• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Melakukan validasi metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang didahului dengan kompleksometri pada penetapan kadar lidokain HCl.

2. Mengetahui berapakah kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi pada penetapan kadar lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung ini?

5 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Lidokain HCl CH3 NHCOCH2N(C2H5)2 CH3 . HCl

Gambar 2.1. Lidokain Hidroklorida (Anonim, 1989)

Lidokain HCl (gambar 2.1) adalah tipe anestesi lokal amida yang biasanya digunakan sebagai antiarrhythmic agent. Obat ini berwarna putih, berbentuk serbuk kristal dan mempunyai rasa sangat pahit, sangat larut dalam air dan alkohol. pKa lidokain HCl adalah 7,86. Natrium hidroksida atau asam hidroklorida digunakan untuk mengatur pH sediaan injeksi hingga 6-7. Dalam perdagangan, cairan yang tersedia adalah lidokain hidroklorida dalam 5% dekstrosa dengan pH 3,5-6. Suhu penyimpanan kurang dari 400C (15-300

Nama kimianya adalah 2-(Dietilamino)-2’,6-asetoksilidida monohidro-klorida monohidrat. Lidokain HCl mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5% C

C) (Anonim, 1989).

11H22N2O. HCl, dihitung terhadap zat anhidrat. Lidokain HCl sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform dan tidak larut dalam eter (Anonim, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian mengenai analisis lidokain HCl diantaranya menggunakan metode konvensional secara titrimetri dengan asam sulfat dan larutan baku NaOH (Anonim, 1979). Keterbatasannya adalah metode ini kurang spesifik, zat lain (impurities) dapat mengganggu penetapan kadar lidokain HCl tersebut. Kelebihannya adalah metode ini murah dibandingkan dengan metode kromatografi dan spektrometri. Metode penetapan kadar yang lain yaitu metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak asam asetat glasial dan air (Anonim, 1995) dan aplikasi metode ini pada sediaan farmasetika dengan sistem kromatografi kolom silika C18 dan fase gerak SDS dan 1-propanol memiliki kelebihan yaitu cepat, dapat dipercaya dan bebas dari gangguan namun menghasilkan resolusi yang kurang baik (Gilabert dkk., 2006). Metode kromatografi gas merupakan salah satu metode yang lain untuk penetapan kadar Lidokain HCl. Aplikasi dari metode ini adalah analisis lidokain HCl pada cairan tubuh yaitu dengan Solid Phase Extraction yang diikuti dengan Capillary Gas Chromatographic (Baniceru dkk., 2004). Metode ini memberikan nilai akurasi yang cukup baik namun memberikan nilai presisi yang kurang baik. Metode Spektrofotometri juga digunakan untuk menganalisis lidokain HCl terutama dalam bentuk basanya yaitu spektrofotometri UV (Gilabert dkk., 2006), kelebihan dari metode ini adalah memiliki akurasi yang baik dan mudah untuk dilakukan namun kurang selektif untuk menganalisis sediaan multikomponen (zat aktif maupun impurities).

7

B. Injeksi

Injeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk tujuan terapetik atau dianogstik. Larutan tersebut dapat bereaksi dalam aliran darah tetapi juga dalam jaringan dan dalam organ. Jika larutan hanya sejumlah relatif kecil dimasukkan (misalnya 1, 2, 5, sampai 20 mL) dalam organisme, dihubungkan dengan injeksi (injectio = membuang ke dalam, injectabilia), sebaliknya jika terjadi sejumlah besar untuk pemakaian (misalnya 1 atau beberapa liter), dikatakan infusi (infusio = penuangan ke dalam, infundibilia). Bentuk ini dinyatakan sebagai pemasukan parenteral suatu obat (par enteron = di luar usus) dalam kebalikannya terhadap penerapan enteral, yang berlangsung melalui lambung-usus (Voight, 1994).

C. Kobalt

Kobalt mempunyai titik leleh 14930C, bersifat keras, tahan korosi dan berwarna kebiruan. Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt (II) Co2+. Dalam larutan air senyawa-senyawa kobalt (II) terdapat ion Co2+ yang berwarna merah (Vogel, 1979). Kobalt (III) relatif tidak stabil dalam senyawaan sederhana, namun kompleks spin rendah sangat beragam dan stabil, khususnya dimana atom-atom donor (biasanya N) membuat sumbangan energi yang besar kepada medan ligan. Kobalt relatif tidak reaktif, meskipun ia larut lambat dalam asam mineral encer (Cotton, 1989).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Panjang gelombang Kobalt untuk analisis SSA adalah 240,7 nm dengan tipe nyala UA (udara-asetilen). Kobalt memiliki sensitivitas 0,053 μg/mL, range kerja 3-12 μg/mL dan batas deteksi 0,007 μg/mL (Khopkar, 1990).

D. Kompleksometri

Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Misalnya, dalam proses penggabungan seperti berikut:

A + B AB

(2-1)

Senyawa AB dapat dianggap sebagai senyawa kompleks (Rivai, 1995).

Semua hasil reaksi kimia dapat dianggap sebagai senyawa kompleks, namun yang paling penting untuk analisis kimia adalah senyawa kompleks koordinasi. Dalam menjelaskan proses pembentukan dan susunan koordinasi senyawa-senyawa kompleks, telah dirumuskan tiga dalil (teori koordinasi Werner), yaitu:

1. Beberapa ion logam mempunyai dua jenis valensi, yaitu valensi utama dan valensi tambahan atau valensi koordinasi. Valensi utama berkaitan dengan keadaan oksidasi ion logam, sedangkan valensi tambahan berkaitan dengan bilangan koordinasi ion logam.

2. Ion-ion logam itu cenderung jenuh baik valensi utamanya maupun valensi tambahannya.

9

3. Valensi koordinasi mengarah ke dalam ruangan mengelilingi ion logam pusat.

(Rivai, 1995) Beberapa ion logam cenderung berikatan koordinasi dengan zat-zat tertentu membentuk senyawa kompleks yang mantap. Zat-zat tertentu itu disebut ligan. Ikatan kovalen antara ion logam pusat dan ligan membedakan senyawa kompleks koordinasi sebagai golongan tersendiri senyawa kimia yang mempunyai susunan dan bangun tertentu. Selain itu, ligan adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas (Rivai, 1995). Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom logam dikenal sebagai atom donor. Ligan bidentat dan polidentat juga disebut agen pengkhelat (chelating agent) karena kemampuannya mengikat atom logam seperti sepit (dari Yunani chele, berarti ”sepit” atau ”cakar”) (Chang, 2004). Jadi, ligan bertindak sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Proses pembentukan ikatan pemberi-penerima elektron tersebut dapat dilukiskan dengan persamaan sebagai berikut:

M + :L M:L

(2-2)

Di sini M adalah ion logam dan L adalah ligan yang mempunyai pasangan elektron. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks. Dengan demikian, persamaan (2-2) dapat ditulis dalam bentuk umum (persamaan 2-3) sebagai berikut:

M + nL MLn

(2-3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Di sini n adalah bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk. Bilangan koordinasi ini lazimnya 2, 4 dan 6 (Rivai, 1995).

Logam transisi memiliki keunikan yaitu cenderung membentuk ion kompleks. Ciri logam transisi adalah memiliki subkulit d yang tidak terisi penuh atau mudah menghasilkan ion-ion dengan subkulit d yang tidak terisi penuh. Ciri ini menyebabkan beberapa sifat khas, meliputi warna yang unik, pembentukan senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik dan terutama kecenderungan besar untuk membentuk ion kompleks. Logam transisi yang paling lazim adalah logam transisi baris pertama (Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni dan Cu) (Chang, 2004).

Metode yang didasarkan pada terbentuknya kompleks melalui reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan adalah metode kompleksometri (Khopkar, 1990). Metode ini juga didasarkan pada kemampuan ion-ion logam membentuk senyawa kompleks yang mantap dan dapat larut air (Rivai, 1995).

E. Ion Association

Ion association sering dikenal sebagai bentuk pasangan ion. Ion association adalah interaksi antara ion yang bermuatan negatif dengan ion bermuatan positif (kation dengan anion atau anion dengan kation). Dalam larutan biasanya dijumpai dalam bentuk presipitan atau endapan (Anonim, 2009).

Pasangan ion merupakan penggabungan antara ion-ion yang mempunyai muatan berlawanan akibat gaya elektrostatik. Hasil penggabungan tersebut tidak

11

menyebabkan ion-ion tersebut kehilangan muatannya. Contoh kesetimbangan penggabungan kation dan anion (persamaan 2-4):

K+ + A- K+A

(2-4)

Salah satu sifat khas gabungan-ion adalah adanya momen dwikutub yang besar. Contohnya pada gabungan ion K+Br

-2 [C20H30N3O2]+ + [Co(SCN)4]2- 2[C20H30N3O2]+[Co(SCN)4]

2-, harga momen dwikutubnya2-, µ = 92-,1D (Rivai, 1995). Contoh lain adalah pada penggabungan antara chincocaine dengan CoTC (persamaan 2-5) dan chincocaine dengan CrTC (persamaan 2-6) (Gani dkk., 2005):

(2-5)

3 [C20H30N3O2]+ + [Cr(SCN)4]3- 3[C20H30N3O2]+[Cr(SCN)4]

(2-6)

F. Spektrofotometri Serapan Atom ( SAA )

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektrofotometri serapan atom pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah kelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana, dan interferensinya sedikit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar tampak atau ultraviolet (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri serapan atom (SSA) berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Pada metode ini, atom-atom akan menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung sifat unsurnya. Kobalt menyerap pada λ 240,7 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk menguraikan tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh energi lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan dinaikkan energinya ke tingkat eksitasi. Dengan peristiwa ini, dapat memilih diantara panjang gelombang unsur yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum. Garis inilah yang dikenal dengan garis resonansi (Khopkar, 1990).

Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara memperoleh garis resonansi yang tepat. Suhu nyala harus sangat tinggi dan dapat diterangkan dari persamaan distribusi Boltzman (persamaan 2-7)

      = KT Ej -exp Po Pj No Nj (2-7) Yang mana:

K : Tetapan Boltzman (1,38 x 10E-16 erg/K) T : Temperatur absolut (Kelvin)

Ej : Perbedaan energi tingkat eksitasi dan tingkat dasar Nj : Jumlah atom pada keadaan tereksitasi

No : Jumlah atom pada keadaan dasar

Pj : Jumlah keadaan kuantum dengan energi yang sama pada keadaan tereksitasi

13

Po : Jumlah keadaan kuantum dengan energi yang sama pada keadaan dasar

(Khopkar, 1990)

1. Pengukuran serapan pada spektrofotometri serapan atom

Oleh karena garis-garis spektrum atom sangat sempit dan juga energi-energi transisi atom itu khas (untuk masing-masing unsur) maka metode analisis yang berdasarkan pengukuran serapan (absorbansi) atom juga mempunyai sifat spesifik yang tinggi. Kecilnya lebar garis spektrum serapan atom menimbulkan masalah pada pengukuran serapannya. Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dengan serapan, maka hukum Lambert-Beer dapat digunakan jika sumbernya adalah sinar monokromatis. Pada SSA, panjang gelombang garis absorpsi resonansi identik dengan garis-garis emisinya. Hal ini disebabkan karena serasinya proses transisi. Untuk bekerja pada panjang gelombang ini, diperlukan suatu monokromator celah yang dapat menghasilkan lebar puncak sekitar 0,002-0,005 nm. Jelaslah bahwa SSA diperlukan suatu sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama dengan panjang gelombang emisinya, yakni menggunakan sumber sinar lampu katoda berongga (Rohman, 2007).

2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Prinsip kerja dan instrumentasi spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.3 berikut ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2.2.Prinsip Kerja Spektrofotometri Serapan Atom (Anonim, 2006)

Gambar 2..3. Instrumen Spektrofotometri Serapan Atom (Levinson, 2006)

a.Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda (gambar 2.4). Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Bila

15

antara anoda dan katoda diberi selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju ke anoda akan bertabrakan dengan gas-gas mulia yang diisikan tadi (Rohman, 2007).

Akibat dari tabrakan-tabarakan ini membuat unsur-unsur gas mulia akan kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion-ion gas mulia yang bermuatan positif ini selanjutnya akan bergerak ke katoda dengan kecepatan yang tinggi pula. Sebagaimana disebutkan di atas, pada katoda terdapat unsur-unsur yang sesuai dengan unsur yang akan dianalisis. Unsur-unsur ini akan ditabrak oleh ion-ion positif gas mulia. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar dari pemukaan katoda. Atom-atom unsur dari katoda ini kemudian akan mengalami eksitasi ke tingkat energi-energi elektron yang lebih tinggi dan akan memancarkan spektrum pancaran dari unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis (Rohman, 2007).

Gambar 2.4. Hollow Cathode Lamp (Levinson, 2006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Tempat Sampel

Dalam analisis dengan spektrometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless) (Rohman, 2007).

1) Nyala

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi (gambar 2.5). Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira 18000C; gas alam-udara: 17000C; asetilen-udara: 22000C; dan gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) 30000C. Pemilihan macam bahan pembakar dan gas pengoksidasi serta komposisi perbandingannya sangat mempengaruhi suhu nyala. Efek emisi nyala dapat dikurangi dengan menggunakan keping pemotong radiasi (chopper). Sumber nyala yang paling banyak digunakan adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi. Tipe nyala yang diperlukan untuk penetapan unsur kobalt pada panjang gelombang 240,7 nm adalah udara-asetilen dan mempunyai kisaran kerja 3-12 µg/mL serta batas deteksi 0,007 µg/mL (Rohman, 2007).

17

Gambar 2.5. Atomisasi (Ma, 1997)

2) Tanpa nyala

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel kurang masuk ke dalam nyala terlalu besar, dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu, muncullah suatu teknik atomisasi baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann seperti pada gambar 2.6 (Rohman, 2007).

Gambar 2.6. Tungku Masmann (Rohman, 2007)

atomization

absorption

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Suhu harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi pada suhu yang terlalu tinggi (Khopkar, 1990).

c.Monokromator

Pada spektrofotometer serapan atom, monokromator yang dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping optik, dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).

d.Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya digunakan tabung pengganda foton (photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: (a) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan (b) yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).

Pada cara pertama, output yang dihasilkan dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu disalurkan pada sistem galvanometer dan setiap perubahan yag disebabkan oleh radiasi resonan akan menyebabkan perubahan output. Pada cara

19

kedua, output berasal dari radiasi resonan dan radiasi kontinyu yang dipisahkan. Dalam hal ini, sistem penguat harus cukup selektif untuk dapat membedakan radiasi. Cara terbaik adalah dengan menggunakan detektor yang hanya peka terhadap radiasi resonan yang termodulasi (Rohman, 2007).

e.Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorpsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva suatu recorder yang menggambarkan serapan atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

3. Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometri Serapan Atom

Kelebihan spektrofotometri serapan atom adalah kecepatan analisisnya; dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut (ketelitiannya sampai tingkat runut/trace); dan sebelum pengukuran tidak perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan lampu katoda berongga yang diperlukan tersedia. Kekurangan spektrofotometri serapan atom adalah kurang sensitif untuk pengukuran sampel bukan logam dan adanya gangguan-gangguan (interference) adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan serapan unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel. Gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam SSA adalah sebagai berikut:

1) Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala.

2) Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala akibat disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna dan ionisasi atom-atom di dalam nyala.

3) Gangguan oleh serapan yang disebabkan bukan oleh serapan atom yang dianalisis; yakni serapan oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.

4) Gangguan oleh penyerapan non-atomik (non-atomic absorption) (Khopkar, 1990)

G. Parameter Validitas dan Kategori Metode Analisis

1. Parameter validitas metode analisis

Validasi metode analisis adalah suatu prosedur yang digunakan untuk membuktikan apakah suatu metode analisis memenuhi persyaratan yang ditentukan atau tidak (Anonim, 2005b). Parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis antara lain:

a. Akurasi merupakan kedekatan hasil pengukuran dengan kadar analit yang sebenarnya yang dinyatakan dengan persen perolehan kembali (recovery)

21

analit yang ditambahkan (Anonim, 2005b). Akurasi yang baik untuk bahan baku adalah 90-110% (Anonim, 2004).

b. Presisi merupakan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang dari suatu sampel yang homogen dengan menggunakan suatu metode analisis (Anonim, 2005b). Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan coefficient of variation (koefisien variasi) atau relative standard deviation (simpangan baku relatif) ≤ 5% (Anonim, 2004).

c. Spesifisitas merupakan kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit diantara seluruh komponen sampel potensial yang ada dalam matrik sampel (Anonim, 2005b).

d. Detection limit merupakan konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi (Anonim, 2005b).

e. Quantitation limit merupakan pengukuran secara kuantitatif untuk konsentrasi terkecil yang diukur dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima di bawah kondisi percobaan yang ditetapkan dengan metode tersebut (Anonim, 2005b).

f. Linearitas merupakan kemampuan metode analisis memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel dengan rentang yang ada (Anonim, 2005b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

g. Range (kisaran) merupakan interval antara kadar terendah sampai tertinggi analit yang dapat diukur secara kuantitaif menggunakan metode analisis tertentu dan menghasilkan ketelitian, ketepatan dan linearitas yang mencukupi (Anonim, 2005b). Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku dengan kisaran 25, 50, 75, 100, 125, dan 150% dari konsentrasi analit yang diharapkan (Rohman, 2007).

2. Kategori metode analisis menurut USP 28 NF 23 Vol. 2

a. Kategori I, meliputi metode analisis untuk kuantifikasi komponen mayor substansi baku obat atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam sediaan obat jadi.

b. Kategori II, meliputi metode analisis untuk penentuan pengotor dalam substansi bahan baku obat atau senyawa degradasi dalam sediaan obat jadi, termasuk pengukuran kuantitatif dan uji batas (limit test).

c. Kategori III, meliputi metode analisis untuk penentuan sifat-sifat fisik lain obat seperti uji disolusi dan uji pelepasan.

d. Kategori IV, meliputi metode analisis untuk uji identifikasi.

23

H. Landasan Teori

Anestetik lokal yang sering digunakan dalam bidang kesehatan adalah lidokain HCl 2% dalam bentuk sediaan injeksi (Ganiswara, 2002). Berbagai cara untuk menganalisis lidokain HCl baik dalam sediaan farmasetika maupun dalam cairan tubuh diantaranya dengan menggunakan metode kromatografi kinerja tinggi (Gilabert dkk., 2006) dan kromatografi gas (Baniceru dkk., 2004

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap lidokain HCl dalam sediaan injeksi dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang sebelumnya dilakukan kompleksometri yaitu pengkompleksan antara kobalt (II) klorida dan amonium tiosianat yang bertujuan untuk pembentukan ion negatif (tetrathiocyanatocobaltate) yang akan berinteraksi dengan ion positif yaitu lidokain yang telah terprotonasi dalam suasana asam. Hasil interaksi kedua ion yang berbeda muatan ini adalah pembentukan suatu ion-associates yang ditunjukkan dengan endapan berwarna biru. Pengukuran secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung terhadap sisa ion logam kobalt berlebih yang tidak bereaksi dimana hasil pengukuran dari serapan sisa ion logam kobalt yang tidak bereaksi sebagai reprensentasi kadar lidokain HCl. Metode tidak langsung ini merupakan metode alternatif dalam analisis lidokain HCl selain metode penetapan kadar lidokain HCl secara langsung. Penelitian ini mengadopsi kepada penelitian analisis cinchocaine HCl dengan metode spektrofotometri dan spektrofotometri serapan atom (Gani dkk., 2005). Lidokain HCl sendiri

), metode titrimetri (Anonim, 1979) dan metode spektrofotometri UV (Gilabert dkk., 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

merupakan senyawa yang tidak mengandung logam. Adanya kesamaan gugus amina pada cinchocaine dan lidokain yang bermuatan positif karena mengalami protonasi pada suasana asam dapat membentuk suatu ion-associates dengan agen pengkelat tetrathiocyanatocobaltate yang bermuatan negatif. Metode penetapan kadar lidokain HCl secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung merupakan suatu metode pengembangan, maka dari itu pada penelitian ini perlu dilakukan validasi metode dengan melihat akurasi, presisi dan linearitas.

I. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, diduga bahwa metode spektrofotometri serapan atom tidak langsung yang didahului dengan kompleksometri untuk penetapan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi memiliki validitas yang baik dan dapat diaplikasikan untuk menetapkan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi merk “X”.

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian penetapan kadar lidokain HCl dalam sediaan injeksi secara spektrofotometri serapan atom tidak langsung merupakan jenis penelitian non

Dokumen terkait