksekutif. Ditinjau dari perspektif hubungan keagenan antara legislatif dengan eksekutif, eksekutif adalah agent dan legislatif adalah principal (Halim dan Abdullah, 2006).

2.1.3. Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan atau goal setting theory awalnya dikemukakan oleh Locke (1968), yang menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu content (values) dan intentions (tujuan). Orang telah menentukan goal atas perilakunya di masa depan dan goal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang sesungguhnya terjadi. Perilakunyaakan diatur oleh ide (pemikiran) dan niatnya sehingga akan mempengaruhi tindakan dan konsekuensi kinerjanya. Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan sebagai hal yang sangat berarti untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja (Dubrin, 2012 dalam Badiyah dkk, 2013).

Latham dan Yukl (1975) menyatakan, sebuah goal merupakan sesuatu yang ingin dilakukan seseorang secara sadar. Latham dan Locke (1979) menyatakan bahwa sesungguhnya penentuan sasaran (goal) merupakan sesuatu yang sederhana, namun kesederhanaan ini tidak dapat diartikan secara sederhana atuapun biasa, melainkan harus ditanggapi dengan perencanaan yang matang. Dengan penentuan sasaran (goal) yang spesifik, seseorang akan mampu membandingkan apa yang telah dilakukan dengan sasaran (goal) itu sendiri, dan

kemudian menentukan dimana posisinya saat itu. Goal-setting mengijinkan individu untuk melihat hasil kerja disaat ini dan membandingkannya dengan hasil kerja dimasa lalu. Hal ini akanmenimbulkan sebuah motivasi tersendiri bagi individu untuk lebih berusaha lebih baik lagi.

Latham, et al (2008) dalam Mirayanti (2012) menemukan bahwa goal-setting berpengaruh pada kinerja pegawai dalam organisasi publik. Salah satu bentuk nyata dari penerapan goal-setting ini adalah anggaran. Sebuah anggaran tidak hanya mengandung rencana dan jumlah nominal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, tetapi juga mengandung sasaran yang spesifik yang ingin dicapai organisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, temuan utama dari goal setting theory adalah bahwa orang yang diberi tujuan yang spesifik, sulit tapi dapat dicapai, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang menerima tujuan yang mudah dan spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup, menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja (Latham, 2003 dalam Badiyah dkk, 2013). Dalam penelitian ini teori penetapan tujuan digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran.

2.1.4. Anggaran

berisi rencana yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter atau dalam bentuk sederhana. Anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.

Menurut Mardiasmo (2009:63) anggaran sektor publik penting karena: 1) Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan

sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

2) Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya

3) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat sehingga anggaran publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.

2.1.5. Karaktersistik Anggaran Sektor Publik

Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran sektor publik, berikut karakteristik anggaran yang dikemukakan Sumarsono (2010:48): 1) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan. 2) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa

tahun.

3) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran;

4) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran;

5) Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.

Karakteristik anggaran sektor publik sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anggaran secara konvensional yaitu mengukur anggaran dalam satuan keuangan maupun non-keuangan, yang dibuat oleh manajemen sebagai bentuk komitmen dalam pencapaian tujuan organisasi yang umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

2.1.6. Prinsip Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009:67-68), prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:

1) Otorisasi oleh Legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

2) Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dananonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3) Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

6) Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimatependapatan danoverestimatepengeluaran.

7) Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.

8) Diketahui publik. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas

2.1.7. Jenis jenis Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009:66-67) Anggaran sektor publik dibagai menjadi dua, yaitu:

1) Anggaran Operasional

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja rutin. Belanja rutin (recurrent expenditure) adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain; belanja administrasi umum dan belanja operasi dan pemeliharaan.

2) Anggaran Modal

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya

cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaannya. Anggaran dibagi menjadi dua jenis yaitu anggaran operasional atau anggaran rutin karena sifatnya pengeluaran yang berulang untuk kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan dan anggaran modal yang menunjukan rencana jangka panjangdan pembelanjaan aktiva tetap.

2.1.8. Fungsi dan Tujuan Anggaran Sektor Publik

Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena (SAP KK-4 Paragraf 13, 2005) :

1) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.

2) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.

3) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum. 4) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.

5) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawab pemerintah kepada publik.

Sedangkan menurut Mardiasmo (2009:63-66) anggaran sektor public memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan hasil apa yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan juga untuk merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi misi, merencanakan program dan kegiatan serta alternatif sumber pembiayaannya, mengalokasikan dana pada program yang telah disusun, menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian strategi.

2) Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)

Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Anggaran sebagai instrumen kontrol digunakan untuk menghindari adanya over spending,underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam alokasi pada bidang yang bukan prioritas. 3) Anggaran Sebagai Alat Koordinasi Dan Komunikasi (Coordination And

Communication Tool)

Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan, sehingga mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi serta berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif dan dikomunikasikan ke seluruh bagian untuk dilaksanakan.

Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendali dan penilaian kinerja yang efektif.

5) Anggaran Merupakan Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi karena melalui anggaran tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran juga bermanfaat untuk mendorong, memfasilitasi, dang mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakat untum mempercepat ekonomi.

6) Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam pencapaian target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Penetapan target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun tidak juga terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai.

7) Anggaran Merupakan Alat Politik (Political Fiscal)

Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif

Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan DPRD. Masyarakat, LSM, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok masyarakat yang tidak terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melalui proses politik sehinggaakan dengan mudah dan tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan aspirasi mereka, maka akan terjadi tindakan massa yang tidak diinginkan.

2.1.9. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunanan anggaran mempunyai empat tujuan (Mardiasmo, 2009: 68), yaitu :

1) Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.

2) Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

3) Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

4) Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Sedangkan faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

2) Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah). 3) Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.

4) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam dan sebagainya.

Mardiasmo (2009:68). Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif memberi informasi terperinci kepada DPRD/DPR dan masyarakat tentang program-program yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangakaian proses anggaran. Dalam penyusunan anggaran ada empat siklus anggaran yang meliputi empat tahapan sebagai berikut :

1) Tahap Persiapan Anggaran

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran pengeluaran.

skill, namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalitionbuilding yang menandai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini, hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak legislatif.

3) Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran

Dalam tahap ini yang paling penting dan yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan andal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang baik meliputi pula dibuatnya sistem pengendalian intern yang memadai.

4) Tahap pelaporan dan evaluasi anggaran

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi anggaran tidak akan menemukan banyak masalah.

2.1.10. Partisipasi Anggaran

Partisipasi penganggaran adalah proses dimana individu atau seseorang terlibat dalam penyusunan suatu anggaran yang akan menjadi acuan kinerja

kedepan bagi suatu organisasi (Falikhatun, 2007). Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan suatu proses organisasional dimana para anggota organisasi ikut serta dan mempunyai pengaruh dalam suatu pembuatan keputusan yang berkepentingan dengan mereka.

Partisipasi penganggaran memiliki tiga potensi masalah, yaitu menetapkan standar yang terlalu tinggi atau rendah, membuat kelonggaran dalam anggaran, dan partisipasi semu (Hansen dan Mowen,2009:448). Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran memberikan kewenangan kepada para amanajer pusat pertanggungjawaban untuk menetapkan isi anggaran. Kewenangan ini memberikan peluang bagi para manajer untuk menyalahgunakan kewenangan yang dimiliki dengan mempermudah pencapaian anggaran sehingga dapat merugikan organisasi (Aprila dan Selvi, 2012). Menurut (Chin-Chun dan Feng-Yu 2013), ketika manajer ikut serta dalam penyusunan anggaran, maka kecenderungan untuk melakukan senjangan anggaran akan meningkat

2.1.11. Senjangan Anggaran

Senjangan anggaran merupakan perbedaan antara jumlah anggaran dan estimasi terbaik (Anthony dan Govindarajan, 2006). Young (1985) mendefinisikan senjangan anggaran sebagai tindakan bawahan yang mengecilkan kapabilitas produktifnya ketika diberi kesempatan untuk menentukan standar kerjanya.Senjangan anggaran terjadi ketika agen sengaja memasukkan biaya lebih banyak dari yang seharusnya dan pendapatan lebih sedikit agar anggaran lebih

(Ozer dan Yilmaz, 2011).Terjadinya senjangan anggaran dalam suatu organisasi dikarenakan seringkali anggaran digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja dari karyawan. Keberhasilan pencapaian anggaran akan menjadi indikator bahwa karyawan telah bekerja dengan baik. Hal ini menyebabkan timbulnya perilaku dari pelaksana anggaran untuk menciptakan suatu senjangan dengan tujuan untuk meningkatkan prospek kompensasi ke depannya (Suartana, 2010:138). Kecenderungan untuk melakukan senjangan anggaran akan lebih rendah apabila terdapat sikap dan motivasi yang tinggi dari pelaksana anggaran (Lu, 2011).

2.1.12. Kejelasan Sasaran Anggaran

Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana anggaran diterapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Kenis, 1979). Menurut Suhartono dan Solichin (2006) kejelasan sasaran anggaran adalah sejauh mana anggaran dapat ditetapkan secara jelas agar anggaran dapat dimengerti dan sasaran anggaran dapat tercapai. Dapat disimpulkan bahwa kejelasan sasaran anggaran adalah sejauh mana anggaran yang disusun diterapkan secara spesifik dan jelas agar anggaran tersebut mudah dipahami dan sasaran anggaran dan tujuan anggaran dapat tercapai.

Sasaran anggaran yang jelas akan mempermudah dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dari suatu pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Pitasari dkk, 2014).Ketidakjelasan dari sasaran anggaran dapat menyebabkan kondisi

lingkungan menjadi tidak pasti sehingga pelaksana anggaran menjadi bingung dan tidak puas dalam bekerja (Suhartono dan Solichin, 2006).

2.1.13. Asimetri Informasi

Informasi yang jelas, tepat waktu, dan obyektif sangat diperlukan dalam proses penyusunan anggaran (Lavarda dan Almeida, 2013). Adanya informasi yang memadai akan memudahkan para penyusun anggaran untuk dapat menyusun anggaran dengan baik.Asimetri Informasi merupakan suatu keadaan dimana terdapat ketidakpastian informasi karena di dalam organisasi ada salah satu pihak yang memiliki informasi lebih banyak (Busuioc, 2011). Menurut Dunk (1993) dalam Armaeni (2012) Asimetri informasi terjadi ketika bawahan memliki informasi lebih dibanding atasan mengenai suatu unit organisasi atau pusat pertanggungjawaban bawahan.Sedangkan menurut (Jermias, 2011) Asimetri informasi timbul karena adanya partisipasi di dalam proses penyusunan anggaran yang melibatkan atasan dan bawahan.Partisipasi dalam proses penganggaran dilakukan untuk mentransfer informasi yang dimiliki bawahan kepada atasan (Shields dan Young, 1993). Partisipasi dalam penyusunan anggaran dapat menimbulkan terjadinya suatu konflik apabila salah satu pihak menggunakan informasi yang dimiliki untuk kepentingannya sendiri (Lavarda dan Almeida, 2013).

memberikan wewenang kepada agen untuk mengatur perusahaan atau organisasi. Menurut teori keagenan, agen mempunyai lebih banyak informasi tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan yang ingin dicapai.

Adanya asimetri informasi merupakan salah satu faktor yang menimbulkan perilaku negatif dalam hal ini adalah budgetary slack, dijelaskan oleh Suartana (2010: 139), bahwa konsep asimetri informasi yaitu atasan mungkin mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih daripada bawahan, ataupun

Dokumen terkait